Anda di halaman 1dari 37

1.

POLIMER

1-1 Pengantar

Ilmu kimia terdiri atas 2 (dua) cabang, yaitu: kimia organik, yang mempelajari materi yang
berasal dari sumber alam atau sumber yang hidup, dan kimia anorganik, yang mempelajari
materi yang berasal dari sumber tidak hidup, misal mineral. Pada mata kuliah Kimia Dasar
lebih banyak dipelajari tentang materi yang termasuk dalam cabang kimia anorganik,
sedangkan pada mata kuliah Kimia Terapan lebih banyak dipelajari materi yang termasuk
dalam cabang kimia organik.

Kimia organik adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari senyawa karbon (C).
Sebagian besar senyawa karbon terdiri atas molekul tunggal dimana atom-atomnya terikat
satu sama lain melalui ikatan kovalen. Meskipun demikian beberapa senyawa karbon juga
memiliki ikatan ionik. Teori Lewis menyebutkan bahwa setiap atom harus dikelilingi oleh 8
(delapan) elektron, dan setiap pasang elektron digambarkan sebagai satu garis, dengan kata
lain setiap atom harus memiliki 4 (empat) garis.

Atom-atom C dalam senyawa karbon dapat terikat dengan ikatan tunggal, rangkap dua, atau
rangkap tiga.

tunggal rangkap dua rangkap tiga


alkana (alkane) alkena (alkene) alkuna (alkyne)

1
Senyawa karbon tidak hanya terdiri atas atom-atom karbon, pada umumnya senyawa karbon
terdiri juga atas atom-atom hidrogen, senyawa karbon yang terdiri atas atom karbon dan
hidrogen saja disebut senyawa hidrokarbon. Atom-atom karbon dalam senyawa hidrokarbon
dapat terikat satu sama lain dalam bentuk rantai terbuka yang disebut alifatik (dari kata
Yunani ’aleiphar’ yang artinya lemak), atau dalam bentuk rantai tertutup yang disebut
alifatik siklik disingkat alisiklik atau disebut juga aromatik.

Alifatik


CH3 – (CH2)17 – C – → CH3 – R – C – (R = rantai organik)

Aromatik

2
Banyak juga senyawa hidrokarbon dimana satu atau lebih atom H nya diganti dengan atom
atau kelompok atom lainnya, yang disebut sebagai gugus fungsi. Dalam molekul, gugus
fungsi merupakan sisi yang reaktif yang memungkinkan senyawa tersebut bereaksi dengan
senyawa lain. Ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga dalam senyawa karbon juga
merupakan gugus fungsi yang reaktif dari molekul tersebut. Beberapa gugus fungsi yang
umum adalah sebagai berikut :

Suatu senyawa
dapat saja
memiliki lebih dari
satu gugus fungsi,
misal :

H2N – R – COOH

CH2 = CH – Cl

Hidrokarbon alifatik mencakup 3 (tiga) kelompok besar, yaitu : alkana, alkena, dan alkuna.
Disebut alkana apabila semua ikatannya adalah tunggal, disebut alkena apabila paling tidak
ada satu ikatan antar atom karbon yang rangkap dua, dan disebut alkuna apabila paling
tidak ada satu ikatan antar atom karbon yang rangkap tiga. Senyawa hidrokarbon dengan
ikatan tunggal disebut hidrokarbon tak jenuh, sedangkan senyawa hidrokarbon dengan ikatan
rangkap disebut hidrokarbon jenuh. Rumus molekul untuk alkana adalah CnH(2n+2), untuk
alkena adalah CnH2n, dan untuk alkuna adalah CnH(2n-2).

Dalam menamai senyawa hidrokarbon alifatik, digunakan indeks sesuai dengan jumlah atom
karbonnya sebagai berikut :

Panjang rantai C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10

Akar kata Met - Et - Prop - But - Pent - Hex - Hept - Okt - Non - Dek -

3
Untuk menentukan bentuk ikatan antar atom C (tunggal, rangkap dua, atau rangkap tiga)
digunakan akhiran sebagai berikut :

Hidrokarbon Akhiran

C–C - ana

C=C - ena

C≡C - una

Penamaan menurut IUPAC untuk Alkana (CnH(2n+2)) :

Rumus Molekul Akar Kata Nama (IUPAC)

1. CH4 CH4 Met - Metana


2. CH3CH3 C2H6 Et - Etana
3. CH3CH2CH3 C3H8 Prop - Propana
4. CH3CH2CH2CH3 C4H10 But - Butana
5. CH3CH2CH2CH2CH3 C5H12 Pent - Pentana

Penamaan menurut IUPAC untuk Alkena (CnH2n) :

Rumus Molekul Akar kata Nama (IUPAC)

1. CH2 = CH2 C2H4 Et - Etena

2.CH3 – CH = CH2 C3H6 Prop - Propena

3.CH3 – CH2 – CH = CH2 C4H8 But - Butena

4.CH3 – CH2 – CH2 – CH = CH2 C5H10 Pent - Pentena

4
Penamaan menurut IUPAC untuk Alkuna (CnH(2n-2)) :

Rumus Molekul Akar kata Nama (IUPAC)

1. CH ≡ CH C2H2 Et - Etuna

2. CH3 – C ≡ CH C3H4 Prop - Propuna

3. CH3 – CH2 – C ≡ CH C4H6 But - Butuna

4. CH3 – CH2 – CH2 – C ≡ CH C5H8 Pent - Pentuna

Sedangkan untuk senyawa hidrokarbon alisiklik, penamaan menggunakan indeks dan akhiran
yang sama dengan alifatik, hanya saja ditambah kata siklo didepannya.

Contoh senyawa hidrokarbon dalam dalam kehidupan sehari-hari adalah protein, lemak, dan
karbohidrat. Senyawa hidrokarbon, baik alisiklik maupun alifatik atau gabungan alifatik dan
alisiklik, dengan rantai yang sangat panjang disebut polimer. Ciri utama dari polimer adalah
berat molekul yang sangat besar.

1-2 Polimer

Kata ’polimer’ berasal dari kata Yunani kuno ’poli’ yang berarti ’banyak’ dan ’mere’ yang
berarti ‘bagian’. Dengan demikian maka definisi dari polimer adalah: sebuah molekul rantai
panjang yang terdiri atas sejumlah besar ’repeating unit’ (unit terulang) dengan struktur yang
identik, yang disebut monomer. Pada umumnya polimer terdiri atas paling sedikit 100
monomer. Gabungan dua monomer disebut ’dimer’, 3 monomer disebut ’trimer’, empat
monomer disebut ’tetramer’, dan seterusnya.

5
Beberapa polimer terdapat di alam bebas, dalam perkembangannya kemudian manusia
dengan proses sintesa berhasil menciptakan polimer. Dengan demikian maka dikenal polimer
alam dan polimer sintetik. Contoh polimer alam adalah : selulosa (komponen utama
pembentuk dinding sel tumbuh-tumbuhan), protein (komponen utama pembentuk sel
makhluk hidup), serat alam (sutera, wol), karet (dihasilkan oleh makhluk hidup atau
tumbuh-tumbuhan), DNA, dan lain-lain. Contoh polimer sintetik/buatan (menurut sifatnya)
adalah plastik (bahan yang mudah dibentuk/dicetak menjadi bentuk tertentu), serat/fiber
(bahan serat seperti nilon), elastomer (bahan dengan sifat elastik seperti karet, mudah
dideformasi dan diregang secara reversibel). Modifikasi struktur pada kondisi tertentu dapat
menghasilkan sifat-sifat yang dikehendaki, contoh : Poly Vinyl Chloride, Poly Urethane, Poly
Propylene, Poly Amides. Salah satu contoh struktur polimer dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

1-3 Sejarah

Kelahiran polimer dimulai pada pertengahan abad 19, pada tahun 1830an Charles Goodyear
mengembangkan proses vulkanisasi yang merubah latex karet alam menjadi elastomer untuk
ban. Pada tahun 1847 Christian F. SchÖnbein mereaksikan selulosa dengan asam nitrat
menghasilkan selulosa nitrat sebagai termoplastik buatan pertama, dan pada tahun 1860an
bahan ini dikenal sebagai seluloid. Pada tahun 1907, Leo Hendrik Baekeland memproduksi
apa yang disebut sebagai bakelit (resin fenol formaldehida), yaitu bahan yang dapat
dicetak/dibentuk di bawah pengaruh panas dan tekanan, biasanya digunakan sebagai bahan
pembuat alat-alat listrik. General Electric di tahun 1912 mengembangkan resin lapisan
pelindung dari glyptal (resin poliester tak jenuh). Penelitian yang dilakukan di salah satu

6
perusahaan kimia terbesar di Amerika Serikat yaitu DuPont pada tahun 1930an menghasilkan
variasi baru dari polimer termasuk karet sintetis dan material yang lebih eksotik seperti nilon
dan teflon. Pada tahun 1938, perusahaan kimia besar lainnya di Amerika Serikat yaitu Dow
Chemical menghasilkan polistiren dalam skala komersial, dan pada tahun 1939 polietilen
(densitas rendah) dibuat untuk pertama kali oleh ilmuwan di perusahaan ICI di Inggris.

Usaha untuk mengembangkan materi baru berbasis polimer, khususnya karet buatan,
dilakukan secara intensif selama perang dunia kedua ketika bahan alam seperti karet dari
tanaman Hevea mulai menipis. Karl Ziegler dan Giulio Natta, pada tahun 1950an secara
sendiri-sendiri mengembangkan katalis stereospesifik metal transisi sebagai pelopor
komersialisasi dari polipropilen sebagai komoditas plastik utama. Tahun 1960an dan 1970an
merupakan saksi dari pengembangan pembuatan polimer plastik dengan kualitas yang baik
yang dapat bersaing dengan material tradisional (seperti logam) untuk bidang otomotif dan
penerbangan. Polimer tersebut termasuk polycarbonate, poly(phenylene oxide), polysulfones,
polyamides, aromatic polyamide, dan polimer-polimer rantai kaku temperatur tinggi lainnya.
Polimer dengan konduksi listrik, fotokonduksi, dan kristal cair juga mulai muncul. Saat ini,
material polimer telah digunakan hampir di seluruh bidang dalam kehidupan sehari-hari, dan
pembuatan serta produksinya telah dilakukan secara luas. Sebagai contoh, pada tahun 2000,
produksi plastik, serat, dan karet di Amerika Serikat telah melebihi 87 milyar pon. Ilmu
polimer berkembang dengan pesat, sayangnya perkembangan tersebut diiringi dengan
timbulnya permasalahan yaitu sampah polimer sintetik, sampah ini dapat dikatakan tidak
‘biodegradable’, bakteri pencerna membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencerna
sampah polimer tersebut. Polusi polimer ini menyebabkan tanah menjadi tidak subur karena
matahari tidak dapat menembus tanah yang tertutup sampah polimer.

7
1-4 Klasifikasi Polimer

Sampai saat ini sudah ribuan polimer yang berhasil dibuat dan diproduksi secara besar-
besaran, dan masih banyak lagi yang akan diciptakan di kemudian hari. Semua polimer dapat
dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu berdasarkan karakteristik proses pembuatannya atau
berdasarkan tipe mekanisme polimerisasinya.

Berdasarkan karakteristik proses pembuatannya, atau lebih tepatnya berdasarkan perlakuan


panas pada saat proses pembuatannya, polimer dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
termoplastik dan termoseting. Termoplastik adalah polimer yang dapat dilunakkan melalui
pemanasan, yang bertujuan untuk membuat bentuk yang diinginkan, polimer ini akan
mengeras lagi bila didinginkan. Proses pemanasan dan pendinginan ini dapat dilakukan
berulang-ulang tanpa mengalami perubahan sifat fisik/kimia yang berarti. Limbah dari
polimer termoplastik dapat diolah kembali dengan menggunakan panas dan tekanan. Contoh
dari polimer termoplastik adalah polistiren, poliolefin (polietilen dan polipropilen), dan
polivinilklorida (PVC).

Sedangkan termoseting adalah polimer dimana rantai individunya (gugus fungsional), secara
kimia melalui ikatan kovalen disambungkan dengan senyawa lainnya selama proses
polimerisasi. Sekali terbentuk, jaringan cabang (crosslinking) tersebut akan tahan terhadap
panas dan serangan pelarut, serta tidak dapat dilunakkan kembali dengan panas. Dilihat dari
sifat tersebut, polimer termoseting sesuai sebagai materi komposit, pelapis, dan perekat.
Contoh dari polimer termoset adalah epoksi, resin fenol-formaldehid, dan poliester tak jenuh
yang biasa digunakan dalam pembuatan komposit kaca yang diperkuat seperti fiber glass.
Gaya vander Waals “Crosslink”

Struktur Termoplastik Struktur Termosetting

Berdasarkan tipe mekanisme polimerisasinya (jenis reaksinya), polimer diklasifikasi menjadi


dua kelompok yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
- Pada polimerisasi adisi terjadi penambahan unit terulang.

8
Contoh :
a) n CH2 = CH2  [ – CH2 – CH2 – ]n
b) CH2 = CH  [ – CH2 – CH – CH2 – CH – ]n
‫׀‬ ‫׀‬ ‫׀‬
X X X

- Pada polimerisasi kondensasi, rumus molekul dari unit terulang dalam rantai polimer
kehilangan sejumlah atom yang ada dalam monomernya, dan dihasilkan molekul air
(H2O).
Contoh :
a) n NH2 – (CH2)6 – NH2 + n COOH – (CH2)4 – COOH 
(heksa metilen diamin) (asam adipat)
- [ NH – (CH2)6 – NH – CO – (CH2)4 – CO - ]n + 2 n H2O

H H O O
N – (CH2)6 - N C – (CH2)4 - C
H H HO OH

H O
H O
N – (CH2)6 - N C – (CH2)4 - C + H2O
H OH

b) n HO – R – OH + n HOOC – R’ – COOH 
HO[– R – OCO – R’ – COO – ]n + (2n-1) H2O

Polimer tertentu dapat dibuat melalui kedua jenis reaksi tersebut (adisi/kondensasi).
Contoh : Polimer nylon – 6
- Reaksi kondensasi : dari “6 – amino hexanoie acid”

O H O
-H2O
n H2N – (CH2) - COOH C – CH2 – (CH2) - NH C
panas
n
(6 amino hexanoie acid) (“nylon-6”)

9
- Reaksi adisi : dari senyawa caprolactam

Supaya dapat terjadi reaksi polimerisasi, senyawa yang bertindak sebagai monomer harus
mempunyai paling sedikit 2 sisi aktif (bonding sites/active sites) yang disebut sebagai
bifungsionalitas (monomer dengan 2 gugus fungsi). Beberapa contoh dari gugus fungsi dapat
dilihat pada bagian 1 di atas.

1-5 Mekanisme Reaksi Polimerisasi

Polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer membentuk rantai polimer yang panjang
dan berulang. Ada 2 jenis mekanisme reaksi polimerisasi, yaitu polimerisasi pertumbuhan
bertahap (step-growth polymerization) dan polimerisasi pertumbuhan berantai (chain-
growth polymerization).

Polimerisasi pertumbuhan bertahap melibatkan reaksi acak dari 2 molekul yang dapat berupa
gabungan dari monomer, oligomer, atau molekul dengan rantai yang lebih panjang. Polimer
dengan berat molekul yang besar terbentuk pada akhir polimerisasi ketika monomer hampir
habis. Kebanyakan polimerisasi pertumbuhan bertahap melibatkan reaksi kondensasi klasik
seperti esterifikasi, atau amidasi. Untuk monomer bifungsionalitas dengan gugus fungsional
– OH dan – COOH, pada umumnya melalui polimerisasi kondensasi, sedangkan monomer
bifungsional lainnya atau gugus fungsi berupa ikatan rangkap, pada umumnya melalui
polimerisasi adisi. Polimer yang terbentuk dapat berupa rantai lurus atau rantai bercabang,

10
polimer rantai bercabang dapat pula diperoleh dari campuran sedikit monomer
trifungsionalitas dan monomer bifungsional lebih banyak. Dengan menambahkan lebih
banyak monomer trifungsional, akan terbentuk polimer dengan struktur 3 dimensi
(termoplastik atau termoseting).

Pada polimerisasi pertumbuhan berantai, reaksi perpanjangan rantai hanya terjadi melalui
penempelan monomer pada rantai aktif. Sisi aktif dapat berbentuk radikal bebas atau sisi
ionik (anion atau kation). Berlawanan dengan polimerisasi pertumbuhan bertahap, pada
polimerisasi pertumbuhan berantai pembentukan polimer dengan berat molekul yang besar
terjadi pada awal polimerisasi. Polimerisasi pertumbuhan berantai memerlukan molekul awal
(initiator) yang dapat digunakan untuk mengikat molekul monomer untuk memulai proses
polimerisasi, spesies awal ini dapat berupa radikal, anion, atau kation. Ada 3 tahapan reaksi,
yaitu : tahap inisiasi (mengaktifkan monomer), tahap propagasi (menumbuhkan rantai aktif
dengan menambahkan monomer secara bertahap), dan tahap terminasi (menonaktifkan rantai
untuk memperoleh produk akhir).
- Tahap inisiasi terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap disosiasi dan tahap asosiasi. Pada tahap
disosiasi molekul awal diurai menjadi 2 buah spesies radikal bebas : I–I  2 I*
(radikal bebas). Tahap disosiasi ini kemudian diikuti oleh tahap asosiasi dimana molekul
monomer menempel pada radikal bebas : I* + M  IM*.
- Pada tahap propagasi, unit monomer ditambahkan pada spesies monomer awal yang
dibentuk pada tahap inisiasi : IM* + M  IMM* + M  IMMM* dan seterusnya.
Tahap propagasi ini akan terus berlanjut sampai mencapai panjang rantai yang
diinginkan.
- Tahap terminasi adalah tahap untuk mengakhiri polimerisasi, yang dapat terjadi apabila 2
rantai radikal yang sedang mengalami tahap propagasi bertemu pada sisi akhir radikal
bebas mereka : IMx-1M* + *MMy-1I  IMx-1M – MMy-1I.
Tahap terminasi juga dapat dilakukan melalui reaksi disproporsionasi yang menghasilkan
2 rantai akhir. Dalam hal ini satu rantai akhir akan memiliki gugus karbon tak jenuh,
sedangkan rantai akhir lainnya akan berakhir dengan gugus karbon jenuh. Pada tahap
terminasi, baik melalui penggabungan 2 rantai radikal maupun melalui reaksi
disproporsionasi, satu sisi (pada disproporsionasi) atau 2 sisi (pada penggabungan) akan
mengandung gugus radikal bebas dari molekul awal. Polimerisasi pertumbuhan berantai
berlangsung relatif cepat dan lebih panas. Molekul-molekul monomer dapat bereaksi
dalam beberapa cara : head to head, head to tail, atau tail to tail.

11
1-6 Tata Nama Polimer (nomenklatur)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa saat ini terdapat ribuan polimer, oleh karena itu
diperlukan sistem penamaan yang dapat secara jelas membedakan satu polimer dengan yang
lainnya. Secara sederhana, polimer diberi nama dengan menambahkan kata ‘poli’ pada
monomer pembentuknya, contoh : apabila monomer pembentuknya adalah stiren, maka
polimernya disebut polistiren, Dengan demikian polietilen adalah polimer dengan monomer
etilen, sedangkan monomer dari polipropilen adalah propilen. Akan tetapi, apabila nama
monomer terdiri atas lebih dari satu kata, maka nama monomer diberi tanda kurung sesudah
kata poli, contoh : poli(vinil asetat). Demikian juga dengan monomer yang dimulai dengan
angka atau huruf, seperti 4-khlorostiren atau 1,3-butadiena, maka polimernya diberi nama
poli(4-khlorostiren) dan poli(1,3-butadiena). Beberapa komunitas mempermudah penamaan
dengan menggunakan singkatan, beberapa singkatan yang sudah sangat dikenal dalam dunia
dagang diantaranya adalah PS untuk polistiren, PVC untuk poli(vinil khlorida), PMMA untuk
poli(metil metakrilat), dan PTFE untuk politetrafluoroetilen.

Polimer yang dibentuk dari satu macam monomer disebut homopolimer dan reaksi
pembentukannya disebut polimerisasi, sedangkan polimer yang dibentuk dari lebih dari satu
macam monomer disebut kopolimer, dan reaksi pembentukannya disebut kopolimerisasi.

Kopolimer mempunyai sifat fisik yang lebih baik dari homopolimernya. Pada kasus
kopolimer, susunan secara tepat pada rantai dapat sangat bervariasi tergantung pada
reaktivitas relatif dari masing-masing monomer dalam proses kopolimerisasi, penempatan
monomer dalam rantai dapat saja terjadi secara acak atau teratur. Untuk kopolimer dengan 2
macam monomer (A dan B), pada keadaan tertentu dapat diperoleh kopolimer yang terdiri
atas sebuah blok rantai panjang dari suatu monomer (A), diikuti dengan sebuah blok rantai
panjang dari monomer lainnya (B). Kopolimer semacam ini disebut kopolimer blok AB, dan
terdiri atas 2 macam yaitu random (acak) dan alternating (selang seling). Bentuk lain adalah
tiga blok ABA, kopolimer bentuk ini memiliki blok B pusat yang dihubungkan dengan blok
A pada ujungnya. Jenis komersial dari kopolimer ABA tiga blok yang penting adalah SBS

12
(polistiren-blok-polibutadiena-blok-polistiren). Bentuk yang bercabang dari ABA tiga blok
ini disebut kopolimer graft (cangkok), yang dapat dibuat melalui polimerisasi sebuah
monomer dengan kehadiran dari sebuah polimer yang telah terbentuk dari monomer lainnya.
Graft kopolimer merupakan elastomer (SBS) dan polimer high-impact (ABS).

Dilihat dari sifat elastisitasnya ada polimer yang disebut dengan elastomer, yaitu polimer
yang memiliki sifat fisik viscoelasticity (elastis yang liat) yang tinggi sehingga mudah
diregang dan dideformasi secara reversible (kembali ke bentuk semula), contoh : karet baik
alam maupun sintetis).

1-7 Teknik Pembuatan Polimer

Reaksi polimerisasi pada umumnya adalah reaksi eksoterm (melepas panas), bila tidak
dikontrol dengan baik dapat terjadi ledakan. Secara umum ada 4 teknik pembuatan polimer :
bulk polymerization (polimerisasi massa), solution polymerization (polimerisasi larutan),
suspension polymerization (polimerisasi suspensi), dan emulsion polymerization
(polimerisasi emulsi).

Bulk Polymerization (polimerisasi massa)


Polimerisasi massa merupakan teknik yang sederhana dan menghasilkan polimer dengan
tingkat kemurnian yang tinggi, hanya memerlukan monomer awal yang larut dalam pelarut
dan kadang-kadang reagen pengubah rantai untuk mengontrol berat molekul dari polimer.
Keuntungan dari teknik ini adalah persentase hasil yang tinggi, pengambilan kembali polimer
dari larutan relatif mudah, dan adanya kemungkinan pemilihan campuran polimerisasi
menjadi produk akhir. Beberapa kendala dalam polimerisasi massa adalah kesulitan dalam

13
menghilangkan panas yang dihasilkan selama polimerisasi. Polimerisasi radikal bebas sangat
eksotermik, dapat sampai 400oC, sedangkan konduktivitas (kemampuan menghantar) panas
dari monomer organik dan polimer pada umumnya rendah. Peningkatan temperatur akan
meningkatkan kecepatan polimerisasi yang menghasilkan panas tambahan, panas tambahan
ini perlu dihilangkan. Penghilangan panas menjadi sulit ketika mendekati akhir polimerisasi
karena tingginya viskositas (kekentalan). Viskositas tinggi akan susah diaduk dan
menghalangi difusi (penyebaran) radikal rantai panjang yang diperlukan untuk mengakhiri
reaksi. Hal ini berarti bahwa konsentrasi radikal akan meningkat dan sebagai akibatnya
kecepatan polimerisasi juga akan meningkat. Difusi dari molekul monomer kecil ke sisi
propagasi menjadi lebih tidak terhambat, sehingga kecepatan terminasi akan menurun dengan
cepat dibandingkan dengan kecepatan propagasi, dan secara keseluruhan kecepatan
polimerisasi meningkat yang diiringi dengan penambahan panas. Proses auto akselerasi ini
disebut efek ’Norrish-Smith, Trommsdorff atau efek jel. Pada prakteknya, penghilangan
panas selama polimerisasi massa dapat ditingkatkan dengan menyediakan saluran untuk
memindahkan panas yang dihasilkan atau dengan melakukan polimerisasi massa dalam
tahapan terpisah dari konversi rendah sampai sedang. Polimerisasi massa dapat digunakan
untuk beberapa polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi pertumbuhan bertahap
(kondensasi). Contoh polimer yang dibuat melalui teknik polimerisasi massa adalah polistiren
dan poli(metil metakrilat).

Solution Polymerization (polimerisasi larutan)


Penghilangan panas selama polimerisasi dapat difasilitasi dengan melakukan polimerisasi
dalam pelarut organik atau air, meskipun demikian perlu dipertimbangkan tentang harga
supaya produksi polimer tersebut tidak mahal. Selain itu, larutan juga harus dipilih yang
dapat berfungsi sebagai high thermal conductivuty (penghantar panas yang sangat baik).
Dalam memilih pelarut perlu dipertimbangkan persyaratan sebagai berikut : baik reagen
pemula dan monomer harus larut dalam pelarut tersebut dan pelarut memiliki karakteristik
pengubah rantai dan titik leleh serta titik didih yang sesuai dengan kondisi polimerisasi.
Pemilihan pelarut dipengaruhi beberapa faktor seperti titik bakar, harga, dan sifat racun.
Contoh pelarut organik yang sesuai adalah alifatik dan aromatik hidrokarbon (ester, eter, dan
alkohol). Reaktor tempat polimerisasi dilakukan biasanya terbuat dari stainless steal atau
kaca. Kendala nyata dari polimerisasi larutan ini adalah persentase hasil yang rendah dan
perlunya tahapan terpisah dalam pengambilan kembali larutan. Beberapa polimerisasi radikal
bebas dan ionik dilakukan dalam larutan. Contoh polimer yang dibuat dengan teknik ini

14
diantaranya poli(asam akrilat), poliakrilamida, poli(vinil alkohol), dan poli(N-
vinilpirolidinon). Sedangkan polimer yang dapat dibuat dalam pelarut organik adalah
poli(metil metakrilat), polistiren, polibutadien, poli(vinil klorida), dan poli (vinilidin
fluorida).

Suspension Polymerization (polimerisasi suspensi)


Pada polimerisasi suspensi, digunakan reagen awal dan monomer yang tidak larut dalam air,
oleh karena itu reaktor dilengkapi dengan pengaduk. Kadang-kadang dalam polimerisasi
radikal bebas ditambahkan reagen pengubah rantai untuk mengontrol berat molekul. Tetesan
monomer yang terdiri atas reagen pemula dan reagen pengubah rantai akan terbentuk dengan
ukuran diameter antara 50 – 200 µm dan bertindak sebagai reaktor mini. Pelekatan satu sama
lain dari tetesan yang lengket ini dicegah oleh penambahan koloid pelindung, biasanya
digunakan poli(vinil alkohol), dan dengan pengadukan secara terus menerus. Pada akhir
polimerisasi, partikel akan mengeras dan dapat dipisahkan melalui penyaringan dan
dilanjutkan dengan tahap pencucian. Meskipun harga pelarut dan proses pemisahan lebih
murah dibandingkan dengan Solution Polymerization (polimerisasi larutan), akan tetapi
kemurnian polimer dalam polimerisasi suspensi lebih rendah karena adanya reagen-reagen
tambahan yang sulit dipisahkan secara sempurna, selain itu, biaya reaktor juga lebih mahal.
Polimer yang biasa dibuat dengan teknik polimerisasi suspensi diantaranya resin penukar ion
stiren, poli(stiren-co-akrilonitril), dan poli(vinilidin khlorida-co-vinil khlorida).

Emulsion Polymerization (polimerisasi emulsi)


Teknik lain yang menggunakan air sebagai reagen penyalur panas adalah polimerisasi emulsi.
Selain air dan monomer, digunakan juga reagen pemula yang larut dalam air, reagen
pengubah rantai, dan surfaktan. Molekul monomer yang tidak larut dalam air membentuk
tetesan besar dan distabilkan oleh molekul surfaktan. Besarnya tetesan monomer tergantung
pada temperatur polimerisasi dan kecepatan pengadukan. Pada konsentrasi surfaktan tertentu
molekul surfaktan membentuk ‘misel’, tergantung dari surfaktannya misel dapat bulat atau
oval dengan panjang 50 Ǻ yang terdiri atas 50 – 100 molekul surfaktan. Perbedaan utama
antara polimerisasi suspensi dan polimerisasi emulsi adalah bahwa pada polimerisasi emulsi,
reagen pemula harus larut dalam air. Contoh dari reagen pemula yang larut dalam air adalah
K2SO4. Selama proses polimerisasi emulsi, molekul monomer yang larut dalam air dapat
berpindah dari tetesan monomer melalui media air ke pusat misel. Polimerisasi dimulai ketika
reagen radikal pemula memasuki misel yang terdiri atas monomer. Karena konsentrasi yang

15
sangat tinggi dari misel, 1018 per mL, dibandingkan dengan tetesan monomer (1010 sampai
1011 per mL), maka secara statistik reagen pemula lebih memiliki peluang untuk memasuki
misel dibandingkan tetesan monomer. Selama polimerisasi, molekul monomer berubah dari
tetesan menjadi misel yang berkembang. Pada saat 50% - 80% monomer telah berubah,
tetesan monomer menghilang dan misel yang membesar berubah menjadi partikel polimer
yang relatif besar, dengan diameter berukuran antara 0,05 sampai 0,2 µm. Suspensi dari
partikel polimer dalam air disebut lateks yang sangat stabil, dan polimer dapat dipisahkan
dengan proses koagulasi dari lateks dengan asam atau garam.

1-8 Berat Molekul

Berat molekul dari polimer sangat bervariasi, ada yang kecil, biasanya polimer lunak, akan
tetapi ada juga yang besar, biasanya polimer keras dan tahan panas. Berat molekul polimer
tergantung dari kecepatan reaksi propagasi dan terminasi. Bila kecepatan propagasi lebih
besar dari kecepatan terminasi, maka akan diperoleh berat molekul tinggi.

Derajat Polimerisasi (DP) adalah perbandingan antara BM polimer terhadap BM monomer.


Semakin besar DP semakin besar BM polimer, karena panjang masing-masing molekul

polimer tidak sama, maka digunakan berat molekul rata-rata Mn .

Rumus : Mn 
 n .M
i i

n i

ni = jumlah molekul i
Mi = berat molekul, molekul tipe i

1-9 Contoh-contoh Polimer Alam

1. Selulosa
Selulosa adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari beta-glukosa
(C6H10O5)n. Selulosa merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak
dapat dicerna oleh manusia.

16
2. Protein
Protein adalah polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan
fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.

Monomer protein sumber-sumber protein

3. Serat alam
Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang
membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai
adalah serat pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu Biologi baik hewan
maupun tumbuhan sebagai pengikat dalam tubuh. Manusia menggunakan serat dalam
banyak hal, seperti tali, kain, dan kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu
serat alami dan serat sintetis (buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara
murah dalam jumlah besar, meskipun demikian serat alami memiliki berbagai kelebihan
khususnya dalam hal kenyamanan. Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis, serat ini bersifat dapat mengalami
pelapukan. Baik serat alam maupun serat sintetis banyak digunakan untuk keperluan

17
tekstil, dengan syarat memiliki sifat-sifat sebagai berikut: tegangan tarik tinggi, lentur
(fleksibel), tahan terhadap gesekan, stabil secara kimia, dan mudah diberi warna.
Serat alami dapat digolongkan ke dalam :
a. Serat tumbuhan/serat pangan, biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan
kadang-kadang mengandung lignin. Contoh dari serat jenis ini adalah katun dan rami.
Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil, selain itu serat
tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.

- kapas merupakan bentuk murni dari selulosa


yang mengandung ribuan monomer β-glukosa
- dapat menyerap air
- tahan terhadap larutan basa
- benang dari serat kapas pendek-pendek,
sehingga ujung-ujung serat yang mencuat
membuat kain terasa kasar.

β-glukosa

b. Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.


c. Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh serat hewan yang
dimanfaatkan oleh manusia adalah serat sutra (laba-laba atau ulat) dan serat wol (bulu
domba).

- sutra merupakan serat yang diproduksi oleh


laba-laba, ngengat, ulat (kepompong dari kupu-
kupu)
- benang dari serat sutra panjang sehingga kain
yang dihasilkan terasa halus, tidak kasar
- serat dari ulat sutra bisa sampai 1 km
panjangnya

18
- wol adalah serat kain yang diperoleh dari
bulu biri-biri atau binatang lainnya
- serat tidak homogen
- sukar larut dalam pelarut
- kekuatannya disebabkan oleh ikatan H
\ /
C = O --- H – N
/ \
\ /
N – H --- O = C
/ \

d. Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos, saat ini asbestos adalah satu-satunya
mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.

4. Karet alam
Salah satu polimer alam yang paling terkenal adalah karet alam dengan nama kimia
poliisopren. Karet alam pertama kali ditemukan di Amerika Selatan, merupakan getah
berbentuk emulsi yang disebut lateks dari pohon Hevea Brasiliensis. Suku bangsa kuno
Maya and Aztec memanen karet alam dari pohon hevea dan digunakan untuk membuat
sepatu dan bola yang digunakan dalam permainan semacam bola basket. Proses
penggumpalan lateks dapat melalui :
- penambahan asam encer
lateks (dari pohon) + asam encer  menggumpal  di pres menjadi lembaran
tipis  diasap beberapa hari  di pak  dikirim ke industri
- pemutaran (centrifuge)
lateks (dari pohon)  centrifuge  ditambah NH3 (anti koagulan)  dimasukkan
tangki  dikirim ke industri

19
Poliisopren merupakan polimer diena, yaitu polimer yang dibuat dari sebuah monomer
dengan 2 ikatan karbon-karbon rangkap 2 sebagai rantai utamanya.

5. DNA (Deoxyribo-nucleic-acid)

20
1-10 Contoh-contoh Polimer Sintetik

1. Regenerated Fibre
Regenerated Fibre adalah serat yang dibuat secara sintetis dari serat alami seperti
kapas/selulosa dari kayu. Kapas/selulosa dilarutkan dalam pelarut membentuk semacam
bubur, dan dilewatkan pipa yang ujungnya berlubang dengan diameter lebih kecil dari 0,1
mm, sehingga menghasilkan serat/benang yang cukup panjang yang disebut rayon. Dapat
juga dibentuk menjadi lembaran tipis yang disebut selophan. Dibandingkan dengan kapas,
rayon lebih halus meskipun belum sehalus sutra.

2. Serat sintetik
Serat buatan manusia ini umumnya berasal dari bahan petrokimia, sedikit/tidak menyerap
air dibandingkan dengan kapas. Polyester dan polyamid merupakan contoh dari serat
sintetik.
Serat sintetis mencakup :
a. serat mineral : kaca serat/fibre glass yang dibuat dari kuarsa, serat logam yang dapat
dibuat dari logam yang duktil seperti tembaga, emas, atau perak, dan serat karbon.
b. serat polimer (plastik)

3. Plastik
Plastik adalah polimer sintetis yang memiliki sifat liat/kenyal yang dibuat melalui
molding composition. Bahan pembuat plastik adalah sebagai berikut :
a. Binder (pengikat), biasanya resin atau turunan selulosa.
b. Filler (pengisi), bahan ini ditambahkan untuk menaikkan kekuatan plastik. Beberapa
filler diantaranya selulosa, serbuk kayu, serat katun, asbes, mika.
c. Senyawa kimia ‘intermediate’, untuk jenis-jenis resin penting sering dipakai : fenol,
formaldehid, hexa metilen tetra amin, stiren, asam adipat, asetilen, vinil khlorida, vinil
asetat, atilen, popilen.
d. Plasticizer, merupakan senyawa organik yang ditambahlan ke dalam plastik/resin
untuk memperbaiki sifat sehingga dapat dibentuk, mengubah/memperbaiki sifat yang
sudah ada, memberi sifat baru pada resin (untuk menurunkan viskositas resin supaya
mudah dibentuk pada tekanan dan temperatur tinggi).
e. Dyes dan pigment, agar plastik tahan terhadap sinar matahari.

21
f. Katalis, untuk mempercepat reaksi.
g. Lubricant (pelumas), dari stearat dan sabun-sabun logam terutama pada pencetakan
dingin.

Beberapa jenis plastik dan kegunaannya :


a. Polietilen
Polietilen adalah polimer termoplastik, yaitu polimer yang dapat dilelehkan menjadi
cairan untuk dibentuk ulang (remoldded) kemudian dipadatkan kembali. Monomer
polietilen adalah etilen, 2 buah gugus – CH2 – yang dihubungkan dengan ikatan
rangkap dua (– CH2 = CH2 –). Polimer ini banyak digunakan untuk membuat
peralatan rumah tangga, kantong/botol plastik, pipa air yang (tidak ada masalah
korosi), dan isolasi listrik.

22
b. Polipropilen
Polipropilen adalah polimer termoplastik yang digunakan secara luas termasuk alat-
alat laboratorium/kedokteran, tekstil, karpet, bagian-bagian mesin cuci, dan koper.
Dibandingkan dengan polietilen, polipropilen lebih kuat dan lebih tahan panas,
polipropilen memiliki titik leleh yang sangat tinggi (160oC).

23
c. Poli(vinil khlorida)
Poli(vinil khlorida) adalah polimer termoplastik yang dibuat dari monomer vinil
khlorida. Polimer ini sangat dikenal dengan singkatan PVC dan banyak digunakan
untuk peralatan yang berada di udara terbuka atau di bawah tanah seperti pipa bawah,
furnitur, dan pagar.

24
d. Poli(vinil asetat)
Poli vinil asetat (PVA) adalah polimer termoplastik dengan rumus molekul
(C4H6O2)n. Polimer ini termasuk dalam kelompok poli(vinil ester) dengan rumus -
[RCOOCHCH2]-. Di industri biasanya dibuat dari polimerisasi dari monomer vinil
asetat. Poli vinil asetat digunakan secara luas sebagai bahan lem dan cat.

e. Poli(metil metakrilat)
Polimetilmetakrilat (PMMA) adalah polimer termoplastik yang transparan dan
biasanya digunakan sebagai materi pengganti gelas. PMMA kadang-kadang disebut
gelas akrilik, secara kimia PMMA adalah polimer sintetik yang dibuat dari metil
metakrilat. Materi ini dikembangkan pada tahun 1928 di berbagai laboratorium, dan
untuk pertama kali dipasarkan pada tahun 1933 oleh Rohm dan Haas Company
dengan nama dagang Plexiglas.

25
f. Polistiren
Polistiren (disingkat PS) adalah polimer aromatik yang dibuat dari monomer stiren
aromatik. Polistiren merupakan polimer termoplastik yang pada temperatur ruang
berbentuk padat (mengkilap seperti gelas). PS banyak digunakan sebagai lensa,
mainan anak-anak, alat-alat rumah tangga, komponen alat-alat listrik (kapasitor), dan
isolasi panas.

kapasitor

g. Resin Epoksi
Epoksi atau poliepoksi adalah polimer termoseting yang dibentuk dari reaksi antara
resin epoksi dengan hardener (pengeras) poliamin. Epoksi digunakan secara luas
termasuk plastik serat yang diperkuat dan lem. Epoksi adalah kopolimer, dibentuk
dari 2 reagen kimia yang berbeda, yaitu resin dan hardener. Resin terdiri atas
monomer-monomer atau polimer dengan rantai pendek dengan gugus epoksi di
masing-masing ujungnya. Kebanyakan resin epoksi dihasilkan dari reaksi
epikhlorohidrin dengan bisfenol A, hardener terdiri atas monomer-monomer
poliamin, misal trietilentetraamin (TETA). Ketika senyawa-senyawa tersebut
dicampur gugus amin bereaksi dengan gugus epoksi membentuk ikatan kovalen.
Masing-masing gugus NH dapat bereaksi dengan gugus epoksi dan menghasilkan
polimer dengan banyak crosslink, yang membuat polimer ini kaku dan kuat. Proses
polimerisasi dan pembentukan crosslink ini disebut ‘curing’. Penggunaan material

26
berbasis epoksi sangat luas, diantaranya lapisan pelindung, lem (adhesive), dan
material komposit seperti serat karbon fiberglass yang diperkuat. Secara umum epoksi
dikenal sebagai lem yang sangat baik, tahan terhadap panas dan zat kimia, dan
merupakan isolasi listrik yang baik. Karena sifat lem yang sangat baik ini (untuk
logam, gelas, dan beberapa plastik), epoksi resin banyak digunakan dalam konstruksi
pesawat terbang, otomotif, dan bidang-bidang lain yang memerlukan ikatan yang
sangat kuat.

h. Resin fenol formaldehid


Resin fenol formaldehid (PF) merupakan resin termoseting, seperti resin epoksi, PF
juga merupakan lapisan pelindung dan lem yang baik. Resin sintetik yang pertama
dipasarkan adalah Bakelite, yang dibentuk dari fenol dan formaldehid. PF banyak
digunakan sebagai material bagian luar radio/TV dan piringan hitam.

27
i. Resin urea formaldehid
Urea formaldehid (UF) adalah resin termoseting yang tidak transparan. UF banyak
digunakan di industri hasil kayu karena relatif murah. Resin ini tahan gesekan dan
kebanyakan digunakan dalam produk kayu yang di-pres, berfungsi sebagai lem.
Contoh penggunaan diantaranya tekstil, kertas, kain yang tidak mudah berkerut, dan
rayon. UF juga banyak digunakan sebagai bagian luar peralatan listrik.

28
j. Resin melamin formaldehid
Resin melamin formaldehid, biasa disebut melamin, adalah plastik termoseting yang
keras, yang dibuat dari melamin dan formaldehid.

Melamin

1-11 Elastomer

Elastomer adalah polimer dengan sifat elastik seperti karet, mudah dideformasi dan diregang
secara reversibel. Struktur molekul dari elastomer dapat digambarkan seperti struktur spageti
dengan bola-bola dagingnya sebagai ’crosslinks’. Elastisitas berasal dari kemampuan rantai
panjangnya untuk menata ulang dirinya terhadap tekanan/tarikan. Crosslinks kovalennyalah
yang menjamin bahwa elastomer akan kembali ke susunan awalnya ketika tekanan/tarikan
dihilangkan. Sebagai akibat dari fleksibilitas yang tinggi, elastomer dapat kembali seperti
semula setelah ditarik antara 5 – 700%, tergantung dari materialnya. Temperatur berpengaruh
terhadap elastilitas dari elastomer, elastomer yang didinginkan menjadi fasa seperti kaca atau
kristal akan memiliki lebih sedikit rantai yang bergerak, dan sebagai akibatnya juga menjadi
lebih tidak elastis.

29
A = elastomer
B = elastomer yang ditarik
Setelah tarikan dilepaskan, elastomer akan
kembali menjadi bentuk A

Beberapa elastomer penting:


1. Karet alam
Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam
produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Karet alam (natural rubber) merupakan
air getah dari tumbuhan Hevea Brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan
monomer isoprena. Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam jauh di bawah karet
sintetis. Kedua jenis karet ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas
yang baik, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan.
Karet sintetis lebih tahan terhadap berbagai bahan kimia dan harganya relatif stabil. Karet
dapat diperbaiki sifat fisiknya melalui proses yang disebut vulkanisasi.
Vulkanisasi adalah proses untuk mengubah sifat fisik dari karet, melalui pembentukan
ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, untuk meningkatkan
elastisitas dan menurunkan plastisitas. Sejak Goodyear melakukan percobaan
memanaskan karet pada 200oC dengan sejumlah kecil sulfur (1 – 13% berat karet), proses
ini menjadi metode terbaik dan paling praktis untuk merubah sifat fisik dari karet. Banyak
pula bahan yang tidak mengandung sulfur tapi dapat memvulkanisasi karet. Bahan ini
terbagi dua yaitu oxidizing agents seperti selenium, telurium dan peroksida organik.
Meskipun vulkanisasi terjadi dengan adanya panas dan sulfur, proses itu tetap
berlangsung secara lambat. Reaksi ini dapat dipercepat dengan penambahan sejumlah
kecil bahan organik atau anorganik yang mengandung sulfur atau nitrogen, yang disebut
akselerator. Untuk mengoptimalkan kerjanya, akselerator membutuhkan bahan kimia lain
yang dikenal sebagai aktivator, yang dapat berfungsi sebagai aktivator adalah oksida-
oksida logam seperti ZnO dan asam stearat. Pada reaksi vulkanisasi ini terjadi ikatan
silang (mono atau polisulfida) diantara atom C yang bersebelahan dengan atom C dengan
ikatan rangkap dari 2 rantai bersebelahan. Apabila perbandingan antara sulfur dan karet

30
adalah 30 : 100, maka karet dapat diregang sampai 8 kali panjang semula. Beberapa
contoh hasil vulkanisasi adalah ban mobil, sol sepatu, karet busa, dan isolator listrik.

CH3
CH3 CH2 C=C
C=C CH2 H
CH H

SX X=24

CH H
C=C CH2 H
CH2 C=C
CH3
CH3

2. Karet sintetis
Berbeda dari karet alam, yang diperoleh dari tanaman, karet sintetis sebagian besar dibuat
dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Teknologi karet semakin berkembang
dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk
yang dihasilkan dari industri ini.
Beberapa contoh karet sintetis yang banyak digunakan:
a. Poly Styrene Butadiene Rubber (SBR)
Styrene-Butadiene atau Styrene-Butadiene-Rubber (SBR) adalah kopolimer karet
sintesis yang terdiri atas styrene dan butadiene. SBR akan tahan terhadap gesekan dan
awet kalau dilindungi dengan aditif. SBR merupakan karet sintetis yang diproduksi
paling banyak. SBR digunakan secara luas pada ban mobil kalau dicampur dengan
karet alam, karpet, pelapis jas hujan/tenda, dan sol sepatu.

31
b. Poly Butadiene Rubber (BR)
Butadiene Rubber (BR) merupakan karet sintetis yang diproduksi dengan volume
terbesar nomer dua sesudah karet styrene-butadiene-styrene (SBR). Penggunaan
utama dari BR adalah ban, sangat tahan gesekan dan ketahanan terhadap putaran
rendah sehingga hemat bahan bakar. Polybutadiene adalah homopolimer dengan
hanya satu macam monomer yaitu 1,3 butadiene, monomer dengan 4 atom karbon dan
6 atom hidrogen (C4H6). Keempat atom karbon merupakan rantai lurus dengan 2
ikatan rangkap dua sebagai berikut:
CH2=CH-CH=CH2 . Ikatan rangkap inilah yang merupakan kunci pembentukan
polimer.

c. Poly Stiren Butadien Stiren Rubber (SBS)


Styrene Butadiene Styrene (SBS) adalah karet ‘keras’ yang biasa digunakan untuk
materi yang memerlukan ketahanan tinggi (awet). SBS termasuk tipe kopolimer blok,
rantai utamanya tersusun dari 3 segmen, segmen pertama adalah rantai panjang
polystyrene, segmen tengah adalah rantai panjang polybutadiene, dan segmen akhir
adalah rantai panjang polystyrene lainnya.

Polystyrene adalah plastik keras yang sangat kuat sehingga tahan lama, sedangkan
polybutadiene bersifat seperti karet, sehingga SBS selain kuat dan tahan lama, juga
memiliki sifat seperti karet. SBS termasuk material elastomer termoplastik, yaitu
material yang pada temperatur ruang bersifat seperti karet elastomer, akan tetapi
apabila dipanaskan dapat diproses seperti plastik. Kebanyakan tipe karet sulit diproses
karena membentuk ‘crosslink’, akan tetapi SBS dan elastomer termoplastik lainnya

32
dapat bertindak seperti karet tanpa crosslink, sehingga mudah diproses menjadi
bentuk-bentuk yang diinginkan.

d. Polychloroprene
Polychloroprene, biasa disebut juga Neoprene, adalah karet sintetis yang diproduksi
melalui polimerisasi dari chloroprene. Secara umum polimer ini memiliki kestabilan
kimia yang baik, dan fleksibilitas terjaga pada daerah temperatur tertentu, tetapi
harganya sangat mahal. Digunakan untuk membuat material seperti benda-benda
ortopedi (lutut, siku), isolasi listrik, tali kipas mobil. Neoprene busa digunakan
sebagai material isolasi pada pakaian tahan air dan sebagai material penahan benturan
dalam pengepakan. Neoprene adalah nama dagang dari perusahaan kimia DuPont.

e. Polyurethanes
Polyurethane (PU/PUR) adalah polimer yang terdiri atas unit rantai organik yang
terhubung dengan urethane (carbamat). Polimer polyurethane dibuat melalui
polimerisasi step-growth polymerization dengan mereaksikan monomer yang
mengandung paling sedikit dua gugus fungsi isocyanate dengan monomer lain yang
mengandung paling sedikit 2 gugus hydroxyl (alkohol), dengan adanya katalis. Ini
merupakan material dasar yang dapat ditarik, dibanting, atau digesek dan tetap tidak
rusak. Polyurethane merupakan material dengan ketahanan, fleksibilitas, dan

33
keawetan yang luar biasa, yang dapat menggantikan cat, katun, karet, logam, dan kayu
pada penerapan di berbagai bidang. Polyurethane dapat keras seperti fiberglass, dapat
ditekan seperti busa pelindung, bersifat melindungi seperti vernis, memantul seperti
karet, atau lengket seperti lem. Sejak penemuannya di tahun 1940 an, polyurethane
digunakan disemua materi dari mainan bayi sampai ke isolator panas dan sayap
pesawat terbang. Tergantung pada monomernya, polyurethane dapat berbentuk cair,
busa, atau padat, dan masing-masing memiliki keuntungan dan batasannya.

34
f. Silicone Rubber
Silicon Rubber adalah polimer dengan sifat seperti karet yang mengandung silikon
bersama-sama karbon, hidrogen, dan oksigen. Silicon Rubber digunakan secara luas di
industri, biasanya merupakan satu bagian atau 2 bagian polimer, dan dapat
mengandung fillers (pengisi) untuk memperbaiki sifat. Silicon Rubber pada
umumnya tidak reaktif, stabil, dan tahan terhadap lingkungan dan temperatur ekstrim,
antara – 55oC sampai + 300oC. Karena sifatnya dan kemudahan pembuatan dan
pembentukannya, silicon rubber dapat ditemukan di banyak produk, diantaranya
otomotif, produk-produk untuk memasak, memanaskan, dan menyimpan makanan,
baju tahan air, elektronik, dan peralatan kedokteran (implant). Elastomer silikon yang
pertama, dikembangkan oleh para ahli kimia di perusahaan Corning Glass dan
General Electric dengan tujuan untuk mencari material tahan panas yang lebih baik.

1-12 Polimer Lain

1. Polimer Temperatur Tinggi


Pada umumnya polimer tidak tahan suhu tinggi (mengalami degradasi). Beberapa cara
untuk menghasilkan polimer tahan panas:
a. Menggunakan ikatan Si – O, Si – N (polimer silikon).
Unit struktur dasar ini banyak diketemukan pada batu/mineral alam termasuk pasir.
Silikon menolak air, stabil terhadap panas, dan sangat resistan terhadap serangan zat

35
kimia. Polimer silikon banyak digunakan sebagai cairan hidrolik (viskositas tidak
terpengaruh temperatur), isolator elektrik, dan senyawa tahan air dalam kain.
Meskipun banyak kontroversi karena disinyalir dapat menyebabkan kanker kalau
bocor, silikon digunakan dalam dunia kedokteran karena inert terhadap zat kimia
seperti implant untuk payudara.

b. Mengikutsertakan bentuk aromatik dan heterosiklik dalam rantai polimer (misal :


rantai bensen).
c. Men-sintesa polimer tangga (ladder atau double stranded polymers).

ladder double stranded

2. Polimer Busa
Polimer busa dibuat dengan sistem 2 fasa, gas didispersi (PS, PVC, PE), diberi ’blowing
agent’ supaya menggelembung, kemudian distabilkan dengan didinginkan. Polimer busa
banyak digunakan sebagai isolator listrik dan panas, kasur/bantal, dan bahan untuk
mengepak barang yang rapuh.

36
Blowing agent adalah aditif organik atau anorganik yang digunakan dalam pembuatan
polimer busa. Senyawa ini stabil pada temperatur penyimpanan sampai 20 oC, akan tetapi
akan terurai selama proses polimerisasi menghasilkan gas yang membentuk struktur busa
dalam matriks polimer. Fitur yang luar biasa dari polimer busa adalah ringan, salah satu
kegunaannya adalah meningkatkan sifat isolasi untuk suara dan panas. Salah satu blowing
agent yang paling efisien adalah azodicarbonamide.

3. Campuran polimer dengan bahan lain


Percampuran 2 bahan atau lebih dimungkinkan untuk memperoleh bahan dengan sifat
lebih baik yang diinginkan. Dengan demikian polimer (termoplastik atau thermoseting)
dapar dicampur dengan bahan lain (organik atau anorganik) untuk memperoleh sifat-sifat
lebih baik (lebih kuat, tahan erosi/korosi, mudah dibentuk/dicetak). Contoh : Glass
Reinforced Plasties (GRP) dan material untuk perahu, topi helm, dll.

37

Anda mungkin juga menyukai