Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PEMBELAJARAN JARAK JAUH

MATA KULIAH HUBUNGAN INDUSTRIAL

“MOGOK KERJA & Lock Out”

Dosen Pengampu:

Hanif Asyabib R, S.H., M.H

Disusun Oleh:

Mellinia Cika Kasan (102018017)

POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

TAHUN AJARAN 2019/2020


 Tindakan Sementara Pengusaha Terhadap Mogok Kerja

 Melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan


proses produksi.
Tindakan ini bisa dilakukan pengusaha ketika pengusaha merasa
produksi tersebut tidak boleh terhenti atau produksi tersebut tidak boleh
melambat. Pada suatu keadaan tertentu karena ada target yang harus
dipenuhi maka, apabila pegawai pada bagian produksi yang melakukan
mogok kerja maka pekerjaan tersebut tidak boleh digantikan oleh
pekerja/buruh yang lain di luar perusahaan. Kecuali, ada buruh/pekerja
yang tidak melakukan mogok kerja maka buruh tersebut boleh
menggantikan pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja atau buruh yang
sedang melakukan mogok kerja.

Hak mogok kerja adalah salah satu hak yang dimiliki oleh
pekerja/buruh, akan tetapi mogok kerja tidak diperbolehkan pada
wilayah produksi perusahaan karena produksi akan di kerjakan pada
buruh/pekerja yang tidak melakukan mogok kerja. Disamping itu,
pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja tidak boleh meninggalkan
lokasi perusahaan. Jadi, aturan mengenai pelarangan mogok kerja di
area produksi di perbolehkan pada pihak perusahaan karena jika mogok
kerja dilakukan di area produksi bisa mengakibatkan kerusakan atau
merugikan perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi diluar itu.

 Bila perlu, melarang pekerja/buruh yang mogok kerja di lokasi


perusahaan.

Dalam hal ini sesuai UU No. 13 th 2003 Pasal 140 ayat 4 a dan b
berbunyi :
Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), maka demi menyelamat kan alat produksi dan aset
perusahaan, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan
cara :
a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi
kegiatan proses produksi; atau
b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada
di lokasi perusahaan.

 Dengan catatan pemberitahuan kurang dari 7 (tujuh) hari sebelum


pelaksanaan mogok kerja dan adanya kekhawatiran untuk
menyelamatkan alat produksi dan asset perusahaan.
Dalam hal ini, mogok kerja tidak diperbolehkan pada sekitaran area
produksi perusahaan karena akan dikhawatirkan dapat merusak alat
produksi tersebut.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi oleh pihak pengusaha


yang mana boleh melarang pekerja atau buruh yang melakukan mogok
kerja di lokasi perusahaan tapi bisa juga pengusaha memiliki
kekhawatiran akan adanya alat produksi serta asset perusahaan.
Pelaksanaan mogok kerja dan penutupan perusahaan pada pihak
pemerintah sendiri menjamin adanya hak tersebut sama-sama bisa
diperlakukan yang pada sisi pekerja dilindungi haknya untuk melakukan
mogok kerja dan di sisi lain pengusaha juga memiliki hak melindungi
asset perusahaannya.
 Prosedur Mogok Kerja

Pada awalnya, mogok kerja dilakukan karena adanya perundigan


yang gagal (deadlock) anatra pihak pengusaha dan
pekerja/buruh/SP/SB. Gagal perunfingan bisa dikarenakan adanya
ketidaksepakan atau tidak ada titik temu antara pihak pengusaha dan
pihak pekerja/buruh/SP/SB atau salah satu pihak tidak mau melakukan
atau tidak menerima ajakan melakukn perundingan setelah ada
permohonan tertulis 2 kali dalam waktu 14 hari maka itu dianggap gagal
berunding.

Setelah kedua belah pihak mengalami kegagalan dalam


perundingan, selanjutnya harus ada pemberitahuan tentang mogok kerja
yang di dalam pemberitahuan itu tercantum mengenai risalah gagalnya
perundingan yang ditanda tangani kedua belah pihak atau jika tidak
ditanda tangani oleh kedua belah pihak salah satu pihak boleh menanda
tangani dan menyampaikan alasan kenapa salah satu pihak tidak
berkenan menandatangani yang pada saat itu tanda tangaannya hanya
dilakukan oleh satu pihak. Kemudian, pemberitahuan disampaikan
kepada pihak pengusaha dan instansi ketenagakerjaan. Pemberitahuan
tersebut harus mendapatkan tanda terima dari Instansi Ketenagakerjaan
namun alangkah lebih baiknya pengusaha menerbitkan tanda terima.
Jika pihak pengusaha tidak menerbitkan tanda terima, pada surat
pemberitahuan di dalamnya terdapat tanda tangan dari pihak
pengusaha siapa yang menerima kemudian tanda tangan di sertakan
tanggal dan cap stempel dari perusahaan.

Kemudian, langkah selanjutnya adalah setelah mendapatkan tanda


terima, pemerintah menganjurkan pada Instansi Ketenagakerjaan untuk
segera menindak lanjuti perencanaan mogok kerja tersebut. Instansi
Ketenagakerjaan melakukan bentuk mediasi yang diharapkan dapat
menjembatani kepentingan kedua belah pihak yakni antara pihak
pengusaha dan pihak pekerja/buruh/SP/SB sehinga tidak perlu adanya
pelanggaran hak dan tidak perlu mogok kerja. Sehingga adanya
kesepakatan pengusaha dapat memberikan haknya kepada pekerja dan
pekerja pun tidak melakukan mogok kerja. Ketika adanya kesepakatan
tersebut maka dapat dibentuk Perjanjian Bersama yang nantinya
didaftarkan pada Pengadilan Hubungan Industrial aagar memliki
kekuatan hukum mengikat antara kedua belah pihak.

Selanjutnya, ketika gagal dalam artian tidak ada kesepakatan maka,


sudah menjadi salah satu bentuk Perselisihan Hubungan Industrial.
Permasalahan antara kedua belah pihak tadi akan diserahkan kepada
Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial. Setelah itu saat melalui
proses mediasi, arbitrase, konsiliasi, atau langsung di pengadilan
Hubungan Industrial dengan konsekuaensi apakah mogok kerja tetap
diteruskan, dihentikan sementara, dihentikan sama sekali.

 Pe r l i nd un g an Ha k M o go k Ke r j a
( S A H)
a) Tidak boleh menghalang-halangi pekerja/buruh atau SP/SB yang
menggunakan hak mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib
dan damai
Apabila mogok kerja dilakukan secara sah maka pihak pengusaha
tidak boleh menghalang-halangi pekerja/buruh/SP/SB melakukan ogok
kerja. Karena , mogok kerja ini termasuk salah satu hak dari
pekerja/buruh/SP/SB. Dimana artian mengahalang-halangi ini bisa
berupa ancaman, mengintimidasi, mengahalangi supaya tidak terjadi
mogok kerja, melarang adanya mogok kerja dll.

b) Tidak boleh melakukan penagkapan/penahanan pekerja/buruh atau


SP/SB
Dalam hal ini ketentuan tersebut dapat ditafsirkan bahwa jika suatu
mogok kerja yang sah, tertib, dan damai, maka aparat keamanan
dilarang untuk melakukan penangkapan dan/atau penahanan terhadap
pekerja/buruh/SP/SB tersebut. Kecuali mogok kerja tersebut bersifat
tidak sah, tidak tertib dan tidak damai, maka aparat keamanan tidak
dilarang melakuakn penangkapan dan atau penahanan terhadap
pekerja/buruh/SP/SB

c) Dilarang Mengganti pekerja/buruh yang mogok kerja dengan


pekerja/buruh lain di luar perusahaan.
Sebelumnya seperti yang diketahui pihak pengusaha dilarang
menggantikan pekerja/buruh lain di luar perusahaan untuk mengerjakan
pekerjaan pekerja/buruh yang sedang melakukan mogok kerja. Kecuali,
ada buruh/pekerja yang tidak melakukan mogok kerja maka buruh
tersebut boleh menggantikan pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja
atau buruh yang sedang melakukan mogok kerja.

d) Dilarang memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk


apapun
Dalam hal ini, mogok kerja yang dilakukan pekerja/buruh/SP/SB
mendapatkan sebuah ancaman seperti pemberian Surat Peringatan,
tidak di berikan bonus, pengunduran pemberian gaji, atau phak yang
melakukan mogok kerja mendapatkan intimidasi dll. Tindakan balasan
tersebut tidak boleh dilakukan jika mogok kerja yang dilakukan
pekerja/buruh dinyatakan sah karena pekerja/buruh/SP/SB memiliki
perlindungan dari semua hak mogok kerja yang sah itu dudah ada.
e) Mogok kerja sah karena tuntutan hak normative yang nyata
dilanggar, berhak mendapatkan upah
Sering di jumpai mengenai sengketa bahwa apakah mogok kerja
yang sah itu karena tuntutan hak normatif atau tidak. Hak normative ini
memang hak yang sudah tertuang pada PKB, PP, dan peraturan
perundang-undangan. Ketika pada suatu posisi tuntutan hak bukan
termasuk tuntutan hak normative yang tertuang pada syarat kerja dan
peraturan perundang-undangan maka, ketika seorang
pekerja/buruh/SP/SB melakukan mogok kerja yang sah pun mereka
tidak berhak mendapat upah bahkan mogok kerja bisa tidak sah karena
tuntutan tersebut bukanlah termasuk hak normative.

 Mogok Kerja yang Tidak Sah


 Parameter
1. Belum pernah melakukan perundingan atau masih dalam masa
berunding
Seperti yang sudah dijelaskan, mogok kerja terjadi apabila
mengalami gagalnya perundingan antara pihak pengusaha dan
pekerja/buruh/SP/SB atau tidak mau melakukan perundingan setelah
menerima permohonan tertulis 2 kali dalam kurun waktu 14 hari. Jadi,
ketika belum melakukan proses perundingan atau ajakan untuk
berunding antara pekerja/buruh/SP/SB dengan pihak pengusaha maka
mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja/buruh/SP/SB tidak sah atau
tidak di perbolehkan. Kecuali, sudah di lakukan upaya permohonan
melakukan perundingan sebanyak 2 kali.

Selain itu, ketika antara pihak pengusaha dan pekerja/buruh/SP/SB


masih dalam masa perundingan namun tiba-tiba pihak
pekerja/buruh/SP/SB melakukan mogok kerja maka, mogok kerja
tersebut tidak sah dan tidak diperbolehkan. Kecuali, saat berunding tifak
menemukan titik temu dan posisi masih dalam masa berunding maka,
diperbolehkan melakukan mogok kerja.
2. Dilakukan oleh pekerja/buruh yang sedang bekerja pada
perusahaan
yang melayani kepentingan umum dan atau perusahaan yang jenis
Kegiatannya membahayakan jiwa manusia.
Mogok kerja memanglah salah satu hak yang dimiliki
pekerja/buruh/SP/SB yang dilindungi Undang-Undang namun, mogok
kerja jangan sampai dilakukan oleh pekerja/buruh/SP/SB yang sedang
bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum seperti
perusahaan penyuplay listrik, transportasi public, perusahaan
komunikasi dll. Hal ini akan berimbas pada kepentingan public atau
kepentingan di berbagai sektor.

Selain itu mogok kerja dilakukan pada perusahaan yang jenis


Kegiatannya membahayakan jiwa manusia. Jika pekerja/buruh/SP/SB
melakukan aksi mogok kerja maka akan berakibat sangat fatal dan
membahayakan jiwa manusia. Ketika aksi mogok kerja yang dilakukan
oleh pekerja/buruh/SP/SB pada perusahaan perusahaan yang melayani
kepentingan umum dan atau perusahaan yang jenis Kegiatannya
membahayakan jiwa manusia maka aksi tersebut boleh dilakukan
pelarangan terhadap aksi mogok kerja tersebut.

3. Tuntutannya tidak normative


Aksi mogok kerja jika memiliki tuntutan yang tidak normative yang
dilakukan oleh pekerja/butuh/SP/SB yang tidak tertuang pada peraturan
perundang-undangan, PP, PKB , dan Syarat Kerja atau tuntutan mogok
kerja yang tidak dilakukan oleh pengusaha maka, mogok kerja tersebut
dinyatakan tidak sah.

4. Tidak memberitahu rencana mogok kerja kepada perusahaan dan


Instansi Ketenagakerjaan
Ketika mogok kerja yang dilakukan pekerja/buruh/SP/SB tidak
memberitahukan aksi tersebut kepada pihak pengusaha atau Instansi
Ketenagakerjaan. Padahal seperti yang di ketahui, surat pemberitahuan
ini sangat penting karena surat pemberitahuan menjadi parameter
apakah mogok kerja yang dilakukan pekerja/buruh/SP/SB sah atau
tidak. Karena, di dalam surat pemberitahuan mogok kerja memuat
keterangan waktu, tempat, alasan mogok kerja, sebab melakukan
mogok kerja dan pihak yang melakukan mogok kerja.

Atau surat pemberitahuan mogok kerja ini hanya disampaikan


kepada Instansi Ketenagakerjaan saja, tidak di sampaikan kepada pihak
pengusaha maka, mogok kerja yang dilakukan pekerja/buruh/SP/SB
tersebut tidak sah.

5. Memberitahu rencana mogok kerja kepada pengsaha dan Instansi


Ketenagakerjaan tapi kurang dari 7 (tujuh) hari kerja
Ketika pekerja/buruh/SP/SB melakukan aksi mogok kerja sudah dan
sudah menyampaikan pemberitahuan kepada pengusaha dan Instansi
Ketenagakerjaan yang mana telah memenuhi persyaratan sesuai
dengan syarat peraturan perundang-undangan, namun ketika
pemberitahuan yang ditujukan kepada pengusaha dan Instansi
Ketenagakerjaan tersebut kurang dari 7 hari kerja maka mogok kerja itu
dianggap tidak sah.

6. Pelaksanaan mogok tidak sesuai dengan surat pemberitahuan


kepada pengusaha dan Instansi Ketenagakerjaan
Ketika aksi mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja/buruh/SP/SB
sudah melakukan pemberitahuan mogok kerja kepada pengusaha dan
Instansi Pemerintah, sudah disampaikan kurang dari 7 hari sebelum
melakukan mogok kerja yang sesuai syarat peraturan perundang-
undangan akan tetapi ketika aksi mogok kerja tidak sesuai dengan
surat pemberitahuan kepada pengusaha dan Instansi Ketenagakerjaan
maka mogok kerja tersebut tidak sah.

7. Isi surat pemberitahuan tidak memuat hal-hal yang disyaratkan


sahnya pemberitahuan
Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja/buruh/SP/SB sudah
melakukan pemberitahuan mogok kerja kepada pengusaha dan Instansi
Pemerintah, sudah disampaikan kurang dari 7 hari sebelum melakukan
mogok kerja yang sesuai syarat peraturan perundang-undangan akan
tetapi ketika isi surat pemberitahuan tidak memuat hal-hal yang
disyaratkan sahnya pemberitahuan mogok kerja mengenai keterangan
waktu, pihak yang melakukan mogok kerja, alasan mogok kerja, dan
sebab mogok kerja maka hal tersebut tidak sah jika dilakukan aksi
mogok kerja.
 Sanksi Pekerja Mogok Kerja (Tidak Sah)

a) Menerbitkan Surat Peringatan

Pengusaha hanya bisa menduga bahawa mogok kerja yang


dilakukan pekerja/buruh/SP/SB tersebut bersifat tidak sah atau tidak
sah. Ketika mogok kerja yang tidak sah menurut pengusaha maka,
pengusaha berhak untuk menerbikan Surat Peringatan bahwa mogok
kerja tidak sah atau mogok kerja dilakukan pekerja/buruh/SP/SB bukan
karena hak normative atau segala sesuatu yang tidak di perbolehkan
dalam mogok kerja maka, surat peringatan boleh diterbitkan.

b) Menerbitkan SK PHK bagi yang mangkir setelah 7 (tujuh) hari dan


telah dipanggil 2 (dua) kali secara patut dikualifikasi mengundurkan
diri.
Selain itu, pengusaha berhak menerbitkan SK PHK setelah 7 hari
kerja bagi pekerja/buruh/SP/SB yang ditetapkan mangkir dan secara
berturut-turut telah dipanggil 2 (dua) kali maka, secara patut dianggap
mengundurkan diri. Hal itu karena disebabkan mogok kerja yang
dinyatakan tidak sah maka dianggap mangkir.

c) Melakukan proses pidana dan perdata terhadap pekerja jika


merusak fasilitas perusahaan atau melakukan tindak pidana.
Ketika pekerja/buruh/SP/SB saat melakukan mogok kerja melakukan
kerusakan fasilitas perusahaan atau melakukan tindak pidana maka,
bisa dikenakan proses pidana dan perdata terhadap
pekerja/buruh/SP/SB yang melakukan tindakan yang melanggar hukum
pidana maupun perdata.

 Akibat Mogok Kerja

Akibat Mogok Kerja


Mogok Kerja Mogok Kerja Tidak Sah
Sah
1. PHK Dengan 1. PHK Karena Alasan Mangkir,
alasan Kesalahan Berat, Melanggar
Disharmonis. PP/PK,
Meskipun mogok Karena selama 7 hari
kerja dilakukan berturut-turut tidak masuk
secara sah bekerja dengan alasan
maka itu dapat mogok kerja namun tidak sah
memantik maka akan dianggap
persoalan yang mangkir. Atau PHKdilakukan
mengakibatkan karena melanggar PP, PKB,
disharmonis Kesalahan Berat maka dapat
antara pekerja di PHK dengan alasan
dan pengusaha mangkir.
yang berhakir
PHK. 2. Upah Pekerja Selama Mogok
2. Pengusaha Kerja tidak Dibayar
Wajib Membayar Mogok kerja yang
Upah Pekerja dilakukanpekerja/buruh/SP/S
Selama Mogok B tidak sah maka pengusaha
Kerja. Ketika tidak wajib membayarkan
mogok kerja Upah pekerja. Upah pekerja
dianggap sah tidak akan di bayar karena
yang diputuskan system “No Work No Pay”
oleh hakim
maka, ketika
pengusaha tidak
membayarkan
upah pekerja
selama pekerja
melakukan
mogok kerja
makaHakim
dapat memutus
pengusaha wajib
membayar upah
terhadap
pekerja/buruh/S
P/SB yang telah
disepakati.
3. Pengusaha
Dipidana
Melanggar Pasal
187 UUK.
Yang berbunyi :
Barang siapa
melanggar
ketentuan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 144,
dikenakan
sanksi pidana
kurungan paling
singkat 1 (satu)
bulan dan paling
lama 12 (dua
belas) bulan
dan/atau denda
paling sedikit Rp
10.000.000,00
(sepuluh juta
rupiah) dan
paling banyak
Rp
100.000.000,00
(seratus juta
rupiah).

LOCK OUT
Bargaining Pengusaha terhadap Aksi Mogok Kerja

Dalam hal ini antara pihak pengusaha dan pihak


pekerja/buruh/SP/SB memiliki bargaining position yang sama di dalam
jaminan hak. Jika pekerja/buruh/SP/SB memiliki hak untuk melakukan
mogok kerja maka pihak pengusaha juga memiliki hak untuk melakukan
Lock Out perusahaan. Adanya hak masing-masing antara kedua pihak
diharapkan bisa menjembatani mengenai kepentingan-kepentingan
antara kedua belah pihak sehingga diharapkan sesuai dengan hal yang
bersifat produktif dan mereka juga dapat terlindungi mengenai hak-
haknya baik piahk pekerja dan pihak pengusaha.

 Pengertian
Berdasarkan UU Ketenagakerjaan Pasal 146 Lock Out berarti :
(1) Penutupan perusahaan (lock out) merupakan hak dasar pengusaha
untuk menolak pekerja/buruh sebagian atau seluruhnya untuk
menjalankan pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan.
Dapat digaris bawahi Lock Out merupakan hak dasar dari
pengusaha. Sehingga hak dasar tersebut perusahaan berhak untuk
menolak pekerja baik sebagian atau seluruhnya.
(2) Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan
(lock out) sebagai tindakan balasan sehubungan adanya tuntutan
normatif dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
Penutupan perusahaan tidak dibenarkan apabila hanya digunakan
sebagai dasar tindakan balasan kepada pekerja yang melakukan mogok
kerja. Pada situasi ini ketika pihak pekerja dan pengusaha memiliki
bergining position seperti itu maka pihak pengusaha melakukan
penutupan perusahaan ketika tuntutan tidak normative. Namun jika
tuntutan tersebut normative maka secara peraturan adalah kesalahan
dari pengusaha ketika kesalahan dari pengusaha maka tidak boleh
dilakukan Lock Out . Maka dalam kasus tersebut, ketika
perusahaan Lock Out dianggap sebagai bentuk balasan dari aksi mogok
kerja

(3) Tindakan penutupan perusahaan (lock out) harus dilakukan sesuai


dengan ketentuan hukum yang berlaku.

 Syarat Lock Out (Sah)


 Parameter
 Perusahaan bukan yang melayani kepentingan umum atau jenis
kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia (rumah sakit,
Jaringan air bersih Pusat pengendali telekomunikasi, Pusat penyedia
tenaga listrik, Pengolahan minyak dan gas bumi serta kereta api).
Aksi mogok kerja memanglah salah satu hak yang dimiliki
pekerja/buruh/SP/SB yang dilindungi Undang-Undang namun, aksi
mogok kerja jangan sampai dilakukan oleh pekerja/buruh/SP/SB yang
sedang bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum
atau jenis kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia
seperti (rumah sakit, Jaringan air bersih Pusat pengendali
telekomunikasi, Pusat penyedia tenaga listrik, Pengolahan minyak dan
gas bumi serta kereta api.)
Hal ini akan berimbas pada kepentingan public atau kepentingan di
berbagai sektor.
 Memberitahukan rencana Lock Out kepada Pekerja/SP dan Dinas
Tenaga kerja, paling lambat 7 hari kerja sebelumnya.

Jika pengusaha ingin melakukan Lock Out maka, pengusaha


harus memberitahukan rencana Lock Out kepada pekerja dan Dinas
Ketenagakerjaan paling lambat 7 hari kerja sebelum perusahaan
melakukan Lock Out. Tidak boleh hanya melapor kepada satu pihak
saja harus ke dua-duanya baik pada Pekerja atau pada Dinas
Ketenagakerjaan. Ketika setelah melaporkan kepada Dina Tenaga Kerja
maka pihak Dinas Tenaga Kerja harus mengambil inisiatif untuk bisa
menyelesaikan permasalahan yang menyebabkan gagal berunding
yangdapat mengakibatkan Lock Out Perusahaan. Jadi diharapkan
pengusaha tidak Lock Out dan permasalahan cepat selesai.

 Materi Pemberitahuan harus memuat:


 Hari, tanggal dan jam dimulai & diakhirinya Penutupan Perusahaan
 Alasan / sebab Lockout
 Ditandatangani oleh Pengusaha
Sebagai pelengkap pengusaha juga bisa melampirkan risalah
sebagai bukti gagalnya perundingan lalu ditandatangani oleh pengusaha
untuk melaksanakan Lock Out

 Pemberitahuan tidak diperlukan jika Pekerja/SP melanggar


prosedur mogok Kerja.
Semua jenis pemberitahuan yang sipersyaratkan tersebut tidak
berlaku atau tidak di perlukan jika Pekerja/SP yang sejak awal
melanggar prosedur Mogok Kerja. Maka, secara sepihak pengusaha
berhak melakukan Lock Out tanpa adanya pemberitahuan. Hal ini bukan
termasuk perlawanan mogok kerja, jika mogok kerja tidak sah pasti akan
merugikan asset dari perusahaan itu sendiri. Atasa dasa melindungi
asset dan barang milik perusahaan maka, perusahaan berhak
melindungi dengan melakukan penutupan perusahaan karena mogok
kerja tidak sah.

 Prosedur Lock Out

Pada awalnya, Lock Out dilakukan karena adanya perundigan yang


gagal (deadlock) anatra pihak pengusaha dan pekerja/buruh/SP/SB.
Gagal perundingan bisa dikarenakan adanya ketidaksepakan atau tidak
ada titik temu antara pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh/SP/SB.

Setelah kedua belah pihak mengalami kegagalan dalam


perundingan, selanjutnya harus ada pemberitahuan tentang Lock Out
yang di dalam pemberitahuan itu tercantum mengenai risalah gagalnya
perundingan. Lalu dilanjutkan mengenai tanda terima oleh masing-
masing minimal 7 hari sebelum Lock Out dilaksanakan. Kemudian,
pemberitahuan disampaikan kepada pihak pengusaha dan instansi
ketenagakerjaan..

Kemudian, langkah selanjutnya adalah setelah mendapatkan tanda


terima, pemerintah menganjurkan pada Instansi Ketenagakerjaan untuk
segera menindak lanjuti perencanaan Lock Out tersebut. Instansi
Ketenagakerjaan melakukan bentuk mediasi yang diharapkan dapat
menjembatani kepentingan kedua belah pihak yakni antara pihak
pengusaha dan pihak pekerja/buruh/SP/SB sehinga tidak perlu adanya
Lock Out. Sehingga adanya kesepakatan pengusaha dapat memberikan
haknya kepada pekerja dan pekerja pun tidak melakukan mogok kerja.
Ketika adanya kesepakatan tersebut maka dapat dibentuk Perjanjian
Bersama yang nantinya didaftarkan pada Pengadilan Hubungan
Industrial aagar memliki kekuatan hukum mengikat antara kedua belah
pihak.

Selanjutnya, ketika gagal dalam artian tidak ada kesepakatan maka,


sudah menjadi salah satu bentuk Perselisihan Hubungan Industrial.
Permasalahan antara kedua belah pihak tadi akan diserahkan kepada
Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial. Setelah itu saat melalui
proses mediasi, arbitrase, konsiliasi, atau langsung di pengadilan
Hubungan Industrial dengan konsekuaensi apakah Lock Out tetap
diteruskan, dihentikan sementara, dihentikan sama sekali.
 Pembahasan Diskusi
o Jika pekerja setelah melakukan mogok kerja itu biasanya berakhir dengan
PHK dengan alasan disharmonisasi bagaimana cara kita sebagai pekerja
menghadapi atau mencari jalan keluar agar kita sebagai pekerja tidak di
PHK ?
Jawab :
Sebisa mungkin sebagai pekerja harus menggunakan hak
mogok kerja sebaik mungkin. Maka dari itu, pekerja harus sesuai prosedur
aturan mogok kerja. Bahkan jika bisa tidak usah melakukan mogok kerja.
Karena mogok itu seolah-olah berujung pada PHK. Lebih baik focus pada
persoalan yang mungkin tidak bisa diselesaikan yang mana persoalan
tersebut dapat dilakukan dengan cara mediasi, arbitrasi, dan konsiliasi
bahkan di pengadilan. Jika mogok kerja tidak sesuai prosedur maka akan
menjadi boomerang atau dapat merugikan pihak pekerja itu sendiri. Jadi
hasil dari mogok kerja bisa sepenuhnya berhasil, separuh berhasail atau
tidak berhasil sama sekali. Maka dari itu boleh saja melakukan mogok kerja
tapi jangan lama-lama maksimal 5 hari itu untuk bargaining agar perusahaan
berdiskusi dn jangan melakukan perpanjangan mogok karena bisa di PHK.
o Apabila lockout perusahaan itu tidak sah apa ada sanksi untuk
perusahaannya?
Jawab : Sanksi untuk perusahaanya yaitu membayarkan upah pekerja,
karena dalam hal ini objeknya adalah upah.

o Satu kasus disuatu perusahaan seorang pekerja yang melakukan mogok


kerja bersama namun karena beberapa alasan kemudian perusahaan
mengajukan gugatan terkait mogok kerja yang dilakukan pekerja
tersebut,gugatan tersebut dilayangkan oleh perusahaan sebagai akibat
diadakannya mogok kerja oleh para pekerja pada pengadilan negeri.
Perusahaan menganggap mogok kerja yang dilakukan tidak sah yang
kemudian melegitimasi perusahaan untuk mengajukan gugatan perbuatan
melawan hukum. Dan pertanyaan saya adalah apakah perusahan
mempunyai wewenang menentukan sah atau tidaknya mogok kerja yang
dilakukan pekerja? Dan apakah gugutan tersebut dapat diterima dan
diperiksa oleh pengadilan negeri tersebut?

Jawab : Pada kasus ini siapapun berhak mengajukan ke Pengadilan Tinggi


namun yang terpenting adalah persoalan melihat apakah mogok kerja nya
sah atau tidak. Perusahaan hanya bisa menduga apakah hal ini bisa
melayangkan gugatan perdata atau pidana yang kemudian di proses di
Pengadilan Negri dengan prinsip keperdataan setelah diajukan ke
Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial apakah mogoknya sah atau
tidak yang sudah diputuskan oleh hakim. Jika terbukti mogok kerja yang
merugikan asset perusahaan atau merugikan perusahaan yang
dikategorikan perbuatan melawan hukum maka bisa di jatuhi ganti rugi
sesuai dengan keputusan hakim.

o Prosedur mogok kerja, apabila terjadi kegagalan maka opsi mogok dapat
dibagi menjadi 3, yaitu diteruskan, berhenti sementara, dan dihentikan sama
sekali
Bagaimana cara menentukan opsi mogok yg dapat diambil selanjutnya itu
apakah tetap pekerja/SP atau berbentuk kesepakatan bersama antara
pekerja/SP, pengusaha, dan instansi ketenagakerjaan?
Jawab :
Aturan mogok kerja untuk jenis prusahaan yang seperti itu, bsa saja
dilakukan mogok kerja. Asalkan pekerja tersebut tidak sedang mnjalankan
tugas. Namun di sisi lain tujuan mogok kerja tidak tercapai

o Dalam prosedur tersebut diawali dengan deadlock yang dilanjutkan dengan


proses pemberitahuan di instansi ketnaker. Lalu disitu dijelaskan bahwa
pemberitahuan yang dimaksud harus mendapatkan tanda tangan dari
instansi ketenagakerjaan, nah kira-kira selama ini tuh apa sih pak alasan
atau yang menyebabkan instansi ketenagakerjaan tidak memberikan tanda
tangan?. Jika pemberitahuan tersebut tidak mendapatkan dari instansi
ketenagakerjaan, apakah mogok kerja tetap bisa dilakukan? Mengingat
mogok kerja adalah bergaining akhir yang bisa dilakukan pekerja sebagai
wujud pembelaan atas haknya.

Jawab :Sebenarmya pada Dinas Ketenagakerjaan memperbolehkan mogok


kerja tapi dengan catatan menggunakan prosedur yang baik. Jika tidak
menggunakan prosedur yang tidak baik maka, Dinas Ketenagakerjaan tidak
memberikan tanda terima. Atau bisa karna alasan dalam mogok kerja itu
sendiri, bisa saja tuntutannya bukan bagian dari hak normatif. Dan jika tidak
mendapatkan tanda tangan gtidak diperbolehkan karena tanda terima dari
instansi pemerintah itu wajib, sehingga mogok kerja tidak sah dan tidak
boleh dilanjutkan.

o Untuk pekerja yang mogok kerja nya tidak sah. Konsekuensinya adalah
dinyatakan mangkir. Demikian secara otomatis perusahaan harus
memanggil pekerja tersebut selama 2 x berturut-turut dengan jeda 7 hari.
Jika yang tidak memenuhi panggilan tsb, konsekuensinya PHK atau
mngundurkan diri scara sukarela?
Jawab : Hal itu menjadi pilihan perusahaan, PHK jika opsi dipilih
perusahaan karena kualifikasi mangkir.Atau mengundurkan diri jika opsi
memang dikualifikasikanengundurkan diri. Pada peristiwa tersebut dapat
dimaknai menjadi 2 keadaan.

o Apa sanksi yang diberikan pihak terkait apabila perusahaan berusaha untuk
menghalang-halangi mogok kerja? apakah sanksinya berupa denda atau
lainnya?
Jawab : Sanksi bila menghalang halangi mogok kerja yang sah, tertib, dan
damai adalah pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak
Rp 400 juta

o Jika Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan sbg


tindakan balasan thd suatu pemogokan yg menuntut hak-hak normatif. Lalu,
lock out dan mogok kerja juga tidak dapat dilaksanakan secara bersamaan.
Kapan waktu yang tepat dapat dilaksanakan penutupan perusahaan?
Jawab : Hal itu terjadi ketika pada saat posisi mogoknya tidak sah dan
perusahaan khawarir aset rusak saat akan ada mogok

o Dalam hal prosedur mogok kerja, apabila terjadi kegagalan maka opsi
mogok dapat dibagi menjadi 3, yaitu diteruskan, berhenti sementara, dan
dihentikan sama sekali
Apakah yang menentukan opsi mogok yg dapat diambil selanjutnya itu
apakah tetap pekerja/SP atau berbentuk kesepakatan bersama antara
pekerja/SP, pengusaha, dan instansi ketenagakerjaan ya pak?

Jawab : Mogok kerja adalah atas dasar inisiatif dari pekerja itu sendiri.
Ketika tidak ada kesepakatan saaat Instansi Ketenagakerjaan melakukan
mediasi/konsiliasi/arbitrasi maka bisa di catatkan ke Pengadilan Perselisihan
Hubungan Industrial. Atas dasar inisiatif itu pekerja jika sudah sampai ranah
mediasi pihak pengusaha dimisalkan akan hadir dalam mediasi jika mogok
kerja dihentikan dulu. Lalu, pekerja mensepakati akan melakukan berhenti
mogok kerja sementara. Jika pengusaha tidak hadir lagi maka mogok kerja
akan dilanjutkan. Dalam hal ini menjadi pertimbangan dalam bergining
position antara pihak pengusaha dan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai