Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ESENSI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU


I
S
U
S
U
N
Oleh :
NAMA : NUR JANNAH RITONGA
ELLY PUSPITA

KELOMOPOK : VII

PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP-LABUHANBATU
RANTAUPRAPAT
T.A. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua terutama tim Penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah “Esensi dan
Prinsip-prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir Guru Serta Jenis Program Pendidikan dan
Latihan ”.Dan tidak lupa juga Shalawat dan Salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad
SAW karena telah membawa kita kealam yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa didalam Makalah ini tidak lepas dari kekurangan, dan penulis
juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak, terutama
bagi penulis demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini penulis mohon maaf, dan sebaliknya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Rantau Prapat, Maret 2019


Penyusun,

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1

C. Tujuan......................................................................................................................................1

BAB II...................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN...................................................................................................................................2

A. ESENSI DAN PRINSIP PENINGKATAN KOMPETENSI.................................................2

a. Esensi Peningkatan Kompetensi.........................................................................................2

b. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir........................................................3

B. MENINGKATKAN KENERJA GURU.................................................................................5

C. JENIS  PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN (DIKLAT) GURU........................12

BAB III................................................................................................................................................15

PENUTUP...........................................................................................................................................15

A. Kesimpulan............................................................................................................................15

B. Kritik dan Saran....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Esensi ( Hakikat, inti, hal yang pokok ) peningkatan kompetensi Guru, pada era sekarang
yaitu zamannya teknologi Informasi dimana Guru dituntut untuk bisa menggunakan teknologi
sebagai media Informasi dan pembelajaran disekolah. Ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran,
terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan
kompetensinya agar mampu  mengembangkan  dan  menyajikan materi pelajaran yang aktual
dengan menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini.
Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil
mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru
menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan
profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan
dan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip peningkatan kompetensi?
2. Apa yang dimasud dengan latihan (diklat) guru?

C. Tujuan  
1. Menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dan esensi kompetensi guru.
2. Memaparkan mengenai jenis-jenis diklat guru dan pelatihan guru.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ESENSI DAN PRINSIP PENINGKATAN KOMPETENSI


a. Esensi Peningkatan Kompetensi
Esensi peningkatan guru adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai
substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang.
Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar
mampu  mengembangkan  dan  menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan
menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya
dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan
peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada
zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan
kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah
satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang
meragukan kompetensi guru  baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain
yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup
beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru
yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga
menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa
lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari
studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh
ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa
masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan
profesionalismenya.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi,
baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial.
Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa

2
dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan
kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak
siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah.  
Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi
tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung
oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada
kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus
berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.
Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning),
kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari semakin bertambah
jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan teknologi
pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran dapat
dituntaskan dalam interval waktu yang sama. 
Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem  organisasi pendidikan secara
menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi perubahan dan
ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan modern, perlu mengembangkan sekolah sebagai
sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar adalah
mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri
dalam rangka mempertahankan eksistensinya. 
b. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir 
1. Prinsip-prinsip Umum 
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru
dalam proses pembelajaran.
e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. 
2. Prinsip-pinsip Khusus 
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.

3
a. Ilmiah,  keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan
indikator harus benar dan dapat   dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi     guru sebagai tenaga pendidik
profesional yakni memiliki kompetensi    pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
c. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru  berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator.
e. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti
perkembangan Ipteks.
f. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan jaman.
g. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan
melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual
maupun institusional.
h. Objektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu
kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari
kompetensi profesinya.
i. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk
mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan
pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan
atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama
orang lain.
j. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu
meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian
profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
k. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan
mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
l. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan
berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.
m.  Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara
berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada
pada standar kompetensi.

4
n. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan
sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya
kebutuhan penyegaran kompetensi guru.
o. Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada public.
p. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu
memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang
tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya
peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
q. Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari
atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan
hasil yang optimal. 
B. MENINGKATKAN KENERJA GURU
Menurut Saondi dan Suherman (2012 : 59)  Kinerja guru yang ditunjukan dapat diamati
dari kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang tentunya
sudah dapat mencerminkan suatu pola kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan ke
arah yang lebih baik. Seseorang akan berkeja secara prefesional bilamana memiliki
kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-
baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekerja secara profesional bilamana hanya
memenuhi salah satu diantara diantara dua persyaratan diatas. Jadi betapa pun tingginya
kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara professional apabila tidak memiliki
kepribadian dan dedikasi dalam bekerja yang tinggi. Guru yang memiliki kinerja yang baik
tentunya memiliki komitmen yang tinggi dalam pribadinya, artinya tercermin suatu
kepribadian dan dedikasi yang paripurna. Tingkat komitmen guru terbentang dalam satu garis
kontinu, bergerak yang paling rendah menuju paling tinggi.
Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian
kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang sangat sedikit. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen yang
tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam bekerja.demikian pula waktuyang
disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak.sedangkan tingkat abstraksi
yang dimaksud disini adalah tingkat kemampuan guru dalam mengolola pembelajaran,
mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan alternative pemecahannya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Glickman (dalamBafadal I,2003)(dalam Ondi (2013:60)
yang menyatakan bahwa “guru yang memiliki tingkat abstraksi yang tinggi adalah guru yang

5
mampu mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas dan mampu secara
mandiri memecahkannya”.
Menurut Saondi dan Suherman ( 2012:60-62) Langkah strategis dalam upaya
meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan melalui beberapa terobosan,  antara lain:
1. Kepala sekolah harus memahami dan melakukan tiga fungsi sebagai penunjang
peningkatan kerja guru, antara lain :
 Membantu guru memahami, memilih dan merumuskan tujuan pendidikan yang
tercapai.
 Mendorong guru agar mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi dan melihat hasil kerjanya.
 Memberikan pengakuan atau penghargaan terhadap prestasikerja guru secara layak,
baik yang diberikan oleh kepala sekolah maupun yang diberikan semasa guru, staf
tata usaha, siswa dan masyarakat umum maupun yang diberikan pemerintah.
 Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan kerja kepada guru untuk mengolah
proses belajar mengajar dengan memberikan kebebasan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.
 Membantu memberikan kemudahan kepada guru dalam proses pengajuan kenaikan
pangkatnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Membuat kebijakan sekolah dalam pembagian tugas guru, baik baban tugas
mengajar., beban administrasi guru maupun beban tugas tambahan lainnya harus
disesuaikan dengan kemampuan guru itu sendiri.
 Melaksanakan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan kemampuannya dan sesuai
dengan kemampuannya dan sesuai dengan keinginan guru-guru secara
Berkesinambungan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran.
 Mengupayakan selalu meningkatkan kesejahteraannya yang dapat diterima guru
dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan tata usaha
maupun yang lainnya.
 Menciptakan dan menjaga kondisi dan iklim kerja yang sehat dan menyenangkan
dilingkungan sekolah, terutama di dalam kelas, tempat kerja yang menyenangkan, alat
pelajaran yang cukup dan bersifat up to date, tempat beristirahat di sekolah yang
nyaman, kebersihan dan keindahan sekolah, penerangan yang cukup dan masih
banyak lagi.

6
 Memberikan peluang kepada guru untuk tumbuh dalam meningkatkan pengetahuan,
meningkatkan keahlian mengajar, dan memperoleh keterampilan yang baru.
 Mengupayakan adanya efek kerja guru di sekolah terhadap keharmonisan anggota
keluarga, pendidikan anggota keluarga, dan terhadap kebahagiaan keluarganya.
 Mewujudkan dan menjaga keamanan tenaga kerja tetap stabil dan posisi kerjanya
tetap mantap sehingga gurumerasa aman dalam pekerjaannya.
 Menurut Junaidin 2006 ( dalam Ondi 2012:61)Memperhatikan peningkatan status
guru dengan memenuhi kelengkapan status berupa perlengkapan ruang khusus untuk
melaksanakan tugas, tempat istirahat khusus, tempat parkir khusus, kamar mandi
khusus dan sebagiannya.
 Mengerakkan guru-guru, karyawan, siswa dan anggota masyarakat untuk
menyukseskan program-program pendidikan di sekolah.
 Menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang Harmonis, sehat,  dinamis dan
nyaman sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan
memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Langkah lain yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan kinerja guru melalui
peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang sedang berkembang sekarang ini dan
mendorong guru untuk menguasainya. Melalui teknologi informasi yang dimiliki baik oleh
daerah maupun oleh individual sekolah,  guru dapat melakukan beberapa  hal,  diantaranya:
(1) melakukan penelusuran dan pencarian bahan pusaka, (2) membangun program artifical
intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodalkan sebuah rencana pengajaran, (3)
memberikan kemudahan untuk mengakses apa yang disebut dengan virtual classroom
ataupun virtual university, (4) pemasaran dan promosi hasil karya penelitian.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi maka guru dapat secara cepat mengakses
materi pengetahuan yang dibutuhkan sehingga guru tidak terbatas pada pengetahuan yang
dimiliki dan hanya bidang studi tertentu yang dikuasai tetapi seyogyanya guru harus mampu
mengusai lebih dari bidang studi yang ditekuninya sehingga bukan tidak mungkin suatu saat
guru tersebut akan mendalami hal lain yang masih memiliki hubungan erat dengan bidang
tugasnya guna meningkatkan kinerja yang lebih baik.
2. Dinas pendidikan setempat selaku pihak yang ikut andil dalam mengeluarkan dan
memutuskan kebijakan pada sektor pendidikan dapat melakukan langkah sebagai
berikut:
 Memberikan kemandirian kepada sekolah secara utuh.

7
 Mengontrol setiap perkembangan sekolah dan guru.
 Menganalisis setiap persoalan yang muncul disekolah.
 Menentukan alternatif pemecahan bersama dengan kepala sekolah dan guru terhadap
persoalan yang dihadapi guru.
Kinerja guru tidak dapat berdiri sendiri melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor lain
melalui interaksi sosial yang terjadi di antara diri mereka sendiri maupun dengan komponen
dalam sekolah. Hal lain yang dapat dilakukan adalah memalui peningkatan morak kerja guru.
moral kerja sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang merupakan perwujudan suatu kemauan
yang dibawa serta ke sekolah dan kerjanya. Pemahaman tentang moral kerja yang belum
sempurna menyebabkan tidak dapat memengaruhi kinerja secara spesifik.
Menurut Bafadal I 2003 (dalam Ondi 2012 : 63)Padahal moral kerja yang tinggi dapat
meningkatkan semangat untuk bekerja lebih baik. Moral kerja dapat pula dipengaruhi oleh
motif-motif tertentu yang bersifat subyektif maupun obyektif. Adapun yang menjadi motif
untuk bekerja lebih baik adalah kebutuhan-kebutuhan (needs) yang menimbulkan suatu
tindakan perbuatan yang menimbulkan suatu perbuatan (behaviour) yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut (goals)memberikan suatu contoh akan pentingkan
pemenuhan kebutuhan sebagai berikut: “misalnya, seseorang pasti membutuhkan makanan
untuk mempertahankan eksistensi hidupnya. Apabila tidak mendapatkan makanan, orang itu
akan mati kelapan. Makanan lada konteks ini merupakan kebutuhan yang memaksa
seseoramg melakukan tindakan perbuatan (behavior)”.
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan guru
dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian,
posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan profesional mengajar dan tingkat  kesejahteraannya.
Reformasi pendidikan merupakan respons terhadap perkembangan tuntutan global sebagai
suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan
sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang, Melalui
reformasi, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi
perwujudan hak-hak asasi manusia untuk Mengembangkanseluruh potensi dan presentasinya
secara optimal. Menurut Lous V. Gerstner, jr., dkk (1995)(dalam Aqib,2003) (dalam Saondi
dan Suherman  2012:63) mengatakan bahwa : “sekolah abad masa depan memiliki ciri-ciri,
antara lain:

8
 Kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan memimpin menuju
visi keunggulan pendidikan.
 Memiliki visi, misi, dan strategis untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan
jelas.
 Guru-guru yang berkompeten dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam
melaksanakan tugas profesionalnya secara inovatif.
 Siwa-siswa yang sibuk? Bergairah dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku
pembelajaran.
 Masyarakat dan orangtua  berperan serta dalam menunjang pendidikan.
Menurut Saondi dan Suherman(2012:64) upaya mewujudkan sisi  guru dalam reformasi
pendidikan beberapa asumsi dasar yang harus mendapat pertimbangan, antara lain:
a. Guru pada dasarnya merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan.
b. Jumlah guru dengan kecakapan akademik yang baik, cenderung menurun di masa
yang akan datang, sepanjang secara material sosial, jabatan guru tidak menarik dan
menjanjikan bagi generasi muda yang memiliki kualitas akademik yang cemerlang.
c. Kepercayaan masyarakat kepada guru sangat bergantung dari persepsi yang berkenan
dengan status guru terutama yang berkaitan dengan kualitas pribadi, kualitas
kesehjateraan, penghargaan material, kualitas pendidikan, dan standar profesi.
d. Anggara pembelajaan pendidikan, imbal jasa(gaji dan tunjangan lainnya), dan kondisi
kerja guru merupakan faktor yang mendasar bagi terselenggaranya pendidikan yang
berkualitas dan kinerja yang efektif.
e. Masyarakat dan orang tua mempunyai hak akan pendidikan yang terbaik buat anak-
anaknya.
f. Di sisi lain guru diharapkan menunjukkan kinerja atas dasar moral dan professional
yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam kaitan ini, guru mempunyai keterikatan
yang erat dengan kualitas dan hasil pendidikan. Menurut Aqib 2003 (dalam Saondi
dan Suherman 2012:64)
Menurut Saondi dan Suherman (2012:64-65) Ungkapan diatas bermakna bahwa posisi
guru pada era dalam reformasi pendidikan merupakan posisi yang memiliki peran besar yang
harus dijalankan guru dalam mewujudkan mutu pendidikan yang lebih baik. Sehingga
berbagai aspek yang dapat memengaruhi kinerja guru perlu diperlukan perbaikan, seperti
kualitas kesejahteraan, kualitas moral, dan kualitas profesi dan lain-lain yang dimiliki guru

9
sebagai penentu keberhasilan pendidikan, maka tidak salah jika ada keinginan memeperbaiki
mutu pendidikan akan berkaitan dengan memperbaiki posisi guru.
Untuk mewujudkan kinerja guru yang profesional dalam reformasi pendidikan secara
ideal, ada beberapa karakteristik citra guru yang diharapkan, antara lain:
a. Guru harus memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketakwaan yang mantap
b. Guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan
lingkungan dan perkembangan iptek.
c. Guru yang mempunyai kualitas kompetensi pribadi dan professional yang memadai
disertai atas kerja yang kuat.
d. Guru yang mempunyai kualitas kesejahteraan yang memadai
e. Guru yang mandiri, kreatif, dan bewawasan masa depan.
Untuk mewujudkan guru yang memiliki karakteristik  seperti diatas maka perlu
dilakukan langkah nyata yang dapat dilakukan pemerintah, anatara lain:
a. Pemerintah harus ada kemauan politik untuk menempatkan posisi guru dalam
keseluruhan pendidikan nasional;
b. Mewujudkan sistem manajemen guru dan tenaga kependidikan lainnya yang  meliputi
pengadaan, pengangkatan, penetapan, pengolaan, pembinaan, dan pengembangan secara
terpadu yang sistematik, sinergik, dan simbolik;
c. Pembenahan sistem pendidikan guru yang lebih fungsional untuk menjamin
dihasilkannya kualitas profesional guru dan tenaga kependidikan lainnya;
d. Pengembangan satu sistem pengajaran (gaji dan tunjangan lainnya) bagi guru secara adil,
bernilai ekonomis, dan memiliki daya tarik sedemikian rupa sehingga meransang guru
untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi dan memberikan kepuasan lahir
batin. Menurut Aqiz, Z (2003) dalam Saondi dan Suherman (2012:65).
Menurut Husin dan Sasongko (2003)(dalam Saondi dan Suherman,2012:65-67) Pada era
otonomi daerah, pendapatan yang diterima guru bervariasi, baik ditinjau dari jenjang sekolah
maupun lokasi daerah. Tunjangan gurudisekolah pada jenjang yang lebih rendah adalah lebih
rendah daripada tunjangan guru di sekolah yang lebih tinggi. Demikian pula, tunjangan guru
di sekolah yang berada di kota adalah lebih tinggidaripada tunjangan guru di sekolah yang
berada di pinggir kota dan desa. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan sekolah
dan kemampuan orang  tua dalam memberikan sumbangan dana terhadap sekolah. Ekonomi
orang tua di perkotaan cenderung lebih kuat dibandingkan dengan ekonomi orang tua di
pinggir kota dan desa. Sedangkan besarnya tunjangan guru yang diberikan sekolah

10
didasarkan atas RAPBS dan kekuatan orang tua siswa. Tunjangan kepada guru memberikan
efek yang signifikan terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Siswa yang berada di kota
lebih berprestasi daripada siswa di pinggir dan desa. Demikian pula, siswa yang ada di
pinggir kota lebih prestasi daripada siswa di desa. Meski prestasi belajar siswa dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan daya dukung orang tua, namun prestasi tersebut juga dipengaruhi
oleh tunjangan kepada guru. Tunjangan guru yang berada di kota cenderung lebih besar
sehingga lebih dapat berkonsentrasi dalam mengajar. Sebaliknya, tunjangan guru di desa
lebih kecil. Hal ini menyebabkan konsentrasi menjadi kurang. Analisis-analisis tersebut lebih
nampak pada ilustrasi studi kualitatif sebagaimana dipaparkan di bawah ini.
Kalau seorang guru dapat membeli pesawat televisi, radio tape, sepeda motor, dan
barang-bara mewah lainnya atau mengangsur perumahan, hal itu karena utang dengan
menggunakan agunan gaji mereka setiap bulan dipotong. Sedangkan gaji guru di negara lain
cukup untuk kebutuhan satu bulan, berekreasi, membeli buku, menabung. Bila dibanding
dengan kesejahteraan pegawai negeri sipil lain di indonesia, secara nominal gaji guru lebih
tinggi untuk golongan yang sama, misalnya sama-sama golongan III C antara pegawai negeri
sipilguru dan non guru karena guru mendapat tambahan tunjangan fungsional. Tetapi, jam
kerja pegawai negeri sipil (PNS) non guru terbatas, tiap minggu sebanyak 37,5 jam.
Sedangkan jam kerja guru tidak terbatas, tiap minggunya 24 jam pelajaran tetapi sebelum
mengajar harus menyiapkan bahan administratif (buat satuan pelajaran), dan setelah mengajar
mereka harus mengoreksi hasil pekerjaan murid.
Disisi lain, peluang untuk memperoleh pertambahan pendapat di luargaji bagi PNS non
guru lebih terbuka karena ada sering proyek-proyek atau urusan lain dengan masyarakat.
Adapun guru, peluangnya untuk memperoleh tambahan pendapatan hanya dapat melakukan
pungutan tambahan kepada murid atau bisnis. Namun, hal itu langsung akan mendapat
respons negatif dari masyarakat. Harapan masyarakat terhadap guru memang bukan hanya
perannya di dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas juga dapat memberikan teladan. Tetapi
peran memberi teladan ini tidak pernah dihargai secara material dan sosial.
Ada delapan hal yang diinginkan oleh guru melalui pekerjaannya, yaitu:
1) Adanya rasa aman dan hidup layak,
2) Kondisi kerja yang diinginkan,
3) Rasa keikutsertaan,
4) Perlakuan yang wajar dan jujur,
5) Rasa mampu,
6) Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan,

11
7) Ikut bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah,
8) Kesempatan mengembangkan selfrespect menurut BafadalI 2003 (dalam Saondi dan
Suherman, 2012, 67).
Sedangkan menurut teori kebutuhan Maslow bahwa kebutuhan manusia dibagi dalam
lima tingkatan, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologi secara universal, seperti makanan, minuman, pakaian dan
perumahan.
2) Kebutuhan rasa aman (safetyorsecurityneeds).
3) Kebutuhan-kebutuhan sosial.
4) Kebutuhan harga diri (esteemor ego needs).
5) Kebutuhan aktualisasi diri (selfactualizationneeds).
Menurut Hopson dan Scally (dalam Husin,Z dan Sasongko R.N, 2003)(dalam Saondi dan
Suherman 2013:67) bahwa dikursus paradigma pendidikan antara invesmentbased vs
outcamebasedmembawa implikasi imperatif terhadap penataan manajemen pendidikan di era
otonomi daerah. Dalam era ini, manajemen perlu ditata secara demokratis, kreatif dan
menguntungkan bersama. Fungsi pendidikan perlu ditata ulang, tidak hanya sekedar
menjalankan tugas rutin mengajar. Namun lebih dari itu, yakni mewujudkan educatedman
yang mempunyai life skills berkualitas tinggi.
C. JENIS  PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN (DIKLAT) GURU
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
1. Pendidikan dan Pelatihan
a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan
secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan
pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru
tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki
kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini
diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.
b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di
institusi/industri  yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional
guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat
dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang
sejenisnya. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa

12
keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan
pengalaman nyata. 
c. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan bekerjasama
dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat
dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah
diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra
dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
profesionalnya.
d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan
dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak
jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah
terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di
ibu kota kabupaten atau di propinsi.
e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di P4TK dan
atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun
secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang
pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus
(spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya
perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau
lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru
dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun
karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-
lain sebagainya.
g. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi
tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat
dan sejenisnya.
h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan
alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam
maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini

13
akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam
upaya pengembangan profesi.
2. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan
a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik
sesuai dengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para
guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.
b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi
ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam
meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru
untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal
terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop
dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum,
pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.
e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku
pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk
alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi
pembelajaran).
g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat
berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan
karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat. 

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Esensi peningkatan guru yaitu seorang guru harus lebih mengetahui tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai subtasi materi ajar maupun prianti
pembelajaran dimana seorang guru dituntut meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya
agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan
menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya
dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan
peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada
zamannya.
Beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan
prinsip-prinsip seperti demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa, satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat, memberi
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses
pembelajaran. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Secara khusus program
peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti
ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, aktual dan kontekstual, fleksibel, demokratis, obyektif,
komprehensif, memandirikan, profesional, bertahap, berjenjang, berkelanjutan, efektif, dan
efisien.

B. Kritik dan Saran


Adapun dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
disana-sini, baik dari sumber buku maupun hak yang lainnya. Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun terhadap penulisan makalah ini agar
lebih sempurna dimasa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bacon. Usman, Moh. Uzer. 2004 (Cetakan XVI). Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Danim, Sudarwan dan Khairil. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.
http://arbayanti30.blogspot.com/2018/05/esensi-dan-prinsip-peningkatan.html
http://deriyukansaisadoramt.blogspot.co.id/2015/03/etika-dan-profesi-penddikan.html?m=1
Mappanganro. Pemilikan Kompetensi Guru. Makassar: Alauddin Press, 2010.
Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat, 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai