Anda di halaman 1dari 16

STUDI KASUS SISTEM PERKEMIHAN

KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Dosen Pengampu : Sholihatul Maghfirah S. Kep.Ns. M. Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

No. Nama Nim

1. Rifka Annisa 18631670

2. Sari Oktavia 18631651

3. Ani Nur' Aini 18631647

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
KASUS

Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan demam sejak satu bulan sebelum masuk
rumah sakit. Demam dirasakan terus menerus dan berkurang setelah minum obat penurun panas,
namun beberapa jam kemudian dirasakan kembali. Pasien juga merasakan nyeri saat berkemih
sehingga menahan berkemih. Pasien merupakan resipien transplantasi ginjal yang ke-14 pada
lima bulan sebelumnya dan pernah terkena infeksi saluran kemih setelah transplantasi. Awalnya,
setelah dilakukan transplantasi ginjal, pasien jarang mandi dan membersihkan diri karena takut
lukanya sulit sembuh. Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan gejala yang khas. Saat diperiksa,
pasien mengalami sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 107/61 mmHg,
nadi 103 kali per menit, frekuensi pernafasan 19 kali per menit, dan suhu 38°C. Dari
pemeriksaan fungsi ginjal setelah terdiagnosis ISK didapatkan hasil peningkatan ureum dan
kreatinin.

A. PENGKAJIAN

 Identitas Pasien
a. Nama : Ny N
b. Umur : 56 th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pendidikan : SMP sederajat
e. Pekerjaan : IRT
f. Alamat : Jl Mawar no. 24, Asem Payung, Banten
g. No. regristasi : 637 626 xxx
h. Diagnose medis : ISK

 Riwayat kesehatan
 Keluhan utama :
 Demam
 Riawayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan demam sejak sebulan yang lalu
sebelum MRS. Demam dirasakan terus menerus dan berkurang setelah minum
obat penurun panas, namun beberapa jam kemudian dirasakan kembali. Pasien
juga merasakan nyeri saat berkemih sehingga menahan untuk berkemih.
 Riwayat penyakit dahulu : Pasien merupakan resipien transplantasi ginjal yang ke
14 pada 5 bulan sebelumnya dan dan pernah terkena ISK setelah transplantasi.
 Riwayat kesehatan keluarga : -
 Fisiologis
Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pasien jarang mandi dan membersihkan diri karena takut lukanya sulit sembuh.
b. Pola nutrisi
Tidak ada keluhan
c. Pola eliminasi
BAB : Tidak ada keluhan
BAK : Nyeri saat berkemih sehingga pasien menahan BAK
d. Pola aktivitas/istirahat
Pasien dapat melakukan aktivitas
e. Nilai dan keyakinan
Pasien meyakini jika tidak membersihkan diri, lukanya akan cepat sembuh

Pemeriksaan fisik : Tidak menunjukkan gejala yang khas


1. Keadaan umum
Di dapatkan klien tampak lemah
Kesadaran : Composer mentis
Tekanan darah : 107/61 mmHg,
Nadi : 103 kali per menit,
Frekuensi pernafasan : 19 kali per menit,
Suhu : 38°C.
2. Pemeriksaan penunjang
3. Pemeriksaan ginjal : Peningkatan ureum dan kreatinin.
B. ANALISA DATA

No. Data Masalah / problem Etiologi / penyebab


1. Ds : Pasien mengatakan nyeri saat Gangguan eliminasi infeksi ginjal dan
berkemih urin saluran kemih
Do : Peningkatan ureum dan kreatinin
TD : 107/61 MmHg
N : 103
RR : 19 x permenit
2. Ds : Pasien mengatakan demam sejak Hipertermi Proses penyakit
sebulan yang lalu (infeksi)
Do :
Suhu : 38°C
3. Ds : Pasien mengatakan jarang mandi Defisit pengetahuan Kurangnya terpapar
dan membersihkan diri karena takut informasi
lukanya sulit sembuh
Do : -

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Eliminasi Urine b.d infeksi ginjal dan saluran kemih

2. Hipertermi b.d Proses Penyakit (Infeksi)

3. Defisit Pengetahuan b.d Kurangnya Terpapar Informasi


D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan (SDKI) Outcome (SLKI) Intervensi Keperawatan


(SIKI)

1. Gangguan eliminasi urine b.d. Eliminasi Urine A. Manajemen Eliminasi


infeksi ginjal dan saluran kemih membaik Urine

1. Observasi

1. Identifkasi tanda
dan gejala retensi
atau inkontinensia
urine
2. Identifikasi faktor
yang menyebabkan
retensi atau
inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi
urine (mis.
frekuensi,
konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
2. Terapeutik

1. Catat waktu-waktu
dan haluaran
berkemih
2. Batasi asupan
cairan, jika perlu
3. Ambil sampel urine
tengah (midstream)
atau kultur
3. Edukasi

1. Ajarkan tanda dan


gejala infeksi
saluran kemih
2. Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
3. Anjurkan
mengambil
specimen urine
midstream
4. Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih
5. Ajarkan terapi
modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemiha
n
6. Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
7. Anjurkan
mengurangi minum
8. menjelang tidur
4. Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian obat
suposituria uretra
jika perlu
2. Hipertermi b.d. proses penyakit Termogulasi membaik A. Manajemen hipertermi
(infeksi)
1. Observasi

1. Identifkasi
penyebab
hipertermi (mis.
dehidrasi terpapar
lingkungan panas
penggunaan
incubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar
elektrolit
4. Monitor haluaran
urine
2. Terapeutik

1. Sediakan
lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
8. Batasi oksigen, jika
perlu
3. Edukasi

1. Anjurkan tirah
baring
4. Kolaborasi

1. Kolaborasi cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
3. Defisit pengetahuan b.d 1. Perilaku sesuai A. Edukasi Perilaku Upaya
kurangnya terpapar informasi anjuran Kesehatan
meningkat
1. Observasi
2. Presepsi yang
keliru terhadap 1. Identifikasi
masalah menurun kesiapan dan
kemampuan
menerima
informasi
Terapeutik
2. Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
3. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Berikan
kesempatan untuk
bertanya
5. Gunakan variasi
mode pembelajaran
6. Gunakan
pendekatan
promosi kesehatan
dengan
memperhatikan
pengaruh dan
hambatan dari
lingkungan, sosial
serta budaya.
7. Berikan pujian dan
dukungan terhadap
usaha positif dan
pencapaiannya
2. Edukasi
1. Jelaskan
penanganan
masalah kesehatan
2. Informasikan
sumber yang tepat
yang tersedia di
masyarakat
3. Anjurkan
menggunakan
fasilitas kesehatan
4. Anjurkan
menentukan
perilaku spesifik
yang akan diubah
(mis. keinginan
mengunjungi
fasilitas kesehatan)
5. Ajarkan
mengidentifikasi.tu
juan yang akan
dicapai
Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari
hari
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1,
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1,
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1,
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
HASIL DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai