Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok

MAKALAH
FISIOLOGI TUMBUHAN
“KONTROL PEMBUNGAAN”

OLEH

KELOMPOK 25

FATIMAH NURUTTAHIRAH : A1J1 18 009

MAHARANI : A1J1 18 033

FIRYAL FATIN AFIFAH T. : A1J1 18 021

NURUL FITRYANI B. : A1J1 18 046

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “ Kontrol Pembungaan” dengan tepat waktu.

Penulis menyadari keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan teima kasih yang
sebesar – besarnya kepada dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yaitu ibu Dr. Suarna Samai
SP., MP dan berbagai pihak yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini.

Kendari, 27 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang........................................................................................................1

2. Rumusan Masalah...................................................................................................2

3. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Meristem bunga dan pengembangan organ bunga..................................................3

2. Pengintegrasian pada lingkungan terhadap evokasi bunga.....................................5

3. Fotoperiodisme terhadap kontrol pembungaan.......................................................7

4. Vernalisasi atau proses promosi bunga dengan perlakuan dingin...........................9

5. Induksi tidak langsung dalam stimulus bunga.........................................................10

6. Pembuktian antiflorigen telah ditemukan................................................................10

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..............................................................................................................12

2. Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunga adalah bagian tanaman yang secara langsung terlibat dalam daya tarik
serangga penyerbuk sehingga ciri–ciri morfologi dan fungsionalnya memiliki dampak
besar terhadap keberhasilan reproduksi tanaman. Variasi morfologi pembungaan
merupakan adaptasi alami untuk peningkatan tampilan atau meningkatkan kesesuaian
mekanis antara bunga dan penyerbuk. Ciri morfologi bunga yang berkaitan dengan
serangga penyerbuk antara lain ukuran bunga, warna bunga, bentuk bunga dan struktur
bunga.
Pertumbuhan dan perkembangan dari suatu tumbuhan disebabkan oleh
rangkaian proses yang tejadi di dalam sel, misalnya pembelahan, diferensiasi atau
pemanjangan. Ketiga factor tersebut biasanya dipicu oleh factor internal dari suatu
tumbuhan yang berupa senyawa kimia seperti hormone dan enzim. Adanya
pertumbuhan pada suatu tumbuhan tidak terlepas dari aktivitas pertumbuhan pada
bagian lain ditumbuhan tersebut.
Bunga mewakili susunan kompleks dari struktur khusus yang berfungsi berbeda
secara substansial dari tubuh tumbuhan vegetatif dalam bentuk dan jenis sel. Karena
itu, transisi ke pembungaan memerlukan perubahan radikal dalam nasib sel di dalam
meristem apikal pucuk. Peristiwa yang terjadi di pucuk yang secara khusus mengikat
meristem apikal untuk menghasilkan bunga secara kolektif disebut sebagai kebangkitan
bunga. Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dibahas beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dibuatlah beberapa rumusan masalah yaitu :

1. Bagimanakah meristem bunga dan pengembangan organ bunga ?

2. Bagaimanakah pengintegrasian pada lingkungan terhadap evokasi bunga?

3. Bagaimanakah fotoperiodisme terhadap kontrol pembungaan ?

4. Bagimanakah vernalisasi atu proses promosi bunga dengan perlakuan dingin ?

5. Bagaimana induksi tidak langsung dalam stimulus bunga ?

6. Bagiamana pembuktian antiflorigen telah ditemukan?


1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :

1. Dapat memahami dan mengetahui meristem bunga dan pengembangan organ


bunga.

2. Dapat memahami pengintegrasian pada lingkungan terhadap evokasi bunga?

3. Dapat mengetahui fotoperiodisme terhadap kontrol pembungaan ?

4. Dapat memahami dan mengerti vernalisasi atu proses promosi bunga dengan
perlakuan dingin ?

5. Dapat mengetahui induksi tidak langsung dalam stimulus bunga ?

6. Dapat mengetahui pembuktian bahwa antiflorigen telah ditemukan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Meristem Bunga dan Perkembangan Organ Bunga


Meristem bunga biasanya dapat dibedakan dari meristem vegetatif, bahkan pada
tahap awal perkembangan reproduksi, dengan ukurannya yang lebih besar. Transisi dari
perkembangan vegetatif ke reproduksi ditandai dengan peningkatan frekuensi
pembelahan sel dalam zona tengah dari meristem apikal pucuk. Dalam meristem
vegetatif, sel-sel di zona pusat menyelesaikan siklus pembelahannya secara perlahan.
Ketika perkembangan reproduksi dimulai, peningkatan ukuran meristem sebagian
besar merupakan hasil dari peningkatan kecepatan pembelahan sel-sel sentral ini.
Pertama akan menguraikan perubahan morfologi dasar yang terjadi selama transisi dari
fase vegetatif ke reproduksi. Selanjutnya kita akan membahas susunan organ bunga
dalam empat lingkaran pada meristem, dan jenis gen yang mengatur pola normal
perkembangan bunga. Menurut model ABC yang diterima secara luas, lokasi spesifik
dari organ bunga dalam bunga diatur oleh ekspresi tumpang tindih dari tiga jenis gen
identitas organ bunga.
Dalam proses pembentukan suatu organ yang belum sempurna, pola
pembelahan dan pembesaran sel juga mempengaruhi deferensiasi sel dengan cara
menempatkan sel dalamposisi spesifik yang relatif terhadap sel-sel lain. Dengan
demikian informasi posisional mendasari semua proses perkembangan, pertumbuhan,
morfogenesis dan deferensiasi (Campbell, 2012)
Empat Jenis Organ Bunga Dimulai sebagai Lingkaran Terpisah
Meristem bunga memulai empat jenis organ bunga: sepal, kelopak, benang sari,
dan karpel (Coen dan Carpenter 1993). Set organ ini dimulai dalam cincin konsentris,
yang disebut lingkaran , di sekitar sisi meristem. Inisiasi organ terdalam, karpel,
memakan semua sel meristematik di kubah apikal, dan hanya primordia organ bunga
yang ada sebagai kuncup bunga berkembang. Pada bunga Arabidopsis tipe liar ,
lingkarannya diatur sebagai berikut:
➢ Lingkaran pertama (terluar) terdiri dari empat sepal, yang berwarna hijau saat
jatuh tempo.
➢ Lingkaran kedua terdiri dari empat kelopak, yang berwarna putih saat dewasa.

3
➢ Benang sari ketiga berisi enam benang sari, dua di antaranya lebih pendek dari
empat benang sari lainnya.
➢ Lingkaran keempat adalah organ tunggal yang kompleks, ginoecium atau putik,
yang terdiri dari ovarium dengan dua karpel yang menyatu, masing-masing
berisi banyak bakal biji, dan gaya pendek ditutup dengan kepala putik.
Tiga Jenis Gen Mengatur Bunga Pengembangan Mutasi telah mengidentifikasi
tiga kelas gen yang mengatur perkembangan bunga: gen identitas organ bunga, gen
kadaster, dan gen identitas meristem.
1) Gen identitas organ bunga secara langsung mengontrol identitas bunga.
Protein yang dikodekan oleh gen ini adalah faktor transkripsi yang
kemungkinan mengontrol ekspresi dari gen lain yang produknya terlibat dalam
pembentukan dan/atau fungsi organ bunga .
2) Gen kadaster bertindak sebagai pengatur spasial dari gen identitas organ bunga
dengan menetapkan batas ekspresi mereka. (Kata kadaster mengacu pada peta
atau survey yang menunjukkan batas-batas properti untuk tujuan perpajakan).
3) Gen identitas meristem diperlukan untuk induksi awal gen identitas organ.
Gen-gen ini adalah pengatur positif identitas organ bunga.
Gen identitas organ bunga diidentifikasi melalui mutasi homeotik yang
mengubah identitas organ bunga sehingga beberapa organ bunga muncul di tempat
yang salah. Misalnya, tanaman Arabidopsis dengan mutasi pada gen APETALA2 (AP2)
menghasilkan bunga dengan karpel di mana sepal seharusnya berada, dan benang sari
di tempat kelopak biasanya muncul. Gen homeotik yang telah dikloning sejauh ini
menyandikan faktor transkripsi protein yang mengontrol ekspresi gen lain. Kebanyakan
gen homeotik tanaman termasuk dalam kelas sekuens terkait yang dikenal sebagai gen
kotak MADS..
Tiga Jenis Gen Homeotik Mengontrol Identitas Organ Bunga. Lima gen
berbeda diketahui menentukan identitas organ bunga di Arabidopsis : APETALA1 ( AP1
), APETALA2 ( AP2 ), APETALA3 ( AP3 ), PISTILLATA ( PI ), dan AGA-MOUS ( AG
) (Bowman et al. 1989; Weigel dan Meyerowitz 1994).
Gen identitas organ awalnya diidentifikasi melalui mutasi yang secara dramatis
mengubah struktur dan dengan demikian identitas organ bunga dihasilkan dalam dua
lingkaran yang berdekatan :
1) Aktivitas tipe A, dikodekan oleh AP1 dan AP2 , mengontrol identitas organ di
lingkaran pertama dan kedua. Hilangnya aktivitas tipe A menyebabkan
4
pembentukan karpel bukan sepal pada uliran pertama, dan benang sari sebagai
pengganti kelopak pada uliran kedua.
2) Aktivitas tipe B, yang dikodekan oleh AP3 dan I , mengontrol penentuan organ
dalam lingkaran kedua dan ketiga. Hilangnya aktivitas tipe B menyebabkan
pembentukan sepal bukan kelopak di lingkaran kedua, dan karpel bukannya
benang sari di lingkaran ketiga.
3) Aktivitas tipe C, dikodekan oleh AG , mengontrol kejadian di lingkaran ketiga
dan keempat. Hilangnya aktivitas tipe C menyebabkan pembentukan kelopak
bunga sebagai pengganti benang sari di lingkaran ketiga, dan penggantian
lingkaran keempat dengan bunga baru sehingga lingkaran keempat bunga mutan
ag ditempati oleh sepal.
Identitas Organ Bunga
Dalam mempelajari berbagai mutan dan gen pembungaan ini para ahli telah
menyusun teori mengenai pembungaan yang disebut model ABC untuk spesifikasi
organ bunga (The ABC model for floral identity specification). Berdasarkan model ini
bahwa identitas empat lingkaran konsentrik organ bunga dari luar ke dalam diatur oleh
aktivitas gen-gen yang berfungsi dalam tiga lokasi. Gen yang terekspresi pada daerah
A akan membentuk sepal dan petal, pada daerah B adalah petal dan stamen, dan pada
daerah C akan membentuk stamen dan karpel. Sebagai contoh gen AGAMOUS aktif di
daerah C karena ketika gen ini tidak bekerja sempurna maka tanaman tersebut tidak
mempunyai stamen dan karpel (Wattimena, 2011).
Pola pembentukan organ pada tipe liar dan sebagian besar fenotipe mutan diprediksi
dan dijelaskan dengan model ini. Tantangannya sekarang adalah memahami bagaimana
pola ekspresi gen identitas organ ini dikendalikan oleh gen kadaster; bagaimana gen
identitas organ, yang menyandikan faktor transkripsi, mengubah pola gen lain yang
diekspresikan dalam organ yang sedang berkembang; dan akhirnya bagaimana pola
ekspresi gen yang berubah ini menghasilkan perkembangan organ bunga tertentu.

2.2 Pengintegrasian Pada Lingkungan Terhadap Evokasi Bunga


Sebuah tanaman dapat berbunga dalam beberapa minggu setelah berkecambah,
seperti pada tanaman tahunan seperti groundsel ( Senecio vulgaris ). Tanaman
merupakan faktor internal yang mengendalikan peralihan ke perkembangan reproduksi.
Beberapa tanaman menunjukkan persyaratan mutlak untuk isyarat lingkungan yang
tepat untuk berbunga. Kondisi ini disebut respon wajib atau kualitatif terhadap isyarat
5
lingkungan. Pada spesies tumbuhan lain, pembungaan dipromosikan oleh isyarat
lingkungan tertentu tetapi pada akhirnya akan terjadi jika isyarat tersebut tidak ada. Ini
disebut respons fakultatif atau kuantitatif terhadap isyarat lingkungan. Pembungaan
kelompok tanaman yang terakhir ini, yang mencakup Arabidopsis , dengan demikian
bergantung pada sistem pembungaan lingkungan dan otonom.
Fase Perkembangan Meristem Apikal Pucuk
Selama perkembangan postembrionik, meristem apikal pucuk melewati tiga
tahap perkembangan yang kurang lebih jelas secara berurutan:
1. Fase remaja, fase perkecambahan biji dimana niji telah mengalami proses
perkecambahan akibat masuknya air ke dalam sel.
2. Fase vegetatif dewasa, fase ini memiliki kemampuan membentuk struktur
reproduksi. Pada fase ini terjadi pembentukan akar, batang dan daun.
3. Fase reproduksi dewasa, fase pertumbuhan yang terjadi pada saat pembentukan
dan perekmbangan kuncup-kuncup bunga, buah, dan biji atau pada pembesaran
dan pendewasaan pada akar dan batang.
(Endah, 2007)
Perubahan Fase Dapat Dipengaruhi oleh Nutrisi, Giberelin, dan Sinyal Kimia Lainnya
Transisi pada pucuk pucuk dari fase remaja ke fase dewasa dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang dapat ditularkan dari bagian tanaman lainnya. Banyak tanaman,
paparan kondisi cahaya rendah memperpanjang usia remaja atau menyebabkan
pengembalian menjadi remaja. Konsekuensi utama dari kondisi cahaya rendah adalah
penurunan pasokan karbohidrat ke puncak, dengan demikian pasokan karbohidrat,
terutama sukrosa, dapat memainkan peran dalam transisi antara masa remaja dan
kematangan. Suplai karbohidrat sebagai sumber energi dan bahan baku dapat
mempengaruhi ukuran apex.
Ritme Sirkadian Menunjukkan Ciri-ciri Karakteristik.
Irama sirkadian berasal dari bahasa latin “circa” (lingkaran) dan “dies” (hari)
yang artinya irama fisiologis endogen dengan durasi sekitar 24 jam yang dapat terjadi
pada makhluk hidup, irama ini mempengaruhi perilaku dan hampir setiap fungsi
fisiologis (Ekayanti, 2019). Irama sirkadian muncul dari fenomena siklik yang
ditentukan oleh tiga parameter:
1) Periode, waktu antara titik-titik pembanding dalam siklus berulang. Biasanya
periode diukur sebagai waktu antara maksimum (puncak) atau minimum
(palung) yang berurutan.
6
2) Fase, titik mana pun dalam siklus yang dapat dikenali dari hubungannya dengan
sisa siklus. Titik fase yang paling jelas adalah posisi puncak dan palung.
3) Amplitudo, biasanya dianggap sebagai jarak antara puncak dan palung.
Amplitudo ritme biologis seringkali dapat bervariasi sementara periodenya
tetap tidak berubah.

2.3 Fotoperiodisme Terhadap Kontrol Pembungaan


Kejadian musiman sangat penting dalam siklus kehidupan sebagian besar
tumbuhan. Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan pengakhiran dormansi
tunas merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan tumbuhan yang
umumnya terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun. Stimulus lingkungan yang
paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu dalam satu tahun
adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan siang. Respons fisologis
terhadap fotoperiode, seperti pembungaan, disebut fotoperiodisme (photoperiodism)
(Campbell, dkk., 2012).
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang
pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme digunakan
untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama
penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan
kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan.
Tepatnya di daerah ekuator, panjang siang dan malam sama dan konstan sepanjang
tahun. Saat seseorang menjauh dari khatulistiwa menuju kutub, hari-hari menjadi lebih
panjang di musim panas dan lebih pendek di musim dingin. Tidak mengherankan,
spesies tanaman telah berevolusi untuk mendeteksi perubahan musiman dalam panjang
hari ini, dan respons fotoperiodik spesifiknya sangat dipengaruhi oleh garis lintang
tempat asalnya (Taiz dan Zeiger, 2012). Panjang hari berubah secara beraturan
sepanjang tahun sesuai dengan deklinasi matahari dan berbeda pada setiap tempat
menurut garis lintang. Pada daerah katulistiwa, panjang hari sekitar 12 jam, semakin
jauh dari equator panjang hari dapat lebih atau kurang sesuai dengan pergerakan
matahari. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin lama tanaman mendapatkan
pencahayaan matahari, semakin intensif proses fotosintesis, sehingga hasil akan
tinggi. Akan tetapi fenomena ini tidak sepenuhnya benar karena beberapa tanaman
memerlukan lama penyinaran yang berbeda untuk mendorong fase pembungaan
7
(Sutoyo, 2011). Banyak spesies tumbuhan berbunga selama hari-hari musim panas
yang panjang, dan selama bertahun-tahun ahli fisiologi tumbuhan percaya bahwa
korelasi antara hari-hari panjang dan pembungaan adalah konsekuensi dari akumulasi
produk fotosintesis yang disintesis selama hari-hari yang panjang. Klasifikasi
tumbuhan menurut tanggapan fotoperiodiknya biasanya didasarkan pada pembungaan,
meskipun banyak aspek lain dari perkembangan tumbuhan juga dapat dipengaruhi oleh
panjang hari. Kategori respons fotoperiodik dua domain adalah tanaman hari pendek
dan tanaman hari panjang:
1) Tanaman hari pendek (SDP) berbunga hanya dalam waktu singkat ( kualitatif
SDP), atau pembungaannya dipercepat oleh hari-hari pendek ( kuantitatif SDP).
2) Tanaman hari panjang (LDP) berbunga hanya di hari yang Panjang ( kualitatif
LDP), atau pembungaannya dipercepat oleh hari yang Panjang ( kuantitatif
LDP).
Perbedaan penting antara tanaman hari panjang dan hari pendek adalah bahwa
pembungaan di LDP dipromosikan hanya jika panjang hari melebihi durasi tertentu,
yang disebut panjang hari kritis, dalam setiap siklus 24 jam, sedangkan promosi
pembungaan di SDP membutuhkan panjang hari yaitu kurang dari panjang hari kritis.
Nilai absolut dari hari kritis panjang hari sangat bervariasi antar spesies, dan hanya
ketika pembungaan diperiksa untuk rentang panjang hari barulah klasifikasi
fotoperiodik yang benar ditetapkan.
Tanaman hari panjang dapat secara efektif mengukur hari-hari perpanjangan
musim semi atau awal musim panas dan menunda pembungaan sampai panjang hari
kritis tercapai. Banyak jenis gandum (Triticum aestivum) berperilaku seperti ini. SDP
sering berbunga pada musim gugur, ketika hari-hari lebih pendek di bawah panjang hari
kritis, seperti pada banyak varietas Krisan morifolium. Namun, panjang hari saja
merupakan sinyal yang ambigu karena tidak dapat membedakan antara musim semi dan
musim gugur. Tanaman menunjukkan beberapa adaptasi untuk menghindari ambiguitas
sinyal panjang hari. Salah satunya adalah kopling persyaratan suhu ke respons
fotoperiodik. Spesies tanaman tertentu, seperti gandum musim dingin, tidak merespons
fotoperiode sampai periode dingin (vernalisasi atau musim dingin) telah terjadi.
Tanaman lain menghindari ambiguitas musiman dengan membedakannya
memendekkan dan pemanjangan hari. "Tanaman berdurasi dua hari" tersebut terbagi
dalam dua kategori:

8
1) Tanaman hari panjang-pendek (LSDP) bunga hanya setelah urutan hari yang
panjang diikuti dengan hari yang pendek. LSDP, seperti Bryophyllum,
Kalanchoe, dan Cestrum nocturnum ( melati yang bermekaran malam),
berbunga di akhir musim panas dan gugur, saat siang hari semakin pendek.
2) Tanaman pendek-panjang-hari (SLDP) bunga hanya setelah urutan hari yang
pendek diikuti dengan hari yang panjang. SLDP, seperti Trifolium repens
(Semanggi putih), Campanula medium ( Canterbury bells), dan Echeveria
harmsii ( echeveria), bunga di awal musim semi sebagai respons terhadap hari-
hari yang bertambah panjang.
Akhirnya, spesies yang berbunga dalam kondisi fotoperiodik apa pun disebut sebagai
tanaman hari netral. Tanaman netral hari (DNP) tidak sensitif terhadap panjang hari.
Pembungaan di DNP biasanya di bawah regulasi otonom yaitu, kendali perkembangan
internal (Taiz dan Zeiger, 2012).

2.4 Vernalisasi Atu Proses Promosi Bunga Dengan Perlakuan Dingin


Vernalisasi adalah proses di mana pembungaan dipromosikan dengan perlakuan
dingin yang diberikan pada benih yang terhidrasi sepenuhnya (yaitu benih yang telah
menyerap air) atau ke tanaman yang sedang tumbuh (Taiz dan Zeiger, 2012).
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum
mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan, tetapi
diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Respon
terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan terjadi atau
pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode dingin haruslah beberapa hari sampai
beberapa minggu, tergantung sepesiesnya. Spesies semusim pada musim dingin, dua
tahunan, dan banyak spesies tahunan dari daerah beriklim sedang yang membutuhkan
vernalisasi semacam itu agar berbunga. Biji, umbi, dan kuncup banyak spesies tanaman
di daerah beriklim sedang membutuhkan stratifikasi (beberapa minggu diletakkan
dalam penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk mematahkan dormansi. Jadi
vernalisasi secara harfiah berarti membuat suatu keadaan tumbuhan seperti musim
semi, yaitu menggalakkan pembungaan sebagai respon terhadap hari-hari yang panjang
selama musim semi (Gardner,dkk, 1991).

9
2.5 Induksi Tidak Langsung Dalam Stimulus Bunga
Karakteristik induksi tidak langsung adalah bahwa kekuatan stimulus bunga
dari daun donor tetap konstan bahkan setelah pencangkokan serial donor baru ke
beberapa tanaman telah dilakukan.
Induksi perbungaan dikendalikan oleh factor internal dan eksternal. Banyak
tumbuhan yang memiliki respon khusus terhadap panjang hari dan suhu serta memasuki
stadium reproduktif di bawah pengaruh dari kombinasi kedua factor ini. Induksi
pembungaan berarti menurunkan konsentrasi zat penghambat pembungaan sampai di
bawah ambang penghambatan. Hormon giberelin ( GAs ) merupakan salah satu
hormone yang memiliki pengaruh terhadap pembungaan. Penerapan GAs dapat
memicu pembungaan di beberapa SDPs dalam kondisi noninduktif, dan pada tanaman
dingin yang belum diregenerasi. Pembentukan kerucut juga dapat ditingkatkan pada
tanaman muda dari beberapa famili gymnospermae dengan penambahan GAs. Dengan
demikian, pada beberapa tanaman, GAs eksogen dapat melewati pemicu usia endogen
pada pembungaan otonom, serta sinyal lingkungan primer dari panjang hari dan suhu.

2.6 Pembuktian Antiflorigen Telah Ditemukan


Studi pencangkokan telah melibatkan inhibitor yang dapat ditularkan dalam
regulasi pembungaan juga. Inhibitor semacam itu disebut antiflorigen , tetapi (seperti
florigen) antiflorigen dapat terdiri dari beberapa senyawa. Misalnya, mencangkok
pucuk daun tanpa biji dari LDP Nicotiana sylvestris ke kultivar tembakau netral-siang
Trapezond menekan pembungaan di tanaman netral-siang dalam hari-hari yang pendek
tetapi tidak pada kondisi-kondisi hari yang panjang. Di sisi lain, ketika donor yang tidak
diinduksi dari SDP Maryland Mammoth dicangkokkan ke Trapezond, itu tidak
berpengaruh pada pembungaan baik dalam kondisi hari pendek atau hari panjang . Hasil
ini dan hasil serupa menunjukkan bahwa daun LDPs, tetapi bukan SDPs, menghasilkan
inhibitor pembungaan dalam kondisi noninduktif. Studi serupa pada kacang polong
telah mengarah pada identifikasi beberapa lokus genetik yang mengatur langkah-
langkah dalam jalur telah direproduksi secara konsisten. Sebagian besar ekstraksi ini
berfokus pada molekul kecil.
Florigen merupakan hormon yang berperan dalam permulaan pembentukan
bunga pada tanaman. Florigen disintesis pada daun kemudian dipindahkan ke daerah
pertumbuhan yang menjadi tempat pembentukan kuncup bunga. Pembentukan florigen
bergantung pada fotoperiode tanaman. Dalam melakukan tugasnya hormone florigen
10
dibantu oleh hormone sitokinin. Bukti ditemukannya antiforigen pada suatu tanaman
ditandai dengan tidak sempurnanya pertumbuhan bunga pada suatu tanaman ( terjadi
penghambatan ) atau bunga tidak tumbuh pada tanaman tersebut.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1) Meristem bunga biasanya dapat dibedakan dari meristem vegetatif, bahkan pada
tahap awal perkembangan reproduksi, dengan ukurannya yang lebih besar. Transisi
dari perkembangan vegetatif ke reproduksi ditandai dengan peningkatan frekuensi
pembelahan sel dalam zona tengah dari meristem apikal pucuk.
2) Sebuah tanaman dapat berbunga dalam beberapa minggu setelah berkecambah,
seperti pada tanaman tahunan seperti groundsel ( Senecio vulgaris ). Tanaman
merupakan faktor internal yang mengendalikan peralihan ke perkembangan
reproduksi. Beberapa tanaman menunjukkan persyaratan mutlak untuk isyarat
lingkungan yang tepat untuk berbunga. Kondisi ini disebut respon wajib atau
kualitatif terhadap isyarat lingkungan.
3) Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang
pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme
digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh
lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut.
4) Vernalisasi adalah proses di mana pembungaan dipromosikan dengan perlakuan
dingin yang diberikan pada benih yang terhidrasi sepenuhnya (yaitu benih yang
telah menyerap air) atau ke tanaman yang sedang tumbuh.
5) Karakteristik induksi tidak langsung adalah bahwa kekuatan stimulus bunga dari
daun donor tetap konstan bahkan setelah pencangkokan serial donor baru ke
beberapa tanaman telah dilakukan. Induksi perbungaan dikendalikan oleh dua
faktor yaitu internal dan eksternal.
6) Studi pencangkokan telah melibatkan inhibitor yang dapat ditularkan dalam
regulasi pembungaan. Inhibitor semacam itu disebut antiflorigen, tetapi (seperti
florigen) antiflorigen dapat terdiri dari beberapa senyawa. Florigen merupakan
hormon yang berperan dalam permulaan pembentukan bunga pada tanaman.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan agar adanya kritikan yang membangun untuk
makalah ini agar dapat lebih baik lagi kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asra R., Samarlina R. A., & Silalahi M. 2020. Hormon Tumbuhan. Jakarta: UKI Press.
Campbell, N.A, Reece, J.B, dan Mitchell, L.G. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Ekayanti, M.S, Bachtiar, M.F, dan Mawuntu, Arthur H.P. 2019. Irama Sirkadian Pada Stroke
Akut. Jurnal Sinaps. Vol 2(1): 10.
Endah, Jousi. 2007. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Jakarta Selatan: Agromedia
Pustaka.
Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Jakarta.
Rustam E., & Pramono A.S. 2018. Morfologi dan Perkembangan Bunga Buah Tembesu (
Fragrarea fragrans ). Jurnal Biodiv. Vol 4 (1). Hal: 13-19.
Sutoyo. 2011. Fotoperiode dan Pembungaan Tanaman. Buana Sains. Vol. 11 (2): 137.
Taiz L., & Zeiger E. 2012. Plant Physiologi. Amerika Serikat: Sinauer Associates.
Utami I.K., Nurchayati Y., & Hastuti E.D. 2019. Produksi dan Profil Metabolit Bunga Krisan
(Chrysanthemum sp.) pada Intensitas Cahaya Lampu LED dengan Durasi Yang
Berbeda. Jurnal Bioma. Vol 21 (2). Hal: 154-164.
Wattimena, G.A, dkk. 2011. Bioteknologi Dalam Pemuliaan Tanaman. Bogor: IPB Press.
Whardini T. H., & Iriawati. 2012. Embriologi Tumbuhan. Jakarta: Univesitas Terbuka.

13

Anda mungkin juga menyukai