Anda di halaman 1dari 17

Antropologi Makanan dan Gizi

“Pengaruh Tekanan Sosial dan Teknologi Terhadap Pola dan Kebiasaan


Masyararkat“

Disusun Oleh :

Abdul Haq 1711212040


Devia Sri Wahyuni 1711213045
Muhammad Ilham 1711212004
Sri Hayati Indah 1611213026

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan terimakasih atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Antropologi Makanan Dan Gizi.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin


mengumpulkan berbagai informasi yang menyangkut materi Pengaruh Tekanan Sosial
dan Teknologi Terhadap Pola dan Kebiasaan Masyararkat. Namun, kami menyadari
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami meminta maaf
dan mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca.Demikianlah makalah ini
dibuat, semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita
semua.

Padang, Desember 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang....................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3. Tujuan.................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Defenisi Pola Dan Kebiasaan Makan.................................................................5
2.2 Pembentukan Pola dan Kebiasaan Makan..........................................................6
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Pola dan Kebiasaan Makan............7
2.4 Pengaruh Tekanan Social Terhadap Pola Dan Kebiasaan Makan......................8
2.5 Pengaruh Teknologi terhadap Pola dan Kebiasaan Makan..............................10
2.6 Studi kasus konsumsi fast food pada mahasiswa..............................................12
BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan............................................................................................................15
3.2 Saran......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

i
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu dan pada
dasarnya pola makan merupakan konsep budaya bertalian dengan makanan yang
banyak dipengaruhi oleh unsur social budaya yang berlaku dalam kelompok
masyarakat itu, seperti nilai sosial, norma sosial dan norma budaya bertalian dengan
makanan, makanan apa yang dianggap baik dan tidak baik.Namun Faktor sosial
budaya yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan dalam masyarakat, rumah tangga
dan individu meliputi apa yang dipikirkan, diketahui dan dirasakan menjadi persepsi
orang tentang makanan dan apa yang dilakukan, dipraktekkan orang tentang makanan.
Kebiasaan makan juga dipengaruhi oleh lingkungan (ekologi, kependudukan,
ekonomi) dan ketersediaan bahan makanan.

Disini kelompok akan membahas definisi dari pola dan kebiasaan makan pada
masyarakat, lalu melihat adanya pembentukan pola makan di masyarakat, mengetahui
berbagai macam faktor dan pengaruh dari tekanan sosial dan teknologi yang
berhubungan dengan kebiasaan makan, serta kami juga membahas studi kasus jurnal
yang berjudul Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Dengan Tempat Tinggal Pada Mahasiswa Fik Dan Ft Universitas Muhamammadiyah
Surakarta.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi pola dan kebiasaan makan?
2. Apa itu pembentukan pola kebiaaan makan?
3. Apa faktor yang mempengaruhi pola dan kebiasaan makan?
4. Adakah pengaruh tekanan sosial terhadap pola dan kebiasaan makan?
5. Adakah pengaruh teknologi pola dan kebiasaan makan?
6. Studi kasus konsumsi fast food pada mahasiswa

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pola dan kebiasaan makan.
2. Untuk mengetahui pola kebiasaan makan.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola dan kebiasaan makan.
4. Untuk mengetahui adanya pengaruh tekanan sosial terhadap pola dan kebiasaan
makan.
5. Untuk mengetahui adanya pengaruh teknologi terhadap pola dan kebiasaan makan.
6. Untuk mengetahui hasil dari studi kasus konsumsi fast food pada mahasiwa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Pola Dan Kebiasaan Makan

Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk Farida
Baliwati. dkk, 2004). Pola makan pada dasarnya merupakan konsep budaya bertalian
dengan makanan yang banyak dipengaruhi oleh unsur social budaya yang berlaku dalam
kelompok masyarakat itu, seperti nilai sosial, norma sosial dan norma budaya bertalian
dengan makanan, makanan apa yang dianggap baik dan tidak baik (Sediaoetama, 1999).
Faktor sosial budaya yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan dalam masyarakat,
rumah tangga dan individu menurut Koentjaraningrat meliputi apa yang dipikirkan,
diketahui dan dirasakan menjadi persepsi orang tentang makanan dan apa yang dilakukan,
dipraktekkan orang tentang makanan. Kebiasaan makan juga dipengaruhi oleh lingkungan
(ekologi, kependudukan, ekonomi) dan ketersediaan bahan makanan.

Menurut Santosa dan Ranti (2004) pola makan merupakan berbagai informasi
yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap
hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Dari dua pakar tersebut dapat dikatakan pola makan adalah cara atau perilaku yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi pangan setiap hari, yang meliputi jenis makanan, jumlah
makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana
mereka hidup.

Menurut den Hartog (1995) kebiasaan makan dapat dibentuk oleh lingkungan
sekitar dimana seseorang hidup. Adapun beberapa variabel lingkungan yang berpengaruh
terhadap kebiasaan makan suatu masyarakat adalah lingkungan hidup yang meliputi
topografi, keadaan tanah, iklim, dan flora, lingkungan budaya (sistem produksi pertanian)
dan populasi (kelahiran, kematian, migrasi, pertambahan penduduk, umur dan jenis
kelamin).Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan
makanan (Khumaidi, 1989). Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu
atau kelompok individu adalah memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya.

2.2 Pembentukan Pola dan Kebiasaan Makan

Kebiasaan pola makan dipengaruhi oleh variable lingkungan dimana masyarakat itu
hidup:

1. Zona lingkungan terbagi atas:


- wilayah pedesaan (dengan ciri pegunungan dan persawahan).
- wilayah pesisir dan pantai.
- wilayah urban/perbatasan kota desa.
- wilayah perkotaan.
2. Lingkungan cultural:
- sosial : kondisi pertanian/perternakan, sistem produksi pangan, pemasaran
dan distribusi pangan, daya beli, pola menu.
- fisik : wilayah pemukiman, peralatan produksi pangan.
3. Populasi penduduk
- komposisi : kelahiran, kematian, migrasi, pertumbuhan, usia, jenis kelamin.
Frekuensi makan yang dialami oleh masing-masing orang dapat berbeda-beda tiap
waktunya. Pada suatu saat, mungkin sempat melihat ada seorang istri dalam mobilnya
duduk di samping kiri suaminyayang sedang memegang setir mobil menyuapi suami untuk
makan pagi. Dalam suatu waktu tertentu, mungkin sempat melihat anak kecil yang mau
berangkat sekolah disuapi makan dalam kendaraan sepanjang jalan menuju lokasi sekolah.
Tingginya jam kerja atau padatnya aktivitas menyebabkan orang harus mengubah jam
makan. Hal yang menarik, budaya pada suatu daerah tertentu dapat pula muncul
diversifikasi makanan sesuai dengan waktunya. Di kalangan masyarakat muncul
pemahaman ada yang biasa dikonsumsi pada pagi, siang, dan malam hari. Ketika makan
pun, ditemukan ada makanan pembuka, pokok, dan penutup. Berawal dari budaya
kelompok tertentu, pada saat ini sudah mulai muncul etika makan yang dijadikan alat
kontrol untuk mengukur budaya seseorang dalam makan. Contohnya, ketika makan tidak
boleh berbicara, jangan duduk membungkuk atau bersandar malas.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Pola dan Kebiasaan Makan

Adanya kebiasaan atau pola makan yang berkembang pada setiap daerah dan dalam
diri masing-masing tiap individu, maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan tersebut, yakni sebagai berikut:

1. Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi kosumsi pangan
adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya akan pendapatan akan
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang
lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya
beli pangan baik secara kulaitas maupun kuantitas.
2. Faktor sosio budaya
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan
dikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi
kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.
3. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan individu yang
melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi.
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, yaitu kesan
didalam pikiran manusia sebagai hasilpenggunaan inderanya yang berbeda dengan
kepercayaan tahayul serta penerangan-penerangan yang keliru. Hal ini akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi.
Rendahnya pengetahuan gizi dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi dengan
berbagai manifestasinya dalam masyarakat.
5. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku
makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah,
serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan
dalam keluarga.
6. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup telah membuktikan dapat mempengaruhi pola makan dan
kesehatan. Gaya hidup modern yang dicirikan dengan gaya serba cepat, serba
instan, efisien dan sangat ketat dalam mengatur waktu ikut mempengaruhi pola
makan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
7. Ketersediaan Pangan
Penyediaan pangan merupakan kegiatan pertama menuju kearah konsumsi pangan.
Tidak mungkin kita mengkonsumsi makanan yang tidak terseedia.
8. Jumlah Anggota Keluarga
Dalam masyarakat terdapat variasi jumlah anggota keluarga. Dengan perbedaan
jumlah anggota keluarga tetapi dengan jumlah makanan yang sama akan sangat
mempengaruhi pola konsumsi seseorang.
2.4 Pengaruh Tekanan Social Terhadap Pola Dan Kebiasaan Makan

Dari aspek hubungan social di tingkat keluarga, pola makan cenderung dipengaruhi
oleh kebiasaan makan dan orang yang dominan dalam hal menyajikan makanan di keluarga
itu sendiri. Ibu misalnya, sering menjadi orang yang dominan dalam hal menyajikan
makanan untuk keluarga. Suatu keluarga cenderung mengolah makanan dengan cara
digoreng dari pada digulai atau sebaliknya tergantung dari kebasaan ibu dalam hal
mengolah makanan.

Dengan kata lain, hubungan social dalam keluarga yang memiliki peran dominan
dalam mempengaruhi pola makan anggota keluarga dalah ibu. Pengetahuan ibu rumah
tangga tentang ketersediaan konsumsi makan keluarga mencakup tentang pemilihan bahan
makanan, cara pengolahan, dan cara penyajian.

Dari aspek hubungan social di tingkat teman sebaya, seorang remaja cenderung
banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan berkumpul dengan teman sebaya karena
menganggap temannya dapat memberikan rasa aman secara emosional untuk berbagi
masalah.

Selain memberikan pengaruh positif, teman sebaya juga dapat memberikan banyak
tekanan pada remaja putri untuk menyesuaikan diri dengan standar lingkungan.Pengaruh
negative teman sebaya terhadap pola makan seseorang contohnya lebih menyukai makanan
fastfood atau junkfood. Jika seseorang memiliki teman dengan kebiasaan mengkonsumsi
junkfood maka akan menjadi sebuah tekanan bagi seseorang untuk menirukan perilaku
yang sama agar dapat diterima oleh teman sebayanya tersebut.

Disisi lain, teman sebaya juga dapat membawa pengaruh baik dalam perilaku makan
seseorang. Contohnya seseorang yang awalnya hobi mengkonsumsi gorengan berinteraksi
dengan sekelompok teman sebaya yang membatasi konsumsi gorengan, lebih suka
mengkonsumsi buah-buahan maka seseorang tersebut akan cenderung mengikuti perilaku
makan dari kelompok teman sebayanya.
Penyebab lain dari perubahan pola makan dapat terjadi karena adanya pengaruh
peningkatan sosial ekonomi dan banyaknya tempat-tempat makan yang menarik. Tempat-
tempat makan tersebut menjual berbagai makanan produk olahan dan dikenal sebagai
makanan modern ala Barat seperti KFC, McDonald, Pizza, Hamburger, Spagetti dan
sejenisnya (Lediana, 2016).

2.5 Pengaruh Teknologi terhadap Pola dan Kebiasaan Makan

Teknologi adalah hasil karya manusia yang diperlukan untuk menguasai alam
sekitarnya.Wujud kebudayaan dapat berupa alat-alat produksi, ssenjata, makanan dan
minuman, wadah, pakaian, tempat tinggal, alat transportasi,alat komunikasi dan alat
informasi.

Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa


penerapan itu menuju keperbuatan atau perwujudan sesuatu.Kecenderungan ini pun
mempunyai suatu akibat dimana teknologi diangga sebagai penerapan ilmu pengetahuan,
dalam perwujud maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi atau bagian ilmu
pengetahuan dapat diteknologikan. Dengan demikian teknologi tidak dapat ada tanpa
berpasangan dengan ilmu pengetahuan, dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai
oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang yang menjadi pasangannya (Ahmadi :
2003).

Dengan teknologi, manusia lebih mampu memenuhi segala kebutuhan dan


keinginannya. Masyarakat yang telah maju teknologinya, tidak bersikap menyerah dan
tidak hanya semata-mata bertindak dalam batas-batas melindungi diri, tetapi juga bersikap
aktif dalam menghadai tantangan-tantangan alam sekitarnya.Berhubung teknologi
merupakan salah satu aspek dari kebudayaan, maka teknologi adalah sesuatu yang dinamis
atau selalu berkembang dan berubah dari masa ke masa selain itu, teknologi bukan bagian
yang lepas dari aspek kebudayaan lainnya, seperti pengetahuan, kepercayaan,kesenian,
moral, hukum dan adat istiadat. Semua aspek kebudayaan tersebut saling berpengaruh dan
berinteraksi.Karena itu perkembangan dan perubahan teknologi dapat berpengaruh pada
aspek budaya lainnya, misalnya pada kebiasaan makan.

Perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan, terutama adalah


teknologi yang menyangkut produksi, distribusi pengolahan dan penyiapan makanan. Akan
tetapi teknologi itu bukanlah sebagai penyebab yang bukan merupakan hasil dari pengaruh
fakror lain. Mungkin penggantian alat memanggang dari oven yang memakai arang ke oven
yang memakai listrik adalah karena keterbatasan waktu ibu-ibu rumah tangga dalam
menyiapkan makanan sehingga memerlukan alat yang lebih praktis dan cepat.Keterbatasa
itu sendiri bias disebabkan karena si wanita bukan lagi sekedar ibu rumah tangga yang
tinggal di rumah, tetapi juga bekerja di luar rumah mencari nfkah.

Pada tulisan ini kita tidak sampai menelusuri secara mendalam keterkaitan teknologi
dengan aspek-aspek lainnya.Fokus permasalahan lebih banyak pada kaitan antara
”kebiasaan makan” dengan teknologi dimana hubungan tersebut tidak selalu merupaka
hubungan sebab-akibat dan kadang-kadang agak sulit menentukan mana sebab dan mana
akibat, misalnya teknologi fast food yang tidak mudah dianggap sebagai penyebab lahirnya
kebiasaan makan baru manusia modern. Tapi juga tidak mudah untuk menyatakan bahwa
kebiasaan baru dalam hal makan yang menyebabkan teknologi fast foodwalaupun
demikian antara kedua ini, ‘teknologi dan kebiasaan makan’ ada saling keterkaitan dan
saling mempengaruhi.

Pada saat ini, teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada satu abad terakhir ini telah
berpengaruh besar pada segala aspek kehidupan. Di kota masyarakat yang kentah teknologi
sering diidentikkan dengan manusia-manusia sibuk sepanjang jam, indvidualistis atau
materialistis. Sebaliknya pada masyarakat desa yang tidak begitu akrab dengan
perkembangan teknologi, kita menemukan irama kehidupan yang lebih pelan, sifat
kebersamaan yang lebih tinggi dan lebih berpegang teguh pada norma-norna.
Perubahan gaya hidup tersebut juga dapatdiamati pada tingkat keluarga. Misalnya
pada etika hubungan antar anggota keluarga, norma-norma dan kediasaan keluarga. Setiap
keluarga akam memelihara suatu kebiasaan makan yang kelihatannya statis.akan tetapi
kebiasaan ini sesuatu yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang telah dibicarakan
sebelumya.Karena itu kebiasaan makan adalah sesuatu yang dinamis dan dapat berubah.
Besar kecilnya perubahan tersebut tergantung pada intensitas dan kekuatan faktor-faktor
yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan kebiasaan makan.

2.6 Studi kasus konsumsi fast food pada mahasiswa

Pada jurnal:

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)


DENGAN TEMPAT TINGGAL PADA MAHASISWA FIK DAN FT UNIVERSITAS
MUHAMAMMADIYAH SURAKARTA

Nurul Nurlita1dan Nur Lathifah Mardiyati

Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah


Surakarta, Dosen Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Pelita 7 Blok D nomor 1a-Batam (29443), email: nurlitanurul@ymail.com

Mahasiswa termasuk golongan remaja yang rentan terhadap gizi. Mahasiswa baru
mulai makan pada siang hari. Hal tesrsebut dipilih dikarenakan jadwal kuliah atau aktivitas
laboratorium yang cukup pagi, telat bangun (kesiangan), malas untuk sarapan, dan lain-lain,
yang menyebabkan mahasiswa memilih fast food sebagai menu untuk makan siang.
Makanan cepat saji dipilih karena penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat
dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap
makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda (Lutfi,
2011).Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan
siap untuk disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Makanan cepat saji yang
mudah diperoleh di pasaran memberikan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya
beli.

Pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang
sangat sibuk (Sulistijani, 2002). Makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang
memiliki jumlah kandungan nutrisi terbatas. Kandungan yang biasanya terdapat pada fast
food yaitu garam, lemak, gula dan kalori yang tinggi tetapi kandungan gizinya rendah
seperti vitamin, protein dan mineral. Apabila mengkonsumsi makanan cepat saji terlalu
berlebihan akan menimbulkan banyak penyakit dan kenaikan berat badan (Anggraini,
2013).

Banyak faktor yang membuat mahasiswa lebih memilih mengonsumsi fast food
antara lain kesibukan orang tua, lingkungan sosial, kondisi ekonomi dan tempat tinggal
(Proverawati, 2010). Tempat tinggal sangat mempengaruhi dari kebiasaan makan
mahasiswa yaitu di rumah dan di kos. Mahasiswa yang bertempat tinggal di kos rata-rata
memiliki kebiasaan makan diluar, namun tidak menutup kemungkinan pada mahasiswa
yang bertempat tinggal di rumah yang memiliki orang tua sibuk. Studi internasional telah
menemukn bahwa makanan yang dimakan diluar cenderung memiliki kandungan yang
kurang sehat, misalnya tinggi lemak, lemak jenuh, dan gula dibanding makanan yang
dimakan dirumah (O’Dwyer, 2005).

Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi gizi lebih dan obesitas di Indonesa pada
kelompok usia >18 tahun mencapai 28,9% menurut indeks massa tubuh (IMT). Pemilihan
tempat penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Fakultas Teknik angkatan 2014 karena belum ada penelitian terkait yang
dilakukan pada mahasiswa dan rata-rata Mahasiswa memiliki kebiasaan untuk
mengonsumsi makanan cepat saji.Berdasarkan latar belakang tersebut makan peneliti akan
meneliti hubungan frekuensi konsumsi fast food terhadap status gizi dan peningkatan berat
badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas di Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu dan pada
dasarnya pola makan merupakan konsep budaya bertalian dengan makanan yang
banyak dipengaruhi oleh unsur social budaya yang berlaku dalam kelompok masyarakat
itu, seperti nilai sosial, norma sosial dan norma budaya bertalian dengan makanan,
makanan apa yang dianggap baik dan tidak baik
kebiasaan makan dapat dibentuk oleh lingkungan sekitar dimana seseorang hidup.
Adapun beberapa variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan
suatu masyarakat adalah lingkungan hidup yang meliputi topografi, keadaan tanah,
iklim, dan flora, lingkungan budaya (sistem produksi pertanian) dan populasi
(kelahiran, kematian, migrasi, pertambahan penduduk, umur dan jenis kelamin).

3.2 Saran
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, penulis selanjutnya
diharapkan dapat memaparkan materi ini lebih dalam dan lebih baik agar pembaca
dapat tercerdasi dan sadar tentang pentingnyaketahanan pangan dan faktor yang
mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurbayanursalam. 2014. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan. Online.


(http://Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan _ Perjalanan
panjang.htm) diakses pada 4 Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai