1. Istiadhatul A (20901900043)
2. Siti Marfu’ah (20901900082)
3. Devi Fitri Ratnasari (20901900018)
4. Salamatun N (20901900078)
5. Auliyana Chalimatur R (20901900015)
6. Satrio Kusnanda M (20901900079)
7. Yulia Kartikawati (20901900097)
2020
SATUAN ACARA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
“RELAKSASI OTOT PROGRESIF”
A. Latar Belakang
Lansia merupakan kelompok yang rentan sekali terkena penyakit menular
ataupun tidak menular karena dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami
penurunan atau perubahan fungsi seperti fisik, psikis, biologis, spiritual, serta
hubungan sosialnya, dan tentunya memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupanya,salah satunya kondisi kesehatanya, lansia dapat mengalami Hipertensi
yang disebabkan terjadinya perubahan pada penurunan elastisitas dinding aorta, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan
elastisitas pembuluh darah dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Selain itu, lansia juga telah menghadapi banyak situasi yang penuh tekanan
dalam kehidupan sehari- hari yang menimbulkan respons stres. Relaksasi dan teknik
manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emosional stress. Relaksasi
bertujuan untuk memberikan rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah
respon fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang terkait dengan penyakitnya.
Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang
berlebihan karena adanya stres sehingga dengan melakukan relaksasi dapat
mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak
(Potter, 2006). Salah satu teknik relaksasi yang sering digunakan adalah teknik
Relaksasi Otot Progresif (Progressive Muscular Relaxation [PMR]) sebagai terapi
untuk membantu meredakan beberapa gejala yang berkaitan dengan stress, seperti
Insomnia dan Hipertensi. Teknik ini mungkin lebih unggul dari teknik lain,
memperlihatkan pentingnya menahan respon stress dengan mencoba meredakan
ketegangan otot secara sadar.(Widyastuti, 2003).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi
ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan
sekelompok otot kemudian merilekskanya kembali sehingga otot-otot menjadi relaks
dan menurunkan kecemasan/stres sehingga menyebabkan tekanan darah menurun
pada hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) pada lansia, di
harapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan menurunkan kecemasan/stres
sehingga menyebabkan tekanan darah menurun pada hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mengetahui pengertian relaksasi otot progresif
b. Lansia mengertahui tujuan relaksasi otot progresif
c. Lansia mengetahui langkah- langkah relaksasi otot progresif
d. Lansia dapat melakukan relaksasi otot progresif
A. Kepanitiaan
Leader : Satrio Kusnanda
Observer : Siti Marfu’ah, Auliyana, Yulia Kartika
Fasilitator : Devi Fitri, Salamatun, Istiadhatul
Klien : Lansia dengan hipertensi
B. Setting Tempat
Penyaji : yulia
Audiens : Lansia dengan hipertensi
Keterangan : : Penyaji
: Audiens
C. Metode
Praktik
D. Media
Gerakan badan
E. Kegiatan
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Terdapat audiens lansia dengan hipertensi
b. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan di rumah klien
2. Evaluasi Proses
a. Lansia antusias dalam kegiatan
b. Lansia antusias mengikuti kegiatan awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. Lansia antusias dapat menjelaskan kembali pengertian hipertensi
b. Lansia antusias menyebutkan macam-macam hipertensi
c. Lansia antusias menyebutkan penyebab, tanda gejala, dan komplikasi hipertensi
d. Lansia antusias menyebutkan cara mengatasi dan mencegah hipertensi
G. Daftar pustaka
Cunha, Maria G. 2010. Usia Lanjut di Indonesia: Potensi, Masalah, Kebutuhan (Suatu
KajianLiteratur).Jakarta.EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia.
World Health Organization. 2013. A global brief on Hypertension. Geneva,
Switzerland
RANGKUMAN MATERI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian (mortalitas) (Adib, 2009).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum,
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal
tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke, aneurisma,
gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau darah tinggi merupakan penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
B. KLASIFIKASI
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka
yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam praktiknya terutama
buat orang yang sudah memasuki usia diatas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika
angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena factor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat
hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan
yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur
yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor - faktor lain yang mendorong
terjadinya hipertensi antara lain umur, jenis kelamin, stress, kegemukan (obesitas),
pola makan, merokok (M.Adib,2009).
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bias saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya bertaun menahun dan tidak diobati,
bias timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer. Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah.
Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone
aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama) :
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
1. Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
HIPERTEN PADA
SI LANSIA
1. Makanan yang
diajurkan untuk
Oleh : penderita hipertensi
Kelompok 4b Sumber
karbohidrat : nasi,
biskuit, singkong,
roti, tepung, mie,
tapioka.
PROGRAM STUDI PROFESI Sumber protein
NERS
nabati :tahu, tempe,
FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN dan kacang-
UNIVERSITAS ISLAM kacangan.
SULTAN AGUNG Sumber vitamin
SEMARANG
2020
(buah dan sayuran)
segar, jeruk,
pisang, melon,
tomat, dll.
DEFINISI
Hipertensi adalah TANDA DAN
keadaan meningkatnya GEJALA
tekanan darah sistolik dan
1. Gelisah, kepala pusing
lebih besar atau sama
2. Gemetar, tremor
dengan 160 mmHg dan
3. Sering marah-marah
atau diastolic lebih besar
dari 95 mmHg. 4. Jantung berdebar- 2. Makanan yang dibatasi
debar Garam dapur
5. Tekanan darah lebih
PENYEBAB Makanantinggi
dari 140/90 mmHg lemak dan
1. Asupan garam yang
6. Keringat berlebihan kolestrol
tinggi
7. Gangguan penglihatan Buah/sayur yang
2. Stress psikologis
8. Nafsu makan menurun diawetkan dengan
3. Factor genetic
9. Sulit konsentrasi garam, misalnya
(keturunan)
10. Mudah tersinggung ikan asin, asinan,
4. Kurang olahraga
5. Kebiasaan hidup yang dll.
tidak baik seperti CARA
merokok dan alcohol MENGATASI
6. Penyempitan DAN
pembuluh darah oleh
PENCEGAHAN
lemak/kolestrol
DIET
Cara mengatasi dan
mencegah
hipertensi adalah :
1. Periksakan
tekanan darah
secara teratur
2. Diet
3. Menghindari
makanan yang
berlemak
4. Mengurangi
makanan yang
asin atau garam
5. Menjagaga
keseimbangan
berat badan
6. Hindari
minum-
minuman keras
(beralkohol)
dan kurangi
atau hentikan
merokok
7. Istirahat yang
cukup
8. Hindari stress
9. Olahraga
secara teratur
10. Taati petujuk
pemakaian obat
dari dokter
LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA LANSIA
“HIPERTENSI”
A. Laporan Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Pendidikan kesehatan dilakukan dirumah Ny. A
b. Sasaran pendidikan kesehatan adalah lansia dengan hipertensi
c. Kepanitian sesuai dengan perencanaan yaitu
Leader : Satrio Kusnanda M
Observer : Siti Ma’rufah, Auliyana Ch.R, Yulia Kartikawati
Fasilitator : Devi Fitri, Salamatun Ni’mah, Istiadhatul A
d. Media yang digunakan Leaflet
2. Pelaksanaan
B. Faktor Penghambat
1. Dalam pendidikan kesehatan pada responden kurang memahami materi
2. Ada gangguan pendengaran pada lansia
3. Kata kata pada leaflet sulit untuk dipahami lansia
C. Faktor Pendukung
1. Kegiatan ini menggunakan media leaflet yang dapat mempermudah bagi lansia
rabun jauh
2. Kegiatan ini menggunakan media suara yang dapat mempermudah lansia untuk
memahami
3. Kegiatan ini di selenggarakan dan dibimbing oleh perawat menguasai materi
4. Audience sangat antusias mengikuti penyuluhan
5. Dokumentasi