Anda di halaman 1dari 14

Padjadjaran Journal of International Relations (PADJIR)

e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2.26131

Kerja Sama Indonesia-Jepang dalam Joint Credit


Mechanism (JCM) pada Pembangunan Rendah
Karbon di Indonesia
Liana Hasanah
Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran, Indonesia;
email: liana15002@mail.unpad.ac.id
Viani Puspitasari
Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran, Indonesia;
email: v.puspitasari@unpad.ac.id

Dikirim: 1 Juli 2019 Direvisi: 28 Juli 2019 Diterima: 27 Agustus 2019 Dipublikasikan: 31 Agustus 2019

Keywords ABSTRACT
Indonesia, International This article describes Joint Credit Mechanism (JCM) as one of the
Cooperation, Japan, Joint Credit cooperation between Japan and Indonesia which aims to reduce
Mechanism (JCM), Neoliberalism greenhouse gas (GHG) emissions as the main cause of climate
change. The purpose of this article is to explain how this cooperation
is viewed from the perspective of Neoliberalism, with the concept of
international cooperation in the field of environment through three
indicators: the mutual interests of Indonesia and Japan,
participation of both parties, and the acquisition of the two
countries. Uses analitycal descriptive qualitative method, this article
finds that the JCM had fulfilled the mutual interests of the two
countries, not only involving the government, but also the private
sector, as well as providing benefits, both for Japan and Indonesia.
JCM is a cooperation that has good prospects to continue to grow in
the future.

Kata Kunci ABSTRAK


Indonesia, Jepang, Joint Credit Artikel ini mendeskripsikan tentang Joint Credit Mechanism (JCM)
Mechanism (JCM), Kerjasama sebagai salah satu kerjasama antara Indonesia dan Jepang yang
Internasional, Neoliberalisme bertujuan untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai
penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Tujuan dari artikel ini
adalah untuk menjelaskan bagaimana kerjasama ini berlangsung
dilihat dari perspektif Neoliberalisme dengan konsep Kerjasama
Internasional pada isu lingkungan hidup, melalui tiga hal, yakni
kepentingan bersama antara Indonesia dan Jepang, partisipasi kedua
pihak, dan perolehan yang didapat oleh kedua negara. Menggunakan
metode kualitatif dengan desain analitis-deskriptif, artikel ini
menemukan bahwa JCM telah memenuhi kepentingan bersama kedua
negara, tidak hanya melibatkan pihak pemerintah, tetapi juga pihak
swasta, serta memberikan keuntungan, baik bagi Jepang maupun
Indonesia. JCM menjadi sebuah kerjasama yang memiliki prospek
yang baik untuk terus berkembang di masa depan.

142
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131

PENDAHULUAN Massa es di Greenland dan Antartika pun terus


Indonesia dan Jepang merupakan dua negara menurun dari tahun ke tahun, gletser runtuh di
yang memiliki hubungan bilateral yang baik hampir seluruh pegunungan es di dunia,
sejak kedua negara membuka hubungan permukaan air laut meningkat, mengancam
diplomatik pada April 1958 (Kedutaan Besar berbagai negara kepulauan di dunia (NASA's
Jepang di Indonesia, 2018). Hal ini salah Jet Propulsion Laboratory, 2018).
satunya dapat dilihat dari kunjungan kepala Adapun faktor terbesar yang mendorong
negara maupun pejabat senior yang terus terjadinya perubahan iklim adalah
meningkat dalam beberapa tahun terakhir. meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK),
Kedua negara juga aktif terlibat dalam yang mana sebagian besar emisi GRK
berbagai kerjasama di forum regional dan merupakan gas Karbondioksida. Pembakaran
internasional, serta turut andil dalam bahan bakar fosil, seperti dalam transportasi,
memperkuat perdamaian dan stabilitas di deforestasi, produksi listrik, dan kegiatan
kawasan. Selain kerjasama regional dan industri menjadi faktor terbesar dalam
internasional, kerjasama bilateral antara kedua peningkatan jumlah emisi GRK di atmosfer
negara pun terus meningkat dari tahun ke (IPCC, 2015). Kegiatan industri yang
tahun dan dilakukan dalam berbagai bidang, menyumbang emisi GRK tidak hanya kegiatan
mulai dari bidang politik, ekonomi, pariwisata, industri yang dilakukan oleh negara maju,
hingga kerjasama di bidang lingkungan hidup. tetapi juga negara berkembang. Pada tahun
Dalam beberapa dekade terakhir, isu 2014, negara yang paling banyak
lingkungan hidup memang mulai masuk ke menghasilkan emisi karbondioksia adalah
dalam kajian hubungan internasional. Hal ini Tiongkok, Amerika Serikat, Uni Eropa, India,
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, Rusia, dan Jepang (Boden, Marland, & and
beberapa masalah lingkungan hidup, tidak Andres, 2017).
hanya menjadi masalah satu negara, tetapi juga Salah satu kerjasama Pemerintah Indonesia
menjadi masalah global. Kedua, masalah dan Jepang dalam isu perubahan iklim adalah
lingkungan hidup seringkali melibatkan Joint Credit Mechanism (JCM). JCM
common goods atau barang kepemilikan merupakan sebuah mekanisme kerjasama
bersama. Ketiga, banyak masalah lingkungan bilateral yang diinisasi oleh Jepang untuk
hidup yang melewati batas-batas nasional. mengurangi emisi GRK di negara-negara
Keempat, meskipun masalahnya berFada di berkembang. Melalui kerja sama ini,
tingkat lokal, dampak yang ditimbulkan dapat Pemerintah Jepang memberikan subsidi
dialami lintas negara. Terakhir, masalah kepada perusahaan-perusahaan swasta di
lingkungan juga menjadi hal yang tidak dapat negaranya untuk melakukan investasi dalam
dipisahkan dari isu ekonomi-sosial maupun proyek-proyek rendah karbon di neagra-negara
poilitik (Greene, 2001). berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu
Di antara banyaknya isu lingkungan hidup, yang membedakan JCM dengan kerjasama di
salah satu yang paling menuntut perhatian bidang lingkung hidup lainnya adalah adanya
adalah isu perubahan iklim. Terjadinya aspek transfer tekonologi dalam implementasi
perubahan iklim di dunia ditandai oleh proyeknya (JCM Indonesia-Japan, 2018).
beberapa hal, salah satu yang paling utama Sebagai negara yang meratifikasi United
adalah meningkatnya suhu permukaan bumi. Nations Framework Convention on Climate
Sejak akhir abad ke-19, rata-rata suhu Change (UNFCCC), Indonesia dan Jepang
permukaan bumi meningkat sekitar 1,62 memang memiliki kewajiban untuk ikut
derajat Farenheit atau sekitar 0,9 derajat berkontribusi dalam pengurangan emisi GRK.
Celcius, menjadikan 35 tahun terakhir sebagai Pada Persetujuan Paris 2015, negara-negara
masa paling panas sepanjang sejarah Bumi. anggota UNFCCC untuk pertama kalinya

143
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari

membuat komitmen yang cukup ambisius perolehan yang didapat oleh masing-masing
dalam upaya penanggulangan perubahan negera.
iklim, yaitu untuk menjaga suhu bumi agar KERANGKA KONSEPTUAL
berada di bawah 2 derajat Celsius atau bahkan Neoliberalisme
kurang dari 1,5 derajat Celsius. Untuk Neoliberalisme merupakan perspektif yang
memperkuat komitmen ini, negara-negara cukup berpengaruh secara signifikan terhadap
anggota kemudian diminta untuk menyerahkan perkembangan studi Hubungan Internasional.
Nationally Determined Contributions (NDC), Fokus utama dari neoliberalisme adalah
yang berisi target-target dan upaya-upaya yang bagaimana mencapai kerjasama antarnegara
akan dilakukan negara kedepannya untuk atau aktor lainnya dalam sistem internasional.
menanganani fenomena perubahan iklim. Neoliberalisme tidak menolak sistem
Pada mulanya, JCM dibentuk sebagai internasional yang bersifat anarkis, namun
respon terhadap dibukanya kesempatan bagi menganggap bahwa pengaruh anarki menurut
negara-negara anggota UNFCCC untuk Neorealisme terlalu berlebihan.
merumuskan mekanisme perdagangan kabon Neoliberalisme meyakini bahwa kerjasama
yang baru (setelah sebelumnya ada 3 tetap dapat dilakukan dan adanya
mekanisme di bawah Protokol Kyoto, yaitu kemungkinan untuk mendapat keuntungan
Joint Implementation (JI), Emission Trading bersama melalui penerapan norma, rezim,
(ET), dan Clean Development Mechanism ataupun institusi (Sterling-Folker, 2013).
(CDM)) pada tahun 2011. Meski pada Terdapat beberapa asumsi pokok dari
akhirnya tidak menjadi mekanisme yang noliberalisme, yaitu: (1) Negara sebagai aktor
berada langsung di bawah UNFCCC, kunci dalam Hubungan Internasional,
melainkan sebagai mekanisme bilateral antara meskipun terdapat aktor-aktor lain yang juga
Jepang dengan negara-negara berkembang signifikan. Negara akan selalu
(hingga saat ini telah berjumlah 17 negara memaksimalkan kepentingannya dalam
berkembang termasuk Indonesia), JCM berbagai isu, sesuai dengan sifatnya yang
menjadi implementasi dari pasal 6 Persetujuan rasional dan instrumental; (2) Negara-negara
Paris yang menyatakan bahwa setiap negara akan selalu berusaha untuk memaksimalkan
dapat mengadakan kerjasama secara sukarela keuntungan absolut melalui kerjasama. Sifat
untuk mencapai ambisi yang lebih tinggi rasional dari suatu negara menuntun negara
dalam aksi mitigasi dan adaptasi negara untuk melihat nilai dalam perilaku kerjasama.
tersebut untuk mempromosikan pembangunan Negara tidak terlalu fokus pada keunggulan
berkelanjutan dan integeritas lingkungan. yang negara lain dapatkan dalam penyusunan
Hingga saat ini, JCM di Indonesia telah kerjasama. Adapun hambatan terbesar dalam
berlangsung selama lima tahun dengan kerjasama adalah ketidakpatuhan atau
berbagai perkembangan, perolehan, dan kecurangan yang dilakukan negara; (3) Negara
hambatannya sendiri. Penelitian ini akan akan memberikan loyalitas dan sumber
membahas lebih lanjut mengenai kerjasama dayanya pada institusi apabila institusi tersebut
antara Indonesia dan Jepang dalam Joint dilihat sebagai kepentingan bersama atau
Credit Mechansim (JCM) pada pembangunan menaikkan peluang negara tersebut untuk
rendah karbon di Indonesia melalui mengamankan kepentingan internasionalnya
pendekatan Neoliberalisme dan konsep (Lamy, 2014).
kerjasama internasional untuk mengetahui Perspektif neoliberlisme lebih relevan
bagaimana kerjasama ini berlangsung sejak dalam area isu di mana negara - negara
tahun 2013 hingga 2018 dilihat dari tiga hal, memiliki kepentingan bersama. Dalam
yakni kepentingan bersama antara Indonesia perkembangannya, kepentingan bersama
dan Jepang, partisipasi kedua pihak, dan sebagai salah satu fokus dalam Neoliberalisme
telah meluas melebihi perdagangan dan isu-isu

144
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131

pembangunan, melainkan juga dalam kerjasama dalam kondisi ketergantungan.


mengatasi ancaman keamanan baru, seperti Masalah ekologi, seperti polusi, pertanian,
ancaman terorisme, proliferasi senjata populasi, dan kesehatan juga dapat mendorong
pemusnah masal, konflik internal yang adanya kerjasama. Perubahan iklim menjadi
mengancam stabilitas kawasan dan global, dan isu yang tidak terkecuali. Isu-isu seperti ini
bahkan isu-isu lingkungan hidup (Lamy, tidak dapat dipahami dengan definisi
2014). interdependensi biasa saja. Hal ini yang
mendorong Keohane dan Nye untuk
Kerjasama Internasional pada Lingkungan memperkenalkan "interdependensi kompleks"
Hidup atau ―complex interdependence‖ sebagai cara
Menurut Keohane, kerjasama internasional untuk mengakarakterisasi dampak spesifik
dimulai ketika aktor-aktor (negara) berada yang meningkatkan interdependensi (Sterling-
dalam situasi di mana kebijakan setiap aktor Folker, 2013).
dalam mencapai kepentingannya (tanpa Terdapat tiga karakteristik utama dari
memperhatikan kepentingan aktor lain) interdependensi kompleks. Pertama, adanya
dianggap oleh aktor lain sebagai penghalang berbagai saluran yang menghubungkan
atas pencapaian tujuan mereka. Oleh karena masyarakat, baik saluran antarnegara,
itu, kerjasama internasional muncul dan terjadi antarpemerintah maupun transnasional. Kedua,
ketika negara menyesuaikan perilaku mereka tidak adanya hierarki antaragenda atau isu-isu
dengan preferensi aktual atau yang diantisipasi dalam hubungan internasional. Hal ini ditandai
oleh negara lain melalui suatu koordinasi dengan mulai munculnya banyak masalah
kebijakan (Keohane, 1984). Konsepsi yang mulanya dianggap sebagai kebijakan
mengenai kerjasama internasional tersebut dalam negeri menjadi sebuah kebijakan luar
memuat dua elemen penting. Pertama, negeri dan semakin kaburnya perbedaan antara
konsepsi ini mengasumsikan bahwa perlaku masalah dalam dan luar negeri, termasuk di
aktor diarahkan untuk mencapai beberapa dalamnya masalah lingkungan hidup. Terakhir,
tujuan. Tujuan-tujuan tersebut tidak harus kekuatan militer dianggap tidak lagi relevan
selalu sama bagi setiap aktor yang terlibat, dalam menanggulangi masalah yang ada di
namun para aktor menganggap bahwa hal kawasan atau pada pihak-pihak yang terlibat
tersebut merupakan perilaku rasional bagi dalam interdependensi kompleks.
pihak mereka. Kedua, kerjasama menghasilkan Selanjutnya, khusus mengenai kerjasama
keuntungan atau penghargaan bagi para aktor. dalam lingkungan hidup, atau lebih
Keuntungan yang didapat setiap negara tidak spesifiknya lagi dalam isu perubahan iklim,
harus sama besar maupun sama jenis, tetapi terdapat beberapa teori klasik dalam
harus bersifat timbal balik (Milner, 1992, hal. Hubungan Internasional yang dapat digunakan
468). untuk memahami kerjasama tersebut, salah
Kerjasama internasional berakar dari satunya adalah Neoliberal Institusionalisme.
kondisi interdependesi yang terjadi di antara Oran Young (dalam Rowlands, 2001, hal. 54)
negara-negara. Isu-isu ekonomi, seperti membagi pandangan neoliberal
keseimbangan dan hambatan perdagangan, institusionalisme menjadi dua, yaitu
aset cadangan, nilai tukar, kebijakan fiskal, kontraktarian atau "contractarian" dan
dan ekonomi pasar kapitalis merupakan isu konstitutif atau "constitutive".
yang secara universal dianggap paling Dalam artikel ini akan digunakan
menggambarkan interdependesi antarnegara. pandangan kontraktarian. Para kontraktarian
Meskipun demikian, ekonomi bukanlah satu- mengakui keberadaan aktor-aktor dengan
satunya bidang di mana kepentingan akan identitas masing-masing, beserta dengan
keuntungan bersama mendorong adanya kepentingan yang melekat kepada identitas ini.

145
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari

Para aktor—dengan identitas dan kepentingan Selanjutnya, mengenai prospek masa


masing-masing tersebut—akan termotivasi depan, melihat perkembangan institusi
untuk membuat sebuah institusi ketika mereka lingkungan hidup yang sudah berlangsung
menyadari bahwa bekerja secara individual sejak tahun 1990-an (khususnya Conference of
akan mengarah pada kerugian atau Parties dan Sekretariatnya, serta berbagai
ketidakmampuan untuk memeroleh badan terakit), prospek untuk interaksi yang
keuntungan bersama. Ide-ide yang sedang berlangsung mungkin sebenarnya lebih
diidentifikasikan sebagai "kontraktor" di sini tinggi daripada rata-rata masalah internasional
sebelumnya juga telah diberi label sebagai yang lain. Hal ini akan menambah keyakinan
"kerjasama di bawah anarki". Dalam negara-negara mengenai presistensi isu
pandangan ini, negara sebagai unit analisis lingkungan hidup dalam agenda internasional
biasa akan bertindak sebagai pemaksimal sehingga mereka lebih mudah untuk bekerja
utilitas, yang kemudian mengevaluasi sama (Rowlands, 2001, hal. 56).
keuntungan dan biaya relatif dari tindakan Pada akhirnya, jumlah peserta dalam isu
kooperatif mereka. Ketika sejumlah negara perubahan iklim menjadi cukup tinggi. Melihat
mengganggap sesuatu itu sebagai kepentingan globalitasnya, setiap negara di dunia memiliki
bersama, maka mereka semua akan kepentingan dalam setiap bentuk perjanjian
memutuskan untuk bekerja sama. Dalam isu internasional dalam bidang lingkungan hidup.
perubahan iklim, apabila para aktor menyadari Tidak heran, apabila setiap negara di dunia
bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk terliba—setidaknya sampai batas tertentu—
menanggulangi perubahan iklim ternyata lebih dalam setiap proses negosiasi. Meskipun hal
besar dibandingkan dengan keuntungan dari ini bukan pertanda sangat baik dalam
terus menghasilkan emisi GRK, maka aturan- mencapai kesepakatan (mengingat salah satu
aturan atau kerjasama untuk membatasi emisi syarat berkembangnya kerjasama internasional
GRK pun akan disepakati (Rowlands, 2001, adalah jmlah peserta yang sedikit), hal tersebut
hal. 49). cukup menggembirakan bagi negara-negara
Dalam pandangan kontraktarian, sebuah yang memperjuangkan kerjasama
kerjasama akan terus berkembang, ketika internasional. Pada intinya, para penganut
sasatu atau beberapa kondisi berikut ini dapat pandangan kontraktarian bersikap optimis
dipenuhi, yaitu (1) Adanya kepentingan terhadap prospek kerjasama. Selain itu,
bersama; (2) Prospek masa depan yang kepentingan menjadi hal yang memainkan
panjang; dan (3) Jumlah peserta yang relatif peran kunci dalam pengembangan respons
sedikit. Kepentingan bersama tentu menjadi internasional hingga saat ini (Rowlands, 2001,
seusatu yang melekat pada isu perubahan hal. 57).
iklim. Banyak orang yang menganggap
perubahan iklim sebagai "tragedy of METODE RISET
commons," di mana para aktor akan mengakui Metode yang digunakan dalam penelitian ini
bahwa emisi GRK menimbulkan efek buruk adalah metode kualitatif dengan desain
yang berkelanjutan dan mungkin akan deskriptif-analitis. Penelitian ini menggunakan
mengakui bahwa mereka memiliki teknik pengumpulan data berdasarkan studi
kepentingan untuk bekerja sama dalam berbasis internet, studi berbasis pustaka, dan
mengurangi emisi tersebut. Mereka juga akan wawancara. Teknik tersebut digunakan guna
mengakui bahwa jika mereka tidak segera memeroleh data mengenai sejarah
bekerja sama, maka semua aktor akan pembentukan JCM di Indonesia, kepentingan
mendapatkan kerugian, yaitu bumi yang akan Indonesia dan Jepang dalam JCM, partisipasi
semakin panas dalam jangka waktu yang dan perolehan kedua pihak dalam JCM, serta
panjang (Rowlands, 2001, hal. 57). data-data lainnya yang diperlukan untuk
memahami bagaimana kerjasama Indonesia

146
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131

dan Jepang dalam JCM pada pembangunan meratifikasi Persetujuan Paris melalui
rendah karbon di Indonesia. Validasi data Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016.
dilakukan melalui teknik triangulasi,
sementara teknik analasis data yang digunakan Konsep Dasar JCM
adalah analisis wacana. Joint Credit Mechanism (JCM) merupakan
sebuah mekanisme mitigasi perubahan iklim
KERJASAMA INDONESIA JEPANG berbasis proyek yang diinisiasi oleh
DALAM JOINT CREDIT Pemerintah Jepang ke berbagai negara-negara
MECHANISM (JCM) PADA berkembang di Asia dan Afrika. Mekanisme
PEMBANGUNAN RENDAH KARBON ini dilaksanakan melalui kerja sama bilateral,
DI INDONESIA dengan cara pemberian subsidi dari
Pemerintah Jepang kepada perusahaan-
perusahaan swasta Jepang untuk melakukan
Kondisi Lingkungan Hidup Indonesia
investasi di proyek pembangunan rendah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
karbon di negara berkembang (JCM
sebagian besar wilayahnya didominasi oleh
Indonesia-Japan, 2018). Tujuan dari kerja
wilayah perairan dengan luas lautan sebesar
sama ini adalah untuk mengurangi emisi GRK
5,6 juta kilometer persegi atau sebesar 70
sebagai penyebab utama terjadinya perubahan
persen dari total seluruh wilayah. Hampir 65
iklim. Pengurangan emisi tersebut berbentuk
persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah
kredit karbon yang nantinya dapat digunakan
pesisir (Badan Pusat Statistik Indonesia,
oleh kedua negara untuk mrncapai target
2017). Kondisi tersebut menjadikan Indonesia
pengurangan emisi karbon masing-masing
sebagai negara yang memiliki kerentanan
neagra di bawah UNFCCC.
terhadap perubahan iklim.
Kerja sama ini mencakup beberapa sektor,
Di sisi lain, Indonesia juga merupakan
mulai dari sektor energi, industri, transportasi,
salah satu negara penyumbang emisi GRK
deforestasi, hingga pertanian. Hingga saat ini,
dengan jumlah besar setiap tahunnya. Adapun
telah ada 17 negara berkembang di asia dan
sektor yang menyumbangkan emisi paling
Afrika yang memiliki kerja sama bilateral
besar adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan
dengan Jepang dalam skema JCM. Negara-
Penggunahan Lahan, sebesar 60,44 persen, dan
negara tersebut adalah Bangladesh, Kenya,
sektor energi sebesar 31,93 persen. Sektor
Maladewa, Indonesia, Mongolia, Laos,
lainnya, yaitu Industri dan Penggunaan
Vietnam, Kosta Rika, Kamboja, Palau,
Produk, sebesar 2,20 persen, dan limbah
Meksiko, Myanmar, Arab Saudi, Thailand,
sebesar 5,44 persen. Dalam sektor Pertanian,
Chili, dan terakhir Filipina yang baru
Kehutanan, dan Penggunahan Lahan, emisi
mengadakan kesepakatan pada tahun 2017.
paling banyak dihasilkan dari kebakaran hutan
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara
dan lahan gambut, yaitu sebsar 27,62 persen
pertama yang melakukan kesepakatan JCM,
(Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017).
yaitu pada tahun 2013 (Global Environment
Meskipun demikian, Pemerintah Indonesia
Centre Foundation, 2018).
cukup memberikan perhatian terhadap upaya
penanganan perubahan iklim. Indonesia
merupakan salah satu negara yang meratifikasi JCM di Indonesia
UNFCCC melalui UU Nomor 6 Tahun 1994, JCM di Indonesia pertama didiskusikan oleh
meratifikasi Protokol Kyoto mengenai Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia
pengurangan emisi GRK, khususnya bagi sejak tahun 2010. Hal ini dimulai pada
negara-negara industri melalui UU Nomor 17 pertemuan informal antara Dewan Nasional
Tahun 2004, dan pada tahun 2016, Indonesia Perubahan Iklim (DNPI) dengan Delegasi dari
Pemerintah Jepang mengenai Bilateral Offset

147
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari

Mechanism (BOM). Pertemuan tersebut di Paris, Presiden Shinzo Abe menyatakan


dilanjutkan pada tahu 2011 dalam pertemuan bahwa kunci dari pertumbuhan ekonomi dan
formal antara DNPI dengan Kementerian pembangunan tanpa mengenyampingkan
terkait Jepang mengenai rencana kerjasama perubahan iklim terlektak pada teknologi
dalam kerangka JCM. inovatif yang ramah lingkungan. Terlepas dari
Kemudian pada tahun 2012, dibentuklah fakta PLTN yang terancam keamanannya
Tim Koordinasi Perundingan Perdagangan pasca Gempa Fukushima 2011, Jepang
Karbon Antarnegara (TKPPKA) sebagai pihak memang terkenal sebagai negara dengan
pengimbang dalam proses perundingan JCM berbagai teknologi inovatif yang ramah
dengan pihak Jepang. Dalam masa lingkungan. Oleh karena itu, Abe mengatakan
perundingan tersebut, TKPPKA juga bahwa Jepang berkomitmen untuk
memasukkan berbagai pandangan dan saran berkontribusi pada penurunan emisi GRK
dari lembaga-lembaga non-pemerintah secara global melalui teknologi ramah
termasuk perusahaan swasta yang didapatkan lingkungan yang dibarengi dengan dukungan
melalui berbagai lokakarya yang diadakan terhadap negara-negara berkembang (MInistry
oleh TKPPKA (Kementerian Koordinator of the Environment Japan, 2016).
Bidang Perekonomian, 2013). Akhirnya pada JCM menjadi instrumen yang tepat untuk
tahun 2013, Pemerintah Indonesia, diwakili mengimplementasikan komitmen tersebut.
oleh Menteri Koordinator Bidang Melalui JCM, Jepang dapat menyebarkan
Perekonomian, Hatta Rajasa dan Pemerintah teknologi rendah karbon unggulannya
Jepang diwakili oleh Menteri Luar Negeri, sekaligus membuktikan komitmennya dalam
Fumio Kishida menandatangai kesepakatan penanganan perubahan iklim. Hasil kredit
JCM. karbon dari JCM juga digunakan, baik oleh
Jepang, maupun oleh Indoensia untuk
Kepentingan Bersama Indonesia dan memnuhi target penurunan emisi GRK yang
Jepang dalam JCM tertulis di dalam Nationally Determination
Jepang merupakan sebuah negara kepulauan Contributions (NDC) masing-masing negara
yang terletak di Pesisir Lautan Pasifik dan pasca Persetujuan Paris 2015.
menjadi salah satu negara yang terkena Jepang dan Indonesia merupakan negara
dampak signfikan dari perubahan iklim. Sejak anggota UNFCCC yang memiliki kewajiban
100 tahun terakhir, peningkatan rata-rata suhu untuk ikut berkontribusi pada upaya
di Jepang lebih tinggi daripada peningkatan penurunan emisi GRK. Pada tahun 2016,
suhu rata-rata global, yaitu sebesar 1.19 oC kedua negara meratifikasi Persetujuan Paris
(suhu rata-rata global 0.9oC) (Ministry of the 2015 yang berisi komitmen negara-negara
Environment Japan, 2018). Jepang juga untuk mempertahankan kenaikan suhu bumi
merupakan salah satu negara penghasil emisi kurang dari 2 derajat Celcius atau bahkan lebih
GRK terbesar di dunia. Sejak bencana nulkir ambisius lagi, hingga kurang dari 1,5 derajat
Fukushima Daichi pada tahun 2011, rencana Celcius. Negara-negara yang meratifikasi
dekarbonisasi Jepang mundur secara signifikan Persetujuan Paris tersebut kemudian diminta
dan membuat Jepang terpaksa harus untuk memperkuat komitmennya dnegan cara
memperluas penggunaan bahan bakar fosil menyerahkan NDC yang berisi target dan
untuk memenuhi permintaan energi di upaya yang akan dilakukan untuk menurunkan
negaranya (The Carbon Brief Profile: Japan, emisi GRK. Adapun target Jepang yang
2018). tertulis dalam emisinya adalah sebesar 26%
Kondisi ini tentu memaksa Jepang untuk pada tahun 2030 dibandingkan dengan emisi
melakukan upaya-upaya lain dalam rangka pada tahun 2013 (25.4% dibandingkan dengan
pengendalian perubahan iklim. Dalam COP21 tahun 2005). Sementara Indonesia memiliki
target untuk mengurangi emisi GRK sebesar

148
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131

29% di bawah Business as Usual atau 41% terhadap perubahan iklim. Hingga tahun 2015,
dengan bantuan internasional. Bantuan sebanyak 60 persen penduduk Indonesia
internasional tersebut dapat berupa pendanaan, bermukim di daerah pesisir dan 80 persen
transfer dan pengembangan teknologi, serta bencana selalu berkaitan dengan perubahan
peningkatan kapasitas. JCM menjadi sebuah iklim, seperti banjir di pesisir atau kenaikan
mekanisme yang melengkapi semua aspek permukaan air laut.
tersebut sehingga dapat membantu Indonesia Oleh karena itu, Indonesia sangat
dalam mencapai ambisi yang lebih tinggi menyambut berbagai bentuk kerja sama, baik
dalam upaya penurunan emisi. kerja sama bilateral, regional, maupun
Sama halnya speerti Jepang, Presiden Joko internasional sebagai upaya adaptasi dan
Widodo pada COP21 di Paris juga menyatakan mitigasi perubaan iklim, khususnya dalam
komitmen Indonesia sebagai salah satu paru- JCM yang di dalamnya mencakup aspek
paru dunia untuk senantiasa berkontribusi pendanaan, transfer teknologi, termasuk
dalam upaya penanganan perubahan iklim. pembangunan kapasitas. Kerja sama
Indonesia sangat mendukung Persetujuan internasional dalam penurunan emisi GRK
Paris, yang mana di dalamnya negara-negara sebagai penyebab perubahan iklim juga selaras
dituntut untuk berkontribusi sesuai dengan dengan mandat konstitusi, khususnya pasal
kemampuan negaranya masing-masing dan 28H UUD RI 1945 yang menyatakan bahwa
mendorong negara maju untuk sama-sama bahwa setiap orang berhak mendapatkan
membantu negara berkembang agar dapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
meningkatkan kapasitasnya dalam upaya mana hal tersebut harus dipenuhi oleh
penanganan perubahan iklim ini, khususnya Pemerintah Indonesia.
dalam pengurangan emisi GRK (Direktorat Berdasrkan hal tersebut, kita dapat melihat
Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, bahwa meskipun Jepang dan Indonesia
2015). memiliki beberapa tujuan yang berbeda dalam
Kerja sama internasional untuk memenuhi kerja sama JCM, kerja sama tetap dapat
target Persetujuan Paris kemudian diatur berjalan selama tujuan tersebut dianggap
dalam Pasal 6 Persetujuan Paris 2015. Pasal rasional oleh masing-masing pihak dan dapat
tersebut menyatakan bahwa setiap negara memenuhi kepentingan masing-masing negara.
dapat mengadakan kerja sama secara sukarela
untuk mencapai ambisi yang lebih tinggi Partisipasi pihak Indonesia dan pihak
dalam aksi mitigasi dan adaptasi negara Jepang dalam JCM
tersebut untuk mempromosikan pembangunan Dalam implementasi JCM, terdapat beberapa
berkelanjutan dan integeritas lingkungan asal. pihak yang terlibat, yang semuanya memiliki
Dengan demikian, JCM dapat diakui sebagai fungsi dan perannya masing-masing. Pihak-
upaya untuk mencapai target penurunan emisi pihak tersebut, antara lain Pemerintah Jepang
GRK ini. dan Indonesia, Komite Bersama, yang terdiri
Selain untuk memenuhi target penurunan dari Kementerian-Kementerian terkait dari dua
emisi GRK pasca Persetujuan Paris 2015, negara, Sekretariat JCM, Partisipan Proyek
sama halnya seperti Jepang, Indonesia juga atau perusahaan, dan pihak ketiga. Pemerintah
memiliki kepentingan untuk melakukan upaya- Jepang dan Pemerintah Indonesia memiliki
upaya penurunan emisi GRK, termasuk fungsi untuk untuk menandatangani
melalui kerja sama internasional, karena kesepakatan JCM, menerbitkan kredit karbon
adanya tuntutan dari kondisi geografis dari hasil penurunan emisi serta membangun
Indonesia yang sangat rentan terhadap dan mengelola sistem registrasi. Adapun
perubahan iklim. Secara geografis, Indonesia fungsi dari Komite Bersama (dibantu
merupakan negara kepulauan yang rentan Sekretariat JCM) adalah untuk

149
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari

mengembangkan dan merevisi aturan, tetapi juga menjadi sarana bagi kota-kota
pedoman, dan metodologi dari pelaksanaan tersebut untuk saling berbagi pengetahuan
proyek, mengatur pendaftaran proyek dan mengenai upaya-upaya pengurangan emisi
mendiskusikan implementasi dari proyek GRK (Indonesia JCM Secretariat, 2019).
JCM. Partisipan proyek atau perusahaan dari Hingga saat ini, telah ada 5 (lima) kota di
kedua negara berfungsi untuk Indonesia dan 4 kota di Jepang yang terlibat
mengimplementasikan dan mengawasi proyek. dalam skema ini (Yudodahono, 2019).
Sedangkan pihak ketiga berfungsi untuk Karena JCM merupakan kerja sama yang
melakukan validasi terhadap proyek dan berbentuk bilateral, yakni hanya terdiri dari
verifikasi terhadap jumlah pengurangan emisi dua negara, masing-masing negara memiliki
GRK (Indonesia JCM Secretariat, 2019). peluang yang lebih besar untuk slaing
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita dapat bernegosiasi dibandingkan dengan kerja sama
melihat bahwa kerjasama JCM merupakan yang berbentuk regional maupun internasional.
kerjasama yang berbentuk G to G atau Setiap harinya, pihak Sekretariat JCM
Governemnet to Government, namun dalam Indonesia dan pihak Sekretariat JCM Jepang
implementasinya berbentuk B to B atau pun terus saling berkomunikasi baik melalui
Business to Business. Terdapat beberapa e-mail maupun telepon untuk terus
alasan yang menjadikan pemerintah suatu berkoordinasi dan berdiskusi mengenai
negara melibatkan pihak swasta dalam implementasi JCM di Indonesia (Suatmadi,
bekerjasama dengan negara lainnya. Salah satu 2019).
yang paling utama adalah kemampuan atau
skill yang diperlukan di lapangan yang lebih Perolehan Indonesia dan Jepang dalam
dikuasai oleh pihak swasta. Meskipun JCM
demikian, pihak swasta tetap memerlukan Selama masa awal perundingan JCM, yaitu
pengawasan dari pihak pemerintah melalui sejak tahun 2010, Jepang telah lebih dulu
perjanjian, khususnya mengenai peran dan memberikan subsidi ke pada perusahaan-
tanggung jawab masing-masing pihak, serta perusahaannya untuk melaksanakan studi
pembagian insentif, risiko, dan timbal balik kelayakan (feasibility studies) terhadap
yang didapat oleh pihak-pihak yang terlibat. proyek-proyek di bawah skema JCM di
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun aktor Indonesia. Hingga tahun 2013, setidaknya ada
non-negara mulai banyak mendominasi 57 studi kelayakan yang telah dilaksanakan
kerjasama lintasnegara, negara tetap menjadi oleh perusahaan Jepang dan perusahaan
aktor kunci dalam kerjasama tersebut. Indonesia di berbagai bidang, seperti energi
Hingga saat ini, pihak yang terlibat dalam terbarukan, efisiensi energi, transportasi
JCM Jepang dan Indonesia, antara lain 7 rendah karbon, pertanian, dan kehutanan
Kementerian Indonesia, 3 Kementerian (Kementerian Koordinator Bidang
Jepang, 4 Kota di Jepang, 100 Perusahaan Perekonomian, 2013).
Jepang, 11 Entitas Pihak Ketiga, 2 BUMN Dalam studi-studi kelayakan, terdapat dua
Indonesia, 39 Perusahaan Indonesia, dan 5 aspek utama yang menjadi fokus perusahaan,
Kota di Indonesia (Yudodahono, 2019). yakni skema pembiayaan dan metodologi
Proyek JCM juga dapat dilakukan melalui perhitungan emisi GRK. Terdapat setidaknya
skema kota-ke-kota. Skema ini menciptakan tiga skema pembiayaan yang dapat dilakukan
kerjasama antara kota di Jepang dan di oleh partisipan proyek, yaitu Model Project,
Indonesia untuk melaksanakan proyek-proyek Demonstration Project, dan Japan Fund for
pengurangan emisi karbon. Di bawah skema JCM – ADB. Skema pembiayaan menjadi hal
JCM, kerja sama ini tidak hanya dapat yang penting dalam studi kelayakan proyek
menyebarkan teknologi rendah karbon ke JCM karena dana menjadi hal krusial dalam
berbagai kota di negara-negara berkembang,

150
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131

pelaksanaan proyek bahkan bisa menjadi diumpankan ke generator turbin dan


faktor penyebab gagalnya pelaksanaan. menghasilkan listrik. Proyek yang dimulai
Adapun metodologi yang akan diterapkan juga sejak tahun 2014 ini dapat berkontribusi pada
penting untuk dipelajari kelayakannya agar pengurangan emisi GRK sebesar 122.358
hasil pengurangan emisi GRK nantinya dapat tCO2 per tahun atau setara dengan serapan
diakui oleh forum/mekanisme internasional. emisi GRK dari 4.295 batang pohon trembesi
Setelah 5 tahun berjalan, JCM telah di lahan seluas 96 hektar (Sekretariat JCM
menghasilkan 115 studi kelayakan, 17 Indonesia, 2018).
metodologi yang telah disetujui, 18 Hingga tahun 2018, dua fasilitas WHPRG
metodologi dalam proses, dan 14 proyek yang telah berhasil dibangun oleh PT Semen
telah diregistrasi. Metodologi yang telah Indonesia Tbk. Dua fasilitas tersebut terdapat
disetujui merupakan metodologi yang telah di Pabrik Indarung Padang dan Pabrik Tuban,
lulus studi kelayakan, melewati penyerahan Jawa Timur dengan kapasitas masing-masing
usulan metodologi, dan disetujui oleh Komite 8,6 MW dan 30,6 MG. Selain dapat
Bersama untuk maju ke tahap selanjutnya, mengurangi emisi GRK, listrik yang
mulai dari pengembangan Project Design dihasilkan oleh istem WHR ini juga dapat
Document (PDD), pelaksanaan, hingga proses membantu perusahaan dalam mengurangi
validasi dan penerbitan kredit. Sementara itu, biaya penggunaan listrik hingga 15 persen.
proyek telah yang telah diregistrasi merupakan Kerja sama ini juga memfasilitasi transfer
proyek yang telah lulus tahap validasi pengetahuan antara kedua perusahaan,
sehingga diakui sebagai proyek di bawah khususnya untuk proyek WHRPG di industri
skema JCM. Mekipun JCM mencakup 15 semen (Sekretariat JCM Indonesia, 2018). Hal
sektor yang berbeda, sebagian besar proyek ini tentu sangat menguntungkan baik bagi
yang telah diregistrasi maupun dalam proses perusahaan dalam hal finansial, maupun bagi
merupakan proyek yang bergerak di sektor Indonesia dalam hal pengurangan emisi
energi (JCM Indonesia Secretariat, 2018). karbon. Pada tahun 2018, Proyek 32 MW
Terdapat beberapa keuntungan yang WHRPG menerima Penghargaan Subroto
diperoleh Indonesia dari proyek-proyek yang 2018 untuk sektor konservasi energi dari
dilaksanakan di bawah skema JCM, di Kementerian ESDM (PT Semen Indonesia,
antaranya adalah kredit karbon yang dapat 2018). Selain proyek tersebut, terdapat proyek-
membantu memenuhi NDC Indonesia, transfer proyek yang telah diregistrasi lainnya yang
teknologi dan investasi hijau, dan mendorong juga tidak kalah menguntungkan.
perusahaan-perusahaan serta memberikan Selain berbagai metodologi dan proyek
kesadaran kepada masyarakat Indonesia untuk yang tengah dalam proses maupun telah
mulai menggunakan teknologi rendah karbon diregistrasi, terdapat 6 (enam) proyek di
dalam industri maupun kehidupan sehari-hari. bawah skema JCM yang telah berhasil
Salah satu proyek yang telah diregistrasi di menerbitkan kredit karbon. Di antara negara-
bawah skema JCM adalah Proyek Waste Heat negara yang berkerjasama dengan Jepang di
Recovery Power Generation (WHRPG) \ yang dalam JCM, Indonesia merupakan negara
dilaksanakan oleh perusahaan asal Jepang, pertama yang berhasil menerbitkan kredit
JHE Engineering dengan PT Semen Indonesia, karbon (Tempo.co, 2016). Adapun total emisi
Tbk. Proyek ini mengurangi emisi GRK yang berhasil dikurangi dari proyek tersbeut
dengan cara memanfaatkan limbah panas dari adalah 745 tCO2e dengan pembagian 450
proses produksi semen menjadi energi listrik. tCO2e untuk pihak Jepang dan 295 tCO2e
Dengan adanya sistem Waste Heat Recovery untuk pihak Indonesia.
(WHR), limbah panas dari proses produksi Pembagian kredit karbon merupakan hal
semen diubah menjadi uap untuk kemudian dilakukan atas dasar negosiasi antara kedua

151
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari

pihak dalam Komite Bersama. Pihak yang 83,077 tonCO2e di sektor energi terbarukan
mendapat pembagian bukan hanya pihak (Yudodahono, 2019). Hal ini tentu
pemerintah, melainkan juga pihak swasta dari menguntungkan Indonesia, khususnya dalam
masing-masing negara. Pihak swasta sebagai memajukan perekonomian yang lebih ramah
partisipan proyek saling berdiskusi terkait lingkungan.
dengan kredit penurunan emisi yang mereka Selain beberapa perolehan di atas, JCM
dapatkan. Jumlah pembagian dapat juga dapat menjadi pemicu bagi sektor industri
berdasarkan jumlah investasi masing-masing maupun perusahaan-perusahaan di Indonesia
pihak, maupun atas dasar negosiasi lainnya untuk ikut menerapkan teknologi rendah
(Yudodahono, 2019). karbon (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Jepang sebagai negara pemberi subisdi Kehutanan, 2017). Hal ini juga dapat menarik
biasanya mendapatkan minimal 50 persen dari perhatian masyarakat pada umumnya untuk
jumlah kredit karbon yang didapatkan dari sadar akan adanya teknologi rendah karbon.
setiap proyeknya. Hal ini sesuai dengan Dengan adanya JCM di Indonesia, berbagai
jumlah subsidi yang diberikan, yakni perusahaan dari berbagai sektor di Indonesia
maksimal 50 persen pada setiap proyek. memiliki kesempatan untuk menerapkan
Meskipun demikian, setelah kerjasama ini teknologi rendah karbon dengan bantuan dana
berlangsung selama beberapa tahun, jumlah berupa hibah yang tidak Indonesia dapatkan
pembagian kredit menjadi hal yang semakin dari kerjasama lainnya. Bantuan dana ini—
dapat dinegosiasikan karena pada dasarnya, yang bahkan dapat mencapai 50 persen—tentu
JCM merupakan kerjasama bilateral yang sangat membantu pelaksanaan proyek. Selama
mana keduanya dapat saling bernegosiasi ini, salah satu faktor yang menghambat
(Suatmadi, 2019). perkembangan teknologi rendah karbon di
Perolehan kredit karbon ini kemudian Indonesia adalah dana yang dibutuhkan untuk
digunakan untuk membantu memenuhi target instalasi teknologi yang relatif lebih mahal.
NDC masing-masing negara, baik Jepang Bahkan, setelah mendapat bantuan dana dari
maupun Indonesia. Bagian Indonesia sendiri pihak Jepang pun, masih ada beberapa proyek
saat ini telah dilaporkan ke Sistem Registri yang didaftarkan ke JCM namun gagal
Nasional (SRN) yang dikelola oleh Direktorat memenuhi persyaratan karena tidak partisipan
Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, proyek Indonesia tidak mampu menyediakan
Kementerian Lingkungan Hidup dan separuh dananya (Suatmadi, 2019). Hambatan
Kehutanan Republik Indonesia (Kementerian lain yang pernah terjadi selama
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016). keberlangsungan JCM antara lain, kurangnya
Bagi Indonesia, JCM juga merupakan komitmen dari partisipan proyek dan
sumber investasi yang besar, khususnya dalam hambatan birokrasi dari Komite Bersama. Ada
sektor energi, baik konservasi energi, energi beberapa partisipan proyek yang mundur
terbarukan, maupun efisiensi energi. Dari setelah diadakan kesepakatan. Kemudian,
sektor konservasi energi, JCM telah komunikasi yang sulit dijalankan
menghasilkan investasi sebesar 1,671.5 miliar antarkemeneterian yang terlibat dalam Komite
rupiah (85%), dari sektor energi terbarukan Bersama juga terkadang menjadi hambatan,
sebesar 281.6 miliar rupiah (15%), dan sektor meski tidak signifikan (Razaq, 2019).
efisiensi energi sebesar 1377,6 miliar rupiah Selain bagi Indoensia, JCM juga tentu
(88%). Tidak hanya dalam sektor energi, JCM memberikan keuntungan kepada pihak Jepang
juga ikut berinvestasi dalam sektor non-energi, sebagai pihak yang mengajak bekerjasama.
yakni sebesar 6.1 M. Dari sektor-sektor Bagi Jepang, JCM merupakan salah satu bukti
tersebut, jumlah perkiraan penurunan emisi komitmennya sebagai negara maju untuk
yang dihasilkan adalah sebesar 228,749 berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK
tonCO2e dari sektor konservasi energi dan melalui pengembangan teknologi rendah

152
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131

karbon dan dukungannya terhadap negara- to G atau Government to Government,


negara berkembang. Negara Jepang yang implementasi dari kerjasama ini berbentuk B
memiliki kesulitan dengan emisi GRK sejak to B atau Business to Business. Dalam
tragedi Fukushima Daichi juga mendapat kerjasama ini, pemerintah kedua negara
kredit karbon yang dapat digunakan untuk memiliki peran untuk menandatangani
pemenuhan target penurunan emisi GRK kesepakatan, membuat keputusan dalam
negaranya melalui proyek-proyek yang Komite Bersama, serta menerbitkan kredit
dijalankan di bawah skema JCM. karbon yang telah dihasilkan oleh proyek-
proyek JCM. Sedangkan, proyek-proyeknya
KESIMPULAN sendiri dilaksanakan oleh pihak swasta Jepang
Joint Credit Mechanism (JCM) merupakan yang bekerjasama dengan pihak swasta
sebuah kerjasama bilateral di bidang Indonesia. Selain itu, terdapat pula pihak
lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh ketiga yang berperan untuk melakukan
Jepang dan negara-negara berkembang dalam validasi terhadap proyek dan verifikasi
bentuk pemberian subsidi dari Pemerintah terhadap jumlah pengurangan emisi GRK yang
Jepang kepada pihak swasta Jepang untuk dihasilkan oleh proyek-proyek tersebut. Perlu
melaksanakan proyek-proyek rendah karbon digarisbawahi juga bahwa meskipun JCM
dalam rangka mengurangi emisi Gas Rumah merupakan kerjasama yang dilakukan oleh
Kaca (GRK) di negara-negara berkembang, Jepang dengan banyak negara, Jepang
salah satunya Indonesia. Pelaksanaan melaksanakan kerjasama ini dalam kerangka
kerjasama ini dapat dilihat dari tiga hal, yakni bilateral sehingga kesepakatan untuk mencapai
kepentingan bersama kedua negara, partisipasi tujuan kerjasama lebih mudah dicapai.
pihak-pihak yang terlibat, serta perolehan yang Terakhir, mengenai perolehan yang didapat
didapat oleh masing-masing pihak. oleh masing-masing negara. Sebagai negara
Dalam hal kepentingan bersama, Indonesia pemberi subsidi, yakni maksimal hingga 50
dan Jepang merupakan dua negara kepulauan persen bagi setiap proyeknya, Jepang
yang sama-sama rentan terhadap dampak mendapat bagian kredit karbon yang lebih
perubahan iklim. Hal ini mendorong kedua besar dibandingkan dengan Indonesia. Dari
negara untuk melakukan berbagai upaya 745 tCO2e kredit karbon yang telah dihasilkan
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, salah 6 proyek JCM selama tahun 2013-2018, pihak
satunya melalui JCM ini. Selain itu, Indonesia Jepang mendapat bagian sebesar 450 tCO2e
dan Jepang juga merupakan negara anggota sementara pihak Indonesia mendapat bagian
UNFCCC yang meratifikasi Persetujuan Paris sebesar 295 tCO2e. Meskipun demikian,
2015 sehingga memiliki kewajiban untuk Indonesia mendapat perolehan lainnya, yakni
memenuhi target penurunan emisi yang tertulis transfer teknologi rendah karbon serta
di dalam Nationally Determined Contributions investasi yang cukup tinggi, khususnya di
(NDC) masing-masing negara. Sebelumnya, bidang energi.
kedua negara juga telah mendeklarasikan Berdasaran penjelasan di atas, kita dapat
komitmen masing-masing dalam upaya melihat bahwa JCM merupakan sebuah
penanggulangan perubahan iklim, baik dalam kerjasama yang mampu memenuhi
konstitusi maupun pidato kepresidenan kepentingan bersama kedua negara sekaligus
mereka. Oleh karena itu, JCM menjadi salah memberikan keuntungan bagi kedua negara.
satu instrumen dalam membantu pencapaian Selain itu, kerjasama yang berbentuk bilateral
kepentingan-kepentingan tersebut. serta adanya keterlibatan pihak swasta
Selanjutnya pembahasan mengenai membuat kerjasama ini lebih mudah berjalan
partisipasi pihak-pihak yang terlibat, meskipun serta memiliki prospek yang baik untuk terus
JCM merupakan kerjasama yang berbentuk G berkembang di masa depan.

153
KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM JOINT CREDIT MECHANISM (JCM) PADA PEMBANGUNAN RENDAH
KARBON DI INDONESIA
Liana Hasanah; Viani Puspitasari

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.


DAFTAR PUSTAKA (2016). Nationally Determined Contribution
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2017). Statistik (NDC) Pertama Republik Indonesia. Jakarta:
Lingkungan Hidup Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan
Badan Pusat Statistik Indonesia. Kehutanan.
Boden, T., Marland, G., & and Andres, R. (2017). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
National CO2 Emissions from Fossil-Fuel (2016). Tentang SRN Pengendalian Perubahan
Burning, Cement Manufacture, and Gas Iklim. Diambil kembali dari Kementerian
Flaring. arbon Dioxide Information Analysis Lingkungan Hidup dan Kehutanan:
Center, Oak Ridge National Laboratory, U.S. http://ditjenppi.menlhk.go.id/srn/index.php?r=si
Department of Energy. te%2Ftentang_srn
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
(2015). Nationally Determined Contributions (2017). Joint Credit Mechanism Indonesia
Pertama Republik Indonesia. Diambil kembali Jepang. Diambil kembali dari Knowledge
dari Direktorat Jenderal Pengendalian Centre Perubahan Iklim:
Perubahan Iklim: http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/has
http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/re il-kerjasama/255-joint-credit-mechanism
sources/ndc/terjemahan_NDC.pdf MInistry of the Environment Japan. (2016).
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Submission of Japan’s Intended Nationally
(2016). Perubahan Iklim, Persetujuan Paris, Determined Contribution. Diambil kembali dari
dan Nationally Determined Contribution. Ministry of the Environment Japan:
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian https://www.env.go.jp/en/earth/cc/2030indc_ma
Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan t01.pdf
Hidup dan Kehutanan. Ministry of the Environment Japan. (2018).
Global Environment Centre Foundation. (2018). Synthesis Report on Observations, Projections,
Introduction of Joint Credit Mechanism (JCM) and Impact Assessments of Climate Change,
& Financing Programme for JCM Model 2018: Climate Change in Japan and It's Impact.
Project. Diambil kembali dari Global MInistry of the Environtment Japan.
Environment Centre Foundation. MOFA of Japan. (2019, April 25). Climate Change
Greene, O. (2001). Environmental Issues. Dalam J. Negotiation. Diambil kembali dari Ministry of
Baylis, & S. Smith, The Globalization of World Foreign Affairs of Japan:
Politics (hal. 387-414). Oxford. https://www.mofa.go.jp/policy/environment/wa
Indonesia JCM Secretariat. (2019). FAQ Joint rm/cop/index.html
Credit Mechanism. Diambil kembali dari NASA's Jet Propulsion Laboratory. (2018, Oktober
Indonesia JCM Secretariat: 3). Facts. Diambil kembali dari NASA Global
http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/content/OA Climate Change: Vital Signs of the Planet:
%253D%253D/f.a.q https://climate.nasa.gov/evidence/
IPCC. (2015). Climate Change 2014: Mitigation of PT Semen Indonesia. (2018). Menyesuaikan Masa
Climate Change. Geneva: Intergovernmental Depan: Laporan Keberlanjutan 2018. Diambil
Panel on Climate Change. kembali dari PT Semen Indonesia:
JCM Indonesia Secretariat. (2018). Progress of The https://semenindonesia.com/wp-
Joint Credit Mechanism (JCM) In Indonesia. content/uploads/2019/04/SR-PTSI-2018.pdf
Jakarta: JCM Indonesia Secretariat. Razaq, A. (2019, Februari 22). JCM di Indonesia.
JCM Indonesia-Japan. (2018). About the (L. Hasanah, Pewawancara)
Mechanism. Diambil kembali dari JCM Sekretariat JCM Indonesia. (2018, Februari 27).
Indonesia-Japan: https://www.jcm.go.jp/id- Berita Terbaru - archived: Inspeksi Proyek
jp/about Pembangkit Listrik Tenaga Panas Buang di PT.
Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. (2018). Semen Indonesia Februari 2018. Diambil
Hubungan Bilateral Indonesia - Jepang. kembali dari Sekretariat JCM Indonesia:
Diambil kembali dari Kedutaan Besar Jepang di http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/tfront/conten
Indonesia: https://www.id.emb- t/MTk%253D/berita_terbaru_-_archived/309
japan.go.jp/birel_id.html Suatmadi, A. Y. (2019, Februari 22). JCM di
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Indonesia. (L. Hasanah, Pewawancara)
(2013, Agustus 30). Indonesia – Jepang Tempo.co. (2015, November 2015). Ini Isi Lengkap
Sepakati Kerjasama Perdagangan Karbon Pidato Jokowi di COP21 Paris. Diambil
Bilateral. Diambil kembali dari Kementerian kembali dari Tempo.co:
Koordinator Bidang Perekonomian: https://nasional.tempo.co/read/723604/ini-isi-
https://www.ekon.go.id/berita/print/indonesia-- pidato-lengkap-jokowi-di-cop21-paris
jepang-sepakati.197.html Tempo.co. (2016, Mei 13). Indonesia jadi Negara
Pertama Terbitkan Kredit Karbon JCM.

154
Padjadjaran Journal of International Relations
e-issn: 2684-8082; Vol. 1 No. 2, Agustus 2019 (142-155) doi: 10.24198/padjir.v1i2. 26131

Diambil kembali dari Tempo.co: BIOGRAFI


https://nasional.tempo.co/read/770855/indonesi Liana Hasanah merupakan mahasiswa Program
a-jadi-negara-pertama-terbitkan-kredit-karbon- Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial
jcm/full&view=ok dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran angkatan
The Carbon Brief Profile: Japan. (2018, Juni 25). 2015 yang tertarik mengkaji tentang Kerjasama
Diambil kembali dari Carbon Brief: Clear on Internasional, Diplomasi, dan isu Lingkungan
Climate: https://www.carbonbrief.org/carbon- Hidup dalam Hubungan Internasional.
brief-profile-japan
Victor, D. G., Zhou, D., Ahmed, E., Dadhich, P., Viani Puspitasari merupakan dosen pada
Olivier, J., Rogner, H.-H., . . . Yamaguchi, M. Departemen Hubungan Internasional, Fakultas
(2014). Introductory Chapter. Dalam In: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Climate Change 2014: Mitigation of Climate Padjadjaran yang tertarik mengkaji tentang
Change. Contribution of Working Group III to Kerjasama Internasional, Kebijakan Luar Negeri,
the Fifth Assessment Report of the dan Diplomasi.
Intergovernmental Panel on Climate Change.
Cambridge: Cambridge University Press.
Diambil kembali dari United Nations:
http://www.un.org/en/sections/issues-
depth/climate-change/
Yudodahono, C. (2019, Februari 7). Perkembangan
5 Tahun Impelementasi JCM di Indonesia.
Diambil kembali dari Sekretariat JCM
Indonesia:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Documen
t%20JCM/Presentation/Seminar%20on%20Cli
mate%20Actions%20and%20the%20Joint%20
Crediting%20Mechanism%20in%20Indonesia
%20-%207%20Feb%202019/3._JCM-
_Cahyadi-_Perkembangan_5_tahun_JCM.pdf

155

Anda mungkin juga menyukai