Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS ILMIAH TENTANG PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

NAMA :

M. ZAYANDI DYZAND. B

KELAS :

XII MIA 3

MAN 2 KOTA JAMBI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan
berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula
dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan
dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki.

Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya
tulis kami di masa datang.

Jambi, Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu
permasalahan utama yang dihadapi bangsa indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap
jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui
berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita ? dari
berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menybabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu
menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan input-output analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan
seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya
dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi. Mengapa? karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan
dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat menentukan output
pendidikan.
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar
sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi
pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan
cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam
memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan
tradisional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-
konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan
kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan
dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang
dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika
siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan
pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi
terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.
Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone, kondisi pembelajaran
seperti yang digambarkan di atas masih sering terjadi. Siswa masih kurang aktif dalam proses belajar
mengajar, hal ini mengakibatkan  hasil belajar matematika siswa tergolong rendah.
Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara
aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu diamati dengan penerapan langsung di lapangan.
Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bone-
Bone”.
Identifikasi Masalah
Masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika,
sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari.
Pendekatan tersebut hanya mengembangkan kemampuan siswa untuk menghafal konsep matematika, belum
mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan)
seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Hal ini mengakibatkan penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajarinya menjadi kurang. Oleh karena itu diperlukan
pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai yaitu pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan
proses dapat diartikan sebagai suatu pendekatan belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat
secara aktif dalam proses menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas XII MAN 2KOTAJAMBI
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Meningkatkan aktifitas keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas
XII MAN 2 KOTA JAMBI.
2. Meningkatkan hasil belajar matematika keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan
proses siswa kelas XII MAN 2 KOTA JAMBI
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN


Definisi matematika
Sampai sekarang ini belim ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan tentang definisi
matematika. Sasaran penelahan matematika tidak bersifat konkrit, tetapi bersifat abstrak. Matematika tidak
hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya melainkan juga unsur ruang sebagai
sasarannya.
Matematika sebagai ilmu tentang struktur memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan,
maka matematika memerlukan kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang disepakati.
Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk menyatakan
suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur sangat diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam
matematika harus dilakukan lebih dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol.
Hudoyo (1990:4) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hierarki dari penalaran deduktif. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling
berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta
harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang
baru apabila didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi
proses belajar materi matematika berikutnya yang tersusun secara heirarkis.
Matematika memiliki peran deduktif yang berkenaan dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol
yang tersusun secara hierarkis serta aksiomatik, sehingga dalam belajar matematika memerlukan sesuatu
aktifitas mental untuk memahami arti berbagai struktur, hubungan dan simbol. Kemudian menerapkan pada
situasi lain, sehingga terjadi pengetahuan dan keterampilan.
Karakteristik Matematika
Setelah menralami tentang definisi, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang
dapat merangkum pengetian secara umum.
Beberapa karakteristik itu adalah :
1. Memiliki objek abstrak. Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga
disebut obyek mental. Obyek-obyek itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi
ataupun relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
2. Bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma
dan prinsip primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian dimana
konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan.
3. Berpola pikir deduktif.  Dalam matematika sebagai ilmu hanya menerima pola pikir deduktif. Pola
pikir secara deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum
diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang
digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian simbol-simbol dalam matematika dapat
membentuk suatu model dalam matematika. Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari
permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda
dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam berbagai ilmu pengetahuan.
5. Memperhatikan semesta pembicaraan. Sehubungan dengan kosongnya pengertian tentang arti dari
simbol-simbol dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan
matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang
disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika
sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya.
6. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Adanya sistem yang
mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari
masing-masing sistem tersebut berlaku konsisten. Ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan
strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi.
7.
Pengertian Belajar dan Belajar Matematika
Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan
sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan
belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya”.
Sedangkan Slameto (1991:2)  mengemukakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya ”.
Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa :
“Belajar adalah proses aktif, belajar adalah perubahan tingkah laku terhadap           semua situasi yang
ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan             kepada tujuan yang melalui berbagai
pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu ”.
Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai
suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah
laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10).
Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa
belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas
yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa mempertimbangkan dan
menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.
Belajar matematika
Berkaitan dengan definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa
“Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”.
James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa :
“Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,            besaran dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam
tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”.
Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat
memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang
matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh
segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks.
Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada
pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92)
yang menyatakan bahwa “Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat
lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu “Belajar matematika adalah
belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta
mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu”.
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah
suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-
simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil
belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
melalui proses belajar.
Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa :
“Hasil belajar adalah proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara   bagian-bagian
informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan
menguasai hubungan-hubungan tersebut  sehungga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan
bahan     pelajaran yang dipelajari”.
Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997 : 10) yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam
hasil belajar yaitu :
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita
Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan
menurut jenis hasil belajar yang ingin dicapai.
Sedangkan Gagne dalam Sudjana (1997 : 12) membagi 5 kategori hasil belajar yaitu :
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelektual
3. Strategi kognitif
4. Sikap
5. Keterampilan motoris
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan
instruksional menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom Dalam Sudjana (1997 : 13) yang
secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu :
1. Ranah kognitif
2. Ranah afektif
3. Ranah psikomotorik
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat diukur
langsung dengan menggunakan tes hasil belajar

Pendekatan Keterampilan  Proses


Didalam kurikulum 1984, keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar
sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan
seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang
dilakukannya.
Pada petunjuk pelaksanaan prosese balajar mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan
keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui
proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati,
menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomonikasikannya. Pada dasarnya
keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun
dalam wujud potensi atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk
diwujudkan.
Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa dengan mengembangkan keterampilan-
keterampilan memproseskan pendekatan belajar, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap
dan nilan yang dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam prosese balajar mengajar sejati menciptakan
kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses itu diterapkan
sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang
akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan
mangatasi masalah-masalah dalam belajar.
Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna
mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan,
meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan
hasil penemuannya.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi :
1. Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk
senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar
2. Untuk lebih memperdalam konsep pengertiandan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya
siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut
3. Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat
sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi
4. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah
dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
5. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai masalah.
Pada dasarnya keterampilan proses ini dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana siswa
belajar, begaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan
itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi
suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan proses. Keterampilan
proses dan ciri-cirinya oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut :
Keterampilan
No Indikator Komponen operasional
Proses

1 Mengamati dengan Mengumpulkann fakta yang Merasakan, meraba, membau,


panca indera relefan, menggunakan sebanyak mencicipi, mengecap
mungkin indera.

2 Mengajukan Bertanya untuk menerima Bertanya mengapa, apa atau


pertanyaan kejelasan bagaimana

3 Menghitung Berhitung, hasil perhitungan dapat Hitunglah


dikomunikasikan dengan tabel,
grafik atau hitogram.

4 Menggambar Menggambar Menggambar

5 Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikan Berdiskusi, berdeklamasi,


informasi secara sistematis, bertanya, memperagakan,
menjelaskan hasil, mendiskusikan mengekspresikan dan
hasil. melaporkan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar
penampilan dan gerak.

6 Mengukur Mengukur dengan alat ukur baku. Mengukur

7 Klasifikasi Memasukan kedalam golongan Mengelompokkan,


atau kelompok berdasarkan menggolongkan,
patokan tertentu. membandingkan,
mengontraskan.

8 Prediksi Dengan menggunakan pola-pola Meramalkan, menafsirkan


(hubungan-hubungan) berdasarkan kecenderungan
mengemukakan apa yang mungkin pola yang telah dimiliki
terjadi pada keadaan yang belum melalui hubungan pola atau
diamati. fakta untuk diterapkan pada
suatu yang baru.

9 Menyimpulkan Memberi arti inferensi Menyimpulkan,


menginterpretasikan.

10 Menerapkan Menggunakan konsep-konsep yang Menggunakan, menerapkan


konsep telah depelajari dalam situasi baru. konsep dalam situasi yang
baru.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretik yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai
berikut “Bila Diterapkan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Matematika, maka Hasil
Belajar Matematika siswa kelas XII MAN 2 KOTA JAMBI dapat meningkat ”.
BAB III
METODE  PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research), yang dibagi dalam dua
siklus dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara
berulang.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII MAN 2 KOTA JAMBI tahun pelajaran 2019/2020
Faktor Yang Diselidiki
1. Faktor hasil belajar, yaitu perilaku-perilaku belajar siswa yang mencakup keaktifan, kehadiran,
serta penguasaan siswa tentang hasil belajar matematika siswa yang dapat melalui pembelajaran dengan
penerapan keterampilan proses termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi.
2. Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan dalammenyelesaikan masalah soal matematika dalam
pembelajaran dengan metode pendekatan keterampilan proses.
3. faktor sumber pelajaran, yaitu untuk melihat sumber atau bahan pelajaran dan soal-soal latihan
yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Prosedur Kerja Penelitian
Teknik Pengumpilan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai bewrikut :
1. Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa
2. Data tentsng situasi belajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan observasi.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis perilaku siswa kelas XII MAN 2 KOTA
JAMBI selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk
menganalisis hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses.
Penelitian yang digunakan untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategori yang sitetapkan
departemen pendidikan dan kebudayaan dikutip oleh Wahyuna (2004 : 23) adalah sebagai berikut :
No Nilai Kategori

1 8,5 – 10,00 Sangat tinggi

2.. 6,6 – 8,4 Tinggi

3. 5,5 – 5,4 Sedang

4. 3,5 – 5,4 Rendah

5. 0 – 3,4 Sangat tendah

Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-
rata hasil belajar matematika siswa kelas XII MAN 2 KOTA JAMBI setelah menerapkan pembelajaran dengan
metosde pendekatan keterampilan proses.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XII MAN 2 KOTAJAMBI,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan multimedia membantu dan meringankan tugas guru
dalam kegiatan pembelajaran. Multimedia sangat membantu guru dalam
menyampaikan informasi sehingga menjadikan guru tidak cepat lelah.
2. Pembelajaran dengan multimedia dapat meningkatan motivasi dan minat
siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini terlihat pada besarnya
kenaikan prosentase minat siswa setelah penelitian tindakan dilakukan.
3. Penerapan model pengajaran langsung (Direct Instruction) dengan multimedia dapat
meningkatan hasil belajar matematika

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka ada beberapa hal
yang peneliti sarankan, yaitu:
1. Untuk meningkatkan motivasi, minat, aktifitas dan hasil belajar siswa, guru
perlu mencoba model pembelajaran dengan multimedia pada materi atau
pokok bahasan yang lain.
2. Penggunaan model dan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan
karakteristik materi pelajaran dapat menjadikan pembelajaran tidak efektif,
maka sebaiknya guru memilih model dan media yang tepat.
3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah sebaiknya mempunyai media
pembelajaran yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Darmin, E .T , 2003. Belajar Dan Pembelajaran. Surabaya. Terbit Terang.
Hamalik, Oemar . 1993. Media Pendidikan Cetakan ke Vi. Bandung : Citra Aditya.
Hudoyo, Herman, 1990 . Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang.
Irfansyah, 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Open-Ended pada
Siswa Kelas VII SMP Satria  Makassar.
Skripsi. FMIPA UNM Makassar.
Muhkal, Mappaita. 1999. Modul Kuliah. Pengembangan Rencana Penbelajaran Matematika di SLTP dan
SMU. Makassar : FMIPA UNM
Ruseffendi, 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran
Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka  Cipta
Coni R. Semiawan, 1992. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional   Menjelang abad XXI. PT
Grasindo, Jakarta.
Sudjana,1997. Penilaian proses belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA-UPI.
Subroto, B. Suryo, 1996. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarat. Rineka Cipta
Supardi, 1999. Hubungan Kreativitas dan Keterampilan Proses Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas III SLTP Negeri 1 Bantaeng tahun pelajaran 1998/1999. skripsi FMIPA UNM Makassar.
Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia. 
Salam …

Anda mungkin juga menyukai