Lapsus LBP NON SPESIFIK
Lapsus LBP NON SPESIFIK
PO. 713241181027
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus atas nama Nur Safira Lasimpala degan judul “Low Back Pain Non Spesifik”
telah disetujui untuk dipergunakan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan praktek klinik.
SAMPUL
PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
Kesimpulan.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan sekumpulan gejala yang
menandakan bahwa terdapat sesuatu yang salah. Nyeri punggung bawah adalah kondisi yang
tidak mengenakan disertai adanya keterbatasan aktivitas dan nyeri apabila melakukan pergerakan
atau mobilisasi.
LBP non spesifik adalah nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh gangguan atau
kelainan pada unsur ligamenteletal tanpa disertai dengan gangguan neurologis antara vertebra
thorakal 12 sampai dengan bagian bawah pinggul atau anus yang mana dapat timbul akibat
adanya potensi kerusakan jaringan pada dermis, pembuluh darah, fasia, muskulus, tendon,
Prevalensi LBP tertinggi ditemukan pada perempuan, dengan kelompok usia > 45 tahun,
lama kerja ≥ 5 jam, masa kerja ≥ 10 tahun, memiliki riwayat merokok, sering melakukan posisi
bungkuk, tidak memiliki riwayat trauma, perilaku tatalaksana keluhan dengan pemijatan dan
Anamnesis yang akurat dan pemeriksaan fisik sangatlah diperlukan dalam mengevaluasi
nyeri punggung bawah. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh sebagian besar pasien yang
mengeluhkan nyeri pada punggung bawah pada umumnya, pasien terbangun dengan nyeri di
pagi hari ataupun nyeri tersebut muncul setelah melakukan beberapa gerakan seperti
membungkuk, berputar, atau mengangkat barang. Nyeri yang muncul dari struktur tulang
belakang dapat menjalar hingga tungkai bawah, namun pada umumnya tidak melebihi lutut.
Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan mengatasi
gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat beraktivitas kembali. Untuk
mengatasi masalah Pada nyeri punggung bawah miogenik dapat digunakan modalitas fisioterapi
seperti : Terapi panas antara lain Hot pack, Short Wave Diathermy (SWD), Micro Wafe
Diathermy (MWD), IR. Terapi dingin yaitu antara lain Cold pack, kompres dingin dan Massage
es. Terapi listrik antara lain Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), interferensi
(IF), dyadinamis. Terapi manipulasi atau stretching, Massage. Terapi latihan : William Flexion
Exercise.
Karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka penanganan nyeri punggung
bawah miogenik pada kasus ini selanjutnya hanya dengan menggunakan Diatermi Gelombang
Pendek IR, Massage, William Flexion Exercise, untuk penguluran otot ekstensor daerah
punggung dan penguatan otot-otot daerah abdomen sehingga ketegangan otot dapat menurun
akibatnya nyeri dapat berkurang, dan Mc.Kenzie untuk penguluran otot flexor daerah punggung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan bagian bawah pinggul atau lubang dubur. Yang timbul akibat adanya potensi
kerusakan ataupun adanya kerusakan jaringan antara lain: dermis pambuluh darah,
facia, muskulus, tendon, cartilago, tulang ligament, intra artikuler meniscus, bursa
(Paliyama, 2003).
Low back pain non spesifik ditandai dengan tidak adanya perubahan struktural;
yaitu, tidak ada pengurangan ruang disk, akar saraf kompresi, tulang atau cedera sendi,
yang ditandai scoliosis atau lordosis yang dapat menyebabkan sakit punggung (Lizier
et al2012). Low back pain non spesifik didiagnosa seperti mysofascial syndromes,
muscle spasm, mechanical LBP, back sprain, dan back strain. Pada kondisi ini pasien
akan merasakan nyeri otot yang hebat dan adanya keterbatasan gerak fungsional tubuh
terutama pada saat fleksi. Pada umumnya pasien yang mengeluh nyeri pada daerah
Tulang vertebra lumbal tersusun 5 vertebra yang bersendi satu sama lain yang
berperan penting dalam menjalankan fungsinya untuk menyangga tubuh dan alat
gerak tubuh. Susunan tulang vertebra secara umum terdiri dari corpus, arcus, dan
foramen vertebra.
3. Vertebra lumbalis I – V
4. Osc. Sacrum
5. Oss. Coccygae
6. Atlas
7. Axis
8. Vertebra prominens
9. Foramen intervertebralis
10. Promotorium
1. Processus spinosus
2. Processus tranversus
5. Corpus vertebra
1. Processus spinosus
4. Processus tranversus
6. Foramen vertebrae
1) Korpus
beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk konvek dari arah samping
dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf pada lumbal
2) Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus
menuju dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke arah
3) Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila
dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluran
yang disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis
b. Diskus intervertebralis
dengan sifat daya pengikat air yang kuat karena mengandung 88% air, (2) bagian
tepi disebut annulus fibrosus yang terdiri dari atas serabut-serabut kolagen yang
tersusun konsentrasi dan fibrikartilago yang berbeda dalam keterangan oleh nukleus
dalam disebut nucleus pulposus, sedangkan bagian tepi disebut anulus fibrosus.
Diskus berfungsi sebagai bantalan sendi antara korpus yang berdekatan sebagai
shock breaker pada berbagai tekanan dalam menumpu berat badan (Kapandji,
1990).
c. Stabilitas
Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi
aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari : (1) ligament
longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan anterior
korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi, (2) ligament
longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian posterior dikcus
dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk mengontrol gerakan
fleksi, (3) ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang
melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi mengontrol gerakan fleksi.
Sedangkan yang berfungsi untuk stabilisasi aktif adalah adalah otot-otot yang
berfungsi untuk penggerak lumbal yang terletak di sebelah anterior, lateral maupun
1. M. serratus anterior
2. M. serratus posterior
3. M. oblique ekstemus
6. M. oblique ekstemus
7. M. oblique internus
8. M. piramidalis
9. M. rectus abdominis
Keterangan gambar 2.4
1. M.deltoid
2. M. teres major
3. M. infra spinatUs
4. M. rhomboid major
5. M. latissimus dorsi
6. M. oblique eksternus
7. M. thoracolumbar fascia
8. M. trapezius
4. Mm. Multifidi
5. M. transversus abdominis
1) Gerakan fleksi
Pengukuran lingkup gerak sendi dilakukan dengan menggunakan mid line.
Data yang diambil dalam pengukuran ini adalah lingkup gerak sendi pada vertebra.
Dalam pengukuran ini dilakukan dengan cara posisi pasien berdiri, kemudian
terapis meletakkan mid line dengan patokan Vc7 dan Vs1 untuk gerakan fleksi-
selisih dari pengukuran dalam posisi normal. Pada orang normal selisih antara
posisi normal dengan posisi fleksi atau ekstensi rata-rata sekitar 10 cm atau 4 inci
abdominis (Hislop and Jaqueline, 1993). Untuk gerakan lateral fleksi, pengukuran
dilakukan dengan meletakkan mid line pada jari tengah, kemudian ukur jarak
normal (saat berdiri tegak) dari jari tengah sampai lantai. Setelah itu pasien diminta
untuk melakukan gerak lateral fleksi kanan dan kiri, ukur jaraknya dari jari tengah
sampai lantai, apakah ada perbedaan yang mencolok antara kanan dan kiri. Apabila
ada perbedaan yang mencolok antara kanan dan kiri berati ada keterbatasan lingkup
Pemeriksaan ini menggunakan alat ukur midline dengan tujuan untuk mengetahui
apakah ada keterbatasan gerak lumbal dan evaluasi perkembangan terapi sesuai
kondisi penyakit. Posisi pasien adalah berdiri. Cara pengukurannya yaitu tandai
bawah spina iliaka dan 10 cm di atas spina iliaka. Pasien menekuk pinggang ke
depan, lalu ukur jarak kedua titik tersebut (pengukuran dimulai dari 15 cm). Pasien
dikatakan normal bila jarak kedua titik lebih dari 20 cm, sedangkan pasien
dikatakan tidak normal bila jarak kedua titik kurang dari 20 cm (Mosses, 2007)
a) Ketegangan otot
Ketegangan otot dapat timbul disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan memendekan otot-otot yang
akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat timbul karena regangan yang berlebihan
Spasme / kejang otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang / kaku / kurang pemanasan. Spasme otot ini
memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot akan disertai rasa nyeri
yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.
Akan terjadi lingkaran suatu nyeri, kejang atau spasme dan ketidak mampuan bergerak.
c) Defisiensi otot
Defisiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat dari tirah
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri ke daerah tertentu. Daerah kecil tadi disebut
sebagai noktah picu (trigger point). Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri
punggung bawah (NPB), tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini bila
ditekan akan menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman (Harsono, 1996).
LBP non-spesifik sering terjadi karena postur yang buruk, oleh karena itu LBP
non-spesifik bisanya terjadi pada individu yang duduk untuk waktu yang lama,
membungkuk untuk waktu yang lama atau sering membungkuk saat bekerja, mengangkat
benda yang berat, berdiri, posisi tidur dan berbaring yang jelek. Stres postural yang lama
mempertahankan vertebra. Ketika sendi diantara kedua tulang berada dalam posisi yang
menghasilkan overstretch dan kelelahan pada jaringan lunak sekitar sendi, nyeri sering
Nyeri pada LBP non-spesifik merupakan respon terhadap adanya kerusakan atau
gangguan pada struktur vertebra lumbal yang disebabkan oleh faktor mekanikal
(kesalahan biomekanik). Pada umumnya kerusakan terjadi pada serabut annulus fibrosus
bagian dorsal dan atau ligamen longitudinal posterior. Adanya kerusakan menyebabkan
Impuls tersebut dibawa ke ganglion dorsalis dan masuk kedalam medulla spinalis
melalui cornu dorsalis, yang kemudian dibawa ke level SSP yang lebih tinggi melalui
traktus spinothalamicus dan spinoreticularis. Adanya rangsangan pada ganglion dorsalis
akan memicu produksi “P” substance. Produksi “P” substance akan merangsang
terjadinya reaksi inflamasi (Sudaryanto, 2004). Adanya nyeri hebat menyebabkan reaksi
reflekstorik pada otot-otot lumbo dorsal terutama otot erector spine sehingga terjadi
adanya gerakan. Jika spasme otot berlangsung lama maka otot akan cenderung menjadi
tightness. Keadaan tightness pada otot-otot erector spine akan memperberat nyeri karena
menimbulkan beban stress/kompresi yang besar pada diskus intervertebralis yang cidera
(Sudaryanto, 2004).
Adanya problem utama berupa nyeri dan tightness pada otot-otot lumbo dorsal
terutama erector spine maka gangguan gerak dan fungsi yang dominan adalah
terhambatnya gerak fleksi lumbal, sedikit terhambat pada lateral fleksi dan rotasi lumbal.
(Sudaryanto, 2004).
B. Tinjauan Tentang Pengukuran Fisioterapi
1. Pengukuran Nyeri
VAS (Visual Analogue Scale). VAS (Visual Analogue Scale) merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk mengukur kwantitas dan kualitas nyeri yang dirasakan pasien
dengan menampilan suatu kategorisasi nyeri mulai dari “tidak nyeri, nyeri ringan,
b. Skala 5-44mm ; nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu)
d. Skala 75-100mm ; Nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri)
Pengukuran lingkup gerak sendi dilakukan dengan mid line. Pasien berdiri,
terapis meletakkan mid line dengan patokan Vc7 dan Vs1 untuk gerakan fleksi
ekstensi. Pasien diminta melakukan gerakan fleksi dan ekstensi trunk dan ukur berapa
jarak Vc7 – Vs1 dalam posisi normal (berdiri tegak). Normalnya selisih antara posisi
normal dengan posisi fleksi atau ekstensi rata-rata sekitar 10cm atau 4 inchi
alat ukur yang berisi daftar pertanyaan atau kuisioner yang dirancang untuk
aktifitas sehari-hari. ODI pertama kali dikembangkan oleh Fairbanks dan kawan-
kawan pada tahun 1980 dan telah dimodifikasi beberapa kali. Modifikasi pertama
mengganti item tentang penggunaan obat pengurang nyeri dengan item intensitas
nyeri. Dalam perkembangan selanjutnya pada versi asli, dilaporkan hamper 20%
responden tidak mengisi item tentang kehidupan seks mereka terkait LBP khususnya
di negara-negara timur.
Karena itu, versi terakhir mengganti item tentang kehidupan seks dengan
pekerjaan/aktifitas di rumah, selain itu ODI juga disarankan digunakan pada kondisi
dengan memberi tanda centang atau tanda silang pada salah satu kotak tiap bagian
yang paling sesuai dengan keadaan dan yang dirasakannya pada saat itu. Selanjutnya,
dilakukan perhitungan skor yang diperoleh dan dicatat untuk mengetahui kemajuan
intervensi selanjutnya.
C. Tinjauan Intervensi Fisioterapi
1. Infrared (IR)
(1) Non luminous yang hanya mengandung IR saja, pengobatan ini sering disebut
“IR radiation” dan (2) luminous di samping IR juga sinar “Visibel” dan ultraviolet,
pengobatan sering disebut “radiasi panas”. Jika sinar ini diabsorbsi oleh kulit maka
panas akan timbul pada tempat di mana sinar tersebut diabsorbsi sehingga dapat
toleransi pasien. Oleh karena itu, pemberian Infra Merah ini harus disesuaikan
efek sedatif, pengaruh terhadap jaringan otot adalah untuk relaxasi serta mengaktifkan
kelenjar keringat.
darah, relexasi otot dan menghilangkan sisa hasil metabolisme (Pauline, 1973)
trauma sinovitis
4) Waktu yang digunakan untuk terapi pada kondisi akut 10 – 15 menit, sedang untuk
2. Massage
a. Effleurage
dan pembuluh darah di dalam ekstrimitas tersebut. Effleurage juga digunakan untuk
memeriksa dan mengevaluasi area nyeri dan ketidak teraturan jaringan lunak atau
bersifat rel.
b. Friction
Friction atau tekanan dalam adalah untuk menggerakkan dan memisahkan jaringan
daging atau ligament, strukturnya: membujur atau gerak lingkar bertujuan untuk
lain: (1) kasus-kasus yang memerlukan relaksasi otot, (2) kasus oedem pada
kondisi pasca operasi, (3) kasus perlengketan jaringan terutama pada kondisi
(Tappan,1998).
antara lain: (1) penyakit yang penyebarannya melalui kulit,limfe dan pembuluh
darah, (2) daerah perdarahan, (3) daerah peradangan akut, (4) daerah dengan
gangguan sensibilitas, (5) penyakit dengan gangguan system kekebalan tubuh, (6)
Efek Mekanis
Gosokan yang dalam pada vena akan mengakibatkan tekanan vena menurun
sehingga berakibat sirkulasi tekanan arteri naik yang berakibat sirkulasi darah menjadi
lancar.
Massage yang pelan dan ritmik dapat melaancarkan sirkulasi darah (arah
gerakan selali menuju jantung). Massage juga membantu aliran pembuluh darah limfe
3) Straching jaringan
Dengan dilakukan penekanan pada otot-otot tertentu, maka otot-otot tersebut
akan terulur.
Scar tissue (jaringan parut) akibat dari luka bakar dengan dilakukan Massage
dengan tehnik friksin secara continyu pada jaringan sub cutan pada jaringan scar tissue
Efek fisiologis :
1) Menaikkan metabolisme
2) Mencegah vonestatik
Dr. Paul William pertama kali memperkenalkan program latihan ini pada tahun
1937 untuk pasien dengan Low back pain (LBP) kronik sebagai respon atas
pengamatan klinik dimana kebanyakan pasien yang pernah mengalami LBP dengan
Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan yang dirancang untuk mengurangi
terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok otot
Posisi awal : terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada
dan otot pantat. Setiap kontraksi ditahan 5 detik kemudian lemas, ulangi 10 kali.
kepala, sehingga dagu menyentuh dada dan bahu terangkat dari matras. Setiap
Gerakan : pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut kearah dada sejauh
mungkin, kemudian kedua tangan mencapai paha belakang dan menarik lututnya ke
dada. Pada waktu bersamaan angkat kepala hingga dagu menyentuh dada dan bahu
lepas dari matras, tahan 5 detik. Latihan diulangi pada tungkai yang lain, ulangi latihan
sebanyak 10 kali. Kedua tungkai lurus naik harus dihindari, karena akan memperberat
problem pinggangnya.
Gerakan : pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama dengan nomor 3,
tetapi kedua lutut dalam posisi menekuk, dinaikkan ke atas dan ditarik dengan kedua
tangn kearah dada, naikkan kepala dan bahu dari matras, ulangi 10 kali. Pada waktu
menaikkan kedua tungkai ke atas sejauh mungkin ia rapat, baru ditarik dengan kedua
Gerakan : kontraksikan otot perut dan gluteus maksimus serta tekankan dada
ke paha, tahan 5 hitungan dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi, pertahankan kaki depan
rata dengan lantai dan berat badan disangga oleh kaki bagian depan tungkai yang
belakang.
Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi dinding dengan tumit 10-15 cm di
Gerakan : satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah posisi lumbal pada
dinding, tahan 10 hitungan dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi. Bila latihan terlalu
Latihan William Flexion Exercise ini disamping efektif untuk nyeri punggung
bawah, juga memperbaiki fleksibilitas otot-otot punggung dan sirkulasi darah yang
PROSES FISIOTERAPI
Nama : Ny. M
Usia : 63 tahun
Pekerjaan : IRT
B. Anamnesis Khusus
Pasien merasakan nyeri pada punggung bawah sudah satu bulan yang lalu. Tidak ada
riwayat trauma. Nyeri yang dirasakan hilang timbul, terutama pada pagi hari ketika
hendak melakukan aktifitas dari bangun tidur ke posisi duduk. Nyeri juga dirasakan
saat pasien melakukan aktivitas duduk terlalu lama. Nyeri tidak menjalar. Tidak ada
6. Vital Sign
c. Pernafasan : 23x/menit
C. Inspeksi/ Observasi
1. Statis
Postur tubuh pasien kyphosis yang berlebih pada thoracal, dan lordosis pada
lumbal.
2. Dinamis
Pasien dapat berjalan tanpa bantuan orang lain. Pasien berjalan dengan gerakan
1. Gerak Aktif
2. Gerak Passif
a. Flexi Lumbal : Nyeri gerak, keterbatasan gerakan
3. TIMT
1. Palpasi
Suhu kulit terasa hangat, terdapat nyeri tekan pada otot piriformis, ditemukan
Secara operasional, VAS umumnya berupa sebuah garis horizontal atau vertical
b. Skala 5-44mm ; nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu)
d. Skala 75-100mm ; Nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri)
Hasil : 48,3mm
Pengukuran lingkup gerak sendi dilakukan dengan mid line. Pasien berdiri,
terapis meletakkan mid line dengan patokan Vc7 dan Vs1 untuk gerakan fleksi
ekstensi. Pasien diminta melakukan gerakan fleksi dan ekstensi trunk dan ukur berapa
jarak Vc7 – Vs1 dalam posisi normal (berdiri tegak). Normalnya selisih antara posisi
normal dengan posisi fleksi atau ekstensi rata-rata sekitar 10cm atau 4 inchi
Hasil :
Fleksi trunk = 46 cm 2 cm
Ekstensi trunk = 37 cm 7 cm
4. Lasegue’s Test
Prosedur : pasien dalam posisi terlentang. Fisioterapis memfleksikan hip pasien dalam
keadaan ekstensi knee, hingga pasien merasakan nyeri yang menjalar sepanjang
tungkai.
5. Gaenslen’s test
Tujuan : Untuk mengidentifikasi lesi sacrioliac joint ipsilateral,hip patologi,atau lesi
akar saraf L4
Prosedur : Posisi terlentang dengan satu tungkai hiperekstensi hip(pada tungkai yang
dites) sementara tungkai yang satunya di fleksikan dengan menahan knee melawan
dada
Hasil : Negatif
6. Patrick test
menggerakkan tungkai pasien yang dites kearah fleksi knee dengan menempatkan
ankle di atas knee pada tungkai pasie yang satunya.kemudian fiksasi sias pasien pada
tungkai yang tidak dites dengan menggunakan satu tangan dan tangan satunya pada
sisi medial knee pasien yang dites,lalu menekan tungkai pasien kearah abduksi.ulangi
Hasil : Negatif
F. Diagnosa dan problematic Fisioterapi (Konsep ICF)
1. Diagnosa Fisioterapi
“ Gangguan Aktifitas Fisik dan Fungsional Et Causa Low Back Pain Non Spesifik”
Activity Limitation
Anatomical / Functional 1. Hambatan melakukan
Impairment aktifitas duduk ke berdiri Participation Retriction
1. Nyeri gerak 2. Hambatan melakukan Adanya hambatan
2.Keterbatasan gerak aktifitas shalat melakukan aktivitas sosial
3. Hambatan melakukan antara pasien dengan
3. Spasme m.erector spain dan masyarakat.
m. piriformis aktifitas duduk dalam
waktu yang lama
1. Infrared (IR)
mengurangi nyeri
b. Persiapan Alat :
tidak boleh bersilangan juga mengecek apakah alat dapat dipakai atau tidak
c. Persiapan pasien
- Tes sensibilitas dengan menggunakan tabung reaksi panas dingin pada daerah
d. Pelaksanaan :
Setelah persiapan alat dan pasien selesai, daerah yang akan diterapi bebas
dari kain dan lampu IR sejajar pada lumbal, alat di ON kan dengan waktu 15
menit, jarak lampu dengan daerah yang diterapi 35cm, kemudian dicek dengan
menanyakan langsung kepada pasien apakah sudah mulai hangat, kabel tidak
boleh bersilangan dan bersentuhan dengan pasien. Selama terapi harus dikontrol
rasa panas dari pasien, apabila terlalu panas jaraknya bisa ditambah, dan
2. Massage
a. Persiapan alat
Persiapan alat dalam hal ini adalah minyaak (pelicin) tempat tidur ( bed ),
b. Persiapan pasien
c. Penatalaksanaan Massage
berupa minyak, atau lotion. Kedua tangan terapis bersentuhan langsung dengan
punggung pasien lalu ratakan media Massage tersebut hingga merata keseluruh
dengan tekanan toleransi pasien dengan prinsip gerakan dari arah distal ke
massage dengan selalu melihat ekspresi wajah apabila pasien terlihat kesakitan
a. Pasien tidur terlentang, kedua lutut di tekuk kemudian gerakan yang dilakukan
yaitu menekan punngung ke bawah ditahan selama 5 detik kemudian rileks, dosis
10 x hitungan
b. Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut di tekuk kemudian pasien
menggerakkan fleksi kepala sehingga dagu menyentuh dada tahan selama 5 detik
dosis 10 x hitungan.
c. Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut di tekuk kemudian pasien
menggerakkan fleksi satu lutut ke arah dada dan kedua tangan mencapai paha
d. Posisi pasien berlutut seperti hendak melakukan sujud. Flexikan lumbal hingga
I. Evaluasi Fisioterapi
1. Nyeri yang berangsur berkurang, yakni dari nilai 48,3mm menjadi 37,2mm.
2. Keterbatasan Gerak mulai berkurang, yakni
PENUTUP
A. Kesimpulan
LBP non spesifik adalah nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh
gangguan atau kelainan pada unsur ligamenteletal tanpa disertai dengan gangguan
neurologis antara vertebra thorakal 12 sampai dengan bagian bawah pinggul atau anus
yang mana dapat timbul akibat adanya potensi kerusakan jaringan pada dermis,
pembuluh darah, fasia, muskulus, tendon, kartilago, tulang, ligament, meniscus, dan
tendernes pada otot- otot punggung bawah, lingkup gerak sendi (LGS) terbatas tanda-
Adapun rencana fisioterapi yang diberikan pada pasien ini: (1)Infrared (2)
Massage dengan teknik efflurage, stroking dan friction (3) Terapi Latihan William
Flexion
dengan menerapkan intervensi yang aktif dan terapi latihan yang diberikan agar gerak
Saran bagi pasien, agar melakukan latihan latihan yang diberikan oleh
Aras Djohan, Hasnia Ahmad, Andy Ahmad, 2017. Tes Spesifik Muskuloceletal Disorder.
Aras Djohan, Hasnia Ahmad, Andy Ahmad, 2017. Thw New Concept Of Physical Therapist
Michlovitz, Susan, 1996; Thermal Agents In Rehabilitation; Third Edition, F.A Davis
Company, Philadelphia.
Priyambodo Hanung, 2008. “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain
Miogenik Di Rsud Boyolali”. Fakultas Ilmu Kesehatan D. III Fisioterapi. Universitas Surakarta.
Platzer, Warner, (1995). Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.