Anda di halaman 1dari 12

MANIFESTASI DAN TATALAKSANA

KELAINAtt KULIT
DAN KttLAMIN
PADA PIASiEN HiV/AIDS
ED:TOR:
AFIF NURUた ‖:DAVAIl
SJAIFUL FAHM:DAILl
NURJANNAH』 ANE N:00E
WRESI::NDRIAIM:
SANTOSO EDY 3UD10N0
JUSuF BARAKBAH

iiN BADAN PENERBIT


IFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS iNDONES:A

E __ __L… _l

MANIFESTASI DAN TATALAKSANA


KELAINAN KULIT DAN KELAMIN
PADA PASIEN ⅡIV/AIDS

EDITOR:
AFIF NURUL HIDAYATI
SJAIFUL FAHMI DAILI
NURDJANNAH JANE NIODE
WRESTIINDRIATMI
SANTOSO EDY BUD10NO
JUSUF BARAKBAH

A$Pg
w
v/-d[i\
Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau


seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun juga
tanpa seizin editor dan penerbit.

Diterbitkan pertama kali oleh:

Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anggota IKAPI, Jakarta

Pencetakan buku ini dikelola oleh:

Badan Penerbit FKUI


Jakarta,2018

ISBN :978-979-496‐ 913-7

II
Dttα お′

INFEKSI KULIT DISEBABKAN VIRUS


BAB 8
1NFEKSI VARISELA― ZOSTER


PADA HIV/AIDS


G′ ′
′タRα 力″
リ ノ
〕タ滋れ Erdina H.D. Pusponegoro
`″

INFEKSI KULIT DISEBABKAN JAⅣ lUR


BAB 9
KANDIDIASIS MUKOKUTAN
PADA HIV/AIDS.… ……..:.… …………………………… :・ 135
″′Rι ″οPγ ォブ
Sα ′ α′ブ らス
,ι Jθ sル″″ Sα Rα ″αノ

BAB 10
DERpIATOFITOSIS PADA PASIEN IIIV/AIDS。 … 152
T.M. Sri Redjeki, Nurdjannah Jane Niode

BAB ll
INFEKSIJAPIIUR SISTEⅣ IIK DENGAN
ⅣIANIFESTASI KULIT PADA
IⅣ lUNOKOMPROMAIS 165
Eliza Miranda, Sandra Wdaty, Kusmarinah Bramono

KELAINAN KULIT NONINFEKSI


BAB 12
PRじ 爾 π σ MPし り R ERIIP劉「θⅣ
cPE)PADA PASIEN HIV/AIDS 207
qν ′ら И″沈 ル
И И.G.P'″ ′ あ″

BAB 13

FOLIKILITIS EOSINO■ lLIK
PADAPASIEN IIIV/AIDS 227
D"′ 泌 麻ル′
ノ クα″αα
んD力 θ ′
S″ αα
''′

Manife s t a s i dan Tat al a ks ana


Kelainan Kulit dan Kelamin pada Pasien HIV/AIDS
―― 一 ― ― ― ―
■ ■ 口 ‐ ‐ 口 ‐ ‐ 口 ‐ 口 ‐ ‐ 口 ‐ ‐ ロ
ロ ロ ― 由 巾 ― ― … … … … … … … … … … 一 ―
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ 口 ■ ■ 口 ■ 口 ■ ■ ■ ■ ロ ロ "“
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■

BAB 13
FOLIKULITIS EOSINOFILIK PADA PASIEN
HIV/AIDS

-5″ i 士
MiltittStutik・ ,Dhelya Widasmara黎
つ 棚冬 曰 多協器 か
錮黎 窃
Z驚鶴罵協驚
協:瑣ztti#fZ慨 胤解∫ 夕‰ル鱈

DEFINISI
Folikulitis Eosinofllik (FE) adalah penyakit pada folikel
rambutyang ditandai dengan rasa gatal, kambuhan, penyebabnya
belum diketahui, sering dihubungkan dengan infeksi HIV
terutama pada CD4+ kurang dari 300 sel/ul. Tempat
predileksi
biasanya pada tubuh bagian atas, perut, dan kaki't
pada tahun 1965,Ise dan ofuji melaporkan kasus pustul
folikular rekuren dan eosinofilia pada wanita Jepang' Lima
tahun kemudian, Ofuji menamai kondisi kulit ini Folikulitis

Ada tiga varian dari folikulitis termasuk folukilitis eosinofilik


pustular klasik, folikulitis eosinofilik terkait imunosupresi
lkebanyakan HIV), dan folikulitis
eosinofilik pada bayi''
FE telah diklasiflkasikan sebagai penyakit yarrg
menggambarkan AIDS. Pada anak-anak dan dewasa, folikulitis
tanda
eosinofilik pustular harus dilihat sebagai kemungkinan
imunosupresi. Namun, folikulitis juga dapat berkembang
pada
r'2
orang yang imunokomPeten.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


walaupun etiologipenyakit ini belum diketahui pasti, penelitian
lebih mendukung sebagai proses autoimun yang menyerang sebosit

&麟 ″
″κ ′
励″佗鰤 ::胤 脇劣Z:2η
BAB 13

atau beberapa komponen sebum, Penanda aktivasi inflamasi akut


pada epitel, seperti ICAM-I dan MAC 387 sangat positif dalam
sebosit. Pembentukan antibodi dan kompleks imun diyakini secara
langsung atau tidak langsung berpenganrh terhadap manifestasi
klinis. Pasien dengan FE menbentuk antibodi terhadap substansi
intraselular pada epidermis dan folikel rambut. Respons imun TM
yang abnormal terhadap antigen folikular, seperti yang disebabkan
spesies Demodex, mungkin bertanggung jawab untuk folikulitis
eosinofilik yang terkait HfV.r,3
Meskipun produksi sitokin dan faktor kemotaktik dan
■■ロ

ekspresi molekul adhesi intraselular adalah bukti aktivasi dari


unit folikel sebaseous, penyebab klasik folikulitis eosinofilik
pustular belum diketahui, meskipun proses kekebalan tubuh
hampir pasti memainkan peran kunci.dalam patogenesisnya.r,2'3
FE mungkin berhubungan dengan infeksi HIV, berbagai
obat-obatan; dan beberapa penyakit limfoma; hal itu dapat
dianggap sebagai pola dermatopatologi spesifik. Obat yang
dikaitkan dengan FE adalah karbamazepin, alopurinol dengan
atau tanpa timedium bromida, foskarnet, dan berbagai bahan
kemoterapi. Banyak pengamatan menunjukkan adanya peran
faktor imuno 1o gi, infeks i, dan lingkun gan.'.'3
Brerurer dkk, menjelaskan 3 kasus FE terkait dengan infelci
pseudomonas pada folikel rambut; lesi membaik dengan pengobatan
antipseudomonas tetapi kambuh setelah terapi dihentikan. Peneliti
lain telah melaporkan hal yang berhubungan dengan penyakit
infeksi, termasuk infeksi dermatofit, infeksi karena larva migrans,
nfeksi Pityrosporum ,re,tovirus, dan virus hepatitis C. Selain itu, FE
telah dikaitkan dengan berbagai kondisi medis, termasuk limfoma,
sindrom Sezary, leukemia, sindrom mielodisplastik, atopi, dan
polisitemia vera. FE juga dapat berkembang setelah tansplantasi
sumsum tulang dan organ. Hal itu dapat dianggap sebagai reaksi
yang berhubungan dengan disregulasi imun.2,a


228 D″ ゴiィ ン″ブ
αs″ ′
Jた DЙ θ
夕α″7α α
S″ α″
α

Fο ′わ′
′′ ル′ααα P“ た″圏
おEο s′ ″φ ′ IArDS

ⅣIANIFESTASI KLINIS
Efloresensi FEberupapapul danpustul yang steril.Gatal dapat
tettadi pada 50%kasus,beberapa dengan intensitas yang heb激 .

PerJalanan klinis FE ditandai dengan bcberapa siklus rernisi dan


eksaserbasi akut,biasanya sembuh secara spontan beberapa bulan
sampaitablln sdclah awitan.FE dapttmettadi parah danmcnctap
pada populasi tertentu(misalnya Orang yang terinfcksi HIヽ の dan
2,3
dapat bcrkcmbang setelah transplantasi sumsum tulang。

Gambar 13.1
FE pada permukaan ekstensor ekstremitas inferioI tampak papul
eritematosa dan pustul.
[Foto koleksi pribadi Dwi Murtiastutik dr;SpKK(l!, FINSDV FAADV].

Predileksi FE biasanya pada tubuh bagian atas, perut, dan


kaki. Lokasi lainnya termasuk badan belakang dan permukaan
ekstensor ekstremitas. Papul secara bergerombol membentuk
plak polisiklik yang mengeras dengan central healing dan
menyebar ke perifer.2'a Papul dan pustul steril bergerombol
membentuk plakat yang akhirnya memudar, meninggalkan sisa
hiperpigmentasi dan skuama. Pasien dengan FE terkait HIV dapat
muncul dengan lesi urtikaria yang luas atau plakat eritematosa
dengan ekskoriasi. Jarang terjadi pada mukosa, telapak tangan,
dan telapak kaki.2'a

&″ シ
商腸あ
″々胤劣筋胤I露鑑 229
β/4β ′θ
圏目□

Gambar 13.2
Folikulitis eosinofatik di dada dan perut bagian atas muncul papul
eritematosa dan pustula [Foto koleksi pribadi Dwi Murtiastutik dr,SpKK(K),
FINSDY FAADV.

Gambar 13.3
Folikulitis eosinofatik pada punggung muncul papul eritematosa dan pushrl steril.
[Foto koleksi pribadi Dwi Murtiastutik dr,SpKK(K), FINSDV FAADV]

230 D″ ヵ協 ′′
加 滋′
北 D力 ι夕α瀦 滅αS″ α′
α
― ― 一一――― ― ――‐
― ――
Li]:11三 T「 I _______ 一 :― │

Folikulitis Eosinofilik pada Pasien HIV/AIDS

PEMERIKSAAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium terdapat leukosiiosis dan
eosinofi lia. Immunoelektroforesis menggambarkan peningkatan
kadar imunoglobulin E (IgE), rendahnya tingkat immunoglobulin
G3 (IgG3), dan rendahnya tingkat immunoglobulin A (IgA).
Kultur lesi kulit menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri
atau jamur. Jumlah CD4 biasanya kurang dari 300 sel /uL pada
pasien terinfeksi HIV.2'5
Pengambilan dua spesimen punch biopsy, untuk
memungkinkan membagi vertikal dan melintang, telah diusulkan
untuk meningkatkan sensitivitas, menemukan ciri-ciri dari FE.
Infundibulum dari folikel rambut menunjukkan spongiosis dan
pustulosis eosinofilik. Infiltrat sering meluas ke kelenjar sebaseus
yang berdekatan. Meskipun sebagian besar folikel dipertahankan,
beberapa dinding folikel dihancurkan oleh infiltrasi inflamasi.
Infiltrat ini terutama terdiri dari eosinofll. Infiltrat inflamasi cukup
padat di perivaskular dan perifolikular yang terdiri dari eosinofil,
limfosit (terutama CD4r'dan makrofag. FE terkait HIV memiliki
infiltrasi inflamasi perivaskular lebih intens dan menyebar
dibandingkan dengan papular pruritus erupsi tidak terkait HIV.2J
Folikularmusinosis dapat dilihat di lesi folikulitis
eosinofilik. Pewarnaan khusus memberikan hasil negatif untuk
mikroorganisme. Lesi dari telapak tangan dan kaki memiliki
pustul subkorneal dan intraepidermis, disertai dengan variabel
dermal infi ltrasi infl amasi.25

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding FE meliputi beberapa kelainan yang se-
cara klinis menyerupai FE, yaitu:2,a'6
o Bentuk klasik folikulitis eosinofilik
. Erupsi akneformis
, Akne vulgaris
. Eksim folikular
. Folikulitis (bakteri, jamur, atau dermatofitik)
. Psoriasis pustulosa

&″ レ
“勧あ
浅″祠 鰍LI脇:231
BAB 13

. Subcorneal pustular dermatosis (penyakit Sneddon-Wkinson)


. Pediairic eosinophilic folliculitis
. Skabies
. Pioderma kulit kepala
o Neonatalfolliculitis eosinophilic
. Miliaria
. Neonatal acne
. Varisela neonatal
o Folikulitis eosinofilik terkait HIV
. Erupsi papular pruritus HIV
, Reaksi terhadap gigitan artropoda dan sengatan
目■ ■ ■ □

. Fotodermatitis
. Infeksi oportunistik

TERAPI
Banyak terapi topikal dan sistemik yang tersedia untuk FE.
Modalitas pengobatan dipilih berdasarkan tingkat keparahan penyakit,
keinginan pasien (termasuk biaya dan kenyamanan), dan respons.
Terapi antiretrovirus diberikan bersama dengan terapi isotetinoin.
FE juga dapat merespons dengan baik terhadap indometasin sistemilg
yang dianggap terapi lini pertama pasien di Jepang.6,7,8
Kortikosteroid topikal adalah terapi andalan pengobatan untuk
FE. Mekanisme kerja kortikosteroid pada FE tidak sepenuhnya
dipahami. Sifat antiinflamasi dan imunosupresif bahan ini dapat
menyebabkan efek pengobatan. Penentuan potensi steroid tergantung
pada lokasi lesi kulit. Di kulit kepala, steroid poten dalam larutan
alkohol, misalnya fluosinonida 0,05yo, sering diindikasikan. Pada
wajah dan bagian tubuh sensitif lainny4 kortikosteroid potensi rendah,
seperti hidrokortison 1%, mungkin cukup. Rejimen khas terdiri dari
aplikasi dua kali sehari kortikosteroid topikal. Hal ini mengurangi
peradangan dan plakat pada kebanyakan pasien. Atofi kulit karena
penggmam kortikosteroid topikal biasanya tidak masalah kecuali
obat terus diberikan setelah kulit sudah normal. Flare yang parah
dapat dibbati dengan pemberian singkat prednison ora1.6,7,8

232 Dwi Murtiastutik, Dhelya Widasmora



LF口 iⅢ l:I 「

Folikulitis Eosinofilik pada Pasien HIV/AIDS

Takrolimus topikal adalah pilihan yang baik untuk pustulosis


eosinofilik pada bayi dan dewasa. Takrolimus salep 0,030 dapat
menghasilkan kesembuhan yang cepat pada bayi. Indometasin
adalah pilihan lain untuk pustular folikulitis eosinofilik infantil
yang refrakter.6,7'8
Retinoid, seperti isotretinoin, menghambat fungsi kelenjar
sebaseus dan keratinisasi. Perbaikan klinis terjadi dalamhubungan
dengan penurunan sekresi sebum. Efek ini bersifat sementara dan
berhubungan dengan dosis dan waktu pengobatan. Diperlukan
pemantauan untuk hipertrigliseridemia dan hepatotoksik. Efek
samping umum termasuk keilitis dan alopesia. Terapi retinoid
sistemik bersifat teratogenik; sehingga diindikasikan hanya pada
pasien yang tidak dalam potensi reproduksi. Alternatif termasuk
indometasin dan dapson.6,7,8
Pada pasien yang terinfeksi HIV, mengobati FE ringan
dengan steroid topikal dan anthistamin oral. Pengobatan penyakit
moderat dengan itrakonazol oral, isotretinoin, atau fototerapi.6,T'8

PENCEGAHAN
Sampai saat in belum ada metode tertentu untuk pencegahan.

KOMPLIKASI
Folikulitis eosinofllik adalah penyakit kulit tanpa gejala
sisa yang bermakna. Satu-satunya gejala sisa penyakit ini ialah
hiperpigmentasi kulit dan skuama.T'e

PROGNOSIS
Folikulitis eosinofilik adalah penyakit kulit kambuhan,
dikaitkan dengan infeksi HIV dan AIDS yang memiliki
peningkatan risiko menderita infeksi oportunistik.2

EDUKASI
Pasien diberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit
tersebut seperti sifat penyakit yang remisi dan eksaserbasi,
penyebab penyakit yang belum diketahui, pengobatan,

逢″
レ"幼 ル
あ″&′協劣″鰍LI筈l鑑:233
BAB 13

komplikasi dan prognosis serta tindakan yang harus dihindari


agar tidak memperburuk penyakitnya.e'r0

Daftar Pustaka
l. James W, Elston D, Berger I Andrews G. Viral disease. Andrews'
Diseases of the skin. 1 1 ft ed. London: SaunderslElsevier; 20 I I .p.4 I 0- 1.
2. Janniger CK, Bronze MS, Shea CR. Eosinophilic folliculitis. Emedicine
[cited I 8 Mar 20 I 6] Available from: http://emedcine.medscape.com
3. Uitrlein L, Saavedra A, Allen R. Cutaneous manifestations of Human
Immunodeficiency Virus Disease. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff Il editors. Fitzpatrick's dermatology in

general medicine. 8ft ed. New York McGraw-Hill Medical ; 2012. p. 4593 4.
4. Colve R. Generalized cutaneous manifestations of STD and HIV
infection: Typical presentations, differential diagnosis, and management.
In: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey
L, et al,editor. Sexually transmitted diseases. 4fted. New York: McGraw-
Hill Medical; 2008.p. 1 177 -98.
5. Scavo S, Magro G, Caltabiano R. Erythematous and edematous eruption
of the face. Eosinophilic pustular folliculitis. Int J Dermatol. 20101'
a9Q):975-7.
6. Bunker CB, Gotch F. HIV and the skin. In: RookA, Bums T, editors. Rook's
textbook of dermatology. 8sed. UK: Wiley-Blackwell; 20 I 0.p3 5. 1.

7. Sanchez M, Friedman-Kien A. Skin manifestations of HIV Infection.


In: Wormser G, editor. AIDS and other manifestations of HIV Infection.
4'hed. New York: Elsevier; 2003. p.665.
8. Nervi SJ, Schwartz RA, Dmochowski M. Eosinophilic pustular folliculitis:
Dermatol.2006;55(2):285-9.
a 40 year retrospect. J Am Acad
9. Tsuboi H, Niiyama S, Katsuoka K. Eosinophilic pustular folliculitis
(Ofuji disease) manifested as pustules on the palms and soles. Catls.
2004; t 4(2):101 -r0.
10. Kabashima K, Sakurai I Miyachi Y. Treatment of eosinophilic pustular
folliculitis (Ofuji's disease) with tacrolimus ointment. Br J Dermatol.
2004; l5l(4):949-50.

234 Dwi Murtiastutik, Dhelya ll'idasmara

Anda mungkin juga menyukai