Anda di halaman 1dari 51

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAGEMEN KEPERAWATAN RUANG ARIMBI

A. Kajian Situasi RS Wijayakusuma Purwokerto

Visi rumah sakit RSWK adalah Menjadi kebanggaan setiap prajurit dan
senantiasa mengutamakan keselamatan pasien.
Rumah sakit Rumkit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma merupakan rumah
sakit yang berada di Kota Purwokerto, beralamat di Jl. Pr.dr.HR.Bunyamin
Purwokerto, merupakan rumah sakit peninggalan dari Belanda pada tahun 1949
yang awalnya dahulu berkedudukan di Banyumas dengan nama RST Brigade 8
/ III “Sunan Gunung Jati”.
Pada tanggal 20 September 1950 terjadi pergantian nama Brigade 8/III
menjadi Sub Terr/Brigade “N” Yudonegoro, sehingga kesehatan Brigade 8/III
menyesuaikan diri menjadi berubah menjadi Kesehatan Sub Terr/Brigade “N“
Yudonegoro. Selanjutnya pada tanggal 9 Pebruari 1953 Sub Terr/Brigade “N”
Yudonegoro dirubah menjadi Residen Infanteri, sehingga nama Kesehatan Sub
Terr/Brigade “N” Yudonegoro berubah menjadi Detasemen Kesehatan Tentara
atau DKT Resimen I. DKT Resimen I membawahi 7 Danton Kesehatan dan 2
Tempat perawatan Tentara yaitu tempat perawatan Tentara I yang
berkedudukan di Banyumas dipimpin oleh Letda Sukardi yang pada tahun
1964 menjadi Rumkit III/711 dan tempat perawatan Tentara II yang
berkedudukan di Tegal dipimpin oleh Letda Suhartono.
Berdasarkan Surat Perintah Nomor: Sprin/106/III/1967 tanggal 1 April
1967, Rumkit III/711 dipindah ke Glempang Purwokerto dengan menempati
eks Batalyon 402 yang pada waktu itu kosong dan dipimpin oleh Lettu dr.
Sentot sebagai Pejabat Sementara Karumkit III /711 Wijayakusuma.
Selanjutnya pada tanggal 1 Februari 1986 berdasarkan surat keputusan Kasad
Nomor : Skep / 76 / X / 1985 tanggal 28 Oktober 1985 dan berdasarkan Surat
Perintah Kepala Kesdam IV / Diponegoro Nomor : Sprin 024 / II / 1986, nama
Rumah Sakit III/711 Wijayakusuma diganti menjadi Rumah Sakit Tk III
04.06.01 Wijayakusuma berganti nama menjadi Rumah Sakit III/711
Wijayakusuma..
1. Visi Rumah Sakit
RSWK menjadi kebanggan setiap prajurit dan senantiasa mengutamakan
keselamatan pasien.
2. Misi Rumah Sakit
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan prajurit dan
masyarakat, serta senantiasa mengutamakan keselamatan pasien.
3. Motto Rumah Sakit
Senyum, sapa, sentuh, sembuh.
4. Tujuan
a. Peningkatan pelayanan kualitas kesehatan.
b. Peningkatan sumber daya manusia.
c. Peningkatan kesejahteraan personilnya.

B. Kajian Situasi Di Ruang Srikandi

1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Srikandi

Arimbi merupakan salah satu ruang perawatan di RST


Wijayakusuma Purwokerto yang memberikan perawatan pasien dewasa
baik laki-laki maupun perempuan dengan kasus penyakit dalam.
Ruang Srikandi terletak di bagian tepi RSWK berbatasan dengan :

• Sebelah utara : Ruang MCU

• Sebelah Timur: : Ruang Hemodialisa

• Sebelah Selatan : Ruang Arimbi

• Sebelah Barat : Rehab Medik

Tarif pelayanan perawatan di Ruang Srikandi berdasarkan


ketentuan tarif terbaru di Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto, yang
dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1.
Tarif Pelayanan di Arimbi RSTWK
I I
o Jenis Pelayanan I I II
1 1
Akomodasi 230.000 15.000 00.000
5 4
Visite dokter spesialis 60.000 0.000 0.000
7 7
Konsultasi 100.000 5.000 5.000
2
Dr. jaga 35.000 25.000
Sumber: Lembar tarif RS Wijayakusuma

Untuk ruangan khusus tarif sesuai dengan kelas perawatan


sebelumnya.

Ruang Srikandi dipimpin oleh seorang kepala ruang, dan wakil


kepala ruang dan 13 orang perawat pelaksana .Struktur organisasi di
Ruang Srikandi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Kapasitas ruang Srikandi terdiri dari 28 tempat tidur yang terdiri
dari kelas 1,2 dan 3 serta ada penambahan ruang baru sebanyak 7 kamar
yang rencananya akan diunakan untuk ruang isolasi.
M

U
C
ud
an
G

g
hu
as

ss
ol
is

K
i

M
K

S
E
L
A

od
ial
R.

is
H

H
D
S

a
e
A
R
m
M

M
K

n
d
a

a
r

Gambar 1. Denah Ruang Arimbi RS Wijayakusuma Purwokerto


2. Unsur Input
a. Pasien

Kajian Data

RST Wijayakusuma Purwokerto sebagai rumah sakit tipe C ,


pendidikan dan rujukan untuk Propinsi Daerah Jawa Tengah yang
saat ini berstatus rumah sakit milik TNI. Peran dan fungsi Rumah
sakit wijaya kusuma adalah sebagai rumah sakit pendidikan dan
rujukan, untuk Jawa Tengah.

Ruang Srikandi adalah instalasi rawat inap yang memberikan


perawatan pada kasus penyakit paru untuk laki-laki maupun wanita.
Di ruang Srikandi, selama bulan November-Januari terdapat jenis
penyakit yang ada di RST Wijayakusuma adalah sebagai berikut
Tabel 1
Kasus penyakit Ruang Srikandi RST Wijaya Kusuma
Purwokerto
No Jenis Penyakit Jumlah PeRSTentase(%)
1 TBC 317 64,59
2 PPOK 97 20,08
3 ASMA 33 6,83
4 CA PARU 11 2,27
5 MDR 13 2,69
6 EFUSI PLEURA 12 2,48
Sumber : Data Registrasi ruang srikandi RST Wijaya Kusuma Purwokerto bulan
November-Januari 2020
Analisis
Berdasarkan hasil kajian data yang telah dikumpulkan dapat
disimpulkan bahwa ruang Srikandi merawat kasus-kasus penyakit
paru yang sebagian penyakit menular, oleh sebab itu PPI harus
diterapkan dengan baik diruang Srikandi.
b. Peserta Didik
Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu.
Kajian Data
Ruang Srikandi adalah ruang Perawatan penyakit khusus

paru kelas 1, 2 dan 3. Ruang Srikandi digunakan sebagai lahan

praktik bagi siswa SMK Keperawatan, Mahasiswa D3 Keperawatan,

S1 Keperawatan dan Profesi Ners.

Distribusi Mahasiswa/ siswa Praktik di Ruang Srikandi

Bulan
No. Institusi
Januari
13
1 Profesi UHB
Mahasiswa

2 SMK CBM
5 siswa
3 SMK Wicaksana 8 siswa
4 SMK Muh 3 7 siswa
5 SMK Brebes 4 siswa
6 SMK mitra karya 4 siswa
7 Magang 2 orang
Sumber : Daftar Jadwal Praktik Mahasiswa di Ruang Srikandi bulan Januari
2020.
Analisis

Pelaksanaan praktek klinik di RST Wijayakusuma sudah sesuai

dengan petunjuk teknis pelaksanaan praktek klinik yang dibuat oleh

RST Wijayakusuma , yaitu dari mulai penandatanganan perjanjian

antara kedua institusi, pemberian kerangka acuan oleh institusi

pendidikan ke lahan praktek, penentuan lokasi praktek, perencanaan

penerimaan orientasi dan penyiapan pembimbing klinik bagi

mahasiswa praktek. Selain itu institusi pendidikan sebelum

menerjunkan mahasiswanya sudah memberikan uraian rencana

pelaksanaan PKK meliputi tujuan, kompetensi, penugasan, tata tertib,

sanksi dll, dimana selain mahasiswa pembimbing lapangan juga

sudah mendapatkan buku kerangka acuan dari institusi pendidikan

c. Ketenagaan
1) Kuantitas
Kajian teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses
membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga
yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit
untuk setiap shiftnya. untuk penetapan ini ada beberapa rumus
yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk menetapkan rumus
ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan
apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.

Tenaga Perawat di Ruang Srikandi dapat dihitung berdasarkan


jumlah pasien selama bulan November 2019 - Januari 2020
menggunakan jumlah BOR pada bulan tersebut. Berdasarkan hasil
studi dokumentasi di dapatkan data :
Tabel
Nilai BOR, di Ruang Srikandi RS wijaya kusuma Pada Bulan
November 2019 – Januari 2020

Jumlah
Jumlah
No. Bulan hari BOR
Pasien
rawat

1 November 168 788 93,3

2 Desember 154 745 85

3 Januari 161 493 86,2

Jumlah 483 2026 264,5

Rata - rata 79 675 88,16%

Sumber : Data Ruang Srikandi RS wijaya kusuma Pada Bulan


November 2019 – Januari 2020

Rumus tersebut menggunakan rumus Gillies yaitu kebutuhan


tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut :

TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/ tahun .


Jumlah jam kerja perawat/th x jam kerja perawat/hari

Atau :
Tenaga Perawat (TP)= A x B x 365
(365-C) x jam kerja /hari

Keterangan :
A : Jam perawatan /24 jam
Keperawatan langsung :
- Minimal care 18 orang : 18 x 2 jam = 36 jam
- Partial care 2 orang : 2 x 3 jam = 6 jam
- Total care 0 orang : x 6 jam = 0 jam
Jumlah = 42 jam
- Perawatan tidak langsung 20 orang : 20 x 1 jam = 20 jam
- Penyuluhan kesehatan 20 orang : 20 x 0,25 jam = 5 jam
Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien dalam
waktu per hari adalah : (42 + 20 + 5)/20 = 3,35 jam
B: sensus harian → BOR(88,16) x Jumlah tempat tidur(28)
C: jumlah hari libur(78)
365 :jumlah hari kerja selama 1 tahun

Kajian Data

Penetapan kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan rumus


Gillies
TP = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
Jumlah jam kerja perawatan per tahun x jam kerja perawat per hari

TP = (jam efektif per 24 jam) x (BOR x jumlah tempat tidur) x


365
(365 – jumlah hari libur) x jam kerja per hari

TP = 3,35 x (88,16% x 28) x 365


(365 – 128) x 7

= 3,35 x 24,6848 x 365


1659

= 301,833,392
1659
=18,19 ≈ 18 orang

Tabel 7.
Penghitungan kebutuhan tenaga perawat
di Ruang Srikandi RST Wijaya Kusuma Purwokerto

NO Fakta Interpretasi
Rumus
1 Gillies → 18 orang 14 + 1 Karu kurang 3 perawat
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Profesi Ners Universitas
Harbang tanggal 18-20 Januari 2020.
Analisa
Dari teknik penghitungan tersebut di atas diketahui bahwa
ruang Srikandi mengalami kekurangan tenaga perawat.
Penghitungan ini belum memiliki keakuratan yang absolut karena
memiliki beberapa kekurangan diantaranya karena observasi yang
dilakukan hanya 3 hari, sehingga tidak menggambarkan kondisi
atau potret yang sesungguhnya. Penghitungan jam efektif yang
diketahui untuk penghitungan jumlah tenaga tidak menggunakan
observasi sebelumnya namun menggunakan ketetapan dari
berbagai sumber, sehingga mungkin kurang memberikan hasil
yang lebih mendekati tepat.
b. Kualitas
Kajian teori
Keberhasilan RST dalam memberikan pelayanan kesehatan
dapat ditunjukan dengan pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas diperlukan sumber daya yang cukup dengan kualitas
yang tinggi dan professional. Kualitas pelayanan merupkan
pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau
atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau
pandangan konsumen. Dalam keperawatan, tujuan kualitas
pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk
pelayanan keperawatan yang dihasilkan sesuai dengan standar atau
keinginan pasien ( Nursalam, 2011 ).
Menurut Darmanto Djojosubroto (2011) konsep pengembangan
sumber daya manusia yang disebut Human Resources
Development (HRD) memiliki 3 program yaitu:
1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan saat ini.
2) Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan
untuk pekerjaan yang akan datang.
3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan
untuk pekerjan pegawai yang bersangkutan secara langsung.

Pelatihan, kursus dan lokakarya yang umumnya diperlukan oleh


perawat adalah sebagai berikut :
1) Etika komunikasi
2) Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
3) Etika keperawatan
4) Manajemen keperawatan
5) Manajemen rumah sakit
6) Audit medis
7) Pencegahan penyakit nosokomial
8) Sanitasi RST
9) Standar asuhan keperawatan.
Kajian data
Kualifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan
pelatihan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8
Kualifikasi pendidikan perawat di Ruang Srikandi

RST Wijaya Kusuma Purwokerto


No Jenis pendidikan Jumlah PeRSTentase (%)
1 S1 Profesi Keperawatan 5 33.3
2 S1 Keperawatan 3 20
3 D III keperawatan 10 66.66
4 SPK 0 0
Jumlah 15
Sumber: Arsip Ruang Srikandi RST Wijaya Kusuma Purwokerto
Tabel 9
Distribusi perawat berdasarkan jabatan, pendidikan dan
pelatihan di ruang Srikandi RST Wijaya Kusuma Purwokerto
N Pendidikan
Nama Jabatan Pelatihan yang diikuti
o terakhir
BTCLS, MAnagemen
Kepala ruang, IPCN, PPI,
Penanggulangan TBC,
1 Anik Senjawatiningsih KaRu D III Kep
pelatihan CI, pelatihan
percampuran obat secara
asptis.
BTCLS, Pertemuan ilmiah
khusus Tuberkolosis (PIK-
TB),manajemen TB
2 Margi Teguh S Wakaru D III Kep
resisten obat, pelatihan
percampuran obat secara
asptis
3 Heri Yulistiono PJ K3 D III Kep BTCLS
4 Agnes Ditasari PJ Pelayanan S1 Kep BTCLS
PJ Inventaris BTCLS, pelatihan CI
5 Agustina Kartika S1, Ns
dan Koor. CI
6 Setyaningrum PP D III Kep BTCLS
7 Rifais Kurniawan PP D III Kep BTCLS
8 Neni Ria PP S1, Ns BTCLS
9 Eva Gustin PP D III Kep BTCLS
10 Desy Dwi K PP S1 Kep BTCLS
11 Reni Fajarwati PP S1, Ns BTCLS
12 Devina Putri PP D III Kep BTCLS
13 Mila Titik P PP S1, Ns BTCLS
14 Taprudin PP S1 Kep BTCLS
15 Apriliani PP D III Kep BTCLS

Sumber : Pola Ketenagaan Keperawatan Ruang Srikandi

Analisa
Berdasarkan kajian data didapatkan hasil bahwa semua perawat
yang dinas di ruang Srikandi sudah memiliki pelatihan BTCLS
untuk menunjang tugas asuhan keperawatan yang dilakukan di
ruang Srikandi RST Wijayakusuma.

d. Fasilitas/alat
Kajian Teori
Dalam proses manajemen sangat diperlukan adanya pengelolaan
fasilitas dan peralatan sebagai factor pendukung/penunjang
terlaksanaanya pelayanan kesehatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan kesehatan untuk pelayanan keperawatan merupakan
semua bentuk alat kesehatan/peralatan lain yang dipergunakan
untuk memeperlancar pelaksaan asuhan keperawatan sehingga
diperoleh tujuan pelayanan yang efisien dan efektif (Nursalam
2011)
Kajian data
Pengelolaan alat dan alat di Ruang Srikandi sebagian besar sudah
menggunakan pedoman/ buku standar fasilitas dan peralatan
keperawatan. Fasilitas alat di Ruang Srikandi dan fasilitas ruang
rawat seperti tabel di bawah ini:
Daftar Inventaris Alat Medis Di Ruang Srikandi RST
WijayaKusuma

No Alat medis Jumlah


1 Bak instrumen 2
2 Bed pasien 28
3 Blood warmer 1
4 Brankart 1
5 Kasur dekubitus 1
6 Kursi roda 2
7 Lampu baca rontgen 1
8 Manometer central 14
9 Manometer oksigen 8
10 Nebulizer 6
11 Pulse oximetri 1
12 Stetoskope 1
13 Stetoskope litman 1
14 Tabung oksigen 1m3 1
15 Tensi aneroid 1
16 Tensi digital 1
17 Termometer digital infrared 1
18 Timbangan BB 1

Analisis
Secara garis besar inventaris yang tersedia di Ruang Srikandi
secara umum baik. Namun masih terdapat beberapa peralatan yang
kurang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan padahal
inventaris tersebut sangat penting untuk menunjang keberhasilan
perawatan pasien. Invetaris terakhir dilakukan pada Juli 2019
e. Metode (Terkait SAK dan SOP)
Kajian Teori
Standar Asuhan Keperawatan merupakan penyataan kualitas yang
diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan
terhadap pasien. Standar ini memberikan petunjuk kinerja mana
yang tidak sesuai atau tidak dapat diterima. Manfaat penerapan
proses keperawatan dalam asuhan keperawatan tersebut antara lain
dapat  meningkatkan keterampilan teknis dan prosedur
keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Juga untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan
otonomi dari perawat, disamping meningkatkan tanggung jawab
dari perawat atas tindakan serta mutu asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien. Penerapan asuhan keperawatan juga
bermanfaat untuk meningkatkan peran perawat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan atas hal yang berkaitan
dengan perawatan pasien.

Kajian data
Daftar Prosedur Asuhan Keperawatan Bidang Keperawatan
Di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma Purwokerto
NO Nama SOP
1 Penanganan Anaphylaxis Syock
2 Pemeriksaan Fisik Abdomen
3 Pemeriksaan Glas Glows Coma Scale
4 Pengukuran Tekanan Darah
5 Pemeriksaan Suhu Badan
6 Pemeriksaan Nadi dan Pernapasan
7 Pemberian Obat Intravena
8 Pemberian Obat Intra Muskuler
9 Pemberian Obat Sub Cutan
10 Pemberian Obat Intra Cutan
11 Pemberian Obat Supositorial
12 Penyiapan Specimen Darah Vena
13 Pemberian Oksigen Bnasal
14 Latihan Nafas Dalam
15 Batuk Efektif
16 Fisioterapi Dada
17 Penghisapan Lendir
18 Inhalasi Manual
19 Inhalasi Nebulizer
21 Pemasangan Infus
22 Pemasangan Tranfusi
23 Perawatan Infus
24 Pemasangan NGT
25 Pemberian Makan Lewat NGT
26 Pemasangan Kateter Pria
27 Pemasangan Kateter Wanita
28 Perawatan Kateter Pria
29 Perawatan Kateter Wanita
30 Pelepasan Kateter
41 Cuci Tangan
55 Penanganan Keluhan Pasien
56 Pemeriksaan Fisik Kepala
57 Pemeriksaan Fisik Dada
58 BHD
59 Tata Laksana Persiapan Visite Dokter
60 Pemasangan restrain
61 Manajemen nyeri
62 Teknik mengatasi nyeri
63 Penatalaksanaan jenasah
64 Pemeliharaan APAR
65 Keracunan Makanan
66 Permintaan darah selain PRC dan WB
67 Prosedur pelaporan reaksi alergi
68 Penengakan diagnosa TB
69 Pengklasifikasian ps TB
70 Penjaringan TB
71 Pemantauan pengobatan pasien tb
72 Pengelolaan sample darah ODHA
73 Pengambilan darah ODHA
74 Kunjungan rawat inap pasien TB
75 Konseling pasca test dengan hasil reaktif
76 Pencatatan dan pelaporan pasien TB
77 Pengobatan pasien TB

Analisis
Berdasarkan tabel tersebut di atas, secara umum standar dan protap
sudah sesuai dengan kebutuhan ruang perawatan pasien umum
( Semua penyakit ) Namun ada beberapa protap yang tidak tersedia
yaitu protap untuk SOP/Protap untuk pre dan post conference.
Berdasarkan pengkajian tanggal 18 februari dapat disimpulkan
bahwa manajemen pelayanan di Ruang Srikandi sudah cukup baik
dengan ketersediaan SOP yang ada .
f. Sumber dana
Kajian Teori
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesahatan, baik
medis maupun non medis, dalam kaitan tersebut agar rumah sakit
dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat, maka untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis, non medis, dan jasa pemborong (Suarli,
2009). Sumber dana rumah sakit yaitu:

a. Daftar isian kegiatan proyek pemerintah pusat dari APBN.


b. Pendapatan fungsional dan non fungsional dari pendapatan
pelayanan rumah sakit yang digunakan dalam bentuk RKAP
(Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
Kajian Data
RST Wijayakusuma merupakan rumah sakit milik kementrian
pertahanan dengan sumber dana yang didapatkan dari BPJS dan
Umum
Analisa
RST Wijayakusuma pengaturan keuangan dan Sumber dana telah
sesuai dengan prosedur RST.

3. Unsur proses
A. Proses asuhan keperawatan
Kajian Teori
Kualitas pelayanan keperawatan kepada klien dinilai menggunakan
standar praktek keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar keperawatan telah
dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahap proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Instrumen penilaian standar
tersebut telah disusun oleh DepKes (instrumen A).
Pada penerapannya metode pemberian asuhan keperawatan
profesional memerlukan penataan 3 komponen utama, yaitu :
a. Ketenagaan keperawatan
b. Metode pemberian asuhan keperawatan
c. Dokumentasi keperawatan

1) Metode Penugasan :
Dalam pemberian asuhan keperawatn. Di Ruang Srikandi belum
menerapkan jenis Metode asuhan Keperawatn Profesional.
Penugasan berdasarkan lisan atau kesepakatan antara rekan satu
shif mengenai tindakan yang akan dilakukan atau tanggung
jawabnya. Dalam pemberian asuhan keperawatan, meliputi :
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian meliputi pengumpulan
data, pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik
aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisa, dan dibandingkan dengan fungsi normal
kehidupan pasien. Kriteria diagnosa dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien,
dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen
terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual
apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat
potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan
terjadi, dan dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen rencana perawatan meliputi
prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Prioritas
masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah
yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya
masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien.
Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga.
e) Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan
rencana yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-
spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan perawatan yang
akan dilaksanakan pada klien, sesuai waktu yang telah
ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan perawatan dilakukan dengan menerapkan prinsip
aseptik dan antiseptik, aman, nyaman, ekonomis, menjaga
privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien, dan
merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan. Semua
tindakan yang telah dilaksanakan dicatat pada format asuhan
keperawatan yang berlaku. Perbaikan tindakan dilakukan
berdasarkan respon pasien dan merujuk dengan segera bila
ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
f) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan
berencana, untuk menilai perkembangan pasien. Evaluasi
dilaksanakan dengan memeriksa

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu mekanisme yang


digunakan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien. Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan
memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah klien. Melalui dokumentasi keperawatan
akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam
membentuk asuhan keperawatan kepada klien (Nursalam, 2011).

Kajian Data : Perawat menuliskan hasilmkegiatan pengkajian di


lembar assesment denga memberi centang pada point yang diperiksa.
Penulisan diagnosa keperawatan sudah ditentukan berdasarkan jenis
diagnosa medis pasien.

Analisis : Pemberian asuhan keperawatn berdasarkan intervensi yang


tercantum dalam SAK diagnosa medis dengn memberi tanda centang
pada tindakan yang dilakukan. Penulisan diagnosa keprawatan
belum memakai cara Nanda Nic Noc, dan masih berdasrkan
diagnosa medis, belum diagnosa keperawatan tersendiri.
Hal yang terkait dengan proses pemberian asuhan keperawatan
adalah :
2) Timbang Terima
Timbang terima pasien yaitu merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan
komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
Pasien
yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
Diagnosa medis Diagnosa
\masalah kesinambungan
kolaborasi keperawatan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer ke
Rencana tindakan
perawat penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara
tulisan dan lisan.
Yang akan
Yang telah diimplementasikan
Alur timbang terima pasien dapat digambarkan sebagai berikut :
diimplementasikan
Perkembangan
keadaan pasien

Masalah :
Teratasi
Belum
Baru

3) Sentralisasi Obat
Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat dan efektif
adalah sistem sentralisasi obat.alur sentralisasi obat dimulai saat obat
diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan ke depo farmasi oleh perawat.
Setelah depo farmasi menerima resep kemudian dilayani oleh petugas farmasi
dengan pemberian labeling sesuai identitas. Obat diserahkan depo farmasi ke
Dokter
perawat dengan tanda bukti buku serah terima obat. Jumlah obat oral dan
injeksi yang diserahkan adalah dosis obat untuk 2 atau 3 kali pemberian dalam
Klien/keluarga
waktu 24 jam berdasarkan kebutuhan pasien. Koordinasi dengan
perawat
Alur pelaksanaan sentralisasi obat dapat digambarkan dalam skema
Farmasis
berikut :
Surat persetujuan
Klien/keluarga sentralisasi obat dari
perawat
Lembar serah terima obat
Buku serah terima obat

PN/perawat yang menerima

Pengaturan dan pengelolaan


oleh perawat

Klien/keluarga
Kajian data : Berdasarkan hasil observasi dengan didapatkan data
bahwa di ruangan Srikandi tersedia buku serah terima obat dari
farmasi, terdapat buku injeksi dan buku obat oral. Sementara itu
untuk obat khusus (dengan harga yang mahal), keluarga terlebih
dahulu di beri inform consent tentang kesediaan memakai obat
tersebut, setelah resep ditebus oleh keluarga maka obat tersebut
dibawa oleh pasien dan hari itu juga langsung diberikan pada pasien.
Sentralisasi obat dapat meminimalkan risiko-risiko duplikasi obat,
menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat
perlu ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang Srikandi dapat
dikontrol oleh perawat.
Berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan data bahwa
sentralisasi obat sudah berjalan sesuai alur, semua obat terlebih
dahulu di cek oleh perawat sebelum diberikan kepada pasien.

Analisis : Sentralisasi obat perlu ditingkatkan lagi, terutama pemberian


informasi awal kepada pasien baru mengenai alur sentralisasi obat.

4) Penerimaan Pasien Baru


Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru (pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan keperawatan, khususnya
pada rawat inap atau keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru,
maka sampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruang, pengenalan
ketenagaan ners − medis, dan tata tertib ruang, serta penyakit (Nursalam,
2015).
Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru
(a) Pasien datang di ruang diterima oleh kepala ruang/ners primer/ners yang
diberi delegasi.
(b) Ners memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya.
(c) Ners menunjukkan kamar/tempat tidur pasien dan mengantar ke tempat
yang telah ditetapkan.
(d) Ners bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila
pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan diberikan posisi yang
nyaman.
(e) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
(f) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan, ners memberikan
informasi kepada pasien dan keluarga tentang orientasi ruang, keperawatan
(termasuk ners yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis
(dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruang
serta penyakit.
(g) Ners menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan.
(h) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent sentralisasi obat.
(i) Ners menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan
pasien.
(j) Ners mulai melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.

Peran Ners dalam Penerimaan Pasien Baru


(a) Kepala ruang (Karu)
(1) Menerima pasien baru.
(2) Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru.
(b) Ners primer/ketua tim (PP)
(1)Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
(2)Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
(3)Mengorientasikan pasien pada ruang.
(4)Memberi penjelasan tentang ners dan dokter yang bertanggung jawab.
(5)Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru
kepada ners associate.
(6)Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
(c) Ners associate (PA)
Membantu ners primer dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian,
dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.
Kajian Data : Pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruang Srikandi dimulai
sejak menerima order pasien baru baik dari IGD, Poli ataupun dari ruangan
lain. Perawat associate menyiapkan tempat tidur, oksigen (jika diperlukan),
lembar assesment awal pasien baru, edukasi, inform consent dan lain-lain. Saat
pasien datang, akan diterima oleh perawat pelaksana, diantar ke kamar dan
diorientasikan tentang ruangan Srikandi, perawat dan dokter yag bertanggung
jawab. Kemudian perawat mengkaji dan melakukan pemeriksaan fisik.
Sementara timbag terima dilakukan kepada perawat penaggung jawab shift
atau ke kepala Ruang.
Analisis : Pelaksanaan penerimaan pasien baru di Ruang Srikandi sudah baik
dan konsisten dilakukan, baik saat identifikasi, pengakajian, intervensi,
implementasi dan evaluasi, tercatat dalam dokumentasi Rekam Medis.

5) Discharge Planing
a. Definisi
Discharge Planning adalah suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang
dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri di rumah (Nursalam,
2015)
proses yang digunakan untuk menentukan apa yang dibutuhkan pasien
untuk melakukan perpindahan dari satu tingkat perawatan ke tingkat
perawatan yang selanjutnya (Medicare, 2002).

b. Tujuan
Tujuan dari Discharge Planning yaitu :
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat

c. Komponen perencanaan pulang terdiri atas:


1) perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan
kesehatan (health education) mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol
dan tempat kontrol - pemberian pelajaran disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan keluarga mengenai perawatan selama selama pasien
di rumah nanti;
2) obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara
pemberian dan waktu yang tepat minum obat;
3) obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat tersebut
sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawa
pulang pasien;
4) hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan
hasil
5) pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat pulang.
6) surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.

Kajian Data : Discaharge planning dilakukan oleh perawat pada saat akan
pulang, sudah menginformasikan mengenai pengbatan, perawatan di rumah,
nutrisi , aktivitas dan waktu kontrol

Analisis : Pelaksnaan discharge planning perlu ditingkatkan lagi, terutama


penjelasan awal tentang dokter penanggung jawab, sentralisasi obat, dan
perencanaan pulang.

6)Pre & Post Conference


a. Pengertian
Pre dan post conference asuhan pasien rawat inap adalah suatu metode
pembelajaran klinik yang mengutamakan dan menekankan pada tehnik
konferensi dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan kualitas
asuhan pasien selama 24 jam terus menerus.
(1) Koferensi awal (Pre Conference)
Merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk persiapan pemberian
asuhan keperawatan yang meliputi :
- Mengatasi masalah pasien
- Membuat rencana keperawatan
- Pembagian tugas kepada assosiate Nurse
Pre Conference dapat dilakukan secara individual atau grup
sesuai dengan jumlah assosiate Nurse yang bertugas.

(2) Konferensi Akhir (Post Conference)


Merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk mengevaluasi
pemberian asuhan keperawatan yang meliputi :
- Perkembangan pasien
- Pencapaian tujuan asuhan
- Kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya
- Kejadian-kejadian lain yang ditemukan selama memberikan
askep kepada pasien.
Hasil post conference sebagai dasar untuk operan tugas pada shift
jaga berikutnya.
b. Tujuan
1. Tujuan Umum : Meningkatkan dan mempertahankan kualitas asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam terus menerus
selama pasien dirawat.
2. Tujuan Khusus
- Mengenali masalah pasien
- Membuat rencana asuhan keperawatan
- Pembagian tugas kepada AN
- Mengetahui perkembangan pasien
- Mengetahui pencapaian tujuan Askep
- Mengetahui kendala yang dihadapi selama pemberian Askep
- Mengetahui kejadian kejadian lain yang ditemukan selama
pemberian Askep
c. Waktu
1. Pre Conference: Dilakukan secara terjadwal pagi hari segera setelah
operan jaga shift malam ke shift pagi dan sebelum kegiatan dimulai.
2. Post Conference : Dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum operan
jaga shif pagi ke shif sore pada hari yang sama dilakukan ketika akan
melakukan pre conference hari berikutnya.

Kajian Data : Berdasarkan observasi dan wawancara, di Ruang Srikandi


belum dilaksanakan pre dan post conference secara rutin dan optimal. Hal
ini dikarenakan lebih mengutamakan timbang terima pasien antar shift.

7) Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk pemulihan dan kesembuhan pasien
(Suoriyanto, 2010). Hubungan baik perawat dan pasien terjalin karena adanya
komunikasi yang baik, sehingga pasien akan puas dengan pelayanan yang
diberikan. Hubungan yang terapeutik akan terwujud dengan adanya interaksi
yang terapeutik antara keduanya.
Tehnik komunikasi terapeutik antara lain :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
2. Mendengarkan pasif
3. Mendengarkan aktif
4. Menunjukkan penerimaan
5. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
6. Pertanyaan terbuka
7. Mengulang ucapan klien dengan kalimat sendiri
8. Mengklarifikasi
9. Memfokuskan
10. Menawarkan informasi
Kajian Data : Berdasarkan observasi yang dilakukan, perawat ruang Srikandi
telah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik, dimana pada saat
penerimaan pasien baru, perawat selalu mendengarkan keluhan dan perjalanan
penyakit yang disampaikan oleh pasien dan keluarga. Perawat menanyakan
kalimat terbuka, mendengarkan pasif dan aktif , mengklarifikasi dan
menawarkan informasi.

Analisis : berdasarkan angket yang diberikan kepada pasien, masih terdapat


beberapa pasien yang menyatakan ada petugas kesehatan yang belum
nenunjukkan komunikasi terapeutik dengan baik.

8) Patient Safety
Kajian Teori
a. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
risiko. Meliputi:
1) Assessment risiko.
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko
pasien.
3) Pelaporan dan analisis insiden.
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
b. Tujuan
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit.
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi penanggulangan KTD.

Kajian Data
Hasil pengkajian awal, ditemukan beberapa SOP tindakan yang biasa
dilakukan di Ruang Srikandi. Penilaian pelaksanaan SOP dilakukan
dengan melihat pelaksanaan tindakan kemudian dilakukan check list
pada lembar SOP.
Hasil wawancara dengan perawat ruangan, dalam pelaksanaan
pemasangan infus, perawat sudah menerapkan komunikasi secara
efektif namun tidak lengkap sesuai SOP karena faktor waktu.
Sedangkan evaluasi yang dilakukan tidak mengevaluasi respon
pasien tetapi dengan mengevaluasi kondisi pasien secara objektif.
Selanjutnya saat injeksi tidak dilakukannya labeling pada spuit
pasien dikarenakan menurut persepsi perawat dengan memberi nama
pasien, nama obat dan nomor kamar saja dispuit pasien itu sudah
cukup. Sebelum injeksi, perawat mencocokkan identitas di spuit
dengan gelang pasien.
Kemudian pada assesement perawat, sudah ada assesment resiko
jatuh, tetapi belum ada assesment yang merinci kategori resiko jatuh
nya, apakah ringan, sedang atau tinggi. Pada pasien juga belum ada
penanda resiko jatuh, baik gelang kuning ataupun segitiga penanda.
Analisis
Hasil tabel diatas, didapatkan bahwa beberapa SOP masih belum
dilakukan sebagaimana mestinya. Hal tersebut disebabkan oleh
karena efisiensi waktu dan banyaknya pasien diruangan sementara
jumlah perawat sedikit. Ketidaksesuaian pelaksanaan SOP dapat
meningkatkan risiko terjadinya KTD yang berkaitan dengan patient
safety jika tidak dilakukan. Sehingga perlu adanya perbaikan
pelaksanaan SOP yang berfokus pada patient safety disesuaikan
dengan sarana prasarana dan kondisi ruangan.

9) PPI
Pencegahan dan pengendalian Infeksi adalah upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, keluarga,
pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan
(Permenkes RI nomor 27 Tahun 2017).
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik. Berdasarkan sumber infeksi,
maka infeksi dapat berasal dari masyarakat/komunitas (Community
Acquired Infection) atau dari rumah sakit. Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya
disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penularan agen infeksi dalam lingkungan layanan kesehatan memerlukan
6 komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau
dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Enam komponen rantai penularan infeksi, yaitu:
(a) Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab
infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus,
jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan
jumlah (dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi
dengan pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi,
semakin cepat pula upaya pencegahan dan penanggulangannya bisa
dilaksanakan.
(b) Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup,
tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu
atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak
adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan,
tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat
juga ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir
mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga merupakan
reservoir.
(c) Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran
napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta.
(d) Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
Ada beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan
tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum
(makanan, air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor
(biasanya serangga dan binatang pengerat).
(e) Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi
memasuki pejamu yang rentan dapat melalui saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit
yang tidak utuh.
(f) Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan
kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan
agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan
adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka
bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan
dengan imunosupresan.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatanserta
masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan
berdasarkan transmisi. Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka
akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
1. Kewaspadaan Standar
a. Kebersihan Tangan
b. Pemakaian Alat pelindung Diri (APD)
c. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
d. Pengendalian Lingkungan
e. Pengelolaan Limbah
f. Penatalaksanaan Linen
g. Perlindungan Petugas Kesehatan
h. Penempatan Pasien
i. Kebersihan Pernafasan / Etika Batuk
j. Praktik Menyuntik yang Aman
k. Praktik Lumbal Punksi yag Aman
2. Kewaspadaan Transmisi
a. Kewaspadaan transmisi melalui kontak
b. Kewaspadaan transmisi melalui Droplet
c. Kewaspadaan transmisi melalui Udara
d. Kewaspadaan transmisi melalui common vehicle
e. Kewaspadaan transmisi melalui vektor
(Permenkes RI nomor 27 Tahun 2017).

Kajian Data :
Berdasarkan observasi dan wawancara, diperoleh data bahwa
pelaksanaan beberapa program PPI sudah berjalan dengan baik.
Diantaranya kebersihan tangan sudah dilakukan oleh petugas dan
siswa praktik dengan menerapkan prinsip PPI five moment dan 6
langkah, petugas sudah menggunakan APD sesuai dengan
kebutuhannya, mayoritas mahasiswa dan siswa praktik belum
menggunakan masker N95 ketika masuk ke ruang perawatan
infeksius airbone, ruang srikandi sudah memiliki ruang isolasi TB
MDR, pada pengendalian lingkungan ruang srikandi menggunakan
sistem campuran untuk mensirkulasi udara, penempatan kipas saling
berhadapan sehingga sirkulasi udara menjadi tidak teratur
(bertabrakan). Perlindungan kesehatan petugas sudah dilakukan
secara berkala.
Analisis :
Kepatuhan cuci tangan yang sudah berjalan dengan baik tidak lepas
dari edukasi yang sudah diberikan oleh tim ruangan kepada petugas,
mahasiswa, siswa dan pengunjung yang melakukan keiatan diruang
srikandi. Kesadaran akan penggunaan masker N95 sudah tinggi
diantaranya petugas sudah mendapatkan suplai masker N95 yang
cukup, selain itu kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan diri
ketika bekerja di ruang infeksius airbone. Siswa praktik yang belum
menggunakan APD masker yang sesuai di ruang srikandi terkendala
mahalnya masker N95 dan ketersediaannya yang terbatas. Sirkulasi
udara yang belum maksimal bisa lebih maksimal dengan mengatur
ulang posisi kipas angin searah sehingga tidak bertabrakan.
Kegiatan PPI sangat penting diterapkan di ruang perawatan kususnya
di ruang infeksius airbone,
10) Ronde keperawatan
Ronde Keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan
seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, serta divisi terkait
(medis, gizi, rehabilitasi medis, dan sebagainya). Ronde keperawatan
juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori
secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde
keperawatan yang berkesinambungan, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara
kritis dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam
pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada pasien (Nursalam,
2015).

Kajian Data : berdasarkan wawancara dengan perawat, di Ruang


Srikandi sebelumnya sudah sering dilakukan ronde keperawatan,
tetapi tahun 2020 belum dilaksanakan. Penentuan waktu dan petugas
pun belum terjadwal dengan baik.
Analisis : Ronde keperawatan sudah dilakukan, tetapi belum optimal
yaitu belum ada ketatapan jangka waktu dan perawat yang bertugas
melakukan ronde keperawatan.

B. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


Mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen dapat digambarkan
dalam skema.
Skema mekanisme kerja management keperawatan

Keinginan kebutuhan Perencanaan

Tujuan
Pengorganisasian

Pengarahan

Pengawasan
Informasi

1) Perencanaan
Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan
dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000).
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan
rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka
utama rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal
yang harus diantisipasi..
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
a. Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau
bulan)
b. Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :
a. Menyusun rencana kerja kepala unit.
b. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang yang bersangkutan.
c. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan
instalasi.
d. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
e. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
f. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
g. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
h. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit

Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang mendalam
mengenai pelaksanaan perencanaan di ruang Srikandi kepada kepala
ruang didapatkan data sebagai berikut:
a. Ruang Srikandi sudah memiliki perencanaan jangka pendek,
menengah dan jangka panjang namun belum memiliki
perencanaan tahunan, untuk tahun 2020 mengenai kebutuhan
tenaga, pengembangan SDM dan alat atau bahan perawatan
secara tertulis.
b. Kepala ruang menyadari perlu adanya suatu perencanaan dalam
satu tahun ke depan dan untuk pelaksanaan tahun 2020 mengacu
pada perencanaan tahun 2019
Analisis Data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisa bahwa
di ruang Srikandi sudah memiliki perencanaan tahunan untuk tahun
2019 dan perlu segera untuk membuat perencanaan tahun 2020.

2) Pengorganisasian
Kajian Teori
Pengorganisasian merupakan salah satu bagian dalam tugas
manajemen yang menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung
jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-masing
kegiatan. Berdasarkan ha(Nursalam, 2015) adalah :

Tugas kepala ruang adalah (Nursalam, 2002) :


a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
d. Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
e. Mengatur dan mengendalikan logistik unit
f. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
g. Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada ketua tim
h. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
i. Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
j. Identifikasi masalah dan cara penanganan
Pengorganisasian pelaksanaan asuhan perawatan
Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur,
proses, nilai nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan.
MPKP terdiri dari elemen sub sistem antara lain :
a. Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
b. Pendekatan manajemen
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan professional
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989)
metode asuhan keperawatan terdiri dari :
a. Metode kasus
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang
klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap
perawat ditugaskan untuk melayai seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shif dan tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti di ruang rawat intensif.

b. Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan keperawatan
dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang
berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan
manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk
dipakai sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada
perawat yunior.
c. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua
tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan
keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab
timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini
adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
i) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
ii) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
iii) Komprehensif dan holistik
iv) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral

Kerugian dari metode ini adalah :


i) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
ii) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
iii) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
iv) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non
profesional

d. Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode
ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
mulai dari pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong
praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary Nurse/PN).
Setiap PN merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama
24 jam dari klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas
asuhan keperawatan yang bersifat komperhensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PN mempunyai beberapa AN
dan perawatan dilanjutkan oleh AN.

Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinu dan
komperhensif dalam melakukan proses keperawatan kepada klien dan
perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah
pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi
dan advokasi.

Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan
oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
dengan kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan
mampu bekomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Tugas Kepala Ruang
1. Merumuskan metode penugasan/MAKP yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara jelas.
4. Membuat rencana kendali kepala ruangan membawahi dua perawat
primer dan perawat primer membawahi dua perawat asosiet.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada
perawat primer.
9. Mengetahui kondisi pasien, menilai tingkat kebutuhan pasien.
10. Mengembangkan kemampuan anggota.
11. Menyelenggarakan konferensi.
Pengarahan/Pelaksanaan
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
2. Memberikan reinforcement kepada perawat yang mengerjakan tugas
dengan baik.
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan aksep pasien.
5. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
6. Meningkatkan kolaborasi.
Pengawasan
1. Melalui komunikasi (lisan maupun dokumentasi).
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
2. Melalui supervisi/observasi.
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca,
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perawat primer.
3. Evaluasi.
a. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
b. Audit keperawatan.
Perawat Pelaksana (PA) Seorang perawat yang diberi wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan langsung kepada
pasien. Uraian tugas perawat asosiet:
1. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
a. menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah pasien;
b. melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana;
c. mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan;
d. mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respons
pasien pada catatan perawatan.
2. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab.
a. Pemberian obat.
b. Pemeriksaan laboratorium.
c. Persiapan pasien yang akan operasi.
3. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual dari pasien.
a. Memelihara kebersihan pasien dan lingkungan.
b. Mengurangi penderitaan pasien dengan memberi rasa aman,
nyaman, dan ketenangan.
c. Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
4. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis.
5. Melatih pasien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya.
6. Memberikan pertolongan segera pada pasien gawat atau sakaratul
maut.
7. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administratif.
a. Menyiapkan data pasien baru, pulang, atau meninggal.
b. Sensus harian atau formulir.
c. Rujukan harian atau formulir.
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai.
9. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyaman, dan
keindahan ruangan.
10. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
bergantian sesuai jadwal tugas.
11. Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS).
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan pasien baik secara lisan
maupun tulisan.
13. Membuat laporan harian pasien

Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruang dan
wakil kepala ruang, dari struktur organisasi ruang srikandi terdiri dari
kepala ruang, wakil kepala ruang dan perawat pelaksana. Selain tugas
pokok sebagai pemberi pelayanan keperawatan kepada pasien, masing-
masing perawat pelaksana memiliki tugas tambahan sebagai penanggung
jawab pengeloaan dan pelaporan seperti iventarisasi alat kesehatan, linen
serta pencatatan dan pelaporan program mutu dan keselamatan pasien
rumah sakit.
Penerapan MPKP diruang Srikandi adalah metode fungsional dimana
pembagian tugas dalam setiap shift diatur otomatis oleh perawat senior
dalam tim tersebut yang menjadi penanggung jawabnya. Tetapi semua
perawat dalam satu shift tersebut memiliki kompetensi yang sama,
dibuktikan dengan surat penugasan dan rincian kewenangan klinis yang
dimiliki oleh masing masing perawat.

Analisa
Ruang Srikandi belum memiliki SK Direktur yang mengatur tentang
pelaksanaan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di ruang
Srikandi menggunakan MPKP Kasus atau Fungsional atau Tim atau
Primer.

3).Pengarahan
Pengarahan tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa
mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan fungsi
masing-masing dengan baik (Adikoesoema, 1994). Adikoesoema (1994)
menjelaskan beberapa cara manajer merangsang bawahannya agar
pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka mencapai tujuan
organisasi:
1) Motivasi
Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang
manajer merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai
sasaran organosatoris.
2) Kemampuan Individu
Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga penting
untuk menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan tentu
tugas manajer meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan
sebagainya secara berkelanjutan untuk memajukan pengetahuannya.
Kajian Teori
Tugas kepala ruang dalam fungsi pengarahan adalah :
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
4. Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dsn
berhubungn dengan asuhan keperawatan pada pasien.
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

Kajian data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kepala ruang
memberikan komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staff.
Pertemuan rutin ruangan dilaksanakan 1 bulan sekali dan bila ada hal
yang mendesak maka kegiatan dilaksanakan setiap saat dengan
mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, dan bekerjasama antar
staff. Informasi penting dalam 1 hari dan arahan langsung dari
managemen diatas kepala ruang dilakukan dalam kegiatan apel yang
wajib dikuti oleh setiap staf, yaitu :
a. Apel pagi
b. Apel siang
c. Apel malam
Di ruang Srikandi tidak dilakukan meeting morning secara rutin
dikarenakan informasi sudah disampaikan di apel pagi, jika ada
kondisi mendesak akan dilakukan meeting morning oleh kepala
ruang. Seiring dengan kemajuan teknologi, ruang Srikandi
memanfaatkan media social whatsapp untuk sarana informasi 24
jam yang terpantau oleh kepala ruang dan DPJP ruang Srikandi.

Analisa
Kepala ruang telah melaksanakan fungsinya dengan baik demikian
juga staf yang ada di ruangan hanya ada beberapa hal yang kurang ,
diantaranya tidak dilaksanakannya pre dan post conference di
ruangan. Dari hal tersebut maka di ruang Srikandi perlu diadakan
sosialisasi pre dan post conference.

4).Pengawasan
Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar
dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak
sesuai dengan standar (Nursalam, 2002). Pengawasan melalui
komunikasi adalah mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien.
Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur yaitu :
a. Penetapan standar
pelaksanaan
b. Penentuan ukuran-
ukuran pelaksanaan
c. Pengukuran
pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan
d. Pengambilan tindakan
koreksi

Pelaksanaan pengawasan antara lain :


a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b. Melaui supervise :
1) Pengawasan langsung dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, melalui laporan langsung secara lisan,dan
memperbaiki / mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memerika rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah prose
keperawatan dilaksanakan 9 didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
3) Evaluasi , mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah
disusun bersama ketua tim.
4) Audit keperawatan.

Kajian data
Pengontrolan dilakukan oleh kepala ruang secara langsung dan tidak
langsung. Untuk penanggung jawab pelayanan di ruang dilakukan
langsung oleh kepala ruang dengan dibantu oleh wakil kepala ruang,
apabila kepala ruang tidak berada ditempat maka wakil kepala ruang
mengambil alih tugas pengawasan dari kepala ruang.
Pengawasan secara tidak langsung dilakukan dengan mendengarkan
masukan dan laporan dari penanggung jawab shift dan melalui
catatan yang ada. Pengendalian dilakukan dengan pembinaan segera
setelah adanya masalah atau disampaikan pada pertemuan rutin.
Selain dilakukan pembinaan juga dilakukan arahan dan teguran
kepada staff bila ada kesalahan.
Analisa
Secara umum fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala
ruang dan wakil kepala ruang berjalan dengan baik.
Pada penerapannya metode pemberian asuhan keperawatan
memerlukan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan, dan dokumentasi keperawatan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989)
metode asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus, metode
fungsional, metode tim, metode primer dan metode tim modifikasi
(MTM).

Tabel 2.15 Evaluasi pelaksanaan MPKP Ruang Srikandi RST


Wijaya Kusuma Purwokerto

Variabel yang Dinilai Hasil (%)


Evaluasi Pelaksanaan Tugas 100%
Kepala Ruang
Evaluasi Pelaksanaan Tugas 100%
Wakil Kepala Ruang
Evaluasi Pelaksanaan Tugas 94 %
Perawat Pelaksana
Evaluasi Pelaksanaan Pre -
Conference
Evaluasi Pelaksanaan Post -
Conference
Evaluasi Pelaksanaan Meeting -
Morning
Evaluasi Pelaksanaan serah 100%
terima tugas (operan)
Evaluasi Hubungan Profesional 83,33%
Antar Staf Perawat Dengan
Dokter/Tim Kesehatan Lain
Penilaian Hubungan Profesional 86,00%
Antar Staf Perawat dalam
menjamin askep
Penilaian Hubungan Profesional 80%
Antar Staf Perawat Dengan
Pasien 100%
Evaluasi pelaksanaan informasi
pasien baru
Jumlah Hubungan
92%
Profesional

Hasil observasi pelaksanaan MPKP di Ruang Srikandi secara rata-


rata yaitu 92 % ( baik). Berdasarkan observasi dan wawancara
ditemukan data bahwa ada beberapa hal yang disesuaikan dengan
kondisi ruangan dalam pelaksanaan MPKP tersebut. Pertama adalah
meeting morning yang disesuaikan dengan siatuasi yang
memungkinkan sesuai kebutuhan dimana pelaksanaannya tidak
selalu dilakukan karena informasi sudah disampaikan dalam apel
pagi. Pelaksanaan pre conference dan post conference belum
dilakukan diruang Srikandi. Efisiensi waktu, tidak adanya ruang
pertemuan khusus, dan jadwal pelayanan yang padat, serta jam visite
dokter menjadi bahan pertimbangan ruangan terkait hal tersebut.
Hasil observasi pelaksanaan MPKP paling rendah adalah pada
pelaksanaan preconferent masih 0 %, post conferment sebesar 0%
dan meeting morning sebesar 0%. Kegiatan yang belum dilakukan
disebabkan karena belum ada SPO yang mengatur. Kemudian hal
lain yang belum optimal dilakukan adalah mengenai informasi yang
jaga kepada pasien belum maksimal, belum memperkenakan diri .
kegiatan doa bersama belum dilakukan setiap kali operan jaga.
Tetapi walaupun demikian, kepala ruang selalu memberikan anjuran
kepada ketua tim ataupun perawat pelaksana untuk selalu melakukan
penjelasan informasi kepada pasien baru terkait hal-hal yang
berhubungan dengan pasien, selama pasien dirawat di RS.

c. Proses Bimbingan Praktek dengan mahasiswa praktikan


Kajian teori
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata
dimana peserta didik dihadapkan langsung dengan klien dan situasi
yang nyata. Peserta didik berkesempatan dalam melatih diri
melaksanakan asuhan perawatan profesional.
Prosedur mahasiswa / siswa praktek klinik keperawatan di RST
Wijaya Kusuma Purwokerto :
1. Praktikan :
1) Siswa/i SMK kesehatan
2) Mahasiswa DIII dan S1 Keperawatan
3) Mahasiswa Profesi Ners
2. Penerimaan
Penerimaan siswa PKL bila sudah ada MOU dengan RST Wijaya
Kusuma Purwokerto.
3. Bimbingan
Bimbingan terhadap siswa PKL dilakukan oleh koordinator CI dan
CI unit terkait.
4. Alur
1) Institusi terkait mengajukan permohonan PKL dengan
melampirkan jumlah dan nama siswa / mahasiswa serta
jurusan.
2) Institusi terkait menyelesaikan administrasi kepada
pihak rumah sakit melalui kasir.
3) Pada waktu yang ditentukan institusi terkait
menyerahkan siswa / mahasiswa kepada instalasi
pendidikan.
4) Instaldik bersama dengan koordinator CI, Pokja PPI,
Pokja SKP memberikan pembekalan kepada sisw /
mahasiswa PKL.
5) Setelah selesai pembekalan dilanjutkan dengan orientasi
pegenalan lingkungan rumah sakit dan diserahkan
kepada unit terkait.

Kajian data
1) Penerimaan mahasiswa / siswa praktek keperawatan klinik
dilakukan oleh instalasi pendidikan.
2) Serah terima dan pengarahan praktek klinik keperawatan
dilakukan di aula dihadiri oleh semua CI dan perseptorship.
3) Pemberian materi PPI,mutu dan keselamatan pasien serta tata
tertib praktek sebelum memasuki lahan praktek, dilakukan oleh
masing masing staf yang bertugas dalam pokja akreditasi RS.
4) Pembagian lahan praktek klinik keperawatan sesuai dengan
stase dan kompetensi yang dibutuhkan.
5) Orientasi ruangan secara menyeluruh sebelum praktek
keperawatan diberikan oleh instalasi pendidikan.
6) Fasilitas kegiatan mahasiswa / siswa seperti presentasi kasus,
bimbingan dosen dan ujian oral case analisis ( SOCA )
menggunakan aula wijayakusuma dan aula sentot sesuai
dengan fasilitas yang dibutuhkan.
7) Ada jadwal tertulis praktik mahasiswa keperawatan profesi
ners dan siswa SMK kesehatan diruang Srikandi.
8) Ada absensi harian mahasiwa / siswa praktek.
9) Pengawasan oleh CI ruang Srikandi dan perawat pelaksana
pada shift diluar jadwal jaga CI.
10) Bimbingan mahasiswa / siswa praktek sesuai dengan target
yang dibutuhkan dilakukan oleh CI dan perawat pelaksana
setiap shift.
11) Responsi dan ujian praktek klinik dilakukan oleh CI bersama
dosen pembimbing.

Analisa
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 17 februari 2020
sampai dengan 20 februari 2020 diruang Srikandi digunakan untuk
praktek 2 perawat magang, 28 siswa SMK kesehatan dari SMK
Wicaksana 8 orang, SMK Muhamadiyah 7 orang, SMK Brebes 4
orang, SMK Citra Bangsa Mandiri Purwokerto …5 orang,SMK
Mitra Karya 4 orang dan 13 mahasiswa profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa Purwokerto dengan stase managemen keperawatan.
Proses penerimaan, bimbingan, pengawasan dan evaluasi
mahasiswa/ siswa dilakukan sesuai prosedur instalasi pendidikan
RST Wijaya Kusuma. Selain aula wijaya kusuma dan aula Sentot di
ruang Srikandi belum memiliki ruang untuk bimbingan mahasiswa
secara khusus, sehingga bimbingan dilakukan diruang ners station
atau ruang serbaguna yang ada dibelakang ners station. Untuk itu
menurut kami perlu adanya ruang bimbingan mahasiswa / siswa
untuk menjaga privacy pasien dan keamanan rahasia pasien yang
digunakan sebagai informasi dan media praktek di ruang Srikandi.

Anda mungkin juga menyukai