Anda di halaman 1dari 9

Kisah Nabi Yusuf a.s.

Pada suatu malam, Nabi Yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan
bersujud di hadapannya. la begitu terkesan dengan mimpinya.
Keesokan harinya, Nabi Yusuf mendatangi ayahnya. la menceritakan mimpinya semalam.
"Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan.
Kulihat semuanya bersujud kepadaku."
Mendengar hal ini, Nabi Ya’qub begitu gembira. Nabi Ya’qub tahu bahwa mimpi anaknya
tersebut bukan sebuah mimpi biasa. Itu adalah sebuah tanda bahwa suatu hari nanti Nabi
Yusuf akan menjadi seorang yang dimuliakan oleh Allah dan manusia. Rasa sayang dan cinta
Nabi Ya’qub terhadap Yusuf pun semakin besar. Akan tetapi, ia khawatir jika saudara-
saudara Yusuf mengetahui mimpi itu. Nabi Ya’qub pun berkata, "Hai anakku, janganlah
kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu. Ayah khawatir jika mereka
mengetahui hal tersebut, mereka akan mencelakakanmu."
Rasa sayang dan cinta yang ditunjukkan oleh Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf ternyata telah
menimbulkan kebencian saudara-saudaranya. Mereka iri dan dengki. Mereka merasa Nabi
Yusuf lebih dicintai daripada mereka. Adik Nabi Yusuf yang bernama Bunyamin pun ikut
dibenci karena dianggap telah mendapatkan kasih sayang yang sama seperti Nabi Yusuf.

Dalam sebuah pertemuan rahasia, saudara-saudara Nabi Yusuf yang iri hati berkumpul
untuk membuat sebuah rencana keji. Salah satu dari mereka berkata, "Sesungguhnya Yusuf
dan Bunyamin lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita ini adalah anak
dari ayah kita juga. Ayah kita rupanya telah keliru dalam hal ini."
"Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah yang tidak dikenal supaya perhatian
ayah kita tertumpah kepada kita semua" ujar salah satu saudara Nabi Yusuf.
Yahuda, anak keempat Nabi Ya’qub, tampaknya tidak sependapat. la berkata, "Janganlah
kalian membunuh Yusuf, tapi masukkanlah dia ke dalam sumur yang sering dilewati dan
dijadikan tempat peristirahan para musafir. Dengan demikian, jika nanti para musafir itu
menemukannya, mereka membawanya jauh dari kita. Mungkin nanti Yusuf akan dijual
sebagai budak. Setelah itu, kita bertobat kepada Allah atas dosa-dosa kita dan menjadi
orang yang senantiasa berbuat baik."
Akhirnya, mereka semua setuju dengan pendapat Yahuda. Kemudian, mereka
merencanakan cara membawa Nabi Yusuf tanpa ada keberatan dari ayahnya yang selalu
khawatir dengan keselamatan Nabi Yusuf.

Keesokkan harinya, saudara-saudara Nabi Yusuf meminta izin kepada Nabi Ya’qub untuk
mengajak Nabi Yusuf bermain ke tepi hutan untuk menikmati pemandangan. Pada awalnya,
Nabi Ya’qub ragu-ragu memberi izin. Akan tetapi, setelah didesak oleh saudara-saudara
Nabi Yusuf, akhirnya Nabi Ya’qub mengizinkan dengan memberi pesan kepada mereka agar
berhati-hati dan menjaga adiknya tersebut.
Esoknya, berangkatlah rombongan putra Nabi Ya’qub, kecuali Bunyamin karena masih
terlalu kecil. Mereka menuju ke tempat sesuai dengan rencana mereka kemarin. Setibanya
di tempat tersebut, mereka bermain kejar-kejaran. Pada saat bermain, mereka sedikit demi
sedikit melepaskan baju Yusuf. Yusuf tidak menyadari apa maksud saudara-saudaranya
tersebut. la hanya mengikutinya saja. Mereka berkejar-kejaran hingga sampai di dekat
sebuah sumur. Tempat tersebut ada di hutan yang biasa dilalui oleh para musafir.
Dengan cepat, mereka mengangkat Nabi Yusuf dan hendak melemparkannya ke dalam
sumur. Nabi Yusuf meronta dan berusaha melepaskan diri. Akan tetapi, cengkeraman
saudara-saudaranya lebih kuat. Akhirnya, perlawanan Nabi Yusuf sia-sia saja. Mereka
berhasil melemparkan Nabi Yusuf ke dalam sumur tersebut.
Sore harinya, mereka datang kepada ayah mereka sambil menangis. Mereka berkata, "Ayah,
sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Nabi Yusuf di dekat barang-
barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada
kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar."
Mereka datang membawa baju Nabi Yusuf yang berlumuran dengan darah palsu. Dengan
sedih Nabi Ya’qub berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik
perbuatan yang buruk itu, maka hanya bersabar itulah yang terbaik bagiku. Dan hanya
kepada Allah memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

Kemudian, datanglah kelompok orang-orang musafir. Seorang di antaranya mengambil air.


la menurunkan timbanya dan berkata, "Oh, kabar gembira, ada seorang anak muda!"
Mereka lalu menyelamatkan Nabi Yusuf dan menyembunyikannya sebagai barang
dagangan.
Akhirnya, mereka sepakat untuk menjual anak temuan itu kepada salah seorang menteri di
negeri Mesir yang bernama Qitfir Al Aziz. Karena Nabi Yusuf adalah anak temuan, mereka
takut pemiliknya akan mengambilnya. Oleh karena itu, mereka tergesa-gesa menjualnya
dengan harga yang murah.
Qitfir membeli Nabi Yusuf untuk membantu istrinya, Zulaikha, dalam mengurus kebutuhan
rumah tangganya. Qitfir berkata kepada istrinya, "Wahai istriku, berikanlah dia tempat yang
baik, rnungkin dia akan sangat bermanfaat bagi kita, atau jika engkau menginginkannya, kita
bisa mengangkatnya sebagai anak."
Sejak itu, Nabi Yusuf tinggal di rumah Qitfir dan istrinya yang bernama Zulaikha. Yusuf
bekerja dengan baik, cekatan, dan jujur. Oleh karena itu, ia diperlakukan sangat baik.
Bertahun-tahun, Nabi Yusuf tinggal di rumah tersebut. Nabi Yusuf tumbuh dewasa. la
menjadi pemuda gagah dan tampan. Allah pun memberikan ilmu yang cukup luas kepada
Nabi Yusuf.

Awalnya, Zulaikha menaruh simpati kepada Nabi Yusuf karena kebaikan dan ketangkasan
Nabi Yusuf dalam bekerja. Ketika Nabi Yusuf dewasa, rasa simpati itu berubah menjadi cinta.
Zulaikha terpikat oleh kepribadian dan ketampanan Nabi Yusuf.
Ketika suaminya pergi ke luar kota, Zulaikha kemudian memanggil Nabi Yusuf ke kamarnya.
la menggoda Nabi Yusuf. Sambil menutup pintu, ia berkata, "Marilah ke sini." Akan tetapi,
Nabi Yusuf menolak dan hendak berlari ke luar kamar. Zulaikha menarik baju Nabi Yusuf dari
belakang. Ketika Nabi Yusuf membuka pintu kamar, tiba-tiba muncul Qitfir. Zulaikha merasa
cemas dan ketakutan. Untuk membela dirinya. Zulaikha menuduh Nabi Yusuf telah berbuat
buruk kepadanya.
Nabi Yusuf sangat terkejut mendengar tuduhan tersebut. la berusaha menjelaskan kepada
Qitfir bahwa dia tidak bersalah. Zulaikha lah yang memaksanya. Akhirnya, terjadilah tuduh-
menuduh di antara keduanya.
Mendengar pengakuan keduanya, Qitfir menjadi bingung. Oleh karena itu, ia bertanya
kepada saudara Zulaikha yang terkenal jujur dan bijak. Saudara Zulaikha berkata, "Jika baju
yang dikenakan Yusuf sobek di bagian depan, istrimu benar. Namun, jika baju Yusuf sobek di
bagian belakang, Yusuf lah yang benar."

Qitfir lalu menoleh ke arah NabiYusuf. la melihat baju Nabi Yusuf robek di bagian belakang.
Itu berarti istrinya yang bohong. Hal ini membuatnya sangat kecewa pada istrinya.
Peristiwa tersebut membuat Qitfir merasa khawatir jika banyak orang tahu hal memalukan
itu. Oleh karena itu, Qitfir berpesan kepada Nabi Yusuf, “Aku mohon kepadamu agar apa
yang telah terjadi tidak engkau ceritakan kepada siapapun." Kemudian, Qitfir berkata pula
kepada Zulaikha "Dan engkau istriku, mohon ampunlah atas dosa yang telah engkau
lakukan."
Walaupun berusaha untuk dirahasiakan, peristiwa itu tersebar juga. Zulaikha menjadi bahan
gunjingan di kalangan istri pejabat Mesir. Hal ini tentu saja membuat perasaan Zulaikha
resah meskipun la memang bersalah.
Zulaikha kemudian mengundang wanita-wanita yang menggunjingkannya. la menyediakan
tempat duduk bagi mereka. Zulaikha memberikan sebuah pisau untuk memotong jamuan
buah-buahan kepada setiap wanita yang datang.

Ketika para tamu sedang memotong buah, Zulaikha memanggil Nabi Yusuf, "Keluarlah,
tampakkanlah dirimu kepada mereka." Wanita-wanita itu melihat Nabi Yusuf. Mereka
kagum kepada ketampanan Nabi Yusuf. Tanpa mereka sadari, wanita-wanita itu melukai jari
tangannya dan berkata, "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya, ini
tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."
Zulaikha berkata, "Itulah orang yang kamu cela karena aku tertarik kepadanya.
Sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya kepadaku, tetapi dia
menolak. Sesungguhnya, jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya,
niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."
Peristiwa yang dialami Nabi Yusuf ternyata sangat mengkhawatirkan dirinya. Nabi Yusuf
merasa takut dengan sikap yang diperlihatkan Zulaikha dan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Dalam doanya Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. Jika tidak Engkau hindarkan segala tipu daya mereka
atas diriku, aku takut aku tidak mampu menghindari ajakan mereka sehingga aku termasuk
orang-orang yang merugi.”
Doa Nabi Yusuf dikabulkan Allah. Setelah peristiwa memalukan itu, hati Qitfir menjadi tidak
tenang. la menyadari bahwa istrinya bersalah. Akan tetapi, untuk menjaga nama baiknya, ia
berniat memisahkan Nabi Yusuf dengan Zulaikha dengan cara memenjarakan Nabi Yusuf.
Qitfir menyusun rencana agar Nabi Yusuf diadili dan diputuskan bersalah oleh pangadilan.
Akhirnya, Nabi Yusuf pun dimasukkan dalam penjara.

Nabi Yusuf berusaha sabar dan tawakal menghadapi ujian ini. la berdoa kepada Allah agar
diberikan kekuatan dan ketabahan. Di sisi lain, Nabi Yusuf bersyukur masuk penjara karena
ia jauh dari godaan Zulaikha. la dapat hidup tenang. Nabi Yusuf diangkat menjadi nabi oleh
Allah setelah menerima beberapa ujian dan cobaan. la diberikan mukjizat, salah satunya
adalah dapat menafsirkan mimpi.
Allah memberi Nabi Yusuf tugas untuk menyeru kepada manusia agar menegakkan keadilan,
melawan kezaliman, mengendalikan nafsu, dan sating mengasihi kepada sesama.
Nabi Yusuf mendapat kabar bahwa raja akan membebaskannya. Akan tetapi, ia menolak
dibebaskan sebelum perkaranya disidangkan dan ia diputuskan tidak bersalah.
Kemudian, sang raja kembali mengangkat permasalahan Nabi Yusuf. la mencoba untuk
mencari kebenarannya. Semua orang yang terlibat dalam masalah tersebut dipanggil dan
dimintai kesaksiannya atas peristiwa yang menimpa Nabi Yusuf.

Pada saat itulah, Zulaikha memberikan kesaksiannya. la mengakui kesalahannya. Pengakuan


Zulaikha menjadi bukti bahwa Nabi Yusuf memang tidak bersalah. Akhirnya, Nabi Yusuf
diputus tidak bersalah oleh raja. la dibebaskan. Nabi Yusuf berkata, "Yang demikian itu agar
Qitfir Al Aziz mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di
belakangnya dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat."
Nabi Yusuf pun bersyukur kepada Allah karena kebenaran telah bisa dibuktikan.
Setelah Nabi Yusuf keluar dari penjara, raja berkata, "Bawalah Nabi Yusuf kepadaku agar aku
memilih dia sebagai orang kepercayaanku." Nabi Yusuf menghadap raja. Terjadilah
percakapan yang cukup serius. Raja berkata," Mulai hari ini, engkau memiliki kedudukan
yang tinggi dan terpercaya di sisi kami." Mendengar penawaran tersebut. Yusuf berkata
kepada raja, "Jika memang engkau percaya kepadaku, jadikanlah aku bendaharawan
negara. Sesungguhnya, aku mampu menjaga juga berpengetahuan dalam hal tersebut."
Sejak seat itu, raja mengumumkan jabatan baru Nabi Yusuf, yaitu sebagai bendaharawan
negara. Dengan jabatan tersebut, raja memberikan kewenangan kepadanya untuk
menjalankan roda pemerintahan, khususnya menangani krisis yang akan terjadi.
Nabi Yusuf bekerja keras untuk melaksanakan amanat dari raja. Di bawah
kepemimpinannya, Mesir menjadi negeri yang adil, makmur, dan damai. Selain menjalankan
roda pemerintahan, Nabi Yusuf juga giat berdakwah menyampaikan ajaran Allah sehingga
pengikutnya bertambah bariyak dari hari ke hari.

Sebagaimana yang pernah diramalkan Nabi Yusuf, negeri ini dilanda kemarau yang sangat
panjang. Banyak rakyat yang kehabisan gandum. Mereka berbondong-bondong datang ke
Kerajaan Mesir. Saudara-saudara Nabi Yusuf yang dulu pernah mencelakainya pun datang
ke Kerajaan Mesir. Mereka mencoba untuk meminta bantuan. Mereka mendengar bahwa
Kerajaan Mesir memiliki seorang pejabat yang mampu menghadapi krisis yang tengah
terjadi. Mereka juga mendengar bahwa di sana mereka bisa mendapatkan apa yang
dibutuhkan.
Saudara-saudara Nabi Yusuf sampai di Mesir. Mereka langsung menuju kerajaan. Nabi Yusuf
melihat mereka. la langsung mengenali mereka satu per satu. Akan tetapi, saudara-
saudaranya tidak mengenalinya. Lalu, Nabi Yusuf memberikan gandum kepada mereka. Nabi
Yusuf berpesan, jika datang kembali, mereka harus membawa serta saudara bungsu
mereka, yaitu Bunyamin. Mereka merasa heran bagaimana Nabi Yusuf mengetahui tentang
Bunyamin. Akan tetapi, mereka tidak terlalu memikirkannya. Permasalahan mereka lebih
besar dibanding dengan memikirkan keanehan tersebut.
Nabi Yusuf berkata kepada pegawainya, "Masukkanlah barang-barang penukar kepunyaan
mereka ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka mengetahuinya apabila mereka
telah kembali kepada keluarganya. Mudah-mudahan mereka kembali lagi."
Sesampainya di kampung halamannya, mereka menyampaikan pesan tersebut kepada ayah
mereka, "Wahai Ayah, kami tidak akan mendapat gandum lagi jika tidak membawa
Bunyamin. Oleh sebab itu, biarkanlah Bunyamin pergi bersama kami agar kami mendapat
gandum. Kami akan menjaganya dengan baik."
Mendengar permintaan tersebut, Nabi Ya’qub ragu dan tidak percaya. la khawatir peristiwa
Nabi Yusuf akan terulang kembali. Akan tetapi, mereka meyakinkan Nabi Ya’qub bahwa
mereka akan mendapatkan gandum jika membawa serta Bunyamin.
Ketika membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang penukaran
mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, "Wahai Ayah kami, apa lagi yang kita
inginkan, ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi
makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan
mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang
mudah bagi raja Mesir."

Setelah yakin dengan ucapan anak-anaknya, Nabi Ya’qub pun kemudian mengizinkan
mereka membawa Bunyamin. Nabi Ya’qub meminta janji dari mereka untuk menjaga
Bunyamin dengan sebaik mungkin.
Setelah sampai di kerajaan, mereka disambut baik oleh Nabi Yusuf. Mereka diberikan
tempat istirahat yang nyaman. Mereka merasa senang karena mereka disambut dengan
kehangatan.
Sementara itu, Nabi Yusuf mencari kesempatan untuk bisa berbicara dengan Bunyamin
karena ia telah lama merindukannya. Akhirnya, kesempatan itu pun tiba. Nabi Yusuf
mengundang Bunyamin untuk bertemu di ruangannya. Nabi Yusuf berkata, "Sesungguhnya
aku adalah saudaramu. Janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka
kerjakan."
Waktunya bagi saudara-saudara Nabi Yusuf kembali pulang. Mereka bersiap kembali ke
Palestina. Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Nabi Yusuf memasukkan tempat
minum milik kerajaan ke kantong Bunyamin. Ketika para pengawal kerajaan memeriksa di
pintu keluar kerajaan, mereka menemukan tempat minum milik kerajaan dalam kantong
yang dibawa oleh Bunyamin. Hal ini terpaksa membuat Bunyamin ditangkap. Bunyamin
tidak bisa pulang bersama saudara- saudaranya.
Saudara-saudara Bunyamin berusaha untuk bisa membebaskan adiknya. Mereka memohon
dengan berkata. "Wahai Tuan, sesungguhnya ia memiliki ayah yang sudah lanjut usia. Oleh
karena itu, ambillah salah seorang dari kami sebagai pengganti adik kami."
Yusuf berkata, "Sesungguhnya kami menahan adikmu karena ia terbukti telah mengambil
barang milik kerajaan. Oleh sebab itu, kami tidak bisa membebaskannya. Jika kalian ingin
adik kalian bebas, kembalilah kalian dan bawa ayah kalian ke sini untuk mengambil adik
kalian."

Akhirnya, mereka pulang tanpa membawa serta Bunyamin. Mereka merasa sangat bersalah.
Mereka telah berjanji kepada ayah mereka. Akan tetapi, mereka tidak mampu menepati
janji mereka.
Sesampainya di Palestina, mereka menyampaikan kabar penahanan Bunyamin. Mereka pun
menyampaikan permintaan seorang pejabat kerajaan untuk membawa Nabi Ya’qub ke
Mesir. Mendengar kabar tersebut, Nabi Ya’qub menjadi sangat sedih hingga ia jatuh sakit
dan kedua matanya menjadi buta.
Suatu hari, persediaan gandum kembali habis. Nabi Ya’qub kembali memerintahkan
anaknya agar pergi ke Kerajaan Mesir. Mereka kemudian berangkat ke Mesir. Sesampainya
di sana, mereka menceritakan kondisi yang dialami ayah mereka."Wahai Tuan, kami dan
keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang
tidak berharga. Ayah kami senantiasa bersedih karena telah kehilangan dua orang yang
sangat dicintainya. Setiap hari, beliau menangis sehingga matanya menjadi buta. Sekarang
kami kekurangan makanan. Oleh karena itu, kami memohon kepada Tuan untuk
memberikan gandum kepada kami."
Mendengar kabar tersebut, Nabi Yusuf sangat sedih dan iba. la tidak mampu lagi menahan
perasaannya untuk memberitahukan siapa sebenarnya dirinya. Nabi Yusuf pun berkata,
"Apakah kalian tahu kejahatan yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya?"
Saudara-saudara Nabi Yusuf merasa heran dan kaget. Seorang pejabat yang ada di hadapan
mereka bisa mengetahui tentang perbuatan yang pernah mereka lakukan.
Kembali Yusuf berkata, "Tahukah kalian, sesungguhnya akulah Yusuf yang pernah kalian
lemparkan ke dalam sumur."
Semakin kagetlah mereka dengan kata-kata yang keluar dari seorang yang selama ini
mereka anggap sebagai orang lain. Mereka kemudian bertanya dengan ragu, "Apakah kamu
benar- benar Yusuf?"
Nabi Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan ini adalah saudaraku. Sesungguhnya Allah telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan
bersabar, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."
Pengakuan Nabi Yusuf benar-benar membuat mereka kaget. Mereka semakin yakin bahwa
orang yang ada di hadapannya adalah Nabi Yusuf setelah melihat bukti-bukti yang ada.
Mereka pun kemudian mengakui kesalahan mereka dan menyesal atas perbuatan yang
pernah mereka lakukan. Akhirnya, mereka memohon maaf kepada NabiYusuf.
Nabi Yusuf tidak pernah merasa dendam kepada saudara-saudaranya. la memaafkan
mereka dengan penuh kasih sayang. la memberi mereka makanan dan menitipkan bajunya
untuk diusapkan ke mata ayahnya agar sembuh.
Sesampainya di Palestina, mereka menceritakan kabar tentang Nabi Yusuf dan memberikan
baju titipan Nabi Yusuf pada Nabi Ya’qub. Mendengar kabar tersebut., Nabi Ya’qub menjadi
sangat gembira. Ketika baju Nabi Yusuf diusapkan ke matanya, tiba-tiba saja matanya
sembuh dari kebutaan. Kegembiraan yang dirasakan Nabi Ya’qub begitu besar. la tak sabar
untuk bertemu dengan anaknya yang telah lama dirindukannya.
Mereka semua berangkat ke Mesir untuk bertemu Nabi Yusuf. Ketika sampai di Mesir,
mereka disambut suka cita oleh Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf menaikkan ayahnya di singgasana sambil berkata, "Wahai Ayahku, inilah tabir
mimpiku yang dahulu itu. Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.
Sesungguhnya, Tuhanku telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskan aku dari
rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusak
hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha lembut
terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana."

Beberapa waktu kemudian, karena berhasil mengatasi krisis, akhirnya Nabi Yusuf diangkat
menjadi raja. la memimpin Mesir dengan adil, makmur, dan damai. Sementara itu, lama
tidak terdengar kabarnya, Zulaikha ternyata masih mencintai Nabi Yusuf. Ketika suaminya
telah meninggal rasa cintanya kepada Nabi Yusuf semakin kuat. Meskipun usia Zulaikha
semakin matang, pesona kecantikannya tetap memancar. Dia telah bertobat dan mengakui
kesalahannya. Nabi Yusuf pun tertarik kepada Zulaikha. Akhirnya, keduanya menikah dan
hidup bahagia.
Dari pernikahannya tersebut, keduanya dikaruniai dua orang anak bernama Ifratsim dan
Minsya. Nabi Yusuf terus berdakwah hingga meninggal di usia 110 tahun dan dimakamkan
di dekat makam Ibrahim.

Kisah Uwais al-Qarni

Di Yaman, tinggallah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak.
Karena penyakit itu tubuhnya menjadi belang-belang. Walaupun cacat tapi ia adalah
pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, seorang perempuan wanita tua
yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya
satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat
mengerjakan haji” pinta sang ibu.
Mendengar ucapan sang ibu, Uwais termenung. Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh,
melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan
membawa banyak perbekalan. Lantas bagaimana hal itu dilakukan Uwais yang sangat miskin
dan tidak memiliki kendaraan?
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu, kira-kira
untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkin pergi haji naik lembu. Uwais membuatkan
kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun
bukit. “Uwais gila... Uwais gila..” kata orang-orang yang melihat tingkah laku Uwais. Ya,
banyak orang yang menganggap aneh apa yang dilakukannya tersebut.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik-turun bukit. Makin hari
anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi
karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Lembu Uwais telah mencapai 100
kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat. Ia menjadi bertenaga untuk mengangkat
barang. Tahukah sekarang orang-orang, apa maksud Uwais menggendong lembu setiap
hari? Ternyata ia sedang latihan untuk menggendong ibunya.

Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah. Subhanallah, alangkah
besar cinta Uwais pada ibunya itu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi
memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran
air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah
ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunia
untuknya. Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan
putih ditengkuknya. Ituah tanda untuk Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat
Rasulullah untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan, “Di zaman
kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah
cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan menolak kewajiban,
dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci
padamu banyak bicara, dan banyak bertanya, demikian pula memboroskan harta
(menghamburkan kekayaan).” (HR Bukhari dan Muslim)

Anda mungkin juga menyukai