Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN SKENARIO 3

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Fatma Auliawati (193333102)


Sinta Rivani (193333103)
Anindya Fradella Diwana (193333105)
Mariamussawiyah Ritonga (193333106)
Vera Dwi Sulistyo Ningsih (193333107)
Muammar Taqwin (193333108)
Nadia Shafrina (193333109)
St. Mualifah (193333115)
Muhammad Akbar Ramadhan (193333116)
Ani Setyawati (193333118)
Rodo Lulu Sintia (193333121)
Lilatul Qomariyah (193333125)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS INDUSTRI HALAL
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA
2019
Pada hari Kamis, 26 Maret 2020 kami kelompok 2 diberi suatu kasus kemudian mencari solusinya
dengan metode seven jumps. Skenario kasus tersebut adalah sebagai seorang yang berkecimpung didunia
kesehatan terutama seorang ahli farmasi, maka banyak sekali pilihan dunia kerja yang bisa kita pilih dan
tekuni. Dalam kasus ini, Indra yang bekerja di apotek “AA” sebagai APA (Apoteker Pengelola Apotek” dan
hanya datang ke apotek AA satu kali seminggu untuk memeriksa dan mengkontrol apotek tersebut. Namun di
sisi lain, Indra juga menjadi Penanggung Jawab (PJ) pada Pedagang Besar Farmasi C, sedangkan diatur
dalam peraturan tersebut bahwa SIPA hanya boleh untuk satu fasilitas kefarmasian artinya satu apoteker
hanya boleh memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di fasilitas pelayanan atau di fasilitas distribusi. Selain
itu, ada kesepakatan yang dilakukan oleh pihak Apotek dan PBF (Pedagang Besar Farmasi), dimana
keduanya mengadakan perjanjian kerjasama yang diwakili oleh Indra agar mendapatkan keuntungan lebih
dibanding melalui prosedur normal. Dari sini, dapat ditemukan titik pelanggaran yang dilakukan.

Sebelum kami menentukan solusi untuk masalah tersebut, kami melakukan step pertama yaitu
mencari istilah-istilah yang belum dipahami dan kemudian diklarifikasi menurut pemahaman masing-masing
anggota kami. Kata pertama ada APA yaitu pengelola apotek atau penanggung jawab atau yang bekerja
dibawah pengawasan apoteker. Kedua fasilitas pelayanan adalah alat atau tempat yang digunakan untuk
melakukan upaya pelayanan kesehatan contohnya ada puskesmas, rumah sakit dan apotek. Ketiga fasilitas
distribusi adalah segala esuatu yang mendukung (alat atau sumber daya) dalam melakukan pemasaran atau
penyaluran.

Setelah melakukan klarifikasi kata yang kami belum pahami, kami lanjut ke step yang kedua yaitu
problem definition atau menentukan masalah. Disini kami menemukan 4 pertanyaan diantaranya apa sanksi
untuk apoteker yang melanggar aturan profesi kefarmasian yang memegang 2 jabatan sekaligu? Apa saja
tugas distributor? Undang-undang nomor berapa yang mengatur tentng SIPA? Apa pendapat kalian sebagai
mahasiswa tentang tenaga kesehatan yang lebih mengutamakan keuntungan?

Kemudian kami melanjutkan ke step yang ketiga yaitu brainstorming yaitu pengembangan
pengetahuan yang sebelumnya sudah dipelajari dan dikembangkan dalam hipotetis. Untuk hipotesis pertama
apa sanksi untuk apoteker yang melanggar aturan profesi kefarmasian yang memegang 2 jabatan sekaligus?
Untuk sanksi yang bisa didapatkan sanksi administrative seperti surat peringatan, pemberhentian sementara,
digugat, dicabut izinnya, dipidana bahkan didenda. Hipotesis kedua apa saja tugas distributor? Tugas
distributor diantaranya ada penyedia barang ke tangan konsumen dan menjamin kepastian mutu. Hipotesis
ketiga undang-undang nomor berapa yang mengatur tentang SIPA? Pada diskusi kemarin belum terjawab.
Hipotesis keempat apa pendapat kalian sebagai mahasiswa tentang tenaga kesehatan yang lebih
mengutamakan keuntungan? Menurut kami tenaga kerja harus mengedepankan perikemanusiaan namun
tenaga kerja yang juga butuh uang, maka dari itu mengambil keuntungan dengan sewajarnya saja.
Lalu kami melanjutkan ke step yang keempat, yaitu analis problem. Dalam menganalisis masalah,
kami menggunakan skema agar lebih sistematis.

Apoteker Penanggung
Jawab

APA SIK
Pelanggaran aturan profesi 2 jabatan

Apotek
PBF

PMK No.1332/MENKES/SK/X/2002
sanksinya ada 2 macam, yaitu:
1. Pidana
2. Administratif
- Peringatan secara tertulis kepada
APA selama 3x berturut-turut dalam
jangka waktu 2 bulan
- Pembekuan izin kurang lebih 6 bulan
- Pencairan pembekuan apotek jika
dapat membuktikan seluruh
keputusan Menkes&Permenkes telah
dipenuhi
Step yang kelima yaitu merumuskan masalah belajar. Tujuan dengan adanya pembelajaran ini adalah
agar kita mengetahui tugas distributor apa saja kemudian sanksi bagi apoteker yang melanggar aturan profesi
dan juga undang-undang SIPA. Oleh karena itu kita harus pandai memilah dan memilih pekerjaan yang akan
kita lakukan itu baik atau buruk untuk kedepannya bagi kita sendiri.

Setelah mahasiswa melakukan metode seven jump dari step pertama hingga step kelima dihari
pertama ini, langkah keenam yautu belajar mandiri untuk mencari pengetahuan mulai dari buku, jurnal, buku
internet dan lain-lain untuk dikumpulkan dan didiskusikan hari kedua. Pada hari kedua kami kembali
mendiskusikan kembali hasil belajar sendiri dan menyimpulkan hasil diskusi dari msing-maisng anggota.
Dalam diskusi tersebut ada beberapa perbaikan untuk pembahasan sebelumnya. Perbaikan tersebut ada
pada step pertama yaitu, APA adalah seorang apoteker yang sudah diberikan Surat Izin Kerja (SIK).
Kemudian pada step kedua, yaitu sanksi yang diperoleh bisa berupa sanksi pidana, sanksi administrative
diantaranya peringatan secara tertulis kepada APA selama 3 kali berturut-turut dengan jangka waktu 2 bulan,
pembekuan izin kurang lebih 6 bulan dan pencairan pembekuan izin apotek syaratnya dapat membuktikan
seluruh keputusan Menteri Kesehatan RI dan Peraturan Menteri Kesehatan bahwa telah dipenuhi.

Learning outcome yang bisa kami simpulkan yaitu kita sebagai tenaga kesehatan kedepannya agar
lebih mengetahui tugas distributor, sanksi apoteker yang melanggar aturan dan mengetahui undang-undang
SIPA. Oleh karena itu dengan adanya tutorial ini kita bisa lebih berhati-hati dalam memilah dan memilih
pekerjaan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1332 tahun 2002
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No 992/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan
tata cara pemberian izin apotek. Lembaran Negara RI, No.04. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 31 tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 889/MENKES/PER/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik
dan Izin Tenaga Kefarmasian. Lembaran Negara RI, No.08. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi. Lembaran Negara RI, No 13. Sekretariat
Negara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai