Anda di halaman 1dari 15

Tumbuhan Wanga (Pigafetta elata)

diajukan untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan

Disusun oleh:

ALFISYAHRINA
(1806103010082)

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Djufri, M.Si


(NIP: 196311111989031001)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Banda Aceh, 5 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3 Tujuan...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4

2.1 Pengenalan Pigafetta elata...............................................................................4

2.2 Ekologi Pigafetta elata......................................................................................6

2.2.1 Faktor Lingkungan Abiotik......................................................................7

2.2.2 Faktor Lingkungan Biotik........................................................................8

2.3 Manfaat..............................................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................10

3.2 Saran.................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Autekologi adalah cabang ekologi yang mempelajari tentang sifat dan kelakuan
individu spesies atau populasi yang berhubungan dengan tempat hidup mereka.
Penekanan autekologi adalah masalah siklus hidup, distribusi individu spesies pada
kondisi alaminya, adaptasi, perbedaan populasi dan lain-lain. Kajian autekologi
penting untuk menjelaskan struktur dan dinamika suatu komunitas. Berhubung karena
kajian autekologi merupakan suatu yang kompleks, maka pemahaman terhadap spesies
pada suatu komunitas adalah penting, sebab dapat digunakan sebagai dasar untuk
memahami masalah vegetasi secara keseluruhan (Djufri, 2012).
Subbagian autekologi termasuk demekologi (spesiasi), ekologi populasi dan
demografi (aturan ukuran populasi), ekologi fisiologi (ekofisologi), dan genekologi
(genetik). Autekologiawan mencoba untuk menjelaskan mengapa terjadi distribusi
spesies tertentu. Bagaimana sifat fenologis, fisiologis, morfologis, prilaku, atau sifat
genetis yang tampak pada habitat tertentu.
Aspek-aspek yang dikaji dalam autekologi pada individu setiap spesies
menyangkut hal berikut: identifikasi tumbuhan, asosiasi spesies tumbuhan, distribusi
dan manfaat tumbuhan, morfologi tumbuhan, sitogenetik spesies tumbuhan, fisiologi
tumbuhan dan kompleksitas lingkungan. Selain itu autekologi juga mengkaji masalah
fenologi (perkecambahan, gugurnya daun, produksi buah, produksi biji, perbungaan,
dan lain-lain) dalam kaitannya dengan perbedaan musim selama setahun, maka aspek
biotik dan abiotik harus diukur secara kuantitatif pada fase pertumbuhan yang berbeda
dengan interval waktu yang teratur.
Genus Pigafetta merupakan salah satu dari suku palem-paleman yang
mencakup 2 jenis, yaitu: Pigafetta elata yang merupakan spesies endemik Sulawesi
dan Pigafetta filaris yang tersebar luas di Maluku dan Papua. Dimasa lalu, kedua jenis
palem ini dianggap sebagai satu spesies dengan nama Pigafetta filaris. Baru pada
tahun 1998, Pigafetta elata dianggap sebagai spesies terpisah.
Kedua jenis palem ini dapat dibedakan secara jelas dari karakter pelepahnya.
Pada Pigafetta elata pelepahnya memiliki duri yang lebih banyak, rapat dan berwarna
hitam. Sedangkan pada Pigafetta filaris, pelepahnya memiliki lapisan lilin yang lebih
banyak dengan duri-duri yang lebih jarang.
Wanga atau banga (Pigafetta elata) adalah sejenis palma yang tinggi dan indah
yang menyebar terbatas di wilayah pegunungan di Sulawesi. Batangnya licin dan
lurus, acap digunakan sebagai tiang bangunan.
Sulawesi memiliki tingkat endemisitas palem yang tinggi (72%), dimana 68%
spesies dan 58% genus palem yang tumbuh di bioregion ini adalah asli Sulawesi.
Beberapa spesies palem Sulawesi yang bersifat endemik adalah Pigafetta elata Becc.,
Licuala celebica Miq., serta beberapa spesies rotan seperti taimanu (Korthalsia
celebica), tohiti (Calamus inops Becc. ex. Celebicus Becc.), batang (Calamus
zollingerii Becc.), Calamus minahassae, Calamus koordersianus Becc., Calamus
symphisipus Mart., dan lain-lain (Mogea, 2002).
John Dransfield (1998), menyatakan bahwa pertama kali melihat tumbuhan ini
di daerah Sulawesi Utara. menemukan perbedaan antar Pigafetta filaris dan Pigafetta
elata sehingga menyatakan bahwa tumbuhan Pigafetta mempunyai dua jenis dan salah
satunya merupakan tumbuhan yang bersifat endemik di Sulawesi. Tetapi dalam hal ini,
data mengenai jenis Pigafetta elata, seperti data ekologi spesifik berupa faktor
lingkungan abiotik dan biotiknya masih belum ada di publikasikan. Berdasarkan hasil
obvervasi, tumbuhan ini juga tumbuh di area hutan pegunungan Taman Nasional Lore
Lindu tepatnya di area Dongi – dongi yang merupakan wilayah yang masuk kawasan
TNLL dan secara administratif merupakan bagian wilayah Desa Sedoa. Olehnya,
maka perlu adanya kajian autekologi Pigafetta elata pada kawasan Taman Nasional
Lore Lindu.
Di habitat aslinya di Sulawesi, Pigafetta elata terancam oleh alih fungsi lahan.
Pigafetta elata juga banyak ditebang untuk diambil kayu batangnya. Kulit batang
Pigafetta elata tidak terlalu keras, namun bagian dalam batang Sarihoa tersusun dari
zat kayu yang sangat keras. Batang tumbuhan yang sangat tinggi rawan patah,
sehingga palem ini beradaptasi dengan mengembangkan batang berkayu sangat keras.
Menurut Sutomo dan Mukaromah (2010), bahwa tiap spesies memiliki apa
yang disebut “ecologic individuality” atau kebutuhan relung hidup yang spesifik.
Dengan demikian mempelajari autekologi dari suatu spesies sangat diperlukan. Di
samping itu, saat ini keberadaan Pigafetta elata sendiri telah terusik dengan adanya
aktivitas masyarakat sekitar yang dapat mengancam kelestarian dari tumbuhan ini
seperti penebangan liar, pembukaan lahan perkebunan dan sebagainya, sehingga
berdampak pada pelestarian tumbuhan ini secara langsung.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah bagaimana untuk menjaga kelestarian dari Pigafetta elata sebagai tumbuhan
yang bersifat endemik di Sulawesi serta faktor lingkungan apa saja yang menjadi
abiotik dan biotik pada Pigafetta elata, sebagai tumbuhan yang bersifat endemik di
Sulawesi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan adalah
untuk mengetahui bagaimana menjaga kelestarian dari Pigafetta elata sebagai
tumbuhan yang bersifat endemik di Sulawesi serta mengetahui faktor lingkungan apa
saja yang menjadi abiotik dan biotik pada Pigafetta elata, sebagai tumbuhan yang
bersifat endemik di Sulawesi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Pigafetta elata


Wanga (Pigafetta elata) menyebar terbatas (endemik) di Pulau Sulawesi.
Palem ini merupakan tumbuhan pionir, yang lekas menginvasi habitat-habitat yang
terganggu di pegunungan, di mana ia didapati melimpah pada ketinggian antara 300-
1500 m dpl. Wanga (Pigafetta elata) kerap tumbuh di bekas-bekas tanah longsor,
bekas aliran lava yang melapuk, tepian sungai, serta bekas-bekas tanah pertanian yang
ditinggalkan yang tumbuh menjadi hutan sekunder. Semainya tampak memerlukan
intensitas cahaya matahari yang tinggi untuk pertumbuhannya.
Di Sulawesi Utara, palem ini disebut Wanga. Menurut situs yang saya
kunjungi, Wanga (Pigafetta elata) ini termasuk spesies palem yang istimewa.
Bersama dengan palem Quindio (Ceroxylon quindiuense) asal Kolombia dan
Peru, Wanga (Pigafetta elata) dinyatakan sebagai spesies palem tertinggi di dunia.
Keduanya dapat tumbuh hingga 50 m. Bahkan, beberapa individu palem Quindio
dapat tumbuh hingga mencapai 60 m (jarang ditemukan).
Wanga (Pigafetta elata) juga memegang rekor sebagai palem dengan laju
pertumbuhan tercepat di dunia. Rata-rata, tinggi palem ini akan bertambah 2 meter
setiap tahunnya.
Divisi: Spermatophyta
Classis: Monocotyledonae
Ordo: Arecales
Familia: Arecaceae
Subfamili: Calamoideae
Genus: Pigafetta
Spesies: Pigafetta elata

Wanga (Pigafetta elata) adalah sebuah genus palem yang tumbuh tegak lurus,
anggun dan indah, soliter, tinggi hingga 35-40 m. Batang dihiasi cincin-cincin
keputihan bekas melekatnya pelepah daun. Pelepah, ibu tulang daun, dan tepi anak-
anak daun dengan duri-duri yang panjang dan lentur, tersusun rapat. Berumah dua
(dioesis); dengan perbungaan yang terletak interfoliar, terkadang menjadi infrafoliar
tatkala menjadi buah. Buahnya berukuran kecil serupa buah rotan hampir bulat
(globose), tertutupi oleh 11-12 deret sisik ke arah vertikal.
(a) Pigafetta elata (b) Pelepah dan tangkai daun
Pigafetta elata berduri rapat

Bagian bawah pelepahnya penuh duri halus panjang berwarna hitam yang
mendirikan bulu kuduk. Batangnya berwarna hijau, seperti beruas-ruas, penuh bintil-
bintil akar.

(a) Pangkal batang ditumbuhi akar serabut (b) Duri pada pelepah daun

Wanga (Pigafetta elata) tidak membentuk rumpun. Batang tumbuh tegak lurus
ke atas, berwarna hijau mengkilap yang berubah menjadi kecoklatan seiring
bertambahnya usia. Bekas perlekatan pelepah cukup lebar dan terlihat jelas. Bagian
bawah pelepah ditutupi oleh duri halus yang rapat dan panjang berwarna kehitaman.
Duri-duri ini berfungsi untuk melindungi pucuk batang dari serangan hewan
pengganggu.
Buah berbentuk oval, menggantung dalam beberapa tandan dan bersisik seperti
buah rotan. Uniknya, dibandingkan pohonnya, buah palem ini berukuran sangat kecil
dengan diameter hanya sekitar 12 mm saja.

Buah Wanga (Pigafetta elata)

Habitat Wanga (Pigafetta elata) berupa lereng-lereng di hutan perbukitan,


hutan sekunder hingga hutan primer dengan ketinggian antara antara 300 m hingga
1.500 m di atas permukaan laut. Palem ini sangat menyukai lingkungan yang terkena
sinar matahari penuh. Palem ini tumbuh dengan baik di sekitar kebun dan sawah
penduduk yang beriklim kering dengan ketinggian 1.300-1.500 m di atas permukaan
laut.
Di lereng-lereng terbuka yang terjal dengan kondisi iklim yang cukup kering,
Wanga (Pigafetta elata) masih dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian, Wanga
(Pigafetta elata) dapat berperan sebagai tumbuhan perintis. Wanga (Pigafetta elata)
juga sering dijadikan indikator yang mencirikan daerah terbuka yang telah terganggu
oleh aktifitas manusia.

2.2 Ekologi Pigafetta elata


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar organisme
yang satu dengan organisme yang lain serta lingkungannya (Kendeigh, 1980).
Hubungan timbal balik ini dalam cara-caranya berhubungan dengan organisme lain
maupun dengan semua komponen lingkungannya. Hubungan timbal balik atau yang
dikenal interkasi antara organisme dengan lingkungannya, sesungguhnya merupakan
hubungan yang sangat erat dan kompleks. Autekologi yaitu ekologi yang mempelajari
suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Dari segi autekologi mempelajari sejarah hidup suatu spesies
organisme, perilaku, dan pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tempat
tumbuhnya (Odum, 1993).

2.2.1 Faktor Lingkungan Abiotik


Pigafetta elata tumbuh subur di daerah hutan hujan pegunungan (pegunungan
yang lembab), keadaan topografi area tempat tumbuhnya Pigafetta elata termasuk
datar, berbukit sampai curam berbukit dengan kelerengan berkisar antar 0-500 dan
terletak pada ketinggian 1200–1500 m dpl. Suhu udara Pigafetta elata berkisar antara
18oC (21.00 dan 22.00 WITA) untuk yang terendah sampai 26,7 oC (13.00 WITA)
untuk yang tertinggi dengan suhu rata–rata 21,20oC. Untuk kelembaban relatif (Rh)
berkisar antara 76,5 % - 93,7 % dengan rata–rata 84,84 % dan curah hujan pada
waktu penelitian pada bulan Mei, Juni dan Juli yaitu 205 mm, 164 mm dan terendah
pada bulan Juli yaitu 35 mm. Hal ini masih dalam keadaan yang stabil untuk
pertumbuhan Pigafetta elata Menurut Blombery dan Rodd (1992), bahwa Pigafetta
elata tumbuh subur pada iklim tropis lembab di mana suhu tidak pernah turun di
bawah 10oC, dengan curah hujan tahunan 1500 mm atau lebih dan curah hujan bulanan
25 mm atau lebih.
Derajat keasaman (pH) dan kelembaban tanah pada hasil pengamatan di lokasi
tumbuhnya Pigafetta elata yaitu Plot 1 pH 6,4 kelembaban 55 %, Plot 2 pH 5,8
kelembaban 70 %, Plot 3 pH 5,9 kelembaban 60 %, Plot 4 pH 5,3 kelembaban 58 %
dan Plot 5 pH 4,7 kelembaban 65 % serta secara keseluruhan dari tiap plot, rata-rata
pH dan kelembaban tanah yaitu 5,62 dan 61,6 %. Dataran rendah mencapai pH 8,07
sedangkan dataran tinggi mencapai 7,56. pH tanah menunjukkan derajat keasaman
tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. pH tanah
sangat menentukan pertumbuhan dan produksi daun, bahkan berpengaruh pula pada
kualitas kehijauan daun. pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan
tanaman adalah antara 5.6 – 6.0. Bila tanah bersuasana basa (pH>7.0) biasanya tanah
tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap fosfat dan
tanaman pada tanah basa seringkali mengalami defisiensi unsur P (Rachmawati,
2009).
Menurut Hardjowigeno (2007), kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung
pertumbuhan dan reproduksinya. Untuk hasil analisis sifat kimia yang berada di dalam
tanah tempat Pigafetta elata tumbuh, yaitu Nitrogen (N-Tot) 0,08 %, Posfor (P-tot)
39,16 mg/100g dan Kalium (K-Tot) 34,22 mg/100g. Hasil analisis sifat kimia tanah
memperlihatkan unsur hara N rendah bahkan sangat rendah, hal ini diduga karena
proses perombakan bahan organik berjalan lambat. Menurut Hakim et al. (1986),
sejumlah besar nitrogen di dalam tanah berada dalam bentuk bahan organik. Dengan
demikian dekomposisi nitrogen merupakan sumber utama nitrogen tanah, di samping
berasal dari air hujan. Demikian pula, halnya dengan unsur Posfor (P), menurut
Hardjowigeno (1995), sebab kekurangan Posfor di dalam tanah adalah jumlah P di
tanah relatif sedikit dan sebagian besar terdapat dalam bentuk yang sukar diambil oleh
tanaman. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat
(difiksasi) oleh Al, sehingga ketersediannya rendah.

2.2.2 Faktor Lingkungan Biotik


Faktor vegetasi tumbuhan di daerah sekitar tempat tumbuhnya Pigafetta elata
meliputi beberapa tingkatan tumbuhan yaitu tingkat pohon, pancang, tiang dan
semai/seedling. Pada setiap tingkatan tumbuhan akan diketahui Indeks Nilai Penting
(INP) untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata
lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas.
Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan relatif (KR),
frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR) yang jika dijumlahkan akan bernilai
300 persen berlaku untuk tingkatan pohon, tiang dan pancang, sedangkan untuk
semai/seedling didasarkan pada penjumlahan kerapatan relatif (KR) dan frekuensi
relatif (FR) dengan jumlah akhir INP 200 persen (Soerianegara dan Indrawan, 2005).
Pada hasil pengamatan jenis tumbuhan tingkatan pancang di sekitar lokasi
penelitian Pigafetta elata ini, didominasi oleh T. orientalis (L.) Blume. Tumbuhan ini
merupakan jenis paling dominan pada tingkat pohon, tiang dan pancang yang
diketahui banyak tumbuh di hutan hujan dataran rendah dan ada pula di dataran tinggi
serta masuk tumbuhan pionir pada lahan terbuka. Sistem perakaran yang kuat
memungkinkan T. orientalis bertahan di lingkungan yang kering bahkan tanah miskin
hara, namun vegetasi ini tidak toleran terhadap api (Orwa et al., 2009).
Keanekaragaman spesies di sekitar tempat tumbuhnya Pigafetta elata yang
tertinggi berada pada tingkat semai/tumbuhan bawah, sedangkan keanekaragaman
spesies terendah didapatkan pada tingkat tiang. Hal ini menunjukan bahwa tingginya
indeks kenakaragaman dipengaruhi oleh jumlah individu serta penyebaran jenis
vegetasinya. Nilai indeks kenekaragaman jenis menunjukan stabilitas kompleksitas
ekosistem tersebut. Semakin tinggi nilai indek keanekaragaman maka ekosistem di
wilayah tersebut juga semakin baik. Barbour et al. (1987) mengklasifikasikan nilai
indeks keanekaragaman jenis Shanon (H’) atas 3 kategori yaitu H’= < 1 (rendah), H’ =
2 – 3 (sedang), H’ = > 3 (tinggi).

2.3 Manfaat
Di habitat aslinya di Sulawesi, Pigafetta elata kian terancam oleh alih fungsi
lahan. Pigafetta elata juga banyak ditebang untuk diambil kayu batangnya. Kulit
batang Pigafetta elata tidak terlalu keras, namun bagian dalam batang Pigafetta elata
tersusun dari zat kayu yang sangat keras. Batang tumbuhan yang sangat tinggi rawan
patah, sehingga palem ini beradaptasi dengan mengembangkan batang berkayu sangat
keras. Dari pohon yang tua diambil batangnya yang lurus, bulat torak, dan berkayu
keras, untuk digunakan sebagai tiang bangunan. Di wilayah Mamasa dan Toraja,
batang banga ini digunakan sebagai tiang lumbung padi tradisional yang
disebut alang; setelah diserut licin kayu ini sukar dipanjat oleh tikus,
sehingga padinya aman tersimpan. Bagian yang berkayu dari batang banga ini dapat
dibelah-belah menjadi semacam papan yang disebut ruyung; yang digunakan untuk
lantai atau dinding bangunan.
Daunnya yang muda (janur), pada masa lalu diproses untuk menghasilkan serat
yang dipergunakan sebagai benang. Dari bagian tertentu palem ini juga diambil serupa
bahan yang lunak seperti spons, yang digunakan sebagai pangkal anak sumpitan.
Bijinya dimakan oleh orang-orang Toraja. Buahnya pun dapat dimakan. 
(a) Batang Pigafetta elata untuk tiang-tiang (b) Lumbung padi dari kulit batang
penyangga lumbung padi Pigafetta elata
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pigafetta elata di Sulawesi tersebar secara berkelompok, tetapi umumnya tidak
merata, dengan habitat yang agak spesifik dekat dengan sumber air, di sekitar sungai
kecil, perkebunan, lahan terbuka yang terletak di lereng bukit, atau bekas perladangan
berpindah yang mendapat sinar matahari langsung, dan kawasan tepi hutan. Pigafetta
elata tumbuh subur di daerah hutan hujan pegunungan (pegunungan yang lembab),
dengan keadaan topografi area tempat tumbuhnya Pigafetta elata. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah pegunungan yang lembab pada ketinggian 788 sampai 1.540 m
dpl, dengan suhu rata-rata antara 20oC - 25oC. Pigafetta elata dapat tumbuh di N, P, K
tanah dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu N-Tot 0,08 % (sangat rendah), P-Tot
39,16 mg/100g (sedang) dan K-Tot 34,22 mg/100g (tinggi).
Keberadaan Pigafetta elata di alam sangat memprihatinkan sehingga itu
memberikan dasar yang kuat untuk mendorong itu Pigafetta elata di Sulawesi
membutuhkan strategi konservasi yang baik, baik dari masyarakat maupun dari
pemerintah daerah.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Aras, M. R., Pitopang, R., & Suwastika, I. N. (2017). Kajian Autekologi Pigafetta
elata (Mart.) H. Wendl.(ARECACEAE) pada Hutan Pegunungan Dongi-Dongi
di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. Natural Science:
Journal of Science and Technology, 6(1).

Djufri, D. (2012). Autekologi Akasia (Acacia nilotica) (L.) Willd. ex. Del di Taman
Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal Biologi Edukasi, 4(1), 46-55.

Kurnia, N., & Hala, Y. (2019, October). Distribution of wanga plant (piga fettaelata)
in South Sulawesi. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1317, No. 1,
p. 012089). IOP Publishing.

Syamsiah, S. (2017, October). Pemanfaatan Pohon Wanga (Pigafetta elata) di


Kecamatan Sangalla Selatan Kabupaten Tana Toraja. In Seminar Nasional
LP2M UNM (Vol. 2, No. 1).

Anda mungkin juga menyukai