Visi rumah sakit RSWK adalah Menjadi kebanggaan setiap prajurit dan
senantiasa mengutamakan keselamatan pasien.
Rumah sakit Rumkit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma merupakan rumah
sakit yang berada di Kota Purwokerto, beralamat di Jl. Pr.dr.HR.Bunyamin
Purwokerto, merupakan rumah sakit peninggalan dari Belanda pada tahun 1949
yang awalnya dahulu berkedudukan di Banyumas dengan nama RST Brigade 8
/ III “Sunan Gunung Jati”.
Pada tanggal 20 September 1950 terjadi pergantian nama Brigade 8/III
menjadi Sub Terr/Brigade “N” Yudonegoro, sehingga kesehatan Brigade 8/III
menyesuaikan diri menjadi berubah menjadi Kesehatan Sub Terr/Brigade “N“
Yudonegoro. Selanjutnya pada tanggal 9 Pebruari 1953 Sub Terr/Brigade “N”
Yudonegoro dirubah menjadi Residen Infanteri, sehingga nama Kesehatan Sub
Terr/Brigade “N” Yudonegoro berubah menjadi Detasemen Kesehatan Tentara
atau DKT Resimen I. DKT Resimen I membawahi 7 Danton Kesehatan dan 2
Tempat perawatan Tentara yaitu tempat perawatan Tentara I yang
berkedudukan di Banyumas dipimpin oleh Letda Sukardi yang pada tahun
1964 menjadi Rumkit III/711 dan tempat perawatan Tentara II yang
berkedudukan di Tegal dipimpin oleh Letda Suhartono.
Berdasarkan Surat Perintah Nomor: Sprin/106/III/1967 tanggal 1 April
1967, Rumkit III/711 dipindah ke Glempang Purwokerto dengan menempati
eks Batalyon 402 yang pada waktu itu kosong dan dipimpin oleh Lettu dr.
Sentot sebagai Pejabat Sementara Karumkit III /711 Wijayakusuma.
Selanjutnya pada tanggal 1 Februari 1986 berdasarkan surat keputusan Kasad
Nomor : Skep / 76 / X / 1985 tanggal 28 Oktober 1985 dan berdasarkan Surat
Perintah Kepala Kesdam IV / Diponegoro Nomor : Sprin 024 / II / 1986, nama
Rumah Sakit III/711 Wijayakusuma diganti menjadi Rumah Sakit Tk III
04.06.01 Wijayakusuma berganti nama menjadi Rumah Sakit III/711
Wijayakusuma..
1. Visi Rumah Sakit
RSWK menjadi kebanggan setiap prajurit dan senantiasa mengutamakan
keselamatan pasien.
2. Misi Rumah Sakit
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan prajurit dan
masyarakat, serta senantiasa mengutamakan keselamatan pasien.
3. Motto Rumah Sakit
Senyum, sapa, sentuh, sembuh.
4. Tujuan
a. Peningkatan pelayanan kualitas kesehatan.
b. Peningkatan sumber daya manusia.
c. Peningkatan kesejahteraan personilnya.
U
C
ud
an
G
g
hu
as
ss
ol
is
K
i
M
K
S
E
L
A
od
ial
R.
is
H
H
D
S
a
e
A
R
m
M
M
K
n
d
a
a
r
Kajian Data
Bulan
No. Institusi
Januari
13
1 Profesi UHB
Mahasiswa
2 SMK CBM
5 siswa
3 SMK Wicaksana 8 siswa
4 SMK Muh 3 7 siswa
5 SMK Brebes 4 siswa
6 SMK mitra karya 4 siswa
7 Magang 2 orang
Sumber : Daftar Jadwal Praktik Mahasiswa di Ruang Srikandi bulan Januari
2020.
Analisis
c. Ketenagaan
1) Kuantitas
Kajian teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses
membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga
yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit
untuk setiap shiftnya. untuk penetapan ini ada beberapa rumus
yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk menetapkan rumus
ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan
apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.
Jumlah
Jumlah
No. Bulan hari BOR
Pasien
rawat
Atau :
Tenaga Perawat (TP)= A x B x 365
(365-C) x jam kerja /hari
Keterangan :
A : Jam perawatan /24 jam
Keperawatan langsung :
- Minimal care 18 orang : 18 x 2 jam = 36 jam
- Partial care 2 orang : 2 x 3 jam = 6 jam
- Total care 0 orang : x 6 jam = 0 jam
Jumlah = 42 jam
- Perawatan tidak langsung 20 orang : 20 x 1 jam = 20 jam
- Penyuluhan kesehatan 20 orang : 20 x 0,25 jam = 5 jam
Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien dalam
waktu per hari adalah : (42 + 20 + 5)/20 = 3,35 jam
B: sensus harian → BOR(88,16) x Jumlah tempat tidur(28)
C: jumlah hari libur(78)
365 :jumlah hari kerja selama 1 tahun
Kajian Data
= 301,833,392
1659
=18,19 ≈ 18 orang
Tabel 7.
Penghitungan kebutuhan tenaga perawat
di Ruang Srikandi RST Wijaya Kusuma Purwokerto
NO Fakta Interpretasi
Rumus
1 Gillies → 18 orang 14 + 1 Karu kurang 3 perawat
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Profesi Ners Universitas
Harbang tanggal 18-20 Januari 2020.
Analisa
Dari teknik penghitungan tersebut di atas diketahui bahwa
ruang Srikandi mengalami kekurangan tenaga perawat.
Penghitungan ini belum memiliki keakuratan yang absolut karena
memiliki beberapa kekurangan diantaranya karena observasi yang
dilakukan hanya 3 hari, sehingga tidak menggambarkan kondisi
atau potret yang sesungguhnya. Penghitungan jam efektif yang
diketahui untuk penghitungan jumlah tenaga tidak menggunakan
observasi sebelumnya namun menggunakan ketetapan dari
berbagai sumber, sehingga mungkin kurang memberikan hasil
yang lebih mendekati tepat.
b. Kualitas
Kajian teori
Keberhasilan RST dalam memberikan pelayanan kesehatan
dapat ditunjukan dengan pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas diperlukan sumber daya yang cukup dengan kualitas
yang tinggi dan professional. Kualitas pelayanan merupkan
pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau
atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau
pandangan konsumen. Dalam keperawatan, tujuan kualitas
pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk
pelayanan keperawatan yang dihasilkan sesuai dengan standar atau
keinginan pasien ( Nursalam, 2011 ).
Menurut Darmanto Djojosubroto (2011) konsep pengembangan
sumber daya manusia yang disebut Human Resources
Development (HRD) memiliki 3 program yaitu:
1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan saat ini.
2) Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan
untuk pekerjaan yang akan datang.
3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan
untuk pekerjan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Analisa
Berdasarkan kajian data didapatkan hasil bahwa semua perawat
yang dinas di ruang Srikandi sudah memiliki pelatihan BTCLS
untuk menunjang tugas asuhan keperawatan yang dilakukan di
ruang Srikandi RST Wijayakusuma.
d. Fasilitas/alat
Kajian Teori
Dalam proses manajemen sangat diperlukan adanya pengelolaan
fasilitas dan peralatan sebagai factor pendukung/penunjang
terlaksanaanya pelayanan kesehatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan kesehatan untuk pelayanan keperawatan merupakan
semua bentuk alat kesehatan/peralatan lain yang dipergunakan
untuk memeperlancar pelaksaan asuhan keperawatan sehingga
diperoleh tujuan pelayanan yang efisien dan efektif (Nursalam
2011)
Kajian data
Pengelolaan alat dan alat di Ruang Srikandi sebagian besar sudah
menggunakan pedoman/ buku standar fasilitas dan peralatan
keperawatan. Fasilitas alat di Ruang Srikandi dan fasilitas ruang
rawat seperti tabel di bawah ini:
Daftar Inventaris Alat Medis Di Ruang Srikandi RST
WijayaKusuma
Analisis
Secara garis besar inventaris yang tersedia di Ruang Srikandi
secara umum baik. Namun masih terdapat beberapa peralatan yang
kurang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan padahal
inventaris tersebut sangat penting untuk menunjang keberhasilan
perawatan pasien. Invetaris terakhir dilakukan pada Juli 2019
e. Metode (Terkait SAK dan SOP)
Kajian Teori
Standar Asuhan Keperawatan merupakan penyataan kualitas yang
diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan
terhadap pasien. Standar ini memberikan petunjuk kinerja mana
yang tidak sesuai atau tidak dapat diterima. Manfaat penerapan
proses keperawatan dalam asuhan keperawatan tersebut antara lain
dapat meningkatkan keterampilan teknis dan prosedur
keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Juga untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan
otonomi dari perawat, disamping meningkatkan tanggung jawab
dari perawat atas tindakan serta mutu asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien. Penerapan asuhan keperawatan juga
bermanfaat untuk meningkatkan peran perawat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan atas hal yang berkaitan
dengan perawatan pasien.
Kajian data
Daftar Prosedur Asuhan Keperawatan Bidang Keperawatan
Di Ruang Srikandi RST Wijayakusuma Purwokerto
NO Nama SOP
1 Penanganan Anaphylaxis Syock
2 Pemeriksaan Fisik Abdomen
3 Pemeriksaan Glas Glows Coma Scale
4 Pengukuran Tekanan Darah
5 Pemeriksaan Suhu Badan
6 Pemeriksaan Nadi dan Pernapasan
7 Pemberian Obat Intravena
8 Pemberian Obat Intra Muskuler
9 Pemberian Obat Sub Cutan
10 Pemberian Obat Intra Cutan
11 Pemberian Obat Supositorial
12 Penyiapan Specimen Darah Vena
13 Pemberian Oksigen Bnasal
14 Latihan Nafas Dalam
15 Batuk Efektif
16 Fisioterapi Dada
17 Penghisapan Lendir
18 Inhalasi Manual
19 Inhalasi Nebulizer
21 Pemasangan Infus
22 Pemasangan Tranfusi
23 Perawatan Infus
24 Pemasangan NGT
25 Pemberian Makan Lewat NGT
26 Pemasangan Kateter Pria
27 Pemasangan Kateter Wanita
28 Perawatan Kateter Pria
29 Perawatan Kateter Wanita
30 Pelepasan Kateter
41 Cuci Tangan
55 Penanganan Keluhan Pasien
56 Pemeriksaan Fisik Kepala
57 Pemeriksaan Fisik Dada
58 BHD
59 Tata Laksana Persiapan Visite Dokter
60 Pemasangan restrain
61 Manajemen nyeri
62 Teknik mengatasi nyeri
63 Penatalaksanaan jenasah
64 Pemeliharaan APAR
65 Keracunan Makanan
66 Permintaan darah selain PRC dan WB
67 Prosedur pelaporan reaksi alergi
68 Penengakan diagnosa TB
69 Pengklasifikasian ps TB
70 Penjaringan TB
71 Pemantauan pengobatan pasien tb
72 Pengelolaan sample darah ODHA
73 Pengambilan darah ODHA
74 Kunjungan rawat inap pasien TB
75 Konseling pasca test dengan hasil reaktif
76 Pencatatan dan pelaporan pasien TB
77 Pengobatan pasien TB
Analisis
Berdasarkan tabel tersebut di atas, secara umum standar dan protap
sudah sesuai dengan kebutuhan ruang perawatan pasien umum
( Semua penyakit ) Namun ada beberapa protap yang tidak tersedia
yaitu protap untuk SOP/Protap untuk pre dan post conference.
Berdasarkan pengkajian tanggal 18 februari dapat disimpulkan
bahwa manajemen pelayanan di Ruang Srikandi sudah cukup baik
dengan ketersediaan SOP yang ada .
f. Sumber dana
Kajian Teori
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesahatan, baik
medis maupun non medis, dalam kaitan tersebut agar rumah sakit
dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat, maka untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis, non medis, dan jasa pemborong (Suarli,
2009). Sumber dana rumah sakit yaitu:
3. Unsur proses
A. Proses asuhan keperawatan
Kajian Teori
Kualitas pelayanan keperawatan kepada klien dinilai menggunakan
standar praktek keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar keperawatan telah
dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahap proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Instrumen penilaian standar
tersebut telah disusun oleh DepKes (instrumen A).
Pada penerapannya metode pemberian asuhan keperawatan
profesional memerlukan penataan 3 komponen utama, yaitu :
a. Ketenagaan keperawatan
b. Metode pemberian asuhan keperawatan
c. Dokumentasi keperawatan
1) Metode Penugasan :
Dalam pemberian asuhan keperawatn. Di Ruang Srikandi belum
menerapkan jenis Metode asuhan Keperawatn Profesional.
Penugasan berdasarkan lisan atau kesepakatan antara rekan satu
shif mengenai tindakan yang akan dilakukan atau tanggung
jawabnya. Dalam pemberian asuhan keperawatan, meliputi :
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian meliputi pengumpulan
data, pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik
aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisa, dan dibandingkan dengan fungsi normal
kehidupan pasien. Kriteria diagnosa dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien,
dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen
terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual
apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat
potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan
terjadi, dan dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen rencana perawatan meliputi
prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Prioritas
masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah
yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya
masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien.
Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga.
e) Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan
rencana yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-
spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan perawatan yang
akan dilaksanakan pada klien, sesuai waktu yang telah
ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan perawatan dilakukan dengan menerapkan prinsip
aseptik dan antiseptik, aman, nyaman, ekonomis, menjaga
privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien, dan
merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan. Semua
tindakan yang telah dilaksanakan dicatat pada format asuhan
keperawatan yang berlaku. Perbaikan tindakan dilakukan
berdasarkan respon pasien dan merujuk dengan segera bila
ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
f) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan
berencana, untuk menilai perkembangan pasien. Evaluasi
dilaksanakan dengan memeriksa
Masalah :
Teratasi
Belum
Baru
3) Sentralisasi Obat
Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat dan efektif
adalah sistem sentralisasi obat.alur sentralisasi obat dimulai saat obat
diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan ke depo farmasi oleh perawat.
Setelah depo farmasi menerima resep kemudian dilayani oleh petugas farmasi
dengan pemberian labeling sesuai identitas. Obat diserahkan depo farmasi ke
Dokter
perawat dengan tanda bukti buku serah terima obat. Jumlah obat oral dan
injeksi yang diserahkan adalah dosis obat untuk 2 atau 3 kali pemberian dalam
Klien/keluarga
waktu 24 jam berdasarkan kebutuhan pasien. Koordinasi dengan
perawat
Alur pelaksanaan sentralisasi obat dapat digambarkan dalam skema
Farmasis
berikut :
Surat persetujuan
Klien/keluarga sentralisasi obat dari
perawat
Lembar serah terima obat
Buku serah terima obat
Klien/keluarga
Kajian data : Berdasarkan hasil observasi dengan didapatkan data
bahwa di ruangan Srikandi tersedia buku serah terima obat dari
farmasi, terdapat buku injeksi dan buku obat oral. Sementara itu
untuk obat khusus (dengan harga yang mahal), keluarga terlebih
dahulu di beri inform consent tentang kesediaan memakai obat
tersebut, setelah resep ditebus oleh keluarga maka obat tersebut
dibawa oleh pasien dan hari itu juga langsung diberikan pada pasien.
Sentralisasi obat dapat meminimalkan risiko-risiko duplikasi obat,
menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat
perlu ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang Srikandi dapat
dikontrol oleh perawat.
Berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan data bahwa
sentralisasi obat sudah berjalan sesuai alur, semua obat terlebih
dahulu di cek oleh perawat sebelum diberikan kepada pasien.
5) Discharge Planing
a. Definisi
Discharge Planning adalah suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang
dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri di rumah (Nursalam,
2015)
proses yang digunakan untuk menentukan apa yang dibutuhkan pasien
untuk melakukan perpindahan dari satu tingkat perawatan ke tingkat
perawatan yang selanjutnya (Medicare, 2002).
b. Tujuan
Tujuan dari Discharge Planning yaitu :
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat
Kajian Data : Discaharge planning dilakukan oleh perawat pada saat akan
pulang, sudah menginformasikan mengenai pengbatan, perawatan di rumah,
nutrisi , aktivitas dan waktu kontrol
7) Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk pemulihan dan kesembuhan pasien
(Suoriyanto, 2010). Hubungan baik perawat dan pasien terjalin karena adanya
komunikasi yang baik, sehingga pasien akan puas dengan pelayanan yang
diberikan. Hubungan yang terapeutik akan terwujud dengan adanya interaksi
yang terapeutik antara keduanya.
Tehnik komunikasi terapeutik antara lain :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
2. Mendengarkan pasif
3. Mendengarkan aktif
4. Menunjukkan penerimaan
5. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
6. Pertanyaan terbuka
7. Mengulang ucapan klien dengan kalimat sendiri
8. Mengklarifikasi
9. Memfokuskan
10. Menawarkan informasi
Kajian Data : Berdasarkan observasi yang dilakukan, perawat ruang Srikandi
telah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik, dimana pada saat
penerimaan pasien baru, perawat selalu mendengarkan keluhan dan perjalanan
penyakit yang disampaikan oleh pasien dan keluarga. Perawat menanyakan
kalimat terbuka, mendengarkan pasif dan aktif , mengklarifikasi dan
menawarkan informasi.
8) Patient Safety
Kajian Teori
a. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
risiko. Meliputi:
1) Assessment risiko.
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko
pasien.
3) Pelaporan dan analisis insiden.
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
b. Tujuan
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit.
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi penanggulangan KTD.
Kajian Data
Hasil pengkajian awal, ditemukan beberapa SOP tindakan yang biasa
dilakukan di Ruang Srikandi. Penilaian pelaksanaan SOP dilakukan
dengan melihat pelaksanaan tindakan kemudian dilakukan check list
pada lembar SOP.
Hasil wawancara dengan perawat ruangan, dalam pelaksanaan
pemasangan infus, perawat sudah menerapkan komunikasi secara
efektif namun tidak lengkap sesuai SOP karena faktor waktu.
Sedangkan evaluasi yang dilakukan tidak mengevaluasi respon
pasien tetapi dengan mengevaluasi kondisi pasien secara objektif.
Selanjutnya saat injeksi tidak dilakukannya labeling pada spuit
pasien dikarenakan menurut persepsi perawat dengan memberi nama
pasien, nama obat dan nomor kamar saja dispuit pasien itu sudah
cukup. Sebelum injeksi, perawat mencocokkan identitas di spuit
dengan gelang pasien.
Kemudian pada assesement perawat, sudah ada assesment resiko
jatuh, tetapi belum ada assesment yang merinci kategori resiko jatuh
nya, apakah ringan, sedang atau tinggi. Pada pasien juga belum ada
penanda resiko jatuh, baik gelang kuning ataupun segitiga penanda.
Analisis
Hasil tabel diatas, didapatkan bahwa beberapa SOP masih belum
dilakukan sebagaimana mestinya. Hal tersebut disebabkan oleh
karena efisiensi waktu dan banyaknya pasien diruangan sementara
jumlah perawat sedikit. Ketidaksesuaian pelaksanaan SOP dapat
meningkatkan risiko terjadinya KTD yang berkaitan dengan patient
safety jika tidak dilakukan. Sehingga perlu adanya perbaikan
pelaksanaan SOP yang berfokus pada patient safety disesuaikan
dengan sarana prasarana dan kondisi ruangan.
9) PPI
Pencegahan dan pengendalian Infeksi adalah upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, keluarga,
pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan
(Permenkes RI nomor 27 Tahun 2017).
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik. Berdasarkan sumber infeksi,
maka infeksi dapat berasal dari masyarakat/komunitas (Community
Acquired Infection) atau dari rumah sakit. Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya
disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penularan agen infeksi dalam lingkungan layanan kesehatan memerlukan
6 komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau
dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Enam komponen rantai penularan infeksi, yaitu:
(a) Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab
infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus,
jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan
jumlah (dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi
dengan pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi,
semakin cepat pula upaya pencegahan dan penanggulangannya bisa
dilaksanakan.
(b) Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup,
tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu
atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak
adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan,
tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat
juga ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir
mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga merupakan
reservoir.
(c) Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran
napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta.
(d) Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
Ada beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan
tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum
(makanan, air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor
(biasanya serangga dan binatang pengerat).
(e) Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi
memasuki pejamu yang rentan dapat melalui saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit
yang tidak utuh.
(f) Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan
kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan
agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan
adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka
bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan
dengan imunosupresan.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatanserta
masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan
berdasarkan transmisi. Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka
akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
1. Kewaspadaan Standar
a. Kebersihan Tangan
b. Pemakaian Alat pelindung Diri (APD)
c. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
d. Pengendalian Lingkungan
e. Pengelolaan Limbah
f. Penatalaksanaan Linen
g. Perlindungan Petugas Kesehatan
h. Penempatan Pasien
i. Kebersihan Pernafasan / Etika Batuk
j. Praktik Menyuntik yang Aman
k. Praktik Lumbal Punksi yag Aman
2. Kewaspadaan Transmisi
a. Kewaspadaan transmisi melalui kontak
b. Kewaspadaan transmisi melalui Droplet
c. Kewaspadaan transmisi melalui Udara
d. Kewaspadaan transmisi melalui common vehicle
e. Kewaspadaan transmisi melalui vektor
(Permenkes RI nomor 27 Tahun 2017).
Kajian Data :
Berdasarkan observasi dan wawancara, diperoleh data bahwa
pelaksanaan beberapa program PPI sudah berjalan dengan baik.
Diantaranya kebersihan tangan sudah dilakukan oleh petugas dan
siswa praktik dengan menerapkan prinsip PPI five moment dan 6
langkah, petugas sudah menggunakan APD sesuai dengan
kebutuhannya, mayoritas mahasiswa dan siswa praktik belum
menggunakan masker N95 ketika masuk ke ruang perawatan
infeksius airbone, ruang srikandi sudah memiliki ruang isolasi TB
MDR, pada pengendalian lingkungan ruang srikandi menggunakan
sistem campuran untuk mensirkulasi udara, penempatan kipas saling
berhadapan sehingga sirkulasi udara menjadi tidak teratur
(bertabrakan). Perlindungan kesehatan petugas sudah dilakukan
secara berkala.
Analisis :
Kepatuhan cuci tangan yang sudah berjalan dengan baik tidak lepas
dari edukasi yang sudah diberikan oleh tim ruangan kepada petugas,
mahasiswa, siswa dan pengunjung yang melakukan keiatan diruang
srikandi. Kesadaran akan penggunaan masker N95 sudah tinggi
diantaranya petugas sudah mendapatkan suplai masker N95 yang
cukup, selain itu kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan diri
ketika bekerja di ruang infeksius airbone. Siswa praktik yang belum
menggunakan APD masker yang sesuai di ruang srikandi terkendala
mahalnya masker N95 dan ketersediaannya yang terbatas. Sirkulasi
udara yang belum maksimal bisa lebih maksimal dengan mengatur
ulang posisi kipas angin searah sehingga tidak bertabrakan.
Kegiatan PPI sangat penting diterapkan di ruang perawatan kususnya
di ruang infeksius airbone,
10) Ronde keperawatan
Ronde Keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan
seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, serta divisi terkait
(medis, gizi, rehabilitasi medis, dan sebagainya). Ronde keperawatan
juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori
secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde
keperawatan yang berkesinambungan, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara
kritis dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam
pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada pasien (Nursalam,
2015).
Tujuan
Pengorganisasian
Pengarahan
Pengawasan
Informasi
1) Perencanaan
Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan
dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000).
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan
rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka
utama rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal
yang harus diantisipasi..
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
a. Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau
bulan)
b. Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :
a. Menyusun rencana kerja kepala unit.
b. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang yang bersangkutan.
c. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan
instalasi.
d. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
e. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
f. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
g. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
h. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit
Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang mendalam
mengenai pelaksanaan perencanaan di ruang Srikandi kepada kepala
ruang didapatkan data sebagai berikut:
a. Ruang Srikandi sudah memiliki perencanaan jangka pendek,
menengah dan jangka panjang namun belum memiliki
perencanaan tahunan, untuk tahun 2020 mengenai kebutuhan
tenaga, pengembangan SDM dan alat atau bahan perawatan
secara tertulis.
b. Kepala ruang menyadari perlu adanya suatu perencanaan dalam
satu tahun ke depan dan untuk pelaksanaan tahun 2020 mengacu
pada perencanaan tahun 2019
Analisis Data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisa bahwa
di ruang Srikandi sudah memiliki perencanaan tahunan untuk tahun
2019 dan perlu segera untuk membuat perencanaan tahun 2020.
2) Pengorganisasian
Kajian Teori
Pengorganisasian merupakan salah satu bagian dalam tugas
manajemen yang menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung
jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-masing
kegiatan. Berdasarkan ha(Nursalam, 2015) adalah :
b. Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan keperawatan
dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang
berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan
manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk
dipakai sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada
perawat yunior.
c. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua
tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan
keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab
timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini
adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
i) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
ii) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
iii) Komprehensif dan holistik
iv) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
d. Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode
ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
mulai dari pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong
praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary Nurse/PN).
Setiap PN merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama
24 jam dari klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas
asuhan keperawatan yang bersifat komperhensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PN mempunyai beberapa AN
dan perawatan dilanjutkan oleh AN.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinu dan
komperhensif dalam melakukan proses keperawatan kepada klien dan
perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah
pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi
dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan
oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
dengan kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan
mampu bekomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Tugas Kepala Ruang
1. Merumuskan metode penugasan/MAKP yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara jelas.
4. Membuat rencana kendali kepala ruangan membawahi dua perawat
primer dan perawat primer membawahi dua perawat asosiet.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada
perawat primer.
9. Mengetahui kondisi pasien, menilai tingkat kebutuhan pasien.
10. Mengembangkan kemampuan anggota.
11. Menyelenggarakan konferensi.
Pengarahan/Pelaksanaan
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
2. Memberikan reinforcement kepada perawat yang mengerjakan tugas
dengan baik.
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan aksep pasien.
5. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
6. Meningkatkan kolaborasi.
Pengawasan
1. Melalui komunikasi (lisan maupun dokumentasi).
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
2. Melalui supervisi/observasi.
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca,
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perawat primer.
3. Evaluasi.
a. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
b. Audit keperawatan.
Perawat Pelaksana (PA) Seorang perawat yang diberi wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan langsung kepada
pasien. Uraian tugas perawat asosiet:
1. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
a. menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah pasien;
b. melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana;
c. mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan;
d. mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respons
pasien pada catatan perawatan.
2. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab.
a. Pemberian obat.
b. Pemeriksaan laboratorium.
c. Persiapan pasien yang akan operasi.
3. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual dari pasien.
a. Memelihara kebersihan pasien dan lingkungan.
b. Mengurangi penderitaan pasien dengan memberi rasa aman,
nyaman, dan ketenangan.
c. Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
4. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis.
5. Melatih pasien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya.
6. Memberikan pertolongan segera pada pasien gawat atau sakaratul
maut.
7. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administratif.
a. Menyiapkan data pasien baru, pulang, atau meninggal.
b. Sensus harian atau formulir.
c. Rujukan harian atau formulir.
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai.
9. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyaman, dan
keindahan ruangan.
10. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
bergantian sesuai jadwal tugas.
11. Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS).
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan pasien baik secara lisan
maupun tulisan.
13. Membuat laporan harian pasien
Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruang dan
wakil kepala ruang, dari struktur organisasi ruang srikandi terdiri dari
kepala ruang, wakil kepala ruang dan perawat pelaksana. Selain tugas
pokok sebagai pemberi pelayanan keperawatan kepada pasien, masing-
masing perawat pelaksana memiliki tugas tambahan sebagai penanggung
jawab pengeloaan dan pelaporan seperti iventarisasi alat kesehatan, linen
serta pencatatan dan pelaporan program mutu dan keselamatan pasien
rumah sakit.
Penerapan MPKP diruang Srikandi adalah metode fungsional dimana
pembagian tugas dalam setiap shift diatur otomatis oleh perawat senior
dalam tim tersebut yang menjadi penanggung jawabnya. Tetapi semua
perawat dalam satu shift tersebut memiliki kompetensi yang sama,
dibuktikan dengan surat penugasan dan rincian kewenangan klinis yang
dimiliki oleh masing masing perawat.
Analisa
Ruang Srikandi belum memiliki SK Direktur yang mengatur tentang
pelaksanaan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di ruang
Srikandi menggunakan MPKP Kasus atau Fungsional atau Tim atau
Primer.
3).Pengarahan
Pengarahan tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa
mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan fungsi
masing-masing dengan baik (Adikoesoema, 1994). Adikoesoema (1994)
menjelaskan beberapa cara manajer merangsang bawahannya agar
pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka mencapai tujuan
organisasi:
1) Motivasi
Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang
manajer merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai
sasaran organosatoris.
2) Kemampuan Individu
Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga penting
untuk menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan tentu
tugas manajer meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan
sebagainya secara berkelanjutan untuk memajukan pengetahuannya.
Kajian Teori
Tugas kepala ruang dalam fungsi pengarahan adalah :
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
4. Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dsn
berhubungn dengan asuhan keperawatan pada pasien.
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
Kajian data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kepala ruang
memberikan komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staff.
Pertemuan rutin ruangan dilaksanakan 1 bulan sekali dan bila ada hal
yang mendesak maka kegiatan dilaksanakan setiap saat dengan
mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, dan bekerjasama antar
staff. Informasi penting dalam 1 hari dan arahan langsung dari
managemen diatas kepala ruang dilakukan dalam kegiatan apel yang
wajib dikuti oleh setiap staf, yaitu :
a. Apel pagi
b. Apel siang
c. Apel malam
Di ruang Srikandi tidak dilakukan meeting morning secara rutin
dikarenakan informasi sudah disampaikan di apel pagi, jika ada
kondisi mendesak akan dilakukan meeting morning oleh kepala
ruang. Seiring dengan kemajuan teknologi, ruang Srikandi
memanfaatkan media social whatsapp untuk sarana informasi 24
jam yang terpantau oleh kepala ruang dan DPJP ruang Srikandi.
Analisa
Kepala ruang telah melaksanakan fungsinya dengan baik demikian
juga staf yang ada di ruangan hanya ada beberapa hal yang kurang ,
diantaranya tidak dilaksanakannya pre dan post conference di
ruangan. Dari hal tersebut maka di ruang Srikandi perlu diadakan
sosialisasi pre dan post conference.
4).Pengawasan
Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar
dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak
sesuai dengan standar (Nursalam, 2002). Pengawasan melalui
komunikasi adalah mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien.
Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur yaitu :
a. Penetapan standar
pelaksanaan
b. Penentuan ukuran-
ukuran pelaksanaan
c. Pengukuran
pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan
d. Pengambilan tindakan
koreksi
Kajian data
Pengontrolan dilakukan oleh kepala ruang secara langsung dan tidak
langsung. Untuk penanggung jawab pelayanan di ruang dilakukan
langsung oleh kepala ruang dengan dibantu oleh wakil kepala ruang,
apabila kepala ruang tidak berada ditempat maka wakil kepala ruang
mengambil alih tugas pengawasan dari kepala ruang.
Pengawasan secara tidak langsung dilakukan dengan mendengarkan
masukan dan laporan dari penanggung jawab shift dan melalui
catatan yang ada. Pengendalian dilakukan dengan pembinaan segera
setelah adanya masalah atau disampaikan pada pertemuan rutin.
Selain dilakukan pembinaan juga dilakukan arahan dan teguran
kepada staff bila ada kesalahan.
Analisa
Secara umum fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala
ruang dan wakil kepala ruang berjalan dengan baik.
Pada penerapannya metode pemberian asuhan keperawatan
memerlukan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan, dan dokumentasi keperawatan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989)
metode asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus, metode
fungsional, metode tim, metode primer dan metode tim modifikasi
(MTM).
Kajian data
1) Penerimaan mahasiswa / siswa praktek keperawatan klinik
dilakukan oleh instalasi pendidikan.
2) Serah terima dan pengarahan praktek klinik keperawatan
dilakukan di aula dihadiri oleh semua CI dan perseptorship.
3) Pemberian materi PPI,mutu dan keselamatan pasien serta tata
tertib praktek sebelum memasuki lahan praktek, dilakukan oleh
masing masing staf yang bertugas dalam pokja akreditasi RS.
4) Pembagian lahan praktek klinik keperawatan sesuai dengan
stase dan kompetensi yang dibutuhkan.
5) Orientasi ruangan secara menyeluruh sebelum praktek
keperawatan diberikan oleh instalasi pendidikan.
6) Fasilitas kegiatan mahasiswa / siswa seperti presentasi kasus,
bimbingan dosen dan ujian oral case analisis ( SOCA )
menggunakan aula wijayakusuma dan aula sentot sesuai
dengan fasilitas yang dibutuhkan.
7) Ada jadwal tertulis praktik mahasiswa keperawatan profesi
ners dan siswa SMK kesehatan diruang Srikandi.
8) Ada absensi harian mahasiwa / siswa praktek.
9) Pengawasan oleh CI ruang Srikandi dan perawat pelaksana
pada shift diluar jadwal jaga CI.
10) Bimbingan mahasiswa / siswa praktek sesuai dengan target
yang dibutuhkan dilakukan oleh CI dan perawat pelaksana
setiap shift.
11) Responsi dan ujian praktek klinik dilakukan oleh CI bersama
dosen pembimbing.
Analisa
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 17 februari 2020
sampai dengan 20 februari 2020 diruang Srikandi digunakan untuk
praktek 2 perawat magang, 28 siswa SMK kesehatan dari SMK
Wicaksana 8 orang, SMK Muhamadiyah 7 orang, SMK Brebes 4
orang, SMK Citra Bangsa Mandiri Purwokerto …5 orang,SMK
Mitra Karya 4 orang dan 13 mahasiswa profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa Purwokerto dengan stase managemen keperawatan.
Proses penerimaan, bimbingan, pengawasan dan evaluasi
mahasiswa/ siswa dilakukan sesuai prosedur instalasi pendidikan
RST Wijaya Kusuma. Selain aula wijaya kusuma dan aula Sentot di
ruang Srikandi belum memiliki ruang untuk bimbingan mahasiswa
secara khusus, sehingga bimbingan dilakukan diruang ners station
atau ruang serbaguna yang ada dibelakang ners station. Untuk itu
menurut kami perlu adanya ruang bimbingan mahasiswa / siswa
untuk menjaga privacy pasien dan keamanan rahasia pasien yang
digunakan sebagai informasi dan media praktek di ruang Srikandi.