Dikirim: 1 Juli 2019 Direvisi: 28 Juli 2019 Diterima: 27 Agustus 2019 Dipublikasikan: 31 Agustus 2019
Keywords ABSTRACT
Indonesia, International This article describes Joint Credit Mechanism (JCM) as one of the
Cooperation, Japan, Joint Credit cooperation between Japan and Indonesia which aims to reduce
Mechanism (JCM), Neoliberalism greenhouse gas (GHG) emissions as the main cause of climate
change. The purpose of this article is to explain how this cooperation
is viewed from the perspective of Neoliberalism, with the concept of
international cooperation in the field of environment through three
indicators: the mutual interests of Indonesia and Japan,
participation of both parties, and the acquisition of the two
countries. Uses analitycal descriptive qualitative method, this article
finds that the JCM had fulfilled the mutual interests of the two
countries, not only involving the government, but also the private
sector, as well as providing benefits, both for Japan and Indonesia.
JCM is a cooperation that has good prospects to continue to grow in
the future.
142
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131
143
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari
membuat komitmen yang cukup ambisius perolehan yang didapat oleh masing-masing
dalam upaya penanggulangan perubahan negera.
iklim, yaitu untuk menjaga suhu bumi agar KERANGKA KONSEPTUAL
berada di bawah 2 derajat Celsius atau bahkan Neoliberalisme
kurang dari 1,5 derajat Celsius. Untuk Neoliberalisme merupakan perspektif yang
memperkuat komitmen ini, negara-negara cukup berpengaruh secara signifikan terhadap
anggota kemudian diminta untuk menyerahkan perkembangan studi Hubungan Internasional.
Nationally Determined Contributions (NDC), Fokus utama dari neoliberalisme adalah
yang berisi target-target dan upaya-upaya yang bagaimana mencapai kerjasama antarnegara
akan dilakukan negara kedepannya untuk atau aktor lainnya dalam sistem internasional.
menanganani fenomena perubahan iklim. Neoliberalisme tidak menolak sistem
Pada mulanya, JCM dibentuk sebagai internasional yang bersifat anarkis, namun
respon terhadap dibukanya kesempatan bagi menganggap bahwa pengaruh anarki menurut
negara-negara anggota UNFCCC untuk Neorealisme terlalu berlebihan.
merumuskan mekanisme perdagangan kabon Neoliberalisme meyakini bahwa kerjasama
yang baru (setelah sebelumnya ada 3 tetap dapat dilakukan dan adanya
mekanisme di bawah Protokol Kyoto, yaitu kemungkinan untuk mendapat keuntungan
Joint Implementation (JI), Emission Trading bersama melalui penerapan norma, rezim,
(ET), dan Clean Development Mechanism ataupun institusi (Sterling-Folker, 2013).
(CDM)) pada tahun 2011. Meski pada Terdapat beberapa asumsi pokok dari
akhirnya tidak menjadi mekanisme yang noliberalisme, yaitu: (1) Negara sebagai aktor
berada langsung di bawah UNFCCC, kunci dalam Hubungan Internasional,
melainkan sebagai mekanisme bilateral antara meskipun terdapat aktor-aktor lain yang juga
Jepang dengan negara-negara berkembang signifikan. Negara akan selalu
(hingga saat ini telah berjumlah 17 negara memaksimalkan kepentingannya dalam
berkembang termasuk Indonesia), JCM berbagai isu, sesuai dengan sifatnya yang
menjadi implementasi dari pasal 6 Persetujuan rasional dan instrumental; (2) Negara-negara
Paris yang menyatakan bahwa setiap negara akan selalu berusaha untuk memaksimalkan
dapat mengadakan kerjasama secara sukarela keuntungan absolut melalui kerjasama. Sifat
untuk mencapai ambisi yang lebih tinggi rasional dari suatu negara menuntun negara
dalam aksi mitigasi dan adaptasi negara untuk melihat nilai dalam perilaku kerjasama.
tersebut untuk mempromosikan pembangunan Negara tidak terlalu fokus pada keunggulan
berkelanjutan dan integeritas lingkungan. yang negara lain dapatkan dalam penyusunan
Hingga saat ini, JCM di Indonesia telah kerjasama. Adapun hambatan terbesar dalam
berlangsung selama lima tahun dengan kerjasama adalah ketidakpatuhan atau
berbagai perkembangan, perolehan, dan kecurangan yang dilakukan negara; (3) Negara
hambatannya sendiri. Penelitian ini akan akan memberikan loyalitas dan sumber
membahas lebih lanjut mengenai kerjasama dayanya pada institusi apabila institusi tersebut
antara Indonesia dan Jepang dalam Joint dilihat sebagai kepentingan bersama atau
Credit Mechansim (JCM) pada pembangunan menaikkan peluang negara tersebut untuk
rendah karbon di Indonesia melalui mengamankan kepentingan internasionalnya
pendekatan Neoliberalisme dan konsep (Lamy, 2014).
kerjasama internasional untuk mengetahui Perspektif neoliberlisme lebih relevan
bagaimana kerjasama ini berlangsung sejak dalam area isu di mana negara - negara
tahun 2013 hingga 2018 dilihat dari tiga hal, memiliki kepentingan bersama. Dalam
yakni kepentingan bersama antara Indonesia perkembangannya, kepentingan bersama
dan Jepang, partisipasi kedua pihak, dan sebagai salah satu fokus dalam Neoliberalisme
telah meluas melebihi perdagangan dan isu-isu
144
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131
145
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari
146
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131
dan Jepang dalam JCM pada pembangunan meratifikasi Persetujuan Paris melalui
rendah karbon di Indonesia. Validasi data Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016.
dilakukan melalui teknik triangulasi,
sementara teknik analasis data yang digunakan Konsep Dasar JCM
adalah analisis wacana. Joint Credit Mechanism (JCM) merupakan
sebuah mekanisme mitigasi perubahan iklim
KERJASAMA INDONESIA JEPANG berbasis proyek yang diinisiasi oleh
DALAM JOINT CREDIT Pemerintah Jepang ke berbagai negara-negara
MECHANISM (JCM) PADA berkembang di Asia dan Afrika. Mekanisme
PEMBANGUNAN RENDAH KARBON ini dilaksanakan melalui kerja sama bilateral,
DI INDONESIA dengan cara pemberian subsidi dari
Pemerintah Jepang kepada perusahaan-
perusahaan swasta Jepang untuk melakukan
Kondisi Lingkungan Hidup Indonesia
investasi di proyek pembangunan rendah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
karbon di negara berkembang (JCM
sebagian besar wilayahnya didominasi oleh
Indonesia-Japan, 2018). Tujuan dari kerja
wilayah perairan dengan luas lautan sebesar
sama ini adalah untuk mengurangi emisi GRK
5,6 juta kilometer persegi atau sebesar 70
sebagai penyebab utama terjadinya perubahan
persen dari total seluruh wilayah. Hampir 65
iklim. Pengurangan emisi tersebut berbentuk
persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah
kredit karbon yang nantinya dapat digunakan
pesisir (Badan Pusat Statistik Indonesia,
oleh kedua negara untuk mrncapai target
2017). Kondisi tersebut menjadikan Indonesia
pengurangan emisi karbon masing-masing
sebagai negara yang memiliki kerentanan
neagra di bawah UNFCCC.
terhadap perubahan iklim.
Kerja sama ini mencakup beberapa sektor,
Di sisi lain, Indonesia juga merupakan
mulai dari sektor energi, industri, transportasi,
salah satu negara penyumbang emisi GRK
deforestasi, hingga pertanian. Hingga saat ini,
dengan jumlah besar setiap tahunnya. Adapun
telah ada 17 negara berkembang di asia dan
sektor yang menyumbangkan emisi paling
Afrika yang memiliki kerja sama bilateral
besar adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan
dengan Jepang dalam skema JCM. Negara-
Penggunahan Lahan, sebesar 60,44 persen, dan
negara tersebut adalah Bangladesh, Kenya,
sektor energi sebesar 31,93 persen. Sektor
Maladewa, Indonesia, Mongolia, Laos,
lainnya, yaitu Industri dan Penggunaan
Vietnam, Kosta Rika, Kamboja, Palau,
Produk, sebesar 2,20 persen, dan limbah
Meksiko, Myanmar, Arab Saudi, Thailand,
sebesar 5,44 persen. Dalam sektor Pertanian,
Chili, dan terakhir Filipina yang baru
Kehutanan, dan Penggunahan Lahan, emisi
mengadakan kesepakatan pada tahun 2017.
paling banyak dihasilkan dari kebakaran hutan
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara
dan lahan gambut, yaitu sebsar 27,62 persen
pertama yang melakukan kesepakatan JCM,
(Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017).
yaitu pada tahun 2013 (Global Environment
Meskipun demikian, Pemerintah Indonesia
Centre Foundation, 2018).
cukup memberikan perhatian terhadap upaya
penanganan perubahan iklim. Indonesia
merupakan salah satu negara yang meratifikasi JCM di Indonesia
UNFCCC melalui UU Nomor 6 Tahun 1994, JCM di Indonesia pertama didiskusikan oleh
meratifikasi Protokol Kyoto mengenai Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia
pengurangan emisi GRK, khususnya bagi sejak tahun 2010. Hal ini dimulai pada
negara-negara industri melalui UU Nomor 17 pertemuan informal antara Dewan Nasional
Tahun 2004, dan pada tahun 2016, Indonesia Perubahan Iklim (DNPI) dengan Delegasi dari
Pemerintah Jepang mengenai Bilateral Offset
147
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari
148
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131
29% di bawah Business as Usual atau 41% terhadap perubahan iklim. Hingga tahun 2015,
dengan bantuan internasional. Bantuan sebanyak 60 persen penduduk Indonesia
internasional tersebut dapat berupa pendanaan, bermukim di daerah pesisir dan 80 persen
transfer dan pengembangan teknologi, serta bencana selalu berkaitan dengan perubahan
peningkatan kapasitas. JCM menjadi sebuah iklim, seperti banjir di pesisir atau kenaikan
mekanisme yang melengkapi semua aspek permukaan air laut.
tersebut sehingga dapat membantu Indonesia Oleh karena itu, Indonesia sangat
dalam mencapai ambisi yang lebih tinggi menyambut berbagai bentuk kerja sama, baik
dalam upaya penurunan emisi. kerja sama bilateral, regional, maupun
Sama halnya speerti Jepang, Presiden Joko internasional sebagai upaya adaptasi dan
Widodo pada COP21 di Paris juga menyatakan mitigasi perubaan iklim, khususnya dalam
komitmen Indonesia sebagai salah satu paru- JCM yang di dalamnya mencakup aspek
paru dunia untuk senantiasa berkontribusi pendanaan, transfer teknologi, termasuk
dalam upaya penanganan perubahan iklim. pembangunan kapasitas. Kerja sama
Indonesia sangat mendukung Persetujuan internasional dalam penurunan emisi GRK
Paris, yang mana di dalamnya negara-negara sebagai penyebab perubahan iklim juga selaras
dituntut untuk berkontribusi sesuai dengan dengan mandat konstitusi, khususnya pasal
kemampuan negaranya masing-masing dan 28H UUD RI 1945 yang menyatakan bahwa
mendorong negara maju untuk sama-sama bahwa setiap orang berhak mendapatkan
membantu negara berkembang agar dapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
meningkatkan kapasitasnya dalam upaya mana hal tersebut harus dipenuhi oleh
penanganan perubahan iklim ini, khususnya Pemerintah Indonesia.
dalam pengurangan emisi GRK (Direktorat Berdasrkan hal tersebut, kita dapat melihat
Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, bahwa meskipun Jepang dan Indonesia
2015). memiliki beberapa tujuan yang berbeda dalam
Kerja sama internasional untuk memenuhi kerja sama JCM, kerja sama tetap dapat
target Persetujuan Paris kemudian diatur berjalan selama tujuan tersebut dianggap
dalam Pasal 6 Persetujuan Paris 2015. Pasal rasional oleh masing-masing pihak dan dapat
tersebut menyatakan bahwa setiap negara memenuhi kepentingan masing-masing negara.
dapat mengadakan kerja sama secara sukarela
untuk mencapai ambisi yang lebih tinggi Partisipasi pihak Indonesia dan pihak
dalam aksi mitigasi dan adaptasi negara Jepang dalam JCM
tersebut untuk mempromosikan pembangunan Dalam implementasi JCM, terdapat beberapa
berkelanjutan dan integeritas lingkungan asal. pihak yang terlibat, yang semuanya memiliki
Dengan demikian, JCM dapat diakui sebagai fungsi dan perannya masing-masing. Pihak-
upaya untuk mencapai target penurunan emisi pihak tersebut, antara lain Pemerintah Jepang
GRK ini. dan Indonesia, Komite Bersama, yang terdiri
Selain untuk memenuhi target penurunan dari Kementerian-Kementerian terkait dari dua
emisi GRK pasca Persetujuan Paris 2015, negara, Sekretariat JCM, Partisipan Proyek
sama halnya seperti Jepang, Indonesia juga atau perusahaan, dan pihak ketiga. Pemerintah
memiliki kepentingan untuk melakukan upaya- Jepang dan Pemerintah Indonesia memiliki
upaya penurunan emisi GRK, termasuk fungsi untuk untuk menandatangani
melalui kerja sama internasional, karena kesepakatan JCM, menerbitkan kredit karbon
adanya tuntutan dari kondisi geografis dari hasil penurunan emisi serta membangun
Indonesia yang sangat rentan terhadap dan mengelola sistem registrasi. Adapun
perubahan iklim. Secara geografis, Indonesia fungsi dari Komite Bersama (dibantu
merupakan negara kepulauan yang rentan Sekretariat JCM) adalah untuk
149
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari
mengembangkan dan merevisi aturan, tetapi juga menjadi sarana bagi kota-kota
pedoman, dan metodologi dari pelaksanaan tersebut untuk saling berbagi pengetahuan
proyek, mengatur pendaftaran proyek dan mengenai upaya-upaya pengurangan emisi
mendiskusikan implementasi dari proyek GRK (Indonesia JCM Secretariat, 2019).
JCM. Partisipan proyek atau perusahaan dari Hingga saat ini, telah ada 5 (lima) kota di
kedua negara berfungsi untuk Indonesia dan 4 kota di Jepang yang terlibat
mengimplementasikan dan mengawasi proyek. dalam skema ini (Yudodahono, 2019).
Sedangkan pihak ketiga berfungsi untuk Karena JCM merupakan kerja sama yang
melakukan validasi terhadap proyek dan berbentuk bilateral, yakni hanya terdiri dari
verifikasi terhadap jumlah pengurangan emisi dua negara, masing-masing negara memiliki
GRK (Indonesia JCM Secretariat, 2019). peluang yang lebih besar untuk slaing
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita dapat bernegosiasi dibandingkan dengan kerja sama
melihat bahwa kerjasama JCM merupakan yang berbentuk regional maupun internasional.
kerjasama yang berbentuk G to G atau Setiap harinya, pihak Sekretariat JCM
Governemnet to Government, namun dalam Indonesia dan pihak Sekretariat JCM Jepang
implementasinya berbentuk B to B atau pun terus saling berkomunikasi baik melalui
Business to Business. Terdapat beberapa e-mail maupun telepon untuk terus
alasan yang menjadikan pemerintah suatu berkoordinasi dan berdiskusi mengenai
negara melibatkan pihak swasta dalam implementasi JCM di Indonesia (Suatmadi,
bekerjasama dengan negara lainnya. Salah satu 2019).
yang paling utama adalah kemampuan atau
skill yang diperlukan di lapangan yang lebih Perolehan Indonesia dan Jepang dalam
dikuasai oleh pihak swasta. Meskipun JCM
demikian, pihak swasta tetap memerlukan Selama masa awal perundingan JCM, yaitu
pengawasan dari pihak pemerintah melalui sejak tahun 2010, Jepang telah lebih dulu
perjanjian, khususnya mengenai peran dan memberikan subsidi ke pada perusahaan-
tanggung jawab masing-masing pihak, serta perusahaannya untuk melaksanakan studi
pembagian insentif, risiko, dan timbal balik kelayakan (feasibility studies) terhadap
yang didapat oleh pihak-pihak yang terlibat. proyek-proyek di bawah skema JCM di
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun aktor Indonesia. Hingga tahun 2013, setidaknya ada
non-negara mulai banyak mendominasi 57 studi kelayakan yang telah dilaksanakan
kerjasama lintasnegara, negara tetap menjadi oleh perusahaan Jepang dan perusahaan
aktor kunci dalam kerjasama tersebut. Indonesia di berbagai bidang, seperti energi
Hingga saat ini, pihak yang terlibat dalam terbarukan, efisiensi energi, transportasi
JCM Jepang dan Indonesia, antara lain 7 rendah karbon, pertanian, dan kehutanan
Kementerian Indonesia, 3 Kementerian (Kementerian Koordinator Bidang
Jepang, 4 Kota di Jepang, 100 Perusahaan Perekonomian, 2013).
Jepang, 11 Entitas Pihak Ketiga, 2 BUMN Dalam studi-studi kelayakan, terdapat dua
Indonesia, 39 Perusahaan Indonesia, dan 5 aspek utama yang menjadi fokus perusahaan,
Kota di Indonesia (Yudodahono, 2019). yakni skema pembiayaan dan metodologi
Proyek JCM juga dapat dilakukan melalui perhitungan emisi GRK. Terdapat setidaknya
skema kota-ke-kota. Skema ini menciptakan tiga skema pembiayaan yang dapat dilakukan
kerjasama antara kota di Jepang dan di oleh partisipan proyek, yaitu Model Project,
Indonesia untuk melaksanakan proyek-proyek Demonstration Project, dan Japan Fund for
pengurangan emisi karbon. Di bawah skema JCM – ADB. Skema pembiayaan menjadi hal
JCM, kerja sama ini tidak hanya dapat yang penting dalam studi kelayakan proyek
menyebarkan teknologi rendah karbon ke JCM karena dana menjadi hal krusial dalam
berbagai kota di negara-negara berkembang,
150
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131
151
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari
pihak dalam Komite Bersama. Pihak yang 83,077 tonCO2e di sektor energi terbarukan
mendapat pembagian bukan hanya pihak (Yudodahono, 2019). Hal ini tentu
pemerintah, melainkan juga pihak swasta dari menguntungkan Indonesia, khususnya dalam
masing-masing negara. Pihak swasta sebagai memajukan perekonomian yang lebih ramah
partisipan proyek saling berdiskusi terkait lingkungan.
dengan kredit penurunan emisi yang mereka Selain beberapa perolehan di atas, JCM
dapatkan. Jumlah pembagian dapat juga dapat menjadi pemicu bagi sektor industri
berdasarkan jumlah investasi masing-masing maupun perusahaan-perusahaan di Indonesia
pihak, maupun atas dasar negosiasi lainnya untuk ikut menerapkan teknologi rendah
(Yudodahono, 2019). karbon (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Jepang sebagai negara pemberi subisdi Kehutanan, 2017). Hal ini juga dapat menarik
biasanya mendapatkan minimal 50 persen dari perhatian masyarakat pada umumnya untuk
jumlah kredit karbon yang didapatkan dari sadar akan adanya teknologi rendah karbon.
setiap proyeknya. Hal ini sesuai dengan Dengan adanya JCM di Indonesia, berbagai
jumlah subsidi yang diberikan, yakni perusahaan dari berbagai sektor di Indonesia
maksimal 50 persen pada setiap proyek. memiliki kesempatan untuk menerapkan
Meskipun demikian, setelah kerjasama ini teknologi rendah karbon dengan bantuan dana
berlangsung selama beberapa tahun, jumlah berupa hibah yang tidak Indonesia dapatkan
pembagian kredit menjadi hal yang semakin dari kerjasama lainnya. Bantuan dana ini—
dapat dinegosiasikan karena pada dasarnya, yang bahkan dapat mencapai 50 persen—tentu
JCM merupakan kerjasama bilateral yang sangat membantu pelaksanaan proyek. Selama
mana keduanya dapat saling bernegosiasi ini, salah satu faktor yang menghambat
(Suatmadi, 2019). perkembangan teknologi rendah karbon di
Perolehan kredit karbon ini kemudian Indonesia adalah dana yang dibutuhkan untuk
digunakan untuk membantu memenuhi target instalasi teknologi yang relatif lebih mahal.
NDC masing-masing negara, baik Jepang Bahkan, setelah mendapat bantuan dana dari
maupun Indonesia. Bagian Indonesia sendiri pihak Jepang pun, masih ada beberapa proyek
saat ini telah dilaporkan ke Sistem Registri yang didaftarkan ke JCM namun gagal
Nasional (SRN) yang dikelola oleh Direktorat memenuhi persyaratan karena tidak partisipan
Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, proyek Indonesia tidak mampu menyediakan
Kementerian Lingkungan Hidup dan separuh dananya (Suatmadi, 2019). Hambatan
Kehutanan Republik Indonesia (Kementerian lain yang pernah terjadi selama
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016). keberlangsungan JCM antara lain, kurangnya
Bagi Indonesia, JCM juga merupakan komitmen dari partisipan proyek dan
sumber investasi yang besar, khususnya dalam hambatan birokrasi dari Komite Bersama. Ada
sektor energi, baik konservasi energi, energi beberapa partisipan proyek yang mundur
terbarukan, maupun efisiensi energi. Dari setelah diadakan kesepakatan. Kemudian,
sektor konservasi energi, JCM telah komunikasi yang sulit dijalankan
menghasilkan investasi sebesar 1,671.5 miliar antarkemeneterian yang terlibat dalam Komite
rupiah (85%), dari sektor energi terbarukan Bersama juga terkadang menjadi hambatan,
sebesar 281.6 miliar rupiah (15%), dan sektor meski tidak signifikan (Razaq, 2019).
efisiensi energi sebesar 1377,6 miliar rupiah Selain bagi Indoensia, JCM juga tentu
(88%). Tidak hanya dalam sektor energi, JCM memberikan keuntungan kepada pihak Jepang
juga ikut berinvestasi dalam sektor non-energi, sebagai pihak yang mengajak bekerjasama.
yakni sebesar 6.1 M. Dari sektor-sektor Bagi Jepang, JCM merupakan salah satu bukti
tersebut, jumlah perkiraan penurunan emisi komitmennya sebagai negara maju untuk
yang dihasilkan adalah sebesar 228,749 berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK
tonCO2e dari sektor konservasi energi dan melalui pengembangan teknologi rendah
152
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131
153
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari
154
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131
155