Anda di halaman 1dari 24

IDENTIFIKASI PENYAKIT-PENYAKIT QALBU (MAZMUMAH) DALAM

PERSPEKTIF ILMU KESEHATAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


TEOSOFI
Dosen Pengampu
Muhammad Amiruddin, Lc., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok VII (Tujuh)
1. Reyhan Rahma Samudra (18930046)
2. Nur Aulia Puspita Sari (18930047)
3. Nuradila Usman (18930058)

KELAS B
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 1
C. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................................. 2
D. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 7
A. Penyakit Mazmumah ........................................................................................................ 7
B. Macam – Macam Penyakit Mazmumah .......................................................................... 7
C. Pengobatan Penyakit Hati ................................................................................................. 16
D. Bahaya Yang Ditimbulkan Dari Sifat Akhlakul Mazmumah ........................................... 17
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................................. 20
3.3 Kisah Inspiratif Pengemis Buta dan Kemuliaan Akhlak Rasulullah ................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 22

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan manusia kedudukan akhlak menempati tempat yang sangat
penting, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung pada bagaimana akhlaknya.
Apabila baik akhlaknya, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak akhlaknya, maka
rusaklah lahir batinnya.

Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa
seseorang, dari jiwa tersebut lahir perbuatan yang mudah dilakukan tanpa pertimbangan
pikiran terlebih dahulu. Akhlak mencakup jangkauan yang sangat luas dalam segala
aspek kehidupan. Akhlak meliputi hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam
bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama manusia (horizontal) dan juga
sifat serta sikap yang terbentuk terhadap semua makhluk (alam semesta). Bagi seorang
muslim, akhlak yang terbaik adalah akhlak yang terdapat pada diri Nabi Muhammad
SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah sifat-sifat yang
terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi seluruh kaum
Muslimin.

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan


menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak
kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran
kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit mazmumah ?


2. Apa macam-macam penyakit qalbu (mazmumah) ?
3. Bagaimana cara mengobati penyakit qalbu (mazmumah) ?
1
4. Apa saja Bahaya yang ditimbulkan dari Sifat Ahlakul Mazmumah ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari penyakit mazmumah
2. Mengetahui apa saja macam-macam penyakit qalbu (mazmumah)
3. Mengetahui bagaimana cara mengobati penyakit qalbu (mazmumah)
4. Mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari penyakit qalbu

D. TINJAUAN PUSTAKA

Teosofi berasal dari kata inggris yaitu theosophy yang diambil dari kata theos
(Allah) dan Sophia (kebijakan). Namun jika di lihat dari aspek keseluruhan menjelaskan
bahwa Teosofi merupakan gabungan dari kata Theos atau yang biasa dikenal teologi.
Sedangakan Sophia biasanya dikenal dengan sufimisme atau tasawuf. Dari kutipan
penjelasan tersebut, maka disimpulkan bahwa teosofi adalah teologi dan sufimisme.
Istilah teosofi dalam diskursus filsafat dan mistisisme tentu saja merupakan nama yang
sudah sangat tua dan bahkan identik dengan dua kajian itu. Menurut Blavatsky, “theos”
artinya tuhan (god, bukan God), “sophia” artinya kebijkasanaan (wisdom). Tapi, theos di
sini merujuk kepada atau dalam pengertian “seorang dewa” dalam bahasa Yunani, salah
satu dari makhluk-makhluk Ilahi dan bukan dalam pengertian “Tuhan” seperti yang
dipahami oleh orang-orang sekarang, bukan “Tuhan Personal.” Karena itu, teosofi
bukanlah “Kebijaksanaan Tuhan” seperti yang diterjemahkan oleh sebagian besar orang,
melainkan “Kebijaksanaan Ilahi” seperti yang dimiliki oleh para dewa. Dalam bahasa
lain, Blavatsky menyebut “teosofi” sebagai “Pengetahuan Ilahi” atau “Sains Ilahi”.
Dalam pengertian MTI, sophie atau sophia dimaknai sebagai “Ilmu” atau “Pengetahuan”
dan “Theos” adalah “Tuhan” atau “Allah”. Menurut mereka, teosofi adalah ilmu atau
hikmat Allah, diartikan juga pengetahuan tentang Tuhan, alam beserta isinya menjadi
tanda yang meyakinkan bahwa Tuhan itu ada (Bahri, 2013).

2
Makna terdalam dari teosofi adalah Ilmu kesempurnaan. Pada MTI, Tuhan
dipahami sebagai “Tuhan Personal” seperti yang dipahami dan dianut oleh agamaagama
konvensional di Nusantara, bukan tuhan dalam pengertian Blavatsky sebagai “tuhan
impersonal.” Penjelasan Helena Blavatsky mengenai seluk beluk teosofi memang lebih
rumit dari apa yang dipahami oleh MTI karena sang Madam lebih menukik kepada
penjelasan-penjelasan yang sangat esoterik, hal itu terjadi karena salah satu alasannya
adalah “pengalaman mistik” sang madam. Dalam beberapa surat dan ceramahnya,
Blavatsky mendefinisikan teosofi sebagai Koan; suatu istilah dalam Budhisme Zen. Koan
berarti sebuah formulasi, sebuah titik penting menuju kebenaran yang Absolut. Koan
adalah sebuah misteri yang tak bisa dipecahkan hanya dengan penjelasan dan alasan
logis, tetapi hanya dapat dipahami oleh kesadaran pada levelnya yang paling dalam yang
melampaui konseptualisasi dan penjelasan intelek (Bahri, 2013).

Kata teosofi berasal dari abad III Masehi yang mulai diperkenalkan oleh
Ammonius Saccas7 dan murid-muridnya yang memulai mendiskusikan sistem filsafat
eklektik.8 Tujuan sistem filsafat ini pertama-tama menanamkan kebenaran-kebenaran
moral luhur tertentu pada murid-muridnya yang semua adalah “para pencinta kebenaran.”
Karena itu, semboyan yang digunakan oleh Perhimpunan Teosofi adalah “Tidak ada
agama yang lebih tinggi dari Kebenaran (There is no religion higher than Truth, Satyan
Nasti Paro Dharmah).” Tujuan utama para pendiri mazhab teosofi eklektik adalah juga
salah satu dari tiga tujuan Perhimpunan Teosofi sebagai penerus modernnya, yaitu
mendamaikan semua agama, aliran dan bangsa dibawah sebuah sistem etika umum
berdasarkan pada kebenaran abadi ((Bahri, 2013).

Dari namanya tampak bahwa teosofi berarti ilmu esoterik (batin) atau ilmu
kenyataan yang akan menjelaskan dimensi terdalam (yang esensi) dari dogmadogma
kering dan kaku. Teosofi akan membentuk seseorang menjadi bijak, welas asih atau cinta
terhadap sesama, suci bersih jalan pikiran dan sikapnya. Jadi, pada tataran praktek,
teosofi, seperti ditegaskan oleh Blavatsky, adalah praktek hidup penuh cinta kasih,
kesucian hati dan diri, tidak rakus, tidak selalu mementingkan diri sendiri dan memiliki
solidaritas sosial (Bahri, 2013).

3
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab yang sudah diadobsi menjadi bahasa
Indonesia, dan merupakan jamak taksir dari kata khuluq, yang berarti tingkah laku,
budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya
lebih dekat dengan kepribadian. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau gaya
atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima
dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak
lahir.

Kata akhlak tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan


khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang
berarti pencipta demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa “Hakikat makna akhlak itu, ialah gambaran batin
manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqun merupakan gambaran
bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya.
Para ahli bahasa mengartikan akhlak dengan istilah watak, tabi’at, kebiasaan, perangai,
dan aturan. Sedangkan menurut para ahli ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan
jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang dengan
mudah.

Untuk menentukan akhlak dalam Islam, sumber yang digunakan adalah al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya
adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran
manusia.

Salah satu tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan akhirat adalah akhlak yang
baik. Banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak yang baik. Kedudukan
akhlak sangat tinggi dalam Islam. Akhlak yang bermanfaat adalah akhlak yang dilakukan
sesorang dengan mengharapkan pahala dari Allah SWT agar mendapatkan surga dan
derajat yang tinggi di akhiratnya. Seseorang yang berakhlak baik adalah yang tidak
menunggu balasan manusia jika dia berbuat baik padanya. Hal ini sejalan dengan firman
Allah dalam Q.S. Al – Baqarah (2): 83

4
Artinya “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua, kerabat, anak – anak yatim, dan orang – orang miskin. Dan bertutur
katalah yang baik dengan manusia”.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, jika dilisik setiap
ajaran Islam selalu beroreintasi kepada pembinaan dan pembentukan akhlak yaitu al-
akhlaq al-karimah. Akhlakiyah (moral) menjadi karakter Islam karena akhlak masuk
dalam semua ajarannya, sampai kepada akidah, ibadah, dan muamalah, serta termasuk ke
dalam ekonomi dan politik. Umat Islam dalam hidupnya memiliki aturan yaitu Alquran
dan Al-Hadist. Isi dari Alquran dan Al-Hadist merupakan pedoman hidup dan perbaikan
diri untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Islam mengajarkan akhlak yang harus dimiliki oleh setiap umat yaitu :

1) akhlak kepada Allah,


2) akhlak kepada Rasulullah,
3) akhlak kepada orang tua,
4) akhlak kepada guru,
5) akhlak kepada manusia, dan
6) akhlak kepada makhluk hidup.

Secara terminologi, akhlak merupakan suatu sistem yang melekat pada individu
yang menjadikan seseorang menjadi manusia istimewa dari individu lainnya, lalu menjadi
sifat pada diri seseorang tersebut. (Nasharudin, 2015: 206). Perkataan akhlak dalam
bahasa Arab disebut “akhlak” jamak dari kata “khuluk” yang menurut Lughat diartikan
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (internal creation) atau kejadian batin.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau
akhlak madzmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak
mahmudah. Akhlak terbagi menjadi dua: Akhlak Karimah dan Akhlak Madzmumah
(Sumardi dkk, 2020)

5
Contoh dari Akhlak Karimah adalah beribadah kepada Allah, mencintai-Nya, dan
mencintai makhlukNya karena Dia, dan berbuat baik serta menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah dan memulai berbuat sholeh dengan niat ikhlas,
berbakti kepada orang tua, dan lainnya. Sedangkan Akhlak Madzmumah seperti ujub,
sombong, riya’, dengki, berbuat kerusakan, bohong, bakhil, malas, dan lain sebagainya.
Akhlak mahmudah adalah sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang diridhai
Allah, mencintai keluarga dan seluruh manusia, diantara kehidupan mereka kepada
seorang Muslim. Sebaliknya akhlak madzmumah adalah asal penderitaan di dunia dan di
akhirat.

Hakikat akhlak menurut Al-Ghazali dalam jurnal Rizal (2018: 73) seperti kondisi
jiwa dan bentuknya yang batin. Sebagaimana sempurnya bentuk lahir secara mutlak yang
kemudian menjadi tidak sempurna dengan indahnya keberadaan dua mata saja, tanpa
hidung, mulut dan pipi, tetapi kebagusan semuanya harus ada agar kebagusan dhahir
menjadi sempurna. Maka, demikian pula dalam urusan batiniah (jiwa), ada empat unsur
yang harus baik semua, sehingga kebagusan akhlak menjadi sempurna. Apabila
kebagusan empat unsur ini seimbang dan setara serta sesuai maka kebagusan akhlak bisa
didapatkan dan niscaya mencapai kemuliaannya.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Mazmumah
Penyakit mazmumah (akhlak buruk) adalah sifat atau perilaku buruk yang tidak
dibenarkan dalam ajaran agama yang berasal dari dalam diri seseorang yang menjadikan
dirinya jauh dari ajaran Allah SWT.dan penyakit ini merupakan asal mula penderitaannya
di dunia maupun di akhirat. Contoh dari mazmumah diantaranya adalah iri, dengki,
malas, sombong dan lain sebagainya.

B. Macam-Macam Penyakit Mazmumah


Berikut adalah beberapa dari macam-macam penyakit mazmumah, yaitu:
1. Berkata Bohong
Kata al-kazib,al-kazb dan al-kizb, merupakan bentuk mashdar, berakar dari kata
kazaba, yakzibu, dimanahuruf aslinya terdiri atas tiga, yakni kāf, zal, dan bā', yang
mengandung arti: lawan dari sifat jujur(shidq);memberitakan sesuatu yang
bertentangan dengan kenyataan sebenarnya sementara dia mengetahuinya. Definisi
ini, sejalan dengan apa yang ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
dusta adalah perkataan tidak benar, berbohong, yakni tidak sesuai dengan hal dan
keadaan yang sebenarnya. Al-Ashfahani menjelaskan bahwa kata al-kazib (dusta) dan
al-shidq (benar) mula-mula hanya digunakan untuk menyatakan benar tidaknya
informasi. Kemudian penggunaan kata itu berkembang, menyangkut kesesuaian an-
tara ucapan dengan isi hati orang yang mengucapkannya, kesesuaian antara berita
dengan kenyataannya. Apabila tidak ada kesesuaian, maka tidak lagi disebut al-shidq
tapi dinamakan al-kazib (Said, 2020).
Allah SWT menggandingkanberkata bohong dengan kesalahan syirik, firman Allah
berikut :

7
Artinya:Demikianlah (perintah Allah).Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa
yang terhormat di sisi Allah makaitu adalah lebih baik baginya di sisiTuhannya. Dan
telah dihalalkan bagikamu semua binatang ternak,terkecuali yang diterangkan
kepadamukeharamannya, maka jauhilah olehmuberhala-berhala yang najis itu
danjauhilah perkataan-perkataan dusta.
Ayat ini menekan berat tentang kesalahan berkata bohong kerana ia telah
menggadingkannya dengan kesalahan syirik. Al-Imam Ahmad telah meriwayatkan
sebuah hadith dengan sanadnya dari Fatik al-Asadi mengatakan : Rasulullah Saw.
Setelah mendirikan solat subuh dan apabila selesai dari solat itu beliau berdiri, seraya

bersabda:
Artinya: Kesaksian yang dusta itusama dengan mempersekutukan AllahSWT.
Kemudian baginda membacakan ayat Al-Hajj, 22:30. Allah mahu manusia
meninggalkan segala bentu syirik dan menjauhi segala bentuk pembohongan, serta
berdiri teguh di atas lunas kepercayaan tauhid yang benar dan bersih (Auliya, 2018).

2. Munafik
Allah telah menyebutkan perkataan an-nifāq dan kata jadiannya di dalam al-Qur’an
sebanyak 37 kali dalam beberapa surah. Sifat nifak itu terbagi menjadi dua macam:
Pertama:Nifaq I’tiqadi (nifak dalam bentuk keimanan) dan nifaq dalam bentuk
amaliah, Nifak jenis I’tiqadi ini menyebabkan pelakunya keluar dari agama (millah).
Orang seperti ini didalam hatinya mendustakan kitab-kitab Allah dan para malaikat-
Nya,Perkataan nifaq ‫نِفَاقًا‬, َ‫ نَفَق‬munafik bermaksud menampakkan (berpura-pura)
keimanan dan menyembunyikan kekufuran. Sifat munafik ada yang berkaitan dengan
akidah; jenis ini menyebabkan pelakunya kelak di dalam neraka, dan ada yang
berkaitan dengan perbuatan,jenis ini merupakan salah satu dari dosa besar (Auliya,
2018).

8
Pendusta merupakan salah satu dari perangainya orang-orang munafik, sebagaimana
dalam hadits dalam shohihain dari hadits Abu Hurairoh, beliau berkata Rosulullah
s.a.w bersabda:

Artinya: Tanda orang munafik itu tiga


perkara: apabila bercakap diaberdusta,
apabila berjanji dia mengingkar
janjinya, dan apabila dipertaruhkan
amanah dia khianati.

Dari ayat-ayat yang menyebutkan tentang munafik di dalam al-Qur’an, dijumpai


beberapa karakteristik manusia munafik, antara lain:
a. Sakit hatinya dan memandang orang mu’min tertipu agamanya
b. Takut terbongkar nifaqnya dan memperolokan Allah dan Rasulnya
c. Menyuruh munkar melarang ma’ruf, kikir, tidak tha’at dan fasiq
d. Memandang Allah dan Rasulnya penipu
e. Penyebar kabar bohong
f. Pendusta, tidak paham, dan bodoh
g. Berpaling dan tidak suka terhadap hukum Allah dan Rasulnya
h. Sesat karena prilakunya sendiri
i. Menipu Allah, malas shalat, riya, tidak menyebut Allah dan ragu-ragu
j. Berprasangka buruk terhadap Allah
k. Ingkar janji dan dusta.
Al-Buraikan ( 1994: 161 ) menyebutkan nifaq itu ada dua macam: Nifaq Akabr yaitu
nifaq besar dan nifaq ashgar yaitu nifaq kecil. Abdurahman Faudah menyebutnya:
nifaq Iman dan nifaq Amali. Sementara Ibnu Taimiyah memberi namanya dengan;
nifaq i'tiqadi dan nifaq amali.
Nifaq Akbar ( nifaq 'Itiqadi atau Nifaqiman ) adalah menyembunyikan kekufuran
dalam hati dan menampakan keimanan dalam lisan dan perbuatan

9
Al-Buraikan ( 1994: 163) dan Ibnu Taimiyah ( 1991: 8) menyebutkan nifaq besar
maksudnya, menyembunyikan kekufuran dalam hati dan menampakan keimanan
dalam lisan dan perbuatan. Nifaq ini; membatalkan amal, keabadian di neraka, tidak
akan diampuni, darah, jiwa dan hartanya halal, keluar dari Islam, nifaq aqidah. Dan
terbagi kepada 6 jenis;
• Mendustakan Rasulullah saw baik sebagian atau keseluruhan
• Mendustakan sebagian ajaran yang di bawa oleh Rasulullah saw.
• Membenci Rasulullah Saw
• Membenci sebagian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
• Merasa gembira dengan kekalahan agama Rasulullah saw.
• Merasa benci dengan kemenangan agama Rasulullah saw.

Nifaq ashgar adalah jika perbuatannya yang tampak berbeda dengan apa yang
diperintahkan oleh syariat Islam.

Al-Buraikan ( 1994: 163 -164) menjelaskan, nifak kecil ialah bila perbuatannya yang
tampak berbeda dengan yang diperintahkan oleh syariat Islam. Nifaq ini sebalik dari
nifaq besar. Dan di antara yang termasuk kepada nifaq kecil, yaitu:
• Dusta dalam perkataan
• Tidak menepati janji
• Mengkhianati amanat
• Curang ketika bertengkar
• Penipuan.

Orang yang zahirnya bertentangan dengan batinnya, rupanya berlainan dengan


budinya. inilah orang yang pintar berdusta, sehingga apabila tiba peranan bertindak
terbukalah tembelang budinya yang tersembunyi, terterungkaplah segala akhlaknya
yang tertutup dan terpampanglah hakikat kejahatannya, kezalimannya, hasad

10
dengkinya, dan kerosakkan akhlaknya.Mereka yang mempunyai penyakit ini adalah
orang-orang munafik, sedangkan penyakit tersebut adalah berupa keraguan yang
merasuki hati mereka terhadap Islam. Bertambah kekafiran mereka, kejahatan mereka
disamping kejahatan yang ada dan kesesatan di samping kesesatan yang telah ada
pada diri mereka ini merupakan pembalasan yang sesuai dengan jenis amal perbuatan,
disamping kekafirannya yang telah ada disebabkan apa yang mereka dustakan kerana
mereka mempunyai kedua sifat tersebut, yakni mereka adalah orang-orang yang
berdusta, juga mendustakan yang gaib (Auliya, 2018).

3. Fitnah
Fitnah mempunyai ceritanya tersendiri di dalam sejarah tamadun manusia. Fitnah
juga telah menjadi salah satu faktor kejatuhan Kerajaan Othmaniah sebuah kerajaan
Islam yang begitu unggul satu masa dahulu. Fitnah juga boleh menjadi puncak
keretakan dan pergeseran di dalam masyarakat. Pada hakikatnya, fitnah merupakan

satu penyakit yang besar dan Islam menyedari hakikat ini sejak daripada awal dahulu.
Allah berfirman;
“Dan perliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim sahaja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa siksaan Allah amat
keras.”(Surah Al-Anfal : 25).
Firman Allah di atas jelas menunjukkan bahawa Allah telah memerintahkan seluruh
Muslim untuk tidak berbuat khianat dan mendekati fitnah kerana fitnah itu boleh
merosakkan seluruh insan. Ini kerana siksaan dan balasan Allah itu tidak terbatas
kepada mereka yang melakukan fitnah saja tetapi juga kepada semua umat (Saahar,
2012).

11
4. Berdusta (Al-Ifk)
Perkataan al-Ifk bermaksud dusta dan bohong, mengubah sesuatu daripada bentuk
asalnya, menunjukkan membalikan sesuatu, dan dikatakan membalikkan sesuatu
apabia seseorang adalah dusta, terdapat pada firmanAllah SWT (Q.S. An-Nur :12) :

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan
mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak)
berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".

Firman Allah SWT yang selanjutnya adalah (Al-Ahqaf: 11) :

“Dan orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman,


“Sekiranya Al-Qur'an itu sesuatu yang baik, tentu mereka tidak pantas mendahului
kami (beriman) kepadanya.” Tetapi karena mereka tidak mendapat petunjuk
dengannya maka mereka akan berkata, “Ini adalah dusta yang lama.”
Tidaklah mereka berpendapat demikian, melainkan mereka mempunyai keyakinan
bahwa diri mereka mempunyai kedudukan di mata Allah dan diperhatikan oleh-Nya.
Mereka tersilap dalam kesalahan, bahwa semua perbuatan dan ucapan yang tidak
terbukti berpunca dari para sahabat berarti hal itu adalah bid'ah. Kerana sesungguhnya
tiada suatu perkara kebaikan pun yang mereka biarkan melainkan mereka (para
sahabat) bersegera mengerjakannya. Orang yang tidak beriman mengatakan bahwa
segala apa yang terkandung didalam Al-Qur'an adalah dusta dipetik dan orang dahulu
kala. Mereka menafikan al-Qur'an dan orang-orang yang beriman kepadanya.

12
5. Kufur
Ditelaah secara bahasa, kufur memiliki arti menutupi, namun jika ditelaah menurut
syara’ maka kufur berarti tidak beriman kepada Allah an Rasul-Nya. Ketika
seseorang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan cara mendustakannya
ataupun tidak dengan cara mendustakannya, maka orang itu sama saja telah kufur
atau mengkufuri keberadaan Allah dan Rasul-Nya.
Menurut majoriti pemuka Khawarij, berpendapat bahawa semua dosa besar
adalahkufur, orang yang melakukan dosa besar itu dihukum kafir dan kekal di dalam
neraka. Pendapat ini diutarakan oleh golongan cabang al-Muhakkimah yangpaling
awal dalam Khawarij (Ishak, 2002)
Allah SWT dalam surah Ar-Rahman (surat ke-55) ini mengulang-ulangfirman-Nya,
“Maka nikmat Tuhan yang manakah(wahai jin dan manusia)yang hendak kamu
dustakan?”. Pertanyaan ini sebenarnya untuk mengingatkan manusia tentang nikmat-
nikmat itu, di samping menimbulkan perasaan takut dan gentar serta celaan terhadap
orang yang mengingkari nikmat-Nya. Di samping suatu pernyataan untuk
mencatatkan pengakuan dan penyaksian, di mana dada seorang manusia dan jin yang
mampu mendustakan nikmat-nikmat Allah di maqam seperti ini.
Maka nikmat Tuhan yang manakah(wahai jin dan manusia) yanghendak kamu
dustakan?, Pertanyaan tersebut terulang sebanyak tiga puluh satu kali. Lapan
daripadanya disebut selepas diterangkan beberapa keajaiban ciptaan-Nya, selepas
disebutkan perihal permulaan kejadian dan perihal “ma’ad” atau kembali ke akhirat,
kemudian disebutkan sebanyak tujuh kali selepas diceritakan tentang azab neraka dan
suasananya; sejajar dengan bilangan pintu neraka jahannam. Selepas itu disebutkan
delapan kali selepas disifatkan syurga dan para penghuninya, ini sejajar dengan
delapan bilangan pintu syurga. Sesiapa yang percaya kepada apa ayat yang awal, dan
beramal dengan apa yang diwajibkan kepadanya, maka ia berhak mendapat daripada
kedua-dua ganjaran delapan syurga itu daripada Allah, dan Allah selamatkan dia dari
bencana tujuh perkara keburukan yang telah disebutkan dalam ayat terdahulu (Auliya,
2018).

13
6. Hoaks
Hoaks dalam An English-Indonesian Dictionary yang ditulis oleh John M. Ecols dan
Hassan Shadily memiliki arti cerita bohong, olok-olokan. Sedangkan dalam
Cambridge Dictionary, hoaks adalah perencanaan untuk menipu seseorang atau
tipuan(dictionary.cambridge.org).Dalam Oxford Dictonary disebutkan bahwa hoaks
adalah ahumorous or malicious deception(tipuan lucu atau tipuan yang jahat).
Adapun kata lain yang semakna dengan hoaks adalah berita bohong, fitnah, ataupun
yang sejenisnya. Hoaks dianggap sangat berbahaya karena menyebarkan informasi
yang menyesatkan. Pemberian informasi bertujuan hanya untuk menipu dan
merekayasa pembaca untuk dapat mempercayai sebuah berita. Sementara, pembuat
berita mengetahui bahwa berita tersebut adalah kebohongan atau berita palsu.
Akibatnya, pembaca kadang hanya menerima dan membenarkan berita hoaks
walaupun terkadang tidak masuk akal (Setiyanto, 2019).
Istilah semakna hoaks dalam Al-Quran terdapat beberapa istilah yang bisa ditemukan.
Beberapa istilah tersebut adalah ifk, kaẑaba, fitnah, khud’a, qaul al-zūr, buhtan,
iftara, tahrif, dan garur. Beberapa kata ini memiliki kesamaan makna hoaks
sebagaimana fakta sosial di masyarakat modern saat ini. Kata-kata tersebut sangat
banyak (baik kalimataslinya maupun turunannya) terdapat di dalam ayat-ayat Al-
Quran. Namun dalam makalah ini, penulisan yamengkaji beberapa ayat Al-Qur’an.
Walaupun demikian, diharapkan ayat-ayat yang dijelaskan dapat menjadi referensi
dan gambaran awal kajian-kajian yang lebih terperinci (setiyanto, 2019).

7. Menuduh (Al-Buht)
Perkataan al-buht ‫ نالبُھتا‬yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an diantaranya bermakna
kepalsuan danpembohongan, kebingungan, al-buht pada surah al-Mumtahinah
menyatakan bahawa kanak-kanak lelaki telah dinasabkan kepada yang bukan ibu
bapanya oleh isteri-isteri, ini merupakan buht yang menghina, menyifatkan fitnah
fitnah; yaitu: Isteri-isteri menasabkan kepada suami mereka apa yang tidak mereka
lakukan. Al-buht lebih berbahaya dari pembohongan dan fitnah, kerana fitnah dan
yang berkaitan kepada orang yang mengatakan perkara itu sendiri, tetapi al-buht
berkenaan dengan orang lain, bekas tidak melebihi satu pembohongan, dan tangga

14
kedua pada orang lain, jadi semua kepalsuan fitnah,tidak semua fitnah palsu. Tuduhan
keji kepada orang baik-baik , firman Allah SWT yang berikut:
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya
kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu
kebohongan dan dosa yang nyata.”

Sebagaimana tuduhan yang dilakukan Bani Ubairiq, tentang perilaku busuk mereka
kepada laki-laki shalih yaitu Labid bin Sahl seperti pada hadits yang telah lalu, atau
Zaid bin Samin orang Yahudi, menurut pendapat yang lainnya, padahal dia bebas atau
bersih. Mereka adalah orang-orang zhalim lagi penghianat sepertiyang ditunjukkan
oleh Allah kepada Rasul-Nya. Kemudian cacian dan celaan ini berlaku umum untuk
mereka dan siapa pun selain mereka yang memiliki sifat seperti mereka, lalu
melakukan tindakan kesalahan seperti mereka, maka mereka akan mendapatkan
hukuman yang sama dengan mereka.
8. Ananiyah (egois)
Kita sebagai manusia hidup di dunia tidaklah menyendiri, tetapi berada di tengah-
tengah masyarakat yang saling membutuhkan satu sama lain, karena manusia adalah
makhluk sosial. Jika kita berbuat baik tentunya akan memperoleh hasil yang baik
pula, tetapi jika perbuatannya buruk masyarakat pun turut menderita. Sebagai umat
muslim kita harus senantiasa saling tolong menolong, karena manusia tidak dapat
hidup sendiri dalam masyarakat, ia mutlak memerlukan bantuan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, dalam hidup bermasyarakat kita harus
senantiasa berbaur satu sama lain dan saling membantu. Karena jika kita hanya
mengedepankan sifat egois, kita hanya akan di jauhi banyak orang dan terkesan dapat
hidup sendiri meski tanpa bantuan orang lain.
9. Al-Istikbar (Sombong)
Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha
menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa bahwa dirinya
lebih besar, lebih kaya, lebih pintar dan lebih di hormati. Orang yang memiliki sifat

15
tersebut biasanya menganggap atau memandang orang lain lebih buruk, lebih rendah
dan tidak mau mengakui kelebihan orang lain.
10. Dengki
Dengki merupakan suatu keadaan pikiran yang membuat dirinya merasa sakit jika
orang lain mendapat suatu kesenangan dan ia ingin agar kesenangan itu di ambil dari
orang itu meskipun ia sendiri tidak mendapatkan keuntungan apapun dengan
hilangnya kesenangan itu.
11. Al-Ishraf (Berlebihan)
Maksud berlebihan disini yaitu menyianyiakan sesuatu tanpa manfaat, melebihi batas
di setiap perbuatan, misalnya seperti menyianyiakan harta, makan dan minum
berlebih-lebihan dan berpakaian yang terlalu menyolok. Hal tersebut sangat di larang
dalam agama islam. Karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

C. Pengobatan Penyakit Hati


Obat yang paling mujarab dalam menghadapi penyakit hati menurut Imam Ibnu
Qoyim, ada beberapa cara mengatasi dan menyembuhkan penyakit hati yaitu :
1. Menjaga kekuatan mental
Ibnu Qoyim menjelaskan bahwa salah satu upaya yang harus dilakukan orang yang
memiliki penyakit hati adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang
bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk
mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, serta
fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal
merupakan nutrisi bagi tubuh manusia.
2. Menghindari hal-hal yang membuat penyakit lebih parah
Ibnu Qoyim menyatakan orang yang sakit hati harus menghindari segala yang bisa
memperparah penyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa
dan maksiat. Hindarkan diri dari segala bentuk penyimpangan karena dosa dan
maksiat adalah sumber penyakit bagi hati.
3. Membaca Al-Qur’an dan tadabbur (merenungkannya)
Ketika mulai merasa kesal dan sakit hati cobalah untuk membaca Al-Qur’an dan
Tadabburi Qur’an agar mendapat ketenangan lahir dan batin

16
4. Rajin Mengosongkan Perut (Shaum)
Rajin mengosongkan perut ini disarankan agar berpuasa hawa nafsu dapat terkendali
dan yang pasti penyakit hati akan sedikit demi sedikit terkikis dan hilang
5. Mandirikan Shalat Malam (Tahajud)
Ketika tidak mampu membuang segala kebencian dan kesedihan didalam hati maka
cobalah untuk mendirikan shalat malam (qiyamul lail) dengan cara itu bisa membantu
menemukan solusi tentang penyakit hati yang dimiliki. Memintalah dengan
bersungguh-sungguh maka Alaah SWT akan memberikan kelapangan dada.
6. Merendahkan Diri dihadapan Allah SWT (dengan doa dan dzikir)
Doa dan dzikir sangat ampuh untuk menghilangkan rasa sakit hati didalam dada,
maka dari itu ketika mengalami penyakit hati cepatlah untuk mengingat Allah dan
dzikirlah dengan menyebut nama Allah SWT.
7. Bermajelis (Bergaul) dengan Orang Sholeh atau Mengikuti Kaijan-Kajian Keislaman
Mengikuti majelis ta’lim dan bergaul dengan orang-orang sholeh agar mendapatkan
siraman rohani sehingga hati menjadi tenang dan melupakan rasa penyakit hati
menjadi tenang dan melupakan rasa penyakit hati didalam dada. Bergaul dengan
orang sholeh dapat memberikan ilmu agama yang luas dan bisa mengetahui ajaran
islam yang belum diketahui.

D. Bahaya Yang Ditimbulkan Dari Sifat Akhlakul Mazmumah

Dengan memiliki sifat ahlakul mazmumah tentunya akan ada dampak yang di timbulkan dan
mendatangkan pada perbuatan dosa. Berikut bahaya yang ditimbulka :

1. Terhalangnya rezeki, sesuai dengan hadist yang di riwayatkan Imam Ahmad


“Seorang hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya”. Siapa
pun yang memiliki akhlak buruk dalam menjalani kehidupan sehari-hari, niscaya
Allah SWT mempersulit rezekinya.

2. Kemaksiatan hanya akan menyebabkan kehinaan, dan kebaikan akan melahirkan


kebanggaan dan juga kejayaan.

17
3. Dengan melakukan tindakan maksiat dapat memperpendek umur dan menghapus
keberkahan, maksudnya yaitu jika kita menjalankan salah satu dari akhlak tercela
hanya akan membawa kita pada ketidak berkahan dalam hidup.

4. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan allah di dalam hati,
tertutup oleh maksiat yang mematikan itu.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan materi diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyakit mazmumah (akhlak buruk) adalah sifat atau perilaku buruk yang tidak
dibenarkan dalam ajaran agama yang berasal dari dalam diri seseorang yang menjadikan
dirinya jauh dari ajaran Allah SWT. Macam-macam penyakit mazmumah yaitu dusta,
munafik, melakukan kufur, menyebarkan hoaks.
2. Macam-macam penyakit mazmumah salah satunya yaitu dusta. Dusta adalah
memberitakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan sebenarnya sementara dia
mengetahuinya. Definisi ini, sejalan dengan apa yang ditemukan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia bahwa dusta adalah perkataan tidak benar, berbohong, yakni tidak
sesuai dengan hal dan keadaan yang sebenarnya. Yang kedua adalah munafik, sifat
munafik ada yang berkaitan dengan akidah; jenis ini menyebabkan pelakunya kelak di
dalam neraka, dan ada yang berkaitan dengan perbuatan,jenis ini merupakan salah satu
dari dosa besar. Contoh selanjutnya yaitu menyebar fitnah, Firman Allah di atas jelas
menunjukkan bahawa Allah telah memerintahkan seluruh Muslim untuk tidak berbuat
khianat dan mendekati fitnah kerana fitnah itu boleh merosakkan seluruh insan. Ini
kerana siksaan dan balasan Allah itu tidak terbatas kepada mereka yang melakukan fitnah
saja tetapi juga kepada semua umat.
3. Penyakit hati bisa disembuhkan dengan cara menjaga kekuatan mental Ibnu Qoyim
menjelaskan bahwa salah satu upaya yang harus dilakukan orang yang memiliki penyakit
hati adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan
berbagai ketaatan, membaca alquran, berwudhu, sholat malam dan menghindari segala
sesuatu yang membuat penyakit lebih parah.
4. Dengan memiliki sifat ahlakul mazmumah tentunya akan ada dampak yang di timbulkan
dan mendatangkan pada perbuatan dosa. Bahaya yang timbul yaitu terhalangnya rezeki,
Kemaksiatan hanya akan menyebabkan kehinaan, dan kebaikan akan melahirkan
kebanggaan dan juga kejayaan, dengan melakukan tindakan maksiat dapat

19
memperpendek umur dan menghapus keberkahan, terhalangnya ilmu agama karena ilmu
itu cahaya yang diberikan allah di dalam hati, tertutup oleh maksiat yang mematikan itu

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan kepada partisipan yaitu sebaiknya partisipan


mendengarrkan pemaparan materi setiap kelompok dan menanyakan apa yang kurang
dipahami dari materi tersebut.

3.3 Kisah Inspiratif Pengemis Buta dan Kemuliaan Akhlak Rasulullah


Di sebuah sudut jalan ada seorang pengemis buta yang setiap harinya selalu
mengumpat Rasulullah SAW. Ia berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai
saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir.
Apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.
Tiada hal lain yang dilakukan si buta setiap hari, kecuali menengadahkan tangan dan
mengumpat meneriakkan kata-kata itu berulang kali. Namun demikian, setiap hari di
waktu pagi selalu ada seorang pria yang mendatangi pengemis itu dengan
membawakannya makanan. Dan, tanpa berucap sepatah kata pun, pria itu selalu
menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis buta itu.
Suatu ketika, pria yang biasanya datang memberinya makan tidak lagi datang
kepadanya. Pengemis buta itu semakin hari semakin lapar dan bertanya-tanya dalam
dirinya apa yang terjadi terhadap pria itu. Sampai suatu pagi ada seorang pria yang
mendatanginya dan memberinya makan. Namun, ketika pria itu mulai menyuapinya, si
pengemis buta itu marah sambil menghardik, “Siapakah kamu? Engkau bukan orang
yang biasa mendatangiku!” “Aku adalah orang yang biasa,” ujar pria itu. “Tidak
mungkin. Engkau bohong!” kata si pengemis buta itu. “Sebab, apabila dia datang
kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah,”
jawab pengemis buta itu lagi.
Mendengar jawaban si pengemis buta itu, pria tadi tidak dapat menahan air
matanya. Dia menangis sambil berkata kepada pengemis itu. “Aku memang bukan orang
yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Namaku Abu

20
Bakar. Orang mulia yang biasa memberimu makan itu telah meninggal dunia. Dia adalah
Muhammad SAW”. Pengemis buta itu terkejut. Tubuhnya bergetar. Tidak ada kata-kata
yang keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang mengalir di pipinya. Deras, seolah tak
terbendung, mengenang “Manusia Mulia” yang selalu dimakinya setiap hari.
Subhanallah, sungguh keikhlasan dan kesabaran Rasulullah tiada tara.

21
DAFTAR PUSTAKA

Auliya. 2018. “AKHLAK MAZMUMAH DALAM AL-QURAN”. Jurnal Ulunnuha. Vol. 7. No.
2.

Bahri, Media Zainul. 2013. Gagasan Pluralisme Agama pada Kaum Teosofi Indonesia. Jurnal
Studi Keislaman. Vol 17 No 2.

Nasharuddin. 2015. Akhlak (Ciri Manusia Paripurna). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rizal, Syamsul. 2018. “Akhlak Islami Prespektif Ulama Salaf”. Jurnal Pendidikan Islam.Vol.
07. No. 1.

Saahar, Suhaimee dan Mohd, Rusyda Helma Binti. 2012. “Fitnah Siber: Satu Tinjauan Dari
Sudut Islam, Perlembagaan Dan Undang-Undang.”

Said, Rukman AR. 2020. “BERDUSTA DALAM TINJAUAN HADIS.” AL ASAS 4 (1): 27–40.

Setiyanto, Danu Aris. 2019. “Hoax: Teks Dan Konteks Dalam Al-Quran.” Indonesian Journal
of Religion and Society 1 (1): 1–11.

Sumardi dkk. 2020. “ANALISIS NILAI AKHLAK PADA LEGENDA MALIN KUNDANG
DALAM PERSPEKTIF ISLAM”. Jurnal Skripta. Vol. 6. No. 2

Zulbadri, Z. (2018). AKHLAK MAZMUMAH DALAM AL-QURAN. Jurnal Ulunnuha, 7(2),


109-122.

22

Anda mungkin juga menyukai