S3 2014 295444 Chapter1
S3 2014 295444 Chapter1
BAB I
A. Latar belakang
adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sakit adalah gangguan keseimbangan status kesehatan baik secara fisik, mental,
intelektual, sosial atau spiritual (Kozier, 2010). Prevalensi penyakit tidak menular
(4,3 per mil), sedangkan tumor ganas yang merupakan penyebab kematian sekitar
5,7% dari pola penyebab kematian semua umur. Sebagian dari penderita penyakit
tumor ganas akan masuk pada stadium lanjut dimana pasien tidak lagi merespon
serviks, merupakan urutan pertama dengan jumlah 3686 (17,85%). Sementara itu,
ke dua dengan perkiraan kasus baru 510.000 dan 288.000 diantaranya meninggal
(Jemal, 2006). Berdasarkan data Depkes Profil Kesehatan Indonesia 2007 (2008)
pertama dengan jumlah 8.328 pasien (19,64%), kanker serviks uteri merupakan
urutan ke dua jumlah 4649 pasien (11,07%). Kejadian kanker serviks di Jawa
Tengah pada tahun 2009 sebesar 9.113 kasus (37.65%) dari 24.204 kasus semua
kanker (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009). Dapat disimpulkan bahwa
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
akan mempengaruhi fisik, psiko, sosial dan spiritual, dengan reaksi emosional
terutama yang terjadi pada pasien yang akan meninggal. Reaksi emosional
tersebut ada lima yaitu denial, anger, bargaining, depression dan acceptance
dengan berhubungan menggabungkan dua jiwa dan itulah bentuk ikatan. Menurut
merupakan bumi yang subur yang siap menumbuhkan tanaman, hubungan seksual
dalam pandangan Jawa merupakan suatu yang luhur, sakral dan memiliki fungsi
keluarga. Gangguan kecemasan tidak hanya dialami oleh pasien dengan kanker
serviks saja, tetapi sering dialami oleh wanita, individu berusia kurang dari 45
tahun, individu yang bercerai dan individu yang berasal dari status sosioekonomi
(Kamajaya, 1986): Teka boya-a kapanduk, rasa kemba ewa geli, myang
lalawanan kalawan, dyah kang (ng)ganda lengur ledis, uga nora kapandukan, ing
rasa gegigu elik. Yang artinya seorang wanita yang memiliki bau badan yang
tidak sedap maka lawan jenisnya akan menjahuinya. Dari uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa seorang wanita dalam pergaulan dengan pria harus
serviks akan lebih sensitif, lebih cemas dan sebagai perawat harus tahu perasaan
krisis fisik, emosional, sosial, budaya dan spiritual, dengan tatalaksana didasarkan
gejala yang berhubungan pada proses penyakit kanker, dengan perawatan paliatif
(Smeltzer, 2002).
Ketakutan akan kanker menjadi hal yang umum, ibarat memasuki jalur
pengetahuan medis (Desen, 2008). Beban kematian adalah masalah yang tidak
dapat dihindari pada pasien kanker tingkat lanjut (Elmqvist, 2009). Menurut Chui
(2005) temuan respon psikologis pasien terhadap kanker lanjut adalah krisis akut,
tujuan yang ke enam, yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dalam
keamanan individu, rasa integritas dan makna hidup serta rasa memiliki dalam
satu jaringan sosial (Singer, 2010). Kesehatan yang berhubungan dengan kualitas
hidup dan fungsi psikososial pada pasien kanker terkait dengan tanda gejala
Kepuasan pasien mencakup multidimensi konsep yang terdiri dari unsur subjektif,
hasil klinis lebih baik akan lebih puas dengan pelayanan perawatan, kepuasan
penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO
dukungan psikologis, sosial, kultural dan spiritual serta dukungan persiapan dan
yang harus secara rutin terintegrasi dengan penyakit, modifikasi terapi dan
dan memiliki keahlian yang diperlukan untuk mengoptimalkan kualitas hidup bagi
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
mereka yang memiliki penyakit kronis yang mengancam atau melemahkan hidup,
meliputi struktur dan proses perawatan, aspek: fisik, psikologis dan psikiatris,
sosial, spiritual dan agama, budaya, perawatan menjelang ajal dan etika dan
hukum.
mengubah pola gaya hidup atau kesehatan pasien yang bermakna atau
kompeten harus peka terhadap budaya. Menurut Dein (2006) perawatan paliatif
budaya yang kompeten bagi pasien dengan penyakit kanker, penyakit kronis dan
penyakit terminal.
secara peka dan bertanggung jawab dapat meningkatkan proses pengkajian pasien
dan spiritual secara individual (Diver, 2003). Berdasarkan uraian di atas dapat
menangani masalah fisik, psikologis, sosial, spiritual dan kualitas hidup pasien.
Perawatan paliatif selama ini di Indonesia masih mengacu pada teori dan
dengan nilai-nilai budaya setempat dalam hal ini budaya Jawa. Hasil data studi
awal yang kami olah dari wawancara mendalam dengan bantuan kuesioner
terstruktur terhadap dua (2) subjek Dosen Sastra Daerah Universitas Sebelas
Maret Surakarta dan dua (2) subjek Budayawan Jawa dari Museum Radya
menghormati dan menghargai orang tua atau orang yang lebih tua, hal tersebut
untuk menyaring budaya manca negara yang kurang atau tidak relevan dengan
atau ilmu kemanusiaan dan kebudayaan yang mencakup kajian tentang bidang
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
spiritual, kultural dan sosial. Pandangan ini sangat sesuai dengan budaya Timur
yang lebih menekankan ketiga aspek tersebut. Nilai-nilai ajaran Jawa temen atau
dan pelaksanaan yang baik serta bertanggung jawab, rila atau ikhlas memberikan
usaha baik materi, pikiran, tenaga atau pelayanan terhadap orang lain yang
membutuhkan, sabar tidak mudah menyerah atau putus asa dalam menjalankan
tergesa-gesa atau grusa-grusu, rendah hati atau tidak sombong, menerapkan kasih
sayang dan tidak mau berselisih dan narima atau menerima hasil usaha dengan
senang hati baik yang menyenangkan maupun yang tidak sesuai harapan, selalu
batin, khususnya pada Rumah Sakit Pemerintah. Bagi tenaga perawat dalam
memberikan pelayanan pada pasien yang lemah, merasa tidak berdaya dan
pelayanan perawatan maka akan menumbuhkan rasa narima dan kemudian akan
timbul rasa sabar, dengan hati sabar orang akan rila dalam menjalankan
tugasnya. Setelah keempatnya berada pada diri seseorang maka orang tersebut
disebut budi luhur (Mertowardoyo, 2006). Uraian di atas memberi gagasan pada
peneliti untuk menerapkan nilai-nilai budaya Jawa temen, rila, sabar dan narima
pada penelitian asuhan keperawatan paliatif kanker serviks, dan nilai-nilai budaya
Jawa temen, rila, sabar dan narima digali dari sumber yang baku sehingga nilai-
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
nilai yang ditemukan merupakan nilai-nilai yang mudah diterima secara umum,
Nilai- nilai budaya Jawa tersebut menyimpan nilai-nilai yang sejajar dengan
Jawa tersebut tetap relevan dan adaptif diberlakukan dalam era perkembangan
yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang harus dilakukan dan mana yang
tidak boleh dilakukan. Jika nilai-nilai budaya Jawa tersebut diterapkan dalam
membantu penyembuhan rohani karena pasien tidak saja sakit fisiknya tetapi juga
jiwanya, mereka beranggapan bahwa pasien sembuh tidak saja dari pengobatan
tetapi juga didasari oleh sikap pemberi pelayanan saat pasien membutuhkan
perawatan. Nilai-nilai budaya Jawa temen, rila, sabar dan narima tidak untuk
Hasil wawancara dengan dua (2) subjek perawat Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta dan dua (2) subjek Dosen keperawatan Poltekkes Surakarta
jam per hari, maka perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
perlu memahami keragaman budaya pasiennya. Hal ini untuk mengetahui lebih
dekat kebutuhan dan keinginan pasien, sehingga perawat dengan mudah dapat
diterima pasien dan keluarga dalam memecahkan masalah penyakit yang dialami
pasien. Perawat tersebut setuju terhadap nilai budaya Jawa yang diterapkan pada
asuhan keperawatan pasien, meliputi nilai-nilai budaya Jawa temen, yaitu bekerja
adalah tidak mudah menyerah dalam usaha dan narima, yaitu menerima tugas dan
usaha dengan senang hati, hal ini dapat memberikan kenyamanan fisik,
ketenangan psikologis pasien dan keluarga sehingga pasien rilek, mudah diberi
disimpulkan bahwa perawatan paliatif kanker serviks pada pasien orang Jawa
temen, rila, sabar dan narima, hal ini sesuai dengan konsep caring dan kultural.
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
pelayanan perawatan yang diterima pada saat atau setelah diberikan kemoterapi
bila hati atau perasaan tidak siap, rasa takut, cemas, mereka dapat mengalami
mual atau muntah dan membuat pasien lemah, tidak berdaya. Mereka berpendapat
bahwa jika perawat memberikan pelayanan dibarengi rasa sabar, dan ikhlas mau
ilmu dan ketrampilannya, pasien senang dan tidak cemas dalam menghadapi
beberapa pasien ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Cort (2009) bahwa
kondisi cemas pada pasien dapat berdampak menambah beban penyakit dan
mereka sangat setuju nilai-nilai budaya Jawa temen, rila, sabar dan narima,
dasar psikoterapi yaitu sebuah gambaran Indonesia tentang manusia dan kritik
dengan tepat dalam disertasi ini bahwa gambaran manusia yang dipaparkannya
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
lebih bersifat Jawa dari pada Indonesia. Pandangan kebudayaan Jawa dengan
pendekatan: temen, rila, sabar, narima, dan budiluhur lima watak yang harus
ditumbuhkan manusia. Perbedaan penelitian ini dengan penulis pada area dan
subjek yaitu penelitian di masyarakat dan bukan pada pasien di rumah sakit.
temen, rila, sabar dan narima, pada pasien dengan kanker serviks, di Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah
rujukan, dan rumah sakit kelas A pendidikan yang berada di salah satu kota pusat
budaya Jawa. RSUD Dr. Moewardi Surakarta mempunyai jumlah tempat tidur
sebanyak 704 buah, dan didukung oleh 1605 tenaga kerja, termasuk tenaga
perawat sebesar 670 orang, dimana 90% nya merupakan orang Jawa (RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, 2009). Data penyakit 10 besar penyakit terbanyak rawat inap
tertinggi kedua dengan jumlah kasus 936 pasien. Pada tahun 2008, penyakit
neoplasma ganas serviks uterus menjadi tertinggi pertama dengan jumlah kasus
kedua dengan jumlah kasus 811 pasien, dengan pasien yang mempunyai latar
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
belakang budaya Jawa atau orang Jawa sekitar 90% melalui wawancara dengan
bagian keperawatan RSUD Dr. Moewardi Surakarta, tahun 2009. Data di atas
terkoordinir dan masih merupakan tantangan bagi RSUD Dr. Moewardi Surakarta
rasa nyeri serta keluhan yang mengganggu, menjaga keseimbangan aspek fisik-
sehingga pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya, merasa tidak sendiri dan
Moewardi Surakarta baru dua (2) perawat yang mendapatkan pelatihan perawatan
paliatif. Dari hasil wawancara mendalam dari Kepala (Ka) Ruangan dan Ka Sie
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
perawat lain, namun belum dapat merubah sistem asuhan keperawatan pasien
paliatif dikarenakan petugas terlatih masih sangat terbatas. Hasil studi awal dirasa
nilai budaya Jawa dengan harapan mudah diterima, dipahami, dihayati dan
diterapkan. Pasien kanker serviks dari rerata pasien sebesar 874 per tahun,
pasien. Permasalahan yang sering timbul dari pasien fase paliatif pada akhir
hidupnya selain masalah fisik juga terjadi stres emosional dan sosial dengan
pasien orang Jawa perlu pemahaman dan pendekatan nilai-nilai budaya Jawa yang
mempunyai nilai falsafah tinggi untuk ketenangan batin sehingga masalah dapat
paliatif dengan pendekatan nilai-nilai budaya Jawa pada pasien kanker serviks di
pernah dilakukan dan belum ada penelitian tentang asuhan keperawatan paliatif
(Askep) yang akan diteliti selanjutnya disingkat dengan Askep paliatif “Trisna”
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER
SERVIKS DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI BUDAYA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
pada pasien kanker serviks. Istilah“Trisna” yang artinya cinta atau kasih sayang
diambil dari temen, rila, sabar dan narima yaitu cinta dan kasih dalam
manusia yang memiliki dimensi kultural, spritual dan sosial. Nilai-nilai budaya
artinya dalam budaya manapun ada kemiripan segi nilai yang bersifat universal.
B. Masalah Penelitian
adalah:
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Penelitian tentang budaya, kualitas asuhan keperawatan, kualita hidup
dan kepuasan pasien
Penelitian yang sudah dilakukan di atas berbeda dengan penelitian yang akan
serviks di Rumah Sakit, melalui penelitian ini diketahui pengaruh pada kualitas
E. Manfaat Penelitian
1. Bidang Ilmu
2. Perawat.
3. Institusi Pendidikan
kurikulum pendidikan.
4. Rumah Sakit.