Di dalam kitab suci beberapa agama terdapat suatu bencana yg dikenal dengan nama “10 Tulah
Mesir”. Diceritakan bahwa saat itu bangsa Mesir menjajah & bertindak semena-semena kepada
bangsa Yahudi. Allah pun melalui Nabi Musa berusaha memperingatkan Firaun, pemimpin
Mesir saat itu. Karena Firaun membangkang, bahkan mengklaim dirinya sendiri sebagai Tuhan,
Allah pun menjatuhkan 10 bencana di atas tanah Mesir
TINJAUAN ILMIAH
Berdasarkan riset yg dilakukan sejumlah ahli, mereka mengemukakan beberapa argumen tentang
tulah Mesir dari segi ILMIAH/SAINS. Para pemuka agama sendiri percaya bahwa segala sesuatu
di bumi mengalami proses yg bisa dijelaskan secara ilmiah, bukan semata-mata “Tuhan berucap
& segalanya terjadi tanpa proses”. Diperkirakan tulah Mesir terjadi pada tahun 1500 SM,
sementara Firaun saat itu adalah Firaun Ramses II, yg mayatnya sekarang masih bisa dilihat
dalam wujud mumi.
Asal mula dari Tulah Mesir menurut para ahli adalah meletusnya Gunung Santorini di Thera,
Yunani. Secara geografis, Yunani memang terletak tepat di utara Mesir. Letusan Gunung
Santorini sendiri merupakan salah satu letusan gunung terbesar yg pernah diketahui dalam
sejarah manusia. Mungkin letusan gunung berapi yg bisa melampaui letusan Gunung Santorini
hanyalah letusan Gunung Krakatau & Tambora (keduanya di Indonesia). Letusan Gunung
Santorini meyebabkan pulau tempat gunung itu berada hancur & sekarang, cekungan kawah
bekas letusannya bisa dilihat di perairan Yunani dekat Pulau Kreta. Salah satu bukti yg
mendukung teori itu adalah penemuan sisa-sisa material gunung berapi di sekitar Sungai Nil,
sementara di daerah Mesir & sekitar Sungai Nil sendiri tidak ada gunung berapi
Tulah 1 : Air sungai Nil berwarna merah darah & ikan-ikan mati
Menurut para ahli, warna merah di sungai Nil bukanlah warna darah, melainkan alga merah.
Usai Gunung Santorini meletus, debu vulkanisnya yg subur pun terbawa angin & jatuh ke Sungai
Nil. Debu ini membuat Sungai Nil menjadi kelewat subur sehingga populasi alga merah di sana
pun mengalami ledakan (blooming). Akibatnya, hampir seluruh bagian sungai berwarna merah.
Karena populasinya kelewat banyak, sebagian besar alga itu mati dengan sendirinya & ketika
mati membusuk, alga itu menghasilkan gas amoniak. Gas itulah yg menyebabkan matinya
hewan-hewan di sungai, termasuk ikan
Tulah 2 : Kodok
AKibat tercemarnya air sungai oleh alga, sungai itupun tidak bisa lagi ditempati hewan. Hewan-
hewan air seperti ikan mati, sementara mereka yg bisa berpindah tempat seperti kodok keluar
mencari habitat baru. Akibatnya, terjadi ledakan populasi kodok di darat & karena wilayah Mesir
adalah gurun, kodok-kodok itu mati secara massal
Tulah 3: Nyamuk
Karena sejumlah besar kodok mati, populasi serangga seperti nyamuk pun meningkat secara
tajam. Wabah serangga itu pun memasuki kota di mana orang-orang Mesir tinggal
Sama seperti tulah ketiga, karena kodok sebagai predator alamiah serangga itu mati, populasi
lalat pikat (lalat penghisap darah) pun meningkat tajam
Sama dengan tulah kelima, hewan-hewan penghisap darah itu memindahkan penyakit dari
hewan-hewan ternak serta orang-orang sakit. Dan karena banyaknya orang yg sakit, penyakit itu
menjadi mudah menular & sulit diobati, sehingga satu demi satu orang-orang meninggal
Tulah 7 : Hujan es bercampur api
Saat meletus, Gunung Santorini menyemburkan sejumlah besar gas sulfur & debu vulkanis
dalam jumlah amat besar ke udara. Material-material dari gunung berapi itu kemudian ikut
mempengaruhi iklim setempat, sehingga menimbulkan fenomena cuaca aneh seperti hujan es
(hail). Proses pembentukan hujan es sendiri tidak berbeda dengan hujan atau salju. Bedanya,
hujan es terbentuk karena adanya tekanan udara yg sangat kuat sehingga titik-titik air itu tertahan
di udara & membentuk bongkahan es yg akhirnya jatuh ke bumi. Pada tulah Mesir, kemungkinan
tekanan udara itu berasal dari tekanan uap gunung berapi. Lebih lanjut, gesekan debu-debu
vulkanis di udara juga menyebabkan munculnya kilatan listrik di udara seperi petir sehingga
langit terlihat “berapi”
Munculnya hujan es akan menghancurkan sejumlah besar tanaman, termasuk tanaman pertanian.
Akibatnya, serangga-serangga pengembara yg memakan tanaman seperti belalang akan
terkonsentrasi dalam jumlah amat besar & memakan tanaman di ladang-ladang yg masih tersisa,
termasuk yg berdekatan dengan wilayah pemukiman. Penjelasan lain, kematian massal kodok
pada tulah kedua menyebabkan populasi belalang melonjak drastis
Penjelasan paling mungkin pada fenomena ini adalah abu & asap dari gunung berapi terlepas
dalam jumlah amat besar di udara sehingga menutupi matahari. Fenomena serupa juga terjadi
pada letusan Krakatau & Tambora. Usai meletus, debu dari Krakatau terbawa angin & menutupi
sejumlah besar daerah di khatulistiwa. Sementara letusan Tambora, Sumbawa, pada tahun 1816
menyebabkan tahun itu dikenal sebagai “Tahun Tanpa Musim Panas” (Year Without a Summer).
Penjelasan lain, wabah belalang yg amat besar menyebabkan matahari menjadi tertutup. Para ahli
juga berpikir pada saat bersamaan terjadi gerhana atau badai pasir raksasa sehingga wilayah
tersebut menjadi gelap
Tulah ini merupakan tulah yg masih membingungkan para ahli. Jika muncul kematian massal,
kenapa yg meninggal hanyalah anak sulung, bukan semua orang & yg meninggal hanyalah orang
Mesir, tidak termasuk orang Israel yg saat itu masih berada di wilayah Mesir? Ada beberapa
penjelasan yg coba dikemukakan para ahli :
Ketika muncul wabah & kegelapan, makanan yg tersisa saat itu ikut tercemar. Orang-
orang pun mengungsi & ketika mereka kembali, mereka hanya memakan makanan yg
tersisa. Karena anak sulung mendapat prioritas pertama untuk makan, mereka pun
menjadi sakit & meninggal lebih dahulu
Ketika terjadi letusan gunung, asapnya pun mencapai pemukiman Mesir. Dan jika
memperkirakan kultur orang Mesir, mereka yg sulung tidur di lantai/tempat rendah,
sementara anggota keluarga lain tidur di tempat yg lebih tinggi, sehingga mereka yg
sulung terinfeksi terlebih dahulu oleh debu-debu vulkanis. Gas beracun seperti belerang
sendiri massa jenisnya lebih rendah dari udara sehingga gas itu hanya menjalar di lantai
Orang-orang Israel sendiri sudah diberitahu oleh Nabi Musa bahwa usai tulah ini, mereka
akan diusir oleh bangsa Mesir. Maka, mereka bersiap-siap & menandai pintu rumah
mereka dengan darah domba. Mereka juga hanya diperbolehkan makan roti tanpa ragi yg
dibuat sendiri. Karena mereka sudah bersiaga & memakan makanan yg bahannya tersedia
sejak sebelum wabah inilah, mereka tidak ikut meninggal
DARI SUMBER KE DUA
10 PENGHUKUMAN (TULAH) TUHAN TERHADAP MESIR
Kesepuluh tulah atau penghukuman ini dimuat dalam Kitab Keluaran dari
Pernjanjian Lama. Bagi yang belum pernah membaca Alkitab maka saya
Berikut ini kita akan melakukan telaah kritis atas teks yang ada di
(21) matilah ikan di sungai Nil, sehingga sungai Nil itu berbau busuk
dan orang Mesir tidak dapat meminum air dari sungai Nil; dan di
(22) Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-
ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau
mencari air untuk diminum, sebab mereka tidak dapat meminum air
sungai Nil.
sungai Nil.
Komentar:
Pada hukuman yang pertama ini, Tuhan mengubah air Sungai Nil menjadi
darah, yang mana kemudian menurut ayat 22, parah ahli sihir Firaun
pun melakukan hal yang sama. Ada yang tidak masuk akal atau aneh di
sini. Kalau memang air Sungai Nil sudah dirubah menjadi darah,
darah kembali? Jelas ini suatu kontradiksi yang tidak masuk akal.
(2) jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan menulahi
(3) Katak-katak akan mengeriap dalam sungai Nil, lalu naik dan masuk
Mesir."
(7) Tetapi para ahli itupun membuat yang demikian juga dengan ilmu-
itu dari padaku dan dari pada rakyatku; maka aku akan membiarkan
Komentar:
Pada hukuman kedua ini Tuhan memenuhi seluruh Tanah Mesir dengan
tanah Mesir sudah tertutup katak, bagaimana mungkin para ahli sihir
Ulurkanlah tongkatmu dan pukulkanlah itu ke debu tanah, maka debu itu
hinggap pada manusia dan pada binatang. Segala debu tanah menjadi
(18) Para ahli itupun membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu
(19) Lalu berkatalah para ahli itu kepada Firaun: "Inilah tangan
Komentar:
Tuhan tentu tahu bahwa hal ini tidak akan berhasil, lalu mengapa ia
sampai tulah atau hukuman kali masih belum berhasil membuat Firaun
bahwa Tuhan tahu bahwa hati Firaun akan berkeras dan ia tidak akan
mau mendengarkan permohonan Bangsa Israel.
(21) sebab jika engkau tidak membiarkan umat-Ku itu pergi, maka Aku
(22) Tetapi pada hari itu Aku akan mengecualikan tanah Gosyen, di
(23) Sebab Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu.
Komentar:
Tetap saja hukuman keempat ini masih gagal membawa Bangsa Israel
(2) Sebab jika engkau menolak membiarkan mereka pergi dan masih
menahan mereka,
(3) maka ternakmu, yang ada di padang, kuda, keledai, unta, lembu
sapi dan kambing domba, akan kena tulah TUHAN, yakni kena penyakit
(4) Dan TUHAN akan membuat perbedaan antara ternak orang Israel dan
ternak orang Mesir, sehingga tidak ada yang akan mati seekorpun dari
(6) Dan TUHAN melakukan hal itu keesokan harinya; segala ternak orang
Mesir itu mati, tetapi dari ternak orang Israel tidak ada seekorpun
yang mati.
Komentar:
Silakan perhatikan ayat 6 yang mengatakan bahwa seluruh ternak orang
(8) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: "Ambillah jelaga dari
(9) Maka jelaga itu akan menjadi debu meliputi seluruh tanah Mesir,
(10) Lalu mereka mengambil jelaga dari dapur peleburan, dan berdiri
binatang,
(11) sehingga ahli-ahli itu tidak dapat tetap berdiri di depan Musa,
karena barah-barah itu; sebab ahli-ahli itupun juga kena barah sama
Pada hukuman kelima seluruh ternak sudah mati, lalu bagaimana mungkin
ada bisul pada hewan mereka lagi? Ini jelas menunjukkan Alkitab penuh
Satu bukti lagi Alkitab penuh dengan hal-hal yang tidak masuk akal.
(16) Akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni
(18) Sesungguhnya besok kira-kira waktu ini Aku akan menurunkan hujan
suruhlah dibawa ke tempat yang aman; semua orang dan segala hewan,
yang ada di padang dan tidak pulang berkumpul ke rumah, akan ditimpa
(20) Maka siapa di antara para pegawai Firaun yang takut kepada
mengadakan guruh dan hujan es, dan apipun menyambar ke bumi, dan
(24) Dan turunlah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di tengah-
bangsa.
(25) Hujan es itu menimpa binasa segala sesuatu yang ada di padang,
(26) Hanya di tanah Gosyen, tempat kediaman orang Israel, tidak ada
turun hujan es.
Komentar:
Pada ayat 16, sungguh aneh mengapa Tuhan masih ingin namaNya
Aku telah membuat hatinya dan hati para pegawainya berkeras, supaya
(4) Sebab jika engkau menolak membiarkan umat-Ku pergi, maka besok
(5) belalang itu akan menutupi permukaan bumi, sehingga orang tidak
dapat melihat tanah; belalang itu akan memakan habis sisa yang
terluput, yang masih tinggal bagimu dari hujan es itu, bahkan akan
(6) Belalang itu akan memenuhi rumahmu, rumah semua pegawaimu, rumah
semua orang Mesir seperti yang belum pernah dilihat oleh bapamu dan
nenek moyangmu, sejak mereka lahir ke bumi sampai hari ini." Lalu
(13) Lalu Musa mengulurkan tongkatnya ke atas tanah Mesir, dan TUHAN
seluruh daerah Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada
belalang yang demikian banyaknya dan sesudah itupun tidak akan
oleh hujan es itu, sehingga tidak ada tinggal lagi yang hijau pada
Komentar:
Pada ayat 1 dan 20, Tuhanlah yang mengeraskan hati Firaun dan
supaya datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang dapat meraba
gelap itu."
(23) Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada
orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada
(27) Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga dia tidak mau
Komentar:
Pada ayat 27, Tuhanlah yang mengeraskan hati Firaun dan pengikutnya
tidak masuk akallah kalau Tuhan menimpakan hukuman pada Firaun dan
bangsanya.
teladan moral maupun cinta kasih di sini. Di sini jelas sekali ada
(4) Berkatalah Musa: "Beginilah firman TUHAN: Pada waktu tengah malam
(5) Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak
sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak
perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung
hewan.
(6) Dan seruan yang hebat akan terjadi di seluruh tanah Mesir,
seperti yang belum pernah terjadi dan seperti yang tidak akan ada
lagi.
(12:29) Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung
sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang
Komentar:
Bagaimana dapat sekarang anak sulung mereka yang mati (perhatikan Kel
12:29) ?
Hanya hukuman kesepuluh ini yang berhasil. Kalau Tuhan maha tahu, dan
Kesimpulan:
Pada telaah kritis kali inipun terjadi kontradiksi yang nyata. Karena
itu kredibilitas Alkitab sebagai kitab suci yang tidak dapat salah
Keimanan orang Kristen SAAT INI lebih tepat dikatakan berada dalam Kuasa Kerajaan
Kegelapan Allah Bapa di Neraka yang mengutus anaknya sebagai juru kehancuran dunia, Yesus
yang datang untuk tidak membawa damai bagi saudara, keluarga dan umat manusia, kemudian
menyeret umat manusia dalam peperangan dan menciptakan kehancuran dalam penyebaran
Agama Kegelapan nya dengan mengatasnamakan Moral yang sesungguhnya terbukti tidak
Moral. Hal2 ini jelas diajarkan dalam Alkitab, sehingga Alkitab jelas merupakan kitab
Kegelapan Iblis yang menyaru kitab suci yang mengilhami setiap gerakan umat manusia untuk
saling memusuhi dan menghancurkan. Sungguh mengenaskan sekali ajaran sesat dari agama
sesat yang berasal dari Kuasa Gelap.
Sumber ke tiga
Tulah Mesir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tulah Mesir (bahasa Ibrani: מכות מצרים, Makot Mitzrayim; atau Sepuluh Tulah (bahasa Ibrani:
עשר המכות, Eser Ha-Makot) adalah sepuluh bencana yang didatangkan oleh Tuhan atas bangsa
Mesir sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Keluaranpasal 7sampai 12, untuk meyakinkan
Firaun[1] agar membebaskan bangsa Israel dari perbudakan dan pergi ke tanah Kanaan. Tulah-
tulah itu juga sebagai hukuman "kepada semua allah (dewa) di Mesir."[2] Tulah-tulah ini juga
disebutkan dalam Al Quran (7,133–136).[3]
Grafir oleh John Martin yang menggambarkan tulah hujan es dan api (1828)
1. (Keluaran 7:14-25) sungai dan semua sumber air berubah menjadi darah hingga menewaskan
ikan-ikan dan semua kehidupan air lainnya. (bahasa Ibrani: דָ ם, Dam)
2. (Keluaran 7:26-8:11) binatang-binatang amfibi (biasanya diyakini sebagai katak) (bahasa Ibrani:
ַצְּפַ ְרדֵּ ע, Tsfardeia)
3. (Keluaran 8:12-15) nyamuk (bahasa Ibrani: ִּכנִּים, Kinim)
4. (Keluaran 8:16-28) lalat pikat (bahasa Ibrani: עָ רֹוב, Arov)
5. (Keluaran 9:1-7) penyakit (sampar) pada ternak (bahasa Ibrani: דֶּ בֶר, Dever)
6. (Keluaran 9:8-12) barah yang tidak dapat disembuhkan (bahasa Ibrani: שְׁ חִ ין, Sy'khin)
7. (Keluaran 9:13-35) hujan es bercampur api (bahasa Ibrani: ב ָָּרד, Barad)
8. (Keluaran 10:1-20) belalang (bahasa Ibrani: ַארבֶּה,
ְ Arbeh)
9. (Keluaran 10:21-29) kegelapan (bahasa Ibrani: חֹושֶ ך, Khosyekh)
10. (Keluaran 11:1-12:36) kematian anak-anak sulung dari semua keluarga Mesir. (bahasa Ibrani:
מַ כַּת בְּכֹורֹות, Makat Bekhorot)
PENJELASAN SUMBER KE 3
Latar belakang
Israel (Yakub) sebenarnya dahulu sudah hidup di tanah Kanaan. Namun oleh karena bencana
kelaparan yang terjadi selama tujuh tahun, seperti yang sudah diramalkan oleh Yusuf dari mimpi
Firaun, Israel dan anak-anaknya pindah ke Mesir. Di sana mereka berkembang menjadi suatu
bangsa yang besar jumlahnya, sehingga membuat Firaun yang baru yang tidak mengenal Yusuf,
takut kalau-kalau bangsa Israel nantinya akan membelot dan berbalik menyerang Mesir.
Sehingga berbagai cara diterapkan oleh Firaun agar bangsa Israel tidak semakin banyak dan
tidak memberontak, salah satunya dengan kerja rodi.
Kerja rodi untuk membangun Mesir ini dibuat oleh Firaun sedemikian beratnya sehingga
membuat seluruh bangsa Israel mengeluh. Dikisahkan dalam Alkitab, keluhan bangsa Israel ini
terdengar sampai ke telinga Tuhan siang dan malam, sehingga Tuhan akhirnya mengutus
seseorang bernama Musa untuk membebaskan bangsa Israel.
Pada awalnya, Musa datang kepada Firaun dengan baik-baik untuk meminta Firaun membiarkan
bangsa Israel pergi, namun Firaun mengeraskan hatinya. Bahkan paska kedatangan Musa yang
kali pertama itu membuat Firaun memperberat perbudakan dan kerja paksa yang diberlakukan
kepada seluruh bangsa Israel itu. Hal itu membuat Tuhan bertindak dengan mulai menurunkan
tulah ke atas tanah negeri Mesir lewat Musa. Kendatipun seluruh negeri Mesir mengalami 10
bencana tersebut, bangsa Israel yang diam di tanah Gosyen di dalam wilayah Mesir tidak
mengalami sedikitpun bencana yang dialami oleh bangsa Mesir itu.
Sebelum kesepuluh tulah dijatuhkan, Tuhan telah memberi peringatan kepada Firaun dengan
menyuruh Musa datang ke hadapan Firaun. Saat itu, Firaun menyuruh Musa dan Harun,
kakaknya, untuk melakukan mujizat di hadapannya. Harun melemparkan tongkatnya, seperti
yang diperintahkan Tuhan, dan tongkat itu menjadi ular. Melihat hal tersebut, para ahli-ahli sihir
Firaun tidak mau dikalahkan. Mereka juga membuat mujizat yang sama dengan membuat
tongkat-tongkat mereka menjadi ular. Namun tongkat Harun menelan tongkat-tongkat para ahli
sihir itu.
Dengan demikian, Firaun mengeraskan hatinya untuk tidak membebaskan bangsa Israel dari
tanah Mesir. Maka Tuhan menyuruh Musa bersiap-siap dengan tulah yang pertama.
Menurut Alkitab, Tuhan menyuruh Musa untuk meminta Firaun mengeluarkan bangsa Israel
keluar dari tanah Mesir. Namun Tuhan juga menyatakan bahwa Tuhan sendiri yang akan
membuat hati Firaun mengeras, dengan maksud untuk memperbanyak tanda-tanda mujizat
(tulah) itu kepada bangsa Mesir, sebagai hukuman karena telah memperbudak bangsa Israel
sedemikian lama, sekaligus juga agar bangsa Israel dapat menceritakan kepada keturunan-
keturunannya yang kemudian, bagaimana Tuhan telah melakukan mujizat-mujizat di hadapan
mata mereka, agar mereka selalu ingat bahwa Tuhanlah Allah.
Tulah yang pertama adalah air sungai Nil menjadi darah. Musa melakukannya dengan
memukulkan tongkat yang ada di tangannya ke atas air sungai Nil. Maka seluruh sungai Nil
menjadi darah dan ikan-ikan di dalamnya mati. Seluruh tanah negeri Mesir menjadi penuh
dengan darah oleh karena rembesan sungai Nil tersebut.
Tulah ini dimaksudkan untuk memperingatkan orang Mesir bahwa bahkan sumber kehidupan
mereka yang terutama sekalipun dapat dibuat Tuhan menjadi musuh mereka. Tanpa air dari
sungai Nil, seluruh pekerjaan di Mesir terhenti. Seluruh rakyat Mesir lebih mementingkan
berusaha mencari air bersih, daripada meneruskan pekerjaan memperbudak orang Israel. Ahli-
ahli sihir Firaun juga dapat membuat hal yang sama.
Tulah ini berhenti setelah tujuh hari berlalu. Namun Firaun bersikeras tidak mau melepaskan
bangsa Israel dari tanah Mesir.
Tulah yang kedua adalah adanya katak-katak yang memenuhi seluruh negeri Mesir, oleh karena
Firaun sekali lagi menolak untuk melepaskan orang Israel. Harun melakukannya dengan
mengulurkan tangannya ke atas negeri Mesir. Dan bermunculanlah katak-katak dalam jumlah
yang sangat besar dari dalam sungai Nil memenuhi negeri Mesir. Ahli-ahli sihir Firaun juga
dapat membuat hal yang sama dengan mantera-mantera mereka.
Tulah ini berhenti setelah Musa meminta kepada Tuhan untuk melenyapkan katak-katak itu.
Permintaan ini atas permintaan Firaun dengan janji bahwa ia akan melepaskan orang Israel.
Tuhan mengabulkan. Namun, kendati katak-katak itu mati, bangkai katak-katak itu tidak lenyap
dari muka bumi negeri Mesir, sehingga ketika dikumpulkan orang-orang bangkai katak-katak itu
hingga bertumpuk-tumpuk, seluruh negeri Mesir berbau busuk.
Setelah tulah katak berhenti, dan dilihat Firaun ada kelegaan, Firaun pun tidak menepati janjinya
untuk melepaskan orang Israel.
Tulah yang ketiga adalah debu menjadi nyamuk (atau agas). Debu itu ada di seluruh tanah Mesir,
oleh karena itu, nyamuk-nyamuk itu pun menjadi ada di seluruh tanah Mesir. Tulah ini terjadi
tanpa peringatan terlebih dahulu, sebab tulah ini menjadi hukuman bagi Firaun oleh karena
Firaun melanggar janjinya di tulah kedua. Harun melakukannya dengan memukulkan tongkatnya
ke debu tanah. Ahli-ahli sihir Firaun pun mencoba untuk membuat hal yang sama dengan
mantera mereka, tetapi tidak dapat.
Tulah ini dimaksudkan oleh Tuhan untuk memperingatkan Firaun bahwa tidak ada yang dapat
menyamai kekuasaan Tuhan, sekalipun dengan sihir dan mantera. Bahkan ahli-ahli sihir itu
sendiri yang menyatakan kepada Firaun bahwa "inilah tangan Allah". Namun Firaun masih tetap
bersikeras hati.
Tidak diceritakan dalam Alkitab bagaimana tulah ini berhenti, atau apakah tulah ini akhirnya
berhenti atau tidak.
Sebelum tulah yang ketiga berakhir, Tuhan telah menyuruh Musa untuk menyampaikan kabar
tentang tulah keempat. Tulah yang keempat adalah munculnya ribuan lalat pikat yang memenuhi
seluruh negeri Mesir. Namun di Gosyen tempat bangsa Israel tinggal, satupun tidak didapati ada
lalat pikat di situ. Musa dan Harun tidak melakukan apa-apa agar tulah ini terjadi. Tidak
diketahui, apa yang sebenarnya dilakukan oleh lalat-lalat pikat tersebut, namun disebutkan
bahwa lalat pikat itu membuat seluruh bangsa Mesir menderita.
Tulah ini dimaksudkan oleh Tuhan untuk mempermalukan orang Mesir dengan dewanya sendiri,
Baalzebub. Baalzebub sering digambarkan sebagai dewa lalat, yaitu dewa kesuburan dan
kelimpahan. Dengan Tuhan memakai simbol dewa orang Mesir sendiri untuk menyiksa orang
Mesir, Tuhan hendak menyatakan bahwa mereka tidak dapat bergantung pada dewa-dewa
mereka untuk menyelamatkan diri dari tulah Tuhan.
Tulah itu berhenti setelah Firaun meminta kepada Musa untuk menghentikan lalat-lalat tersebut,
dengan jaminan bahwa bangsa Israel diperbolehkan untuk pergi ke padang gurun yang tiga hari
perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Musa memintanya kepada
Allah, dan Allah mengabulkan. Namun, Firaun kembali melanggar janjinya.
Setelah peringatan kembali diabaikan, tulah kelima disebarkan. Tulah yang kelima adalah
penyakit sampar pada binatang ternak. Seluruh ternak di negeri Mesir terkena sampar, sehingga
seluruh ternak orang Mesir mati. Namun seluruh ternak-ternak Israel yang diam di negeri
Gosyen tidak ada mati sama sekali. Musa dan Harun tidak melakukan apa-apa agar tulah ini
terjadi.
Tulah keenam adalah barah (bisul) yang berbentuk gelembung yang memecah, pada manusia dan
binatang yang tersisa di seluruh Mesir. Harun dan Musa melakukannya dengan mengambil
jelaga dari dapur peleburan, kemudian menghamburkannya ke udara. Bahkan ahli-ahli sihir
itupun juga kena barah, sama seperti semua orang Mesir.
Tulah ini sekali lagi dimaksudkan Tuhan untuk membuktikan bahwa tidak ada yang dapat
melepaskan diri dari kekuasaan Tuhan, bahkan sihir dan mantera sekalipun.
Tidak diceritakan dalam Alkitab bagaimana tulah ini berhenti, atau apakah tulah ini akhirnya
berhenti atau tidak.
Sebelum tulah keenam berakhir, Tuhan sudah menyuruh Musa mengumumkan kepada Firaun
tentang tulah ketujuh. Tulah yang ketujuh adalah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di
antara es tersebut. Tuhan memberi peringatan kepada Firaun untuk menyelamatkan atau
mengamankan semua orang dan ternak, sebab semua yang ada di padang pada saat tulah ini
terjadi, pastilah mati. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke langit. Seperti
sebelumnya, hanya di tanah Gosyen yang tidak ditimpa oleh hujan es ini.
Tulah ini dimaksudkan sebagai hukuman yang dashyat atas Mesir. Di Alkitab, hujan es
bercampur api ini digambarkan dengan kata-kata "terlalu dashyat" dan "seperti yang belum
pernah terjadi".
Tulah itu berhenti atas permintaan Firaun kepada Musa. Firaun bahkan mengakui kesalahannya
dan bersedia untuk menghentikan hujan es itu. Namun setelah Musa mengulurkan tangannya ke
langit dan hujan es itu berhenti, maka sekali lagi Firaun melanggar janjinya.
Tulah yang kedelapan adalah belalang. Tulah ini diadakan oleh karena Firaun sekali lagi
menolak untuk membiarkan seluruh bangsa Israel, baik tua muda, laki-laki dan perempuan,
beserta ternaknya, untuk pergi. Yang diizinkan Firaun untuk pergi hanyalah laki-laki saja,
dengan maksud agar bangsa Israel tidak melarikan diri sesudah mempersembahkan korban
bakaran kepada Tuhan di padang gurun. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke
atas tanah Mesir. Maka bertiuplah angin Timur yang membawa belalang-belalang "sehari-harian,
semalam-malaman, dan setelah pagi hari," angin Timur itu masih membawa belalang.
Tulah ini dimaksudkan sebagai penghabisan untuk segala hal-hal yang masih tinggal di atas
Mesir, setelah penyakit sampar pada ternak, barah, dan hujan es. Tulah ini menghabiskan seluruh
tumbuhan yang ada di Mesir. Kedashyatan belalang-belalang ini digambarkan oleh Alkitab
dengan kata-kata "sangat banyak", "sehingga negeri itu menjadi gelap olehnya".
Tulah itu berhenti atas permintaan Firaun kepada Musa. Firaun sekali lagi mengakui
kesalahannya, dan berniat membebaskan bangsa Israel. Musa berdoa kepada Tuhan. Maka Tuhan
mengirimkan angin dari jurusan sebaliknya, yakni angin Barat yang kencang, sehingga meniup
belalang-belalang itu masuk ke dalam laut Teberau. Satupun belalang tidak ada yang tinggal di
tanah Mesir. Dan Firaun tetap mengeraskan hatinya.
Tulah yang kesembilan adalah gelap gulita selama tiga hari. Musa melakukannya dengan
mengulurkan tangannya ke langit. Tetapi di seluruh tempat orang Israel ada terang.
Kegelapan itu sangat dashyat, digambarkan oleh Alkitab dengan kata-kata "orang dapat meraba
gelap itu", "tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya". Sebenarnya tulah ini
dimaksudkan Tuhan untuk "menyerang" dewa tertinggi orang Mesir, yaitu Amon-Ra, atau Dewa
Matahari. Dengan membuat Matahari tidak dapat bersinar selama tiga hari, Tuhan "mengklaim"
kemenangan atas dewa orang Mesir dan mempermalukan seluruh dewa orang Mesir dan orang
Mesir yang beribadah kepadanya.
Tulah ini berhenti dengan sendirinya setelah tiga hari lewat berlalu.
Tulah yang kesepuluh, dan yang terakhir, adalah tulah yang akan menyebabkan semua anak
sulung di negeri Mesir mati.
Pada sembilan tulah yang sebelumnya, tulah-tulah tersebut hanya mengenai tanah Mesir,
sementara lokasi tempat orang Israel tinggal (di Gosyen), sekalipun juga berada di dalam bagian
tanah Mesir, luput dari tulah tersebut. Sebab Tuhan memberikan suatu pembatas yang tidak
membenarkan tulah-tulah itu melewati pembatas itu. Namun, pada tulah yang kesepuluh, yang
juga adalah tulah penghabisan karena setelah itu bangsa Mesir melepaskan orang Israel, tulah
tersebut juga dapat mengenai anak-anak sulung Israel. Maka dari itu, Tuhan menyuruh Musa
mengadakan suatu acara bagi tiap keluarga Israel, yaitu menyembelih, memanggang dan
memakan seekor anak domba jantan atau anak kambing jantan berumur setahun pada suatu
waktu senja yang ditentukan. Kemudian dari darah tersebut dibubuhkan sedikit pada kedua tiang
pintu dan pada ambang atas pintu pada tiap-tiap rumah keluarga yang memakannya. Maka saat
malaikat maut lewat untuk mencabut nyawa para anak sulung di tiap-tiap keluarga, malaikat
maut tersebut akan melewatkan setiap rumah yang pada ambang pintu itu telah ada darah anak
domba, yaitu korban pengganti bagi setiap anak sulung pada keluarga di rumah itu. Itulah Paskah
yang pertama. Demikianlah Paskah diperingati oleh orang Israel mula-mula sebagai tanda
peringatan pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir, yaitu Tuhan telah menyediakan bagi
bangsa Israel anak domba sebagai ganti setiap anak sulung di Israel.
Setelah tulah yang kesepuluh diberlakukan, kedengaranlah jerit tangis dan ratap di seluruh negeri
Mesir, sebab tidak ada satupun dari rumah orang Mesir yang anak sulungnya tidak mati. Maka
orang-orang Mesir itu segera memanggil Musa dan Harun, dan mendesak mereka untuk segera
pergi dari tanah Mesir, karena mereka takut "nanti kami mati semuanya" (Keluaran 12:33).
Orang-orang Mesir itu bahkan bermurah hati kepada mereka dan memberikan kepada orang
Israel barang-barang yang orang Israel minta dari orang Mesir. Dan kemudian, berangkatlah
orang-orang Israel dengan berjalan kaki, kira-kira enam ratus ribu orang berjalan kaki, tidak
termasuk anak-anak. Rute perjalanan mereka adalah dari Raamses ke Sukot. Setelah mengambil
tulang-tulang Yusuf dari situ (Yusuf pernah mengamanatkan agar tulang-tulangnya tidak dikubur
di Mesir, namun di tanah kelahirannya, di Kanaan), kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke
Etam. Kemudian mereka balik lagi ke Pi-Harihot, antara Midgol dan laut, tepat di depan Baal-
Zefon. Di sanalah mujizat penyeberangan Laut Merah yang terkenal terjadi, yaitu Tuhan melalui
Musa membelah Laut Merah, sehingga bangsa Israel dapat menyeberang laut itu di tanah kering.
Tulah-tulah Mesir dianggap merupakan hukuman "kepada semua dewa di Mesir."[2] Tabel
berikut memuat nama-nama dewa Mesir yang berkaitan dengan tulah-tulah tersebut, di mana
para dewa tersebut tidak berkutik menghadapi kekuasaan Allah Israel.[4][5]
Papirus Ipuwer
Pada abad ke-19 ditemukan sebuah naskah papirus kuno memuat sebuah sajak Mesir yang
dinamakan "Nasihat-nasihat Ipuwer" (The Admonitions of Ipuwer), singkatnya "Papirus
Ipuwer",[6] atau "Dialog antara Ipuwer dengan Tuhan Semesta" (The Dialogue of Ipuwer and
the Lord of All).[7] Secara resmi, naskah kuno ini diberi kode Papyrus Leiden I 344 recto.[8]
Naskah ini memuat keluhan Ipuwer kepada para dewa mengenai bencana yang menimpa Mesir
pada zamannya dan apa yang digambarkannya itu sangat mirip dengan tulah-tulah yang
menimpa Mesir sebagaimana dicatat dalam Kitab Keluaran.[9]
Berikut ini sejumlah kutipan dari Papirus Ipuwer yang berkaitan dengan Tulah Mesir:[9][10]
3:2 Emas dan lapis lazuli, perak dan 12:35-36 ...mereka meminta dari orang Mesir barang-barang
emas dan perak serta kain-kain. Dan TUHAN membuat orang
batu malakit, karnelia dan perunggu ...
Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi
dikalungkan di leher budak-budak
permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang
perempuan.
Mesir itu.
Sejumlah sarjana mencoba memberikan penjelasan ilmiah, antara lain kedekatan orbit planet
Venus dengan bumi, dan letusan gunung Santorini. Penjelasan-penjelasan ini bersifat spekulatif
dan umumnya tidak didukung bukti-bukti kuat. Berikut ini spekulasi berdasarkan letusan gunung
Santorini:
Dalam tulah air menjadi darah, warna merah di sungai Nil diusulkan bukanlah warna darah,
melainkan ganggang (alga) merah. Usai Gunung Santorini meletus, debu vulkanisnya yang subur
terbawa angin dan jatuh ke Sungai Nil. Debu ini membuat Sungai Nil menjadi kelewat subur
sehingga populasi alga merah di sana pun mengalami ledakan (blooming). Akibatnya, hampir
seluruh bagian sungai berwarna merah. Karena populasinya terlalu banyak, sebagian besar alga
itu mati dengan sendirinya dan ketika mati membusuk, alga itu menghasilkan gas amoniak. Gas
itulah yg menyebabkan matinya hewan-hewan di sungai, termasuk ikan.
Akibat tercemarnya air sungai oleh alga, sungai itupun tidak bisa lagi di tempati hewan. Hewan-
hewan air seperti ikan mati, sementara mereka yg bisa berpindah tempat seperti kodok keluar
mencari habitat baru. Akibatnya, terjadi ledakan populasi kodok di darat, yaitu tulah kedua.
Wilayah Mesir adalah gurun (ini sebelum diketahui bahwa daerah lembah Nil sangat subur dan
bukan termasuk gurun), maka kodok-kodok itu mati secara massal.
Karena sejumlah besar kodok mati, populasi serangga seperti nyamuk pun meningkat secara
tajam. Wabah serangga itu pun memasuki kota di mana orang-orang Mesir tinggal. Sama seperti
tulah ketiga, karena kodok sebagai predator alamiah serangga itu mati, populasi lalat pikat (lalat
penghisap darah) pun meningkat tajam, menjadi tulah keempat.
Meningkatnya wabah serangga-serangga penghisap darah seperti lalat pikat menyebabkan
munculnya wabah penyakit ternak. Menurut para ahli, para serangga itu menyebarkan penyakit
saat menggigit dan karena jumlah mereka sangat banyak, jumlah ternak yang terjangkit pun
menjadi amat banyak dan muncul kematian massal pada ternak. Sama dengan tulah kelima,
hewan-hewan penghisap darah itu memindahkan penyakit dari hewan-hewan ternak serta
orang-orang sakit. Dan karena banyaknya orang yang sakit, penyakit itu menjadi mudah menular
dan sulit diobati, yang menjadi tulah keenam.
Saat meletus, Gunung Santorini menyemburkan sejumlah besar gas sulfur dan debu vulkanis
dalam jumlah amat besar ke udara. Material-material dari gunung berapi itu kemudian ikut
mempengaruhi iklim setempat, sehingga menimbulkan fenomena cuaca aneh seperti hujan es
(hail). Proses pembentukan hujan es sendiri tidak berbeda dengan hujan atau salju. Bedanya,
hujan es terbentuk karena adanya tekanan udara yang sangat kuat sehingga titik-titik air itu
tertahan di udara dan membentuk bongkahan es yang akhirnya jatuh ke bumi. Pada tulah
ketujuh Mesir, kemungkinan tekanan udara itu berasal dari tekanan uap gunung berapi. Lebih
lanjut, gesekan debu-debu vulkanis di udara juga menyebabkan munculnya kilatan listrik di
udara seperi petir sehingga langit terlihat "berapi"
Munculnya hujan es akan menghancurkan sejumlah besar tanaman, termasuk tanaman
pertanian. Akibatnya, serangga-serangga pengembara yg memakan tanaman seperti belalang
akan terkonsentrasi dalam jumlah amat besar dan memakan tanaman di ladang-ladang yang
masih tersisa, termasuk yang berdekatan dengan wilayah permukiman. Penjelasan lain,
kematian massal kodok pada tulah kedua menyebabkan populasi belalang melonjak drastis.
Penjelasan paling mungkin pada fenomena kegelapan yang menjadi tulah kesembilan adalah
abu dan asap dari gunung berapi terlepas dalam jumlah amat besar di udara sehingga menutupi
matahari. Fenomena serupa juga terjadi pada letusan gunung Krakatau dan Tambora. Usai
meletus, debu dari Krakatau terbawa angin dan menutupi sejumlah besar daerah di
khatulistiwa. Sementara letusan Tambora, di pulau Sumbawa, pada tahun 1816 menyebabkan
tahun itu dikenal sebagai "Tahun Tanpa Musim Panas" ("Year Without a Summer"). Penjelasan
lain, wabah belalang yang amat besar menyebabkan matahari menjadi tertutup. Para ahli itu
juga berpikir pada saat bersamaan terjadi gerhana atau badai pasir raksasa sehingga wilayah
tersebut menjadi gelap.
Tulah kematian anak sulung merupakan tulah yang masih membingungkan para ahli. Jika
muncul kematian massal, kenapa yang meninggal hanyalah anak sulung, bukan semua orang.
Juga yang meninggal hanyalah orang Mesir, tidak termasuk orang Israel yang saat itu masih
berada di wilayah Mesir? Ada beberapa penjelasan yg coba dikemukakan para ahli :
1. Ketika muncul wabah dan kegelapan, makanan yang tersisa saat itu ikut tercemar. Orang-
orang pun mengungsi dan ketika mereka kembali, mereka hanya memakan makanan yg tersisa.
Karena anak sulung mendapat prioritas pertama untuk makan, mereka pun menjadi sakit dan
meninggal lebih dahulu.
2. Ketika terjadi letusan gunung, asapnya pun mencapai permukiman Mesir. Dan jika
memperkirakan kultur orang Mesir, mereka yang sulung tidur di lantai/tempat rendah,
sementara anggota keluarga lain tidur di tempat yang lebih tinggi, sehingga mereka yang sulung
terinfeksi terlebih dahulu oleh debu-debu vulkanis. Gas beracun seperti belerang sendiri massa
jenisnya lebih rendah dari udara sehingga gas itu hanya menjalar di lantai
3.Orang-orang Israel sendiri sudah diberitahu oleh Nabi Musa bahwa usai tulah ini, mereka akan
diusir oleh bangsa Mesir. Maka, mereka bersiap-siap dan menandai pintu rumah mereka dengan
darah domba. Mereka juga hanya diperbolehkan makan roti tanpa ragi yang dibuat sendiri.
Karena mereka sudah bersiaga dan memakan makanan yang bahannya tersedia sejak sebelum
wabah inilah, mereka tidak ikut meninggal.
Sampai sekarang belum ada kesepakatan maupun bukti pendukung penjelasan-penjelasan ilmiah
tersebut.
SUMBER KE 4
1. (Keluaran 7:14-25) sungai dan semua sumber air berubah menjadi darah hingga menewaskan
ikan-ikan dan semua kehidupam air lainnya. (Dam)
2. (Keluaran 7:26-8:11) binatang-binatang amfibi (biasanya diyakini sebagai katak) (Tsfardeia)
3. (Keluaran 8:12-15) lalat (Kinim)
4. (Keluaran 8:16-28) nyamuk (Arov)
5. (Keluaran 9:1-7) penyakit pada ternak (Dever)
6. (Keluaran 9:8-12) barah yang tidak dapat disembuhkan (Shkhin)
7. (Keluaran 9:13-35) hujan es bercampur api (Barad)
8. (Keluaran 10:1-20) belalang (Arbeh)
9. (Keluaran 10:21-29) kegelapan (Choshech)
10. (Keluaran 11:1-12:36) kematian anak-anak sulung dari semua keluarga Mesir. (Makat Bechorot)
Latar belakang
Israel (Yakub) sebenarnya dahulu sudah hidup di tanah Kanaan. Namun oleh karena bencana kelaparan
yang terjadi selama tujuh tahun, seperti yang sudah diramalkan oleh Yusuf dari mimpi Firaun, Israel dan
anak-anaknya pindah ke Mesir. Di sana mereka berkembang menjadi suatu bangsa yang besar
jumlahnya, sehingga membuat Firaun yang baru yang tidak mengenal Yusuf, takut kalau-kalau bangsa
Israel nantinya akan membelot dan berbalik menyerang Mesir. Sehingga berbagai cara diterapkan oleh
Firaun agar bangsa Israel tidak semakin banyak dan tidak memberontak, salah satunya dengan kerja
rodi.
Kerja rodi untuk membangun Mesir ini dibuat oleh Firaun sedemikian beratnya sehingga membuat
seluruh bangsa Israel mengeluh. Dikisahkan dalam Alkitab, keluhan bangsa Israel ini terdengar sampai ke
telinga Tuhan siang dan malam, sehingga Tuhan akhirnya mengutus seseorang bernama Musa untuk
membebaskan bangsa Israel.
Pada awalnya, Musa datang kepada Firaun dengan baik-baik untuk meminta Firaun membiarkan bangsa
Israel pergi, namun Firaun mengeraskan hatinya. Bahkan paska kedatangan Musa yang kali pertama itu
membuat Firaun memperberat perbudakan dan kerja paksa yang diberlakukan kepada seluruh bangsa
Israel itu. Hal itu membuat Tuhan bertindak dengan mulai menurunkan tulah ke atas tanah negeri Mesir
lewat Musa. Kendatipun seluruh negeri Mesir mengalami 10 bencana tersebut, bangsa Israel yang diam
di tanah Gosyen di dalam wilayah Mesir tidak mengalami sedikitpun bencana yang dialami oleh bangsa
Mesir itu.
Peringatan kepada Firaun
Sebelum kesepuluh tulah dijatuhkan, Tuhan telah memberi peringatan kepada Firaun dengan menyuruh
Musa datang ke hadapan Firaun. Saat itu, Firaun menyuruh Musa dan Harun, kakaknya, untuk
melakukan mujizat di hadapannya. Harun melemparkan tongkatnya, seperti yang diperintahkan Tuhan,
dan tongkat itu menjadi ular. Melihat hal tersebut, para ahli-ahli sihir Firaun tidak mau dikalahkan.
Mereka juga membuat mujizat yang sama dengan membuat tongkat-tongkat mereka menjadi ular.
Namun tongkat Harun menelan tongkat-tongkat para ahli sihir itu.
Dengan demikian, Firaun mengeraskan hatinya untuk tidak membebaskan bangsa Israel dari tanah
Mesir. Maka Tuhan menyuruh Musa bersiap-siap dengan tulah yang pertama.
Tulah yang kesepuluh, dan yang terakhir, adalah tulah yang akan menyebabkan semua anak sulung di
negeri Mesir mati.
Pada sembilan tulah yang sebelumnya, tulah-tulah tersebut hanya mengenai tanah Mesir, sementara
lokasi tempat orang Israel tinggal (di Gosyen), sekalipun juga berada di dalam bagian tanah Mesir, luput
dari tulah tersebut. Sebab Tuhan memberikan suatu pembatas yang tidak membenarkan tulah-tulah itu
melewati pembatas itu. Namun, pada tulah yang kesepuluh, yang juga adalah tulah penghabisan karena
setelah itu bangsa Mesir melepaskan orang Israel, tulah tersebut juga dapat mengenai anak-anak sulung
Israel. Maka dari itu, Tuhan menyuruh Musa mengadakan suatu acara bagi tiap keluarga Israel, yaitu
menyembelih, memanggang dan memakan seekor anak domba jantan atau anak kambing jantan
berumur setahun pada suatu waktu senja yang ditentukan. Kemudian dari darah tersebut dibubuhkan
sedikit pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu pada tiap-tiap rumah keluarga yang
memakannya. Maka saat malaikat maut lewat untuk mencabut nyawa para anak sulung di tiap-tiap
keluarga, malaikat maut tersebut akan melewatkan setiap rumah yang pada ambang pintu itu telah ada
darah anak domba, yaitu korban pengganti bagi setiap anak sulung pada keluarga di rumah itu. Itulah
Paskah yang pertama. Demikianlah Paskah diperingati oleh orang Israel mula-mula sebagai tanda
peringatan pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir, yaitu Tuhan telah menyediakan bagi bangsa
Israel anak domba sebagai ganti setiap anak sulung di Israel.