Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN ENDEMIK

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. ALDILLA KAHAR WATI 16.156.01.11.002


2. NIA PAGUSTYA 16.156.01.11.024
3. RIFKA TIFANI DEWI 16.156.01.11.032
4. SHEVIA NINGSIH 16.156.01.11.03

3A ILMU KEPERAWATAN

STIKES MEDISTRA INDONESIA


Jl. CUT MEUTIA RAYA NO. 88A BEKASI, JAWA BARAT INDONESIA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Endemik
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 6 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................................................5

LAPORAN PENDAHULUAN.............................................................................................................5

A. DEFINISI..................................................................................................................................5

B. ETIOLOGI................................................................................................................................5

C. MANIFESTASI KLINIS.......................................................................................................... 6

D. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................................9

E. PENCEGAHAN......................................................................................................................10

F. PENATALAKSANAAN.........................................................................................................10

G. KOMPLIKASI.........................................................................................................................10

ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................................13

BAB III ...............................................................................................................................................45

PENUTUP...........................................................................................................................................45

A. KESIMPULAN.......................................................................................................................45

B. SARAN...................................................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................46

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah penyakit
menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui
gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini
telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes
dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
tangan, dan organ kelamin.
Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya
sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Kasus penderita filariasis
khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub tropis dan tropis (Abercrombie et al, 1997)
seperti di Indonesia. Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877,
setelah itu tidak muncul dan sekarang muncul kembali. Filariasis tersebar luas hampir di
seluruh Propinsi di Indonesia.
Upaya pemberantasan filariasis tidak bisa dilakukan oleh pemerintah semata.
Masyarakat juga harus ikut memberantas penyakit ini secara aktif. Dengan mengetahui
mekanisme penyebaran filariasis dan upaya pencegahan, pengobatan serta rehabilitasinya,
diharapkan program Indonesia Sehat Tahun 2010 dapat terwujud salah satunya adalah
terbebas dari endemi filariasis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Filariasis?
2. Apa saja etiologi dari Filariasis?
3. Apa patofisiologi dari Filariasis?
4. Apa saja manifestasi dari Filariasis?
5. Apa saja komplikasi dari Filariasis?
6. Apa penatalaksanaan dari Filariasis?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien Filariasis?

4
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien Filariasis.
2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi Filariasis.
b. Mengetahui etiologi Filariasis.
c. Mengetahui patofisiologi Filariasis.
d. Mengetahui manifestasi Klinis Filariasis.
e. Mengetahui komplikasi Filariasis.
f. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada klien Filariasis.
g. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien Filariasis

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
(Menurut T.H Rampengan, Halaman 252) Filariasis adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi nematoda dari family filariodea, yang cacing dewasanya hidup dalam cairan
dan saluran limfe, jaringan ikat dibawah kulit dan dalam rongga badan. Cacing dewasa
betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan dalam darah, hidrokel, kulit
sesuai dengan sifat tiap-tiap spesiesnya. Cacing dewasa tinggal didalam tubuh binatang
bertulang belakang, dan dapat menularkan kepada manusia melalui vector dari berbagai
jenis nyamuk. Penyakit filariasis banyak ditemukan diberbagai negara tropis dan
subtropics termasuk Indonesia. Frefalensi tidak banyak berbeda menurut jenis kelamin.
(Menurut B.K Mandal, dkk. Halaman 292) Siklus hidupnya melibatkan serangga yang
membawa larva infektif. Telah dikenali tiga bentuk klinis utama infeksi pada manusia :
1. Filariasis limfatik
2. Onkoserkiasis
3. Ioiasis

B. EPIDEMIOLOGI
(Menurut T.H Rampengan, Halaman 255) Filariasis masih merupakan problem
kesehatan Indonesia. Distribusi infeksinya luas, tetapi prevalensi dan intensitas infeksi
berbeda dari satu tempat ke tempat lain, bahkan di beberapa daerah merupakan endemis.
Di daerah endemis, biasanya terdapat tempat berkembang biak nyamuk yang
berdekatan dengan habitat manusia, sehingga manusia dapat berulang kali di gigit oleh
nyamuk dan infeksi terjadi secara bertahap, namun tidak berarti dapat selalu
menyebabkan gejala klinik.
Factor terpenting dalam penularan adalah densitas populasi nyamuk dan jumlah
mikrofilaria dalam darah. Dengan demikian, di daerah hipoendemis, nyamuk sangat
sedikit membawa larva infektif sehingga dengan sendirinya penularan filaria dapat
berkurang.
Pada penduduk asli dari daerah hiperendemik, biasanya infeksi terjadi pada masa
kanak-kanak dan tidak disertai tanda-tanda infeksi yang jelas. Akan tetapi, di dalam
darahnya di dapatkan mikrofilaria yang merupakan sumber infektif. Sebaliknya, bagi

6
orang yang datang dari daerah yang bebas filaria ke daerah endemic akan terjadi gejala
awal limfangitis.
C. ETIOLOGI
(Menurut T.H Rampengan, Halaman 252) Penyakit filariasis disebabkan oleh
berbagai macam spesies sehingga gambaran klinisnya spesifik untuk tiap-tiap spesies.
Misalnya, bentuk limfatik digunakan sebagai tanda bahwa penyakit tersebut disebabkan
oleh Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. Yang dapat menyumbat
saluran limfe dengan manifestasi terbentuknya elevantiasis, sedangkan Loa-loa ditandai
dengan Calabar Swelling. Onchocerca Volvulus menyebabkan kebutaan dan pruritus
pada kulit, sedangakn jenis Mansonella menyababkan tanda klinis yang kurang jelas.
Cacing dewasa beradad dalam nodulus dijaringan subkutis atau lebih dalam, biasanya
timbul didaerah pelvis, temporal dan daerah occipital. Mikrofilaria dapat ditemukan
didalam jaringan subkutis, darah tepi, urin dan sputum. Manson (1982) mengatakan
bahwa vector dari penyakit ini adalah sejenis lalat betina yang disebut Black Fly. Serta
vector dari penyakit ini adalah Culicoides dan Simulum. Di Indonesia yang perlu
diperhatikan adalah jenis Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. Di
Sulawesi Utara filariasis ditemukan di Minahasa (Likupang), Sangihe Talaud dan
Bolaang Mongondow (Kota Bunan).

D. MANIFESTASI KLINIS
(Menurut Widoyono. Halaman 140) Penderita filariasis bisa tidak menunjukan gejala
klinis (asimptomatis), hal ini disebabkan oleh kadar mikrofilaria yang terlalu sedikit dan
tidak terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium atau karena memang tidak terdapat
mikrofilaria dalam darah.
Apabila menimbulkan gejala, maka yang sering ditemukan adalah gejala akibat
manifestasi perjalanan kronik penyakit. Gejala penyakit pada tahap awal (fase akut)
berisfat tidak khas seperti demam 3-4 hari yang dapat hilang tanpa diobati, demam
berulang lagi 1-2 bulan kemudian, atau gejala lebih sering timbul bila pasien bekerja
terlalu berat. Dapat timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak dengan
tidak ada luka di badan. Dapat teraba garis seperti urat dan berwarna merah, serta terasa
sakit dari benjolan kearah ujung kaki atau tangan.
Gejala terjadi berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, mulai dari yang ringan sampai
yang berat. Cacing akan menyebabkan fibrosis dan penyumbatan pembuluh limfe.
Penyumbatan ini akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah yang bersangkutan.

7
Tanda klinis yang sering di temukan adalah pembengkakan skrotum (hidrokel) dan
pembengkakan anggota gerak terutama kaki (elephantiasis). Diagnosis ditegakan melalui
pemeriksaan laboratorium dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah.
Perjalanan penyakit pada manusia yang terkena filariasis bermacam-macam,
bergantung pada interaksi antara pejamu dan parasit. Gambaran penyakit bervariasi dari
manifestasi klinik yang asimptomatik sampai berat.
Masa inkubasi mulai dari masuknya larva infektif ke dalam kulit sampai pertama kali
timbulnya mikrofilaria di dalam darah tepi, lamanya bervariasi, yaitu antara 5-15 bulan.
Gejala filariasis dapat dibagi dalam 2 golongan :
1. Akibat infeksi (akut) :
 Limfangitis
 Limfadenitis
 Funikulitis
 Orkhitis, epididymitis
2. Akibat bendungan (kronik) :
 Elefantiasis
 Chyluria

E. PATOFISIOLOGI
(Menurut T.H Rampengan, Halaman 254) Larva yang masuk kedalam tubuh nyamuk
tidak 100% akan menjadi/ mencapai stadium infektif. Pertumbuhan dan perkembangan
larva sangat dipengaruhi oleh suhu dan keadaan tubuh nyamuk itu sendiri.
Biasanya stadium larva infketif setelah masuk kedalam kulit melalui lubang tusukan,
langsung ikut aliran limfe perifer dan bersarang didalam saluran dan kelenjar limfe
setempat. Disini mereka akan menjadi dewasa dan kawin. Selanjutnya, cacing dewasa
akan mengeluarkan mikrofilaria dan waktu yang diperlukan kurang lebih 1 tahun.
Cacing dewasa yang hidup disaluran limfe merupakan benda asing yang merangsang
sel endotel saluran limfe dan pada akhirnya menimbulkan reaksi proliferative berjonjot.
Bila mati, cacing dewasa akan mengalami degenerasi serta desintegrasi sehingga reaksi
terhadap jaringan sekitarnya akan lebih hebat lagi, disertai endapan fibrin atau thrombus
sekitar cacing yang mati.
Disekitar cacing dan saluran limfe sering pula tampak massa nekrotik. Saluran pada
tempat ini lama-lama akan tersumbat, sedangkan zat-zat hasil desintegrasi cacing dewasa

8
yang mati merupakan rangsangan pembentukan granuloma yang proliferative. Bentuk
granuloma seperti tuberkel dengan nekrosis disertai sel epiteloid dan limfosit.
Disamping itu tampak sebukan sel eosinophil dn sel plasma baik disekitar saluran
limfe yang tersumbat maupun dalam sinus kelenjar limfe terjadi reaksi sel retikuloendotel
berupa sel makrofag dan sel datia. Sekitar sisa-sisa desintegrasi cacing, lama kelamaan
dapat terjadi pengkapuran disertai fibrosis. Didalam kelenjar limfe dapat ditemukan sel
eosinophil yang berlebihan, terutama dalam sinusosid. Akibat peradangan akibat fibrosis
dapat terjadi penyumbatan aliran limfe, sehingga tekanan hidrostatik meningkat dan
akhirnya terjadi edema jaringan dan organ.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(Menurut T.H Rampengan, Halaman 258) Untuk mendiagnosis infeksi parasit
filariasis, diperlukan pemeriksaan penunjang selain gejala klinis dan riwayat hidup
tinggal didaerah endemis. Pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis:
 Melihat adanya mikrofilaria dalam darah tepi dengan tetesan tebal

9
 Tes provokasi DEC
Mikrofilaria bersifat nocturnal dapat ditemukan dalam darah tepi yang diambil pada
waktu siang hari, dengan pemberian DEC 2 mg/kg BB dan darah diambil 45-50
menit setelah pemberian obat
 Menghitung mikrofilaria
Dengan mengambil 0,25 ml darah yang diencerkan dengan asetat 3% menjadi 0,5 ml
dan lihat mikroskof dengan menggunakan. Sedgwick Refler Counting Cell.
 Cara konsentrasi
 Cara filtrasi
 Sero diagnosis
1. Skin test
2. Complement Fixation Test
3. Hemaglutination test
4. Imunofluorescen test, Indirect Fluorescent Antobody test
5. ELISA
 Biopsi, dilakukan biopsy pada kelenjar limfe yang membesar, khusus untuk
O.Volvulus dilakukan biopsy dari kulit
 Mazzoti test
 Darah rutin

G. PENATALAKSANAAN
(Menurut T.H Rampengan, Halaman 259) Digunakan kemoterapi terhadap :
 Makrofilaria
Tidak banyak digunakan karena menimbulkan reaksi tubuh yang tidak dikehendaki,
dan diduga DEC hanya menyebabkan filaria dewasa menjadi steril.
- Preparat antion, dosisnya 8ml (larutan 5%) diberikan secara intravena, selang
sehari dosis dinaikan 4ml sampai tercapai dosis 28ml dengan dosis total 360ml
- Suramin diberikan 1gr/mgg intravena selama 7 kali. Obat ini tidak digunakan
lagi karena efek toksiknya besar
- Arsenic 100mg intramuscular per hari, diberikan sebanyak 14x pemberian,
dahulu obat ini diberikan untuk pengobatan massal.
 Mikrofilaria
- DEC (Diethyl Carbamazine Citrate, Hetrazan)

10
Cara kerja obat ini diduga mempermudah fagositosis mikrofilaria oleh
makrofag di RES
- Furapyridimidone
Mempunyai efek yang sama dengan DEC dalam hal mikrofilarisidal.
Dosis yang dianjurkan :
Untuk B. malayi 15-20mg/kgBB/hari selama 6 hari
Untuk W. bancrofti 20mg/kgBB/hari selama 7 hari
Efek samping ringan hanya berupa iritasi gastrointestinal dan panas
- Levamizole
Paten dalam membunuh cacing dewasa
- Ivermictin
Sangat paten terhadap O. Volvulus dan loa loa
Dosis yang dianjurkan :
150mcg/kgBB dosis tunggal untuk O. Volvulus
200mcg/kgBB dosis tunggal untuk loa loa
 Nodulektomi
Mudah dan cepat memberikan hasil. Juga nodul di kepala dapat menurunkan risiko
dan parahnya penyakit mata.
Terapi suportif :
- Istirahat
- Kompress dingin
- Antibiotic
- Pembalutan cara knotts
- Insisi abses dan pasang drainase
- Insisi T. vaginalis untuk hilangkan hidrokel

H. PENCEGAHAN
(Menurut Widoyono, Halaman 141) pencegahan filariasis diantaranya adalah :
1. Pengobatan Massal
Cara pencegahan penyakit yang paling efektif adalah mencegah gigitan nyamuk
pembawa mikrofilaria. Apabila suatu daerah sebagian besar sudah terkena penyakit
ini, maka pengobatan massal dengan DEC, ivermectin, atau albendazole dpat
diberikan setaun sekali dan sebaiknya dilakukan paling sedikit selama 5 tahun.
2. Pengendalian vector

11
Kegiatan pengendalian vector adalah pemberantasan tempat perkembangbiakan
nyamuk melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air, pengaliran air
tergenang, dan penebaran bibit ikan pemakan jentik. Kegiatan lainya adalah
menhindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk
oles, memasang kassa pada ventilasi udara, dan mengunakan obat nyamuk bakar atau
obat nyamuk semprot.
3. Peran serta masyarakat
Warga masyarakat diharapkan bersedia datang dan mau diperiksa darahnya pada
malam hari pada saat ada kegiatan pemeriksaan darah; bersedia minum obat anti
penyakit kaki gajah secara teratur sesuai dengan ketentuan yang diberitahukan oleh
petugas; memberitahukan kepada kader atau petugas kesehatan bila menemukan
penderita filariasis; dan bersedia bergotong royong membersihkan sarang nyamuk
atau tempat perkembangbiakan nyamuk.

12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN FILARIASIS

A. DATA DEMOGRAFI
Identitas Klien
Nama : Tn M
Umur : 32 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bekasi
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru
Tanggal masuk RS : 6 September 2018
Tanggal pengkajian : 6 September 2018
No RM : 029
DiagnosaMedis : FILARIASIS / Elephantyasis

Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. R
Umur : 29 Tahun
Status : Istri
Pekerjaan : Guru

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam berulang 3-5 hari dapat hilang, waktu kerja berat
dapat kembali panas. Dan Edema pada lipatan paha, , kemerahan dan kalor.
Kemudian Pembesaran tungkai,
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan demam berulang 3-5 hari dapat hilang, waktu kerja berat
dapat kembali panas. Edema pada lipatan paha, limfadenitis, kemerahan dan
kalor. Kemudian Pembesaran tungkai, ada Retrograde Limfangitis, Early
Lymphodema, serta Elephantiasis Skroti
3. Riwayat kesehatan dahulu

13
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit serupa, menular, menurun, menahun.

C. POLA KEBUTUHAN DASAR (DATA BIO-PSIKO-SOSIO-KULTURAL-


SPIRITUAL)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa dia yakin dengan menggunakan pelayanan
kesehatan akan sembuh dan cepat pulang
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan sayur (3xsehari).
Dan juga biasa minum air putih kurang lebih 6-8 gelas. BB sebelum sakit 65kg
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola makan, ia tetap makan 1
piring nasi dengan lauk dan sayur (3xsehari). Dan juga biasa minum air putih
kurang lebih 6-8 gelas. BB saat sakit 70 kg. (karena adanya edema pada lipatan
paha serta pembesaran tungkai)

14
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB normal 1x sehari setiap pagi dengan
konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pada pola BAB namun kesusahan jika
ingin BAB karena adanya edema atau pembengkakan pada lipatan paha dan
terjadi pembesaran pada tungkai.
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi kuning cair dan
bau khas urine.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan  tidak ada perubahan dalam pola BAK namun kesusahan
jika ingin BAB karena adanya edema atau pembengkakan pada lipatan paha
dan terjadi pembesaran pada tungkai.

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

15
2) Latihan
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa melakukan aktivitas sehari – hari
seperti bekerja menjadi guru di SMA swasta dan berkumpul dengan
keluarganya.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari karena
adanya pembengkakan pada lipatan paha dan pembesaran pada tungkai.
e. Pola kognitif dan Persepsi
Saat pengkajian pasien dalam keadaan sadar, tidak mengalami gangguan
bicara, pendengaran dan penglihatan.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien mengatakan kurang percaya diri terhadap bentuk kaki kanannya. Pasien
juga mengatakan khawatir terhadap reaksi orang lain terhadap bentuk kaki
kanannya
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa tidur 6-7 jam perhari dan tidur dengan nyenyak.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan pasien mengalami gangguan pola tidur, pasien tidur 4-5 jam
perhari dan tidur kurang nyenyak karena demam dan pembengkakan di lipatan
paha serta pembesaran tungkainya.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan hubungan keluarganya baik, terlihat istri, anak dan
keluarganya yang lain menemani pasien bergiliran dan selalu memberi support
untuk tetap tenang agar cepat sembuh dan pulang
i. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan bahwa pasien biasa bercerita tentang masalahnya pada
istrinya.
j. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa beragama Islam dan pasien mengalami gangguan
dalam beribadah karena adanya pembengkakan pada lipatan paha

16
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadan umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
 TD : 130/90 mmhg                
 Nadi  : 92 x / mnt   
 S : 39,0°C  
 RR : 24x / mnt
4. Head To Toe
 Wajah :
- Inspeksi : tidak terdapat edema atau kelainan pada bentuk kepala dan
wajah, namun wajah tampak cemas karena tungkai membengkak
- Palpasi : tidak teraba nyeri tenderness atau penumpukan cairan di sinus
 Kulit :
- Inspeksi : kulit tampak merah tanpa adanya lesi
- Palpasi : kulit pasien teraba panas, elastisitas kulit terganggu (bagian
lipatan paha dan tungkai)
 Abdomen
- Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan, tidak ada jaringan parut atau
kemerahan
- Palpasi : Ginjal tidak teraba
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : bising usus 15x/ menit
 Punggung
- Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tidak ada keloid
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : tidak ada nyeri ketok/fish percussion (-)
 Vesika Urinaria
- Inspeksi : tidak ada nodul, kemerahan dan luka jaringan parut
- Palpasi : tidak terdapat distensi kandung kemih
- Perkusi : terdapat suara dullness

17
 Ekstremitas bawah
- Inspeksi : terdapat pembesaran tungkai dan edema lipatan paha dan
kemerahan
- Palpasi : teraba panas, turgor kulit lambat > 3s

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

1. Infeksi cacing 1. Infeksi cacing


1. Darah
mikrofilaria (+) mikrofilaria (-)
2. Urinalisis
2. Parasite cacing 2. Parasite cacing
mikrofilaria (+) mikrofilaria (-)

18
DATA FOKUS

Nama Pasien : Tn. M Dokter : dr. Akbar


No. RM : 029 Perawat : Tim
Dx. Medis : Filariasis Ruangan : Mawar
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengeluh demam berulang 3-5 1. Keadan umum : Lemah
hari dapat hilang namun saat kerja berat 2. Kesadaran : Compos mentis
dapat kembali panas 3. Tanda-tanda vital
2. Pasien mengatakan tidak nyaman dan  TD : 130/90 mmhg                
kesulitan melakukan aktivitas sehari-  Nadi  : 92 x / mnt   
hari karena adanya pembengkakan pada  S : 39,0°C  
lipatan paha dan pembesaran pada  RR : 24x / mnt
tungkai 4. Edema pada lipatan paha, limfadenitis, kemerahan
3. Pasien mengatakan kurang percaya diri dan kalor
terhadap bentuk kaki kanannya 5. Tampak pembesaran tungkai dan ada Retrograde
4. Pasien mengatakan khawatir terhadap Limfangitis
reaksi orang lain terhadap bentuk kaki 6. Early lymphodema serta elephantiasis skroti
kanannya 7. Pola Eliminasi
BAB
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pada
pola BAB namun kesusahan jika ingin BAB
karena adanya edema atau pembengkakan pada
lipatan paha dan terjadi pembesaran pada tungkai
BAK
 Saat sakit :
Pasien mengatakan  tidak ada perubahan dalam
pola BAK, namun kesusahan jika ingin BAB
karena adanya edema atau pembengkakan pada
lipatan paha terjadi pembesaran pada tungkai
8. Latihan
 Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit kesulitan

19
melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya
pembengkakan pada lipatan paha dan
pembesaran pada tungkai.
9. Pola Tidur dan Istirahat
 Saat sakit
Pasien mengatakan pasien mengalami gangguan
pola tidur, pasien tidur 4-5 jam perhari dan tidur
kurang nyenyak karena demam dan
pembengkakan di lipatan paha serta pembesaran
tungkainya
10. Kulit :
- Inspeksi : kulit tampak merah tanpa adanya lesi
- Palpasi : kulit pasien teraba panas, elastisitas
kulit terganggu
11. Ekstremitas bawah
- Inspeksi : terdapat pembesaran tungkai dan
edema lipatan paha dan kemerahan
- Palpasi : teraba panas, turgor kulit lambat > 3s
12. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien mengatakan kurang percaya diri terhadap
bentuk kaki kanannya. Pasien juga mengatakan
khawatir terhadap reaksi orang lain terhadap bentuk
kaki kanannya
13. Hasil laboratorium
1. Darah positif cacing mikrofilaria (+)
2. Urunalisis terinfeksi cacing nikrofilaria (+)

20
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. M Dokter : dr. Akbar


No. RM : 029 Perawat : Tim
Dx. Medis : Filariasis Ruangan : Mawar
DX Data Fokus Problem Etiologi

1 DS : Hipertemia Proses
Penyakit :
1. Pasien mengeluh demam berulang 3-5 hari
Infeksi Cacing
dapat hilang namun saat kerja berat dapat
Filariasis
kembali panas

DO :
1. Keadan umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
 TD : 130/90 mmhg                
 Nadi  : 92 x / mnt   
 S : 39,0°C  
 RR : 24x / mnt
4. Pola Tidur dan Istirahat
 Saat sakit
Pasien mengatakan pasien mengalami
gangguan pola tidur, pasien tidur 4-5 jam
perhari dan tidur kurang nyenyak karena
demam dan pembengkakan di lipatan paha
serta pembesaran tungkainya
5. Kulit :
- Inspeksi : kulit tampak merah tanpa
adanya lesi
- Palpasi : kulit pasien teraba panas,
elastisitas kulit terganggu
6. Ekstremitas bawah
- Inspeksi : terdapat pembesaran tungkai

21
dan edema lipatan paha dan kemerahan
- Palpasi : teraba panas, turgor kulit lambat
> 3s
7. Hasil laboratorium
1. Darah terinfeksi cacing mikrofilaria (+)
2. Urunalisis terinfeksi cacing nikrofilaria (+)
2. DS : Gangguan Penyumbatan
Mobilitas Fisik Pada Kelenjar
1. Pasien mengatakan tidak nyaman dan
Limfa Akibat
kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
Terinfeksi
karena adanya pembengkakan pada lipatan
Cacing Filaria
paha dan pembesaran pada tungkai

DO :

1. Keadan umum : Lemah


2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
 TD : 130/90 mmhg                
 Nadi  : 92 x / mnt   
 S : 39,0°C  
 RR : 24x / mnt
4. Edema pada lipatan paha, limfadenitis,
kemerahan dan kalor
5. Tampak pembesaran tungkai dan ada
Retrograde Limfangitis
6. Early lymphodema serta elephantiasis skroti
7. Pola Eliminasi
BAB
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perubahan
pada pola BAB namun kesusahan jika
ingin BAB karena adanya edema atau
pembengkakan pada lipatan paha dan

22
terjadi pembesaran pada tungkai

BAK

 Saat sakit :
Pasien mengatakan  tidak ada perubahan
dalam pola BAK, namun kesusahan jika
ingin BAB karena adanya edema atau
pembengkakan pada lipatan paha terjadi
pembesaran pada tungkai
8. Latihan
 Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari karena
adanya pembengkakan pada lipatan paha
dan pembesaran pada tungkai.
3. DS : Gangguan Citra Perubahan
Tubuh Struktur atau
1. Pasien mengatakan kurang percaya diri
Bentuk Tubuh
terhadap bentuk kaki kanannya
(mis.
2. Pasien mengatakan khawatir terhadap reaksi
Pembesaran
orang lain terhadap bentuk kaki kanannya
Tungkai)

DO :

1. Keadan umum : Lemah


2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
 TD : 130/90 mmhg                
 Nadi  : 92 x / mnt   
 S : 39,0°C  
 RR : 24x / mnt
4. Edema pada lipatan paha, limfadenitis,
kemerahan dan kalor
5. Tampak pembesaran tungkai dan ada

23
Retrograde Limfangitis
6. Early lymphodema serta elephantiasis skroti
7. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien mengatakan kurang percaya diri
terhadap bentuk kaki kanannya. Pasien juga
mengatakan khawatir terhadap reaksi orang
lain terhadap bentuk kaki kanannya

24
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. M Dokter : dr. Akbar


No. RM : 029 Perawat : Tim
Dx. Medis : Filariasis Ruangan : Mawar

1. Hipertermia b/d Proses Penyakit : Infeksi Cacing Filariasis


2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Gangguan Muskuloskeletal : Penyumbatan Pada
Kelenjar Limfa Akibat Terinfeksi Cacing Filaria
3. Gangguan Citra Tubuh b/d Perubahan Struktur atau Bentuk Tubuh (mis.
Pembesaran Tungkai)

25
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.M Dokter : dr.Akbar


No. RM : 029 Perawat : Tim
Dx. Medis : Filariasis Ruangan : Mawar
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Hipertermia b/d Proses Setelah dilakukan asuhan Mandiri :
Penyakit : Infeksi keperawatan selama 2x24 jam 1. Pantau TTV , terutama suhu
Cacing Filariasis diharapkan keseimbangan antara pasien , perhatikan menggigil
produksi panas, mendapatkan atau diaphoresis
panas, dan kehilangan panas 2. Pantau suhu lingkungan ,
dapat berkurang dengan KH: batasi atau tambahkan linen
1. Pasien dapat tempat tidur
mengeluarkan keringat 3. Monitor warna kulit dan suhu
saat panas 4. Anjurkan pasien untuk
2. Suhu tubuh dalam batas mengenakan pakaian yang
normal (36,5 – 37,2 0C) tipis
3. Pasien bebas dari 5. Dorong konsumsi cairan (2
kedinginan liter /hari )
4. Tidak mengalami 6. Berikan kompres mandi air
komplikasi yang hangat
berhubungan 7. Hindari penggunaan alcohol
8. Berikan selimut pendingin

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemberian
antipiretik,
2. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan Mandiri :
Fisik b/d Gangguan keperawatan selama 3x24jam 1. Edukasi pasien tentang
Muskuloskeletal : diharapkan kemampuan untuk pentingnya postur tubuh
Penyumbatan Pada bisa bergerak bebas di tempat yang benar untuk mencegah
Kelenjar Limfa Akibat dengan atau tanpa alat bantu kelelahan, ketegangan, injuri,
Terinfeksi Cacing dapat dipertahankan dengan KH : dan dekubitus
Filaria 1. Cara berjalan pasien tidak 2. Instruksikan untuk
menghindari tidur dengan

26
terganggu posisi telungkup
2. Pasien dapat bergerak dengan 3. Bantu untuk
mudah mendemonstrasikan posisi
3. Koordinasi pasien untuk tidur yang tepat
bergerak tidak terganggu 4. Bantu untuk menghindari
duduk dalam posisi yang
sama dalam jangka waktu
yang lama

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
fisioterapis dalam
mengembangkan
peningkatan mekanika tubuh,
sesuai indikasi
3. Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor apakah pasien bisa
b/d Perubahan Struktur keperawatan selama 3x24jam melihat bagian tubuh mana
atau Bentuk Tubuh diharapkan Klien memiliki yang berubah
(mis. Pembesaran persepsi positif terhadap 2. Monitor pernyataan yang
Tungkai) penampilan dan fungsi tubuh mengidentifikasi citra tubuh
sendiri dengan KH : mengenai ukuran dan berat
1. Memiliki gambaran internal badan
diri yang positif 3. Tentukan perubahan fisik
2. Memiliki kesesuaian antara saat ini apakah berkontribusi
realitas tubuh dan ideal pada citra diri pasien
dengan penampilan tubuh 4. Tentukan harapan citra diri
3. Mempunyai deskripsi positif pasien didasarkan pada tahap
terhadap bagian tubuh yang perkembangan
terkena (dampak) 5. Identifikasi dampak dari
4. Mampu menyesuaikan budaya pasien,
terhadap perubahan tampilan agama,ras,jenis kelamin,dan
fisik dan fungsi tubuh usia terkait dengan citra diri
5. Mampu menyesuaikan 6. Gunakan bimbingan
terhadap perubahan status antisipasif menyiapkan

27
kesehatan pasien terkait dengan
perubahan-perubahan citra
tubuh yang (telah)
diprediksikan
7. Bantu pasien memisahkan
penampilan fisik dari
perasaan berharga secara
pribadi, dengan cara yang
tepat.
8. Bantu pasien untuk
mendiskusikan stressor yang
mempengaruhi citra diri
terkait dengan kondisi
penyakit
9. Tentukan persepsi pasien dan
keluarga terkait dengan
perubahan citra diri dan
realitas
10. Tentukan apakah perubahan
citra tubuh berkontribusi
pada peningkatan isolasi
social

28
IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. M Dokter : dr.Akbar
No. RM : 029 Perawat : Tim
Dx. Medis : Filariasis Ruangan : Mawar
NO Tanggal Diagnosa Implementasi Respon Pasien TTD
/jam
1 06 s/d Hipertermia b/d Mandiri : Mandiri :
08-09- Proses Penyakit : 1. Memantau TTV, 1. 10.00 WIB
18, Infeksi Cacing terutama suhu pasien, S : Pasien mengatakan
10.00 Filariasis memperhatikan adanya perlahan tubuhnya tidak
WIB menggigil atau merasakan panas dan
diaphoresis menggigil lagi
O : Tanda-tanda vital
 TD : 120/80
mmHg                
 Nadi  : 85 x /
mnt   
 S : 37 °C  
 RR : 22x /
mnt
 Tidak ada
menggigil dan
diaphoresis
2. Memantau suhu
lingkungan , membatasi 2. 10.05 WIB
atau menambahkan S : Pasien mengatakan
linen tempat tidur linen tempat tidurnya
cukup dan dapat
membuat nyaman
O : Pasien merasa
nyaman dan linen tempat
tidur cukup
3. Memonitor warna kulit

3. 10.10 WIB

29
S : Pasien mengatakan
kemerahan pada kulitnya
masih ada namun tidak
terlalu mengganggu
O : Masih ada kemerahan
di kulit pasien
4. Menganjurkan pasien
untuk mengenakan 4. 10.15 WIB
pakaian yang tipis S : Pasien mengatakan
telah menggunakan baju-
baju yang tipis
O : Pasien telah
diberikan baju yang tipis
5. Mendorong konsumsi
cairan (2 liter /hari ) 5. 10.20 WIB
S : Pasien mengatakan
telah mengkonsumsi air
sebanyak 2 liter/hari
O : Pasien telah
menghabiskan minum 2
liter/hari
6. Memberikan kompres
mandi air hangat 6. 10.25 WIB
S : Pasien mengatakan
lebih nyaman setelah
diberikan kompres air
hangat
O : Pasien tampak rileks
dan suhu berkurang
setelah diberikan
kompres air hangat (suhu
tubuh = 370 C
7. Menghindari
penggunaan alcohol 7. 10.30 WIB
30
S : Pasien mengatakan
tidak meminum alkohol
O : Pasien tidak
mengkonsumsi alkohol
8. Memberikan selimut
pendingin 8. 10.35 WIB
S : Pasien mengatakan
merasa nyaman
menggunakan selimut
pendingin
O : Pasien tampak rileks
menggunakan selimut
pendingin
Kolaborasi :
9. Melakukan kolaborasi Kolaborasi :
dalam pemberian 9. 10.40 WIB
antipiretik, S : Pasien sudah
meminum obat yang
diberikan perawat sesuai
anjuran dokter
O : Suhu pasien turun
(dari 39,0°C   C menjadi
37,0°C)   setelah
diberikan antipiretik

2 06 s/d Gangguan Mandiri : Mandiri :


09-09- Mobilitas Fisik 1. Memberikan Edukasi 1. 10.40 WIB
18, b/d Gangguan kepada pasien tentang S : Pasien mengatakan
10.40 Muskuloskeletal : pentingnya postur mengerti terkait
WIB Penyumbatan tubuh yang benar untuk pentingnya postur tubuh
Pada Kelenjar mencegah kelelahan, yang baik untuk
Limfa Akibat ketegangan, injuri, dan menghindari kelelahan
Terinfeksi Cacing dekubitus atau ketegangan
Filaria O : Pasien mengerti

31
tentang penjelasan terkait
pentingnya postur tubuh
yang baik untuk
menghindari kelelahan,
ketegangan, injuri, dan
dekubitus

2. Menginstruksikan 2. 10.45 WIB


untuk menghindari S : Pasien mengatakan
tidur dengan posisi tidak tidur dengan
telungkup telungkup
O : Pasien tidur dengan
posisi supine/sims/lateral

3. Membantu untuk 3. 10.50 WIB


mendemonstrasikan S : Pasien paham terkait
posisi tidur yang tepat posisi tidur yang baik
O : Pasien mengerti
bagaimana posisi tidur
yang tepat untuk
kondisinya

4. Membantu untuk 4. 10.50 WIB


menghindari duduk S : Pasien mengatakan
dalam posisi yang sama tidak duduk dalam waktu
dalam jangka waktu yang lama dan diselingi
yang lama dengan
O : Pasien tidak duduk
dalam waktu yang lama
dengan posisi yang sama

Kolaborasi : Kolaborasi
5. Melakukan Kolaborasi 5. 10.55 WIB
dengan fisioterapis S : Pasien mengatakan
32
dalam mengembangkan mampu menjalani
peningkatan mekanika fisioterapi untuk
tubuh, sesuai indikasi meningkatkan mekanika
tubuhnya (berjalan,
berpindah tempat)
O : Pasien mampu
menjalani fisioterapi
sesuai indikasi

3 6-09- Gangguan Citra Mandiri Mandiri


18, Tubuh b/d 1. Memonitor apakah 1. 11.00 WIB
11.00W Perubahan pasien bisa melihat S : Pasien mengatakan
IB Struktur atau bagian tubuh mana bisa melihat bagian kaki
Bentuk Tubuh yang berubah yang mengalami
(mis. Pembesaran pembesaran dan
Tungkai) pembengkakan pada
lipatan pahanya semakin
membesar
O : Pasien bisa melihat
progresifitas dari
pembesaran tungkai dan
edema/ pembengkakan
pada lipatan pahanya

2. Memonitor pernyataan 2. 11.05 WIB


yang mengidentifikasi S : Pasien mengatakan
citra tubuh mengenai telah memahami
ukuran dan berat badan kondisinya dan
memaklumi peningkatan
berat badannya dan
perubahan dari tubuhnya
O : Pasien telah memiliki

33
respon positif terhadap
kondisi peningkatan berat
badannya dan
pertambahan pembesaran
pada tungkai nya

3. Menentukan perubahan 3. 11.10 WIB


fisik saat ini apakah S : Pasien mengatakan
berkontribusi pada citra perubahan fisiknya
diri pasien membuat aktivitasnya
terganggu
O : Pasien merasa
terganggu akan
kondisinya yang
mengalami pembesaran
tungkai dan
pembengkakan pada
lipatan paha
4. Menentukan apakah 4. 11.15 WIB
perubahan citra tubuh S : Pasien mengatakan
berkontribusi pada tidak merasa kesepian
peningkatan isolasi dan tidak merasa
social diasingkan justru anggota
keluarga dan masyarakat
merasa simpati pada
kondisinya
O : Pasien selalu
ditemani oleh keluarga
dan istrinya selalu
memberi dukungan, dan
5. Menentukan harapan banyak yang menjenguk
citra diri pasien pasien saat di RS
didasarkan pada tahap
perkembangan 5. 11.20 WIB
34
S : Pasien mengatakan
bisa cepat sembuh agar
bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya, dan
memiliki perkembangan
yang baik terhadap
penyakitnya.
O : Pasien berharap
memiliki progresifitas
baik terhadap
perkembangan
penyakitnya, dan dapat
6. Mengidentifikasi segera sembuh seperti
dampak dari budaya sedia kala
pasien, agama,ras,jenis
kelamin,dan usia 6. 11.25 WIB
terkait dengan citra S : Pasien mengatakan
diri masyarakat setempat
peduli terhadap dirinya
O : Tidak ada yang
memberi dampak negatif
7. Menggunakan dari agama,ras,jenis
bimbingan antisipasif kelamin,dan usia
menyiapkan pasien
terkait dengan 7. 11.30 WIB
perubahan-perubahan S : Pasien mengatakan
citra tubuh yang (telah) mengerti dan mempunyai
diprediksikan persepsi positif terhadap
perubahan perubahan
dari tubuhnya.
O : Pasien memilikji
persepsi positif terhadap
kondisinya yang
mengalami beberapa
35
8. Membantu pasien perubahan terhadap
memisahkan tubuhnya
penampilan fisik dari
perasaan berharga 8. 12.00 WIB
secara pribadi, dengan S : Pasien mengatakan
cara yang tepat. memahami cara
berpenampilan terhadap
penyakitnya
O : Pasien telah
menunjukan sikap yang
tepat untuk
9. Membantu pasien berpenampilan dengan
untuk mendiskusikan kondisinya saat ini
stressor (Situasi yang
penuh tekanan atau 9. 12.05 WIB
yang dapat S : Pasien mengatakan
meningkatkian resiko biasa bercerita pada
penyakit) yang keluarga, kerabat
mempengaruhi citra terdekat, terutama istri
diri terkait dengan O :
kondisi penyakit - Menghindari untuk
duduk lama dalam
posisi yang sama
- Terlalu banyak
pergerakan
- Tidur dengan posisi
10. Menentukan persepsi yang kurang tepat
pasien dan keluarga (telungkup)
terkait dengan
perubahan citra diri 10. 12.10 WIB
dan realita S : Pasien dan keluarga
mengatakan telah
memiliki persepsi positif
terhadap perubahan citra
36
tubuh dan bisa
memaklumi keadaanya
O : Pasien dan keluarga
telah memiliki persepsi
positif dan mengert
kondisinya terhadap
perubahan citra tubuh
dan bisa memaklumi
keadaanya

37
EVALUASI
Nama Pasien : Tn.M Dokter : dr.Akbar
No. RM : 029 Perawat : Tim
Dx. Medis : Filariasis Ruangan : Mawar
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
/ jam
08-09- Hipertermia b/d Proses Penyakit : S :
18, Infeksi Cacing Filariasis - Pasien mengatakan sudah
10.00 tidak panas lagi dan tidak
WIB mengggil
- Pasien mengatakan linen
tempat tidurnya cukup dan
dapat membuat nyaman
- Pasien mengatakan
kemerahan pada kulitnya
masih ada namun tidak
terlalu mengganggu
- Pasien mengatakan telah
menggunakan baju-baju
yang tipis
- Pasien mengatakan telah
mengkonsumsi air sebanyak
2 liter/hari
- Pasien mengatakan lebih
nyaman setelah diberikan
kompres air hangat
- Pasien mengatakan tidak
meminum alkohol
- Pasien mengatakan merasa
nyaman menggunakan
selimut pendingin
- Pasien sudah meminum obat
yang diberikan perawat
sesuai anjuran dokter

38
O:
- Tanda-tanda vital
 TD : 130/90
mmHg                
 Nadi  : 92 x / mnt   
 S : 37 °C  
 RR : 24x / mnt
- Tidak ada menggigil dan
diaphoresis
- Pasien merasa nyaman dan
linen tempat tidur cukup
- Masih ada kemerahan di
kulit pasien
- Pasien telah diberikan baju
yang tipis
- Pasien telah menghabiskan
minum 2 liter/hari
- Pasien tampak rileks dan
suhu berkurang setelah
diberikan kompres air hangat
(suhu tubuh = 370 C )
- Pasien tidak mengkonsumsi
alkohol
- Pasien tampak rileks
menggunakan selimut
pendingin
- Suhu pasien turun (dari
39,0°C   C menjadi 37,0°C)  
setelah diberikan antipiretik

A : Masalah Teratasi

39
P : Intervensi Dihentikan
09-09- Gangguan Mobilitas Fisik b/d S :
18, Perubahan Sirkulasi : Kelenjar - Pasien mengatakan mengerti
10.40 Limfe Tersumbat Oleh Cacing terkait pentingnya postur
WIB Filaria tubuh yang baik untuk
menghindari kelelahan atau
ketegangan
- Pasien mengatakan tidak
tidur dengan telungkup
- Pasien paham terkait posisi
tidur yang baik
- Pasien mengatakan tidak
duduk dalam waktu yang
lama dan diselingi dengan
- Pasien mengatakan mampu
menjalani fisioterapi untuk
meningkatkan mekanika
tubuhnya (berjalan,
berpindah tempat)

O:
- Pasien mengerti tentang
penjelasan terkait pentingnya
postur tubuh yang baik untuk
menghindari kelelahan atau
ketegangan
- Pasien tidur dengan posisi
supine/sims/lateral
- Pasien mengerti bagaimana
posisi tidur yang tepat untuk
kondisinya
- Pasien tidak duduk dalam
waktu yang lama dengan
posisi yang sama

40
- Pasien mampu menjalani
fisioterapi sesuai indikasi
yang telah ditentukan

A : Masalah Teratasi Sebagian

P : Intervensi Dilanjutkan No 5

09-09- Gangguan Citra Tubuh b/d S :


18, Perubahan Struktur atau Bentuk - Pasien mengatakan bisa
11.00W Tubuh (mis. Pembesaran Tungkai) melihat bagian kaki yang
IB mengalami pembesaran dan
pembengkakan pada lipatan
pahanya semakin membesar
- Pasien mengatakan telah
memahami kondisinya dan
memaklumi peningkatan
berat badannya dan
perubahan dari tubuhnya
- Pasien mengatakan
perubahan fisiknya membuat
aktivitasnya terganggu
- Pasien mengatakan tidak
merasa kesepian dan tidak
merasa diasingkan
- Pasien mengatakan bisa
cepat sembuh agar bisa
melakukan aktivitas seperti
biasanya, dan memiliki
perkembangan yang baik
terhadap penyakitnya
- Pasien mengatakan
masyarakat setempat peduli

41
terhadap dirinya
- Pasien mengatakan mengerti
dan mempunyai persepsi
positif terhadap perubahan
perubahan dari tubuhnya
- Pasien mengatakan
memahami cara
berpenampilan terhadap
penyakitnya
- Pasien mengatakan biasa
bercerita pada keluarga,
kerabat terdekat, terutama
istri
- Pasien dan keluarga
mengatakan telah memiliki
persepsi positif terhadap
perubahan citra tubuh dan
bisa memaklumi keadaanya

O:
- Pasien bisa melihat
progresifitas dari
pembesaran tungkai dan
edema/ pembengkakan pada
lipatan pahanya
- Pasien telah memiliki respon
positif terhadap kondisi
peningkatan berat badannya
dan pertambahan
pembesaran pada tungkai
nya
- Pasien merasa terganggu
akan kondisinya yang
mengalami pembesaran
42
tungkai dan pembengkakan
pada lipatan paha
- Pasien selalu ditemani oleh
keluarga dan istrinya selalu
memberi dukungan, dan
banyak yang menjenguk
pasien saat di RS
- Pasien berharap memiliki
progresifitas baik terhadap
perkembangan penyakitnya,
dan dapat segera sembuh
seperti sedia kala
- Tidak ada yang memberi
dampak negatif dari
agama,ras,jenis kelamin,dan
usia
- Pasien memilikji persepsi
positif terhadap kondisinya
yang mengalami beberapa
perubahan terhadap
tubuhnya
- Pasien telah menunjukan
sikap yang tepat untuk
berpenampilan dengan
kondisinya saat ini
- Menghindari untuk duduk
lama dalam posisi yang sama
- Terlalu banyak pergerakan
- Tidur dengan posisi yang
kurang tepat
(telungkup)
- Pasien dan keluarga telah
memiliki persepsi positif dan
mengert kondisinya terhadap
43
perubahan citra tubuh dan
bisa memaklumi keadaanya

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi Dihentikan

44
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut T.H Rampengan, Halaman 252) Filariasis adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi nematoda dari family filariodea, yang cacing dewasanya hidup dalam cairan
dan saluran limfe, jaringan ikat dibawah kulit dan dalam rongga badan
(Menurut B.K Mandal, dkk. Halaman 292) Siklus hidupnya melibatkan serangga yang
membawa larva infektif. Telah dikenali tiga bentuk klinis utama infeksi pada manusia :
1. Filariasis limfatik
2. Onkoserkiasis
3. Ioiasis
Filariasis masih merupakan problem kesehatan Indonesia. Distribusi infeksinya luas,
tetapi prevalensi dan intensitas infeksi berbeda dari satu tempat ke tempat lain, bahkan di
beberapa daerah merupakan endemis.

B. SARAN
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit kaki gajah karena
akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health
education kepada klien dan keluarga agar mereka paham dengan penyakit kaki gajah dan
bagaimana pengobatannya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Mandal, B.K, dkk. 2008. Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidimiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions classification (NIC) (5th
ed.). America: Mosby Elseiver

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United state of America: Mosby Elsevier

Tim Pojka SDKI DPP PPNI, (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Dewan
Pengurus Pusat PPNI

46

Anda mungkin juga menyukai