Makalah Fistum Kel. 25 (Kontrol Pembungaan)
Makalah Fistum Kel. 25 (Kontrol Pembungaan)
MAKALAH
FISIOLOGI TUMBUHAN
“KONTROL PEMBUNGAAN”
OLEH
KELOMPOK 25
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “ Kontrol Pembungaan” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan teima kasih yang
sebesar – besarnya kepada dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yaitu ibu Dr. Suarna Samai
SP., MP dan berbagai pihak yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...................................................................................................2
3. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan..............................................................................................................12
2. Saran........................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunga adalah bagian tanaman yang secara langsung terlibat dalam daya tarik
serangga penyerbuk sehingga ciri–ciri morfologi dan fungsionalnya memiliki dampak
besar terhadap keberhasilan reproduksi tanaman. Variasi morfologi pembungaan
merupakan adaptasi alami untuk peningkatan tampilan atau meningkatkan kesesuaian
mekanis antara bunga dan penyerbuk. Ciri morfologi bunga yang berkaitan dengan
serangga penyerbuk antara lain ukuran bunga, warna bunga, bentuk bunga dan struktur
bunga.
Pertumbuhan dan perkembangan dari suatu tumbuhan disebabkan oleh
rangkaian proses yang tejadi di dalam sel, misalnya pembelahan, diferensiasi atau
pemanjangan. Ketiga factor tersebut biasanya dipicu oleh factor internal dari suatu
tumbuhan yang berupa senyawa kimia seperti hormone dan enzim. Adanya
pertumbuhan pada suatu tumbuhan tidak terlepas dari aktivitas pertumbuhan pada
bagian lain ditumbuhan tersebut.
Bunga mewakili susunan kompleks dari struktur khusus yang berfungsi berbeda
secara substansial dari tubuh tumbuhan vegetatif dalam bentuk dan jenis sel. Karena
itu, transisi ke pembungaan memerlukan perubahan radikal dalam nasib sel di dalam
meristem apikal pucuk. Peristiwa yang terjadi di pucuk yang secara khusus mengikat
meristem apikal untuk menghasilkan bunga secara kolektif disebut sebagai kebangkitan
bunga. Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dibahas beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dibuatlah beberapa rumusan masalah yaitu :
4. Dapat memahami dan mengerti vernalisasi atu proses promosi bunga dengan
perlakuan dingin ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
➢ Benang sari ketiga berisi enam benang sari, dua di antaranya lebih pendek dari
empat benang sari lainnya.
➢ Lingkaran keempat adalah organ tunggal yang kompleks, ginoecium atau putik,
yang terdiri dari ovarium dengan dua karpel yang menyatu, masing-masing
berisi banyak bakal biji, dan gaya pendek ditutup dengan kepala putik.
Tiga Jenis Gen Mengatur Bunga Pengembangan Mutasi telah mengidentifikasi
tiga kelas gen yang mengatur perkembangan bunga: gen identitas organ bunga, gen
kadaster, dan gen identitas meristem.
1) Gen identitas organ bunga secara langsung mengontrol identitas bunga.
Protein yang dikodekan oleh gen ini adalah faktor transkripsi yang
kemungkinan mengontrol ekspresi dari gen lain yang produknya terlibat dalam
pembentukan dan/atau fungsi organ bunga .
2) Gen kadaster bertindak sebagai pengatur spasial dari gen identitas organ bunga
dengan menetapkan batas ekspresi mereka. (Kata kadaster mengacu pada peta
atau survey yang menunjukkan batas-batas properti untuk tujuan perpajakan).
3) Gen identitas meristem diperlukan untuk induksi awal gen identitas organ.
Gen-gen ini adalah pengatur positif identitas organ bunga.
Gen identitas organ bunga diidentifikasi melalui mutasi homeotik yang
mengubah identitas organ bunga sehingga beberapa organ bunga muncul di tempat
yang salah. Misalnya, tanaman Arabidopsis dengan mutasi pada gen APETALA2 (AP2)
menghasilkan bunga dengan karpel di mana sepal seharusnya berada, dan benang sari
di tempat kelopak biasanya muncul. Gen homeotik yang telah dikloning sejauh ini
menyandikan faktor transkripsi protein yang mengontrol ekspresi gen lain. Kebanyakan
gen homeotik tanaman termasuk dalam kelas sekuens terkait yang dikenal sebagai gen
kotak MADS..
Tiga Jenis Gen Homeotik Mengontrol Identitas Organ Bunga. Lima gen
berbeda diketahui menentukan identitas organ bunga di Arabidopsis : APETALA1 ( AP1
), APETALA2 ( AP2 ), APETALA3 ( AP3 ), PISTILLATA ( PI ), dan AGA-MOUS ( AG
) (Bowman et al. 1989; Weigel dan Meyerowitz 1994).
Gen identitas organ awalnya diidentifikasi melalui mutasi yang secara dramatis
mengubah struktur dan dengan demikian identitas organ bunga dihasilkan dalam dua
lingkaran yang berdekatan :
1) Aktivitas tipe A, dikodekan oleh AP1 dan AP2 , mengontrol identitas organ di
lingkaran pertama dan kedua. Hilangnya aktivitas tipe A menyebabkan
4
pembentukan karpel bukan sepal pada uliran pertama, dan benang sari sebagai
pengganti kelopak pada uliran kedua.
2) Aktivitas tipe B, yang dikodekan oleh AP3 dan I , mengontrol penentuan organ
dalam lingkaran kedua dan ketiga. Hilangnya aktivitas tipe B menyebabkan
pembentukan sepal bukan kelopak di lingkaran kedua, dan karpel bukannya
benang sari di lingkaran ketiga.
3) Aktivitas tipe C, dikodekan oleh AG , mengontrol kejadian di lingkaran ketiga
dan keempat. Hilangnya aktivitas tipe C menyebabkan pembentukan kelopak
bunga sebagai pengganti benang sari di lingkaran ketiga, dan penggantian
lingkaran keempat dengan bunga baru sehingga lingkaran keempat bunga mutan
ag ditempati oleh sepal.
Identitas Organ Bunga
Dalam mempelajari berbagai mutan dan gen pembungaan ini para ahli telah
menyusun teori mengenai pembungaan yang disebut model ABC untuk spesifikasi
organ bunga (The ABC model for floral identity specification). Berdasarkan model ini
bahwa identitas empat lingkaran konsentrik organ bunga dari luar ke dalam diatur oleh
aktivitas gen-gen yang berfungsi dalam tiga lokasi. Gen yang terekspresi pada daerah
A akan membentuk sepal dan petal, pada daerah B adalah petal dan stamen, dan pada
daerah C akan membentuk stamen dan karpel. Sebagai contoh gen AGAMOUS aktif di
daerah C karena ketika gen ini tidak bekerja sempurna maka tanaman tersebut tidak
mempunyai stamen dan karpel (Wattimena, 2011).
Pola pembentukan organ pada tipe liar dan sebagian besar fenotipe mutan diprediksi
dan dijelaskan dengan model ini. Tantangannya sekarang adalah memahami bagaimana
pola ekspresi gen identitas organ ini dikendalikan oleh gen kadaster; bagaimana gen
identitas organ, yang menyandikan faktor transkripsi, mengubah pola gen lain yang
diekspresikan dalam organ yang sedang berkembang; dan akhirnya bagaimana pola
ekspresi gen yang berubah ini menghasilkan perkembangan organ bunga tertentu.
8
1) Tanaman hari panjang-pendek (LSDP) bunga hanya setelah urutan hari yang
panjang diikuti dengan hari yang pendek. LSDP, seperti Bryophyllum,
Kalanchoe, dan Cestrum nocturnum ( melati yang bermekaran malam),
berbunga di akhir musim panas dan gugur, saat siang hari semakin pendek.
2) Tanaman pendek-panjang-hari (SLDP) bunga hanya setelah urutan hari yang
pendek diikuti dengan hari yang panjang. SLDP, seperti Trifolium repens
(Semanggi putih), Campanula medium ( Canterbury bells), dan Echeveria
harmsii ( echeveria), bunga di awal musim semi sebagai respons terhadap hari-
hari yang bertambah panjang.
Akhirnya, spesies yang berbunga dalam kondisi fotoperiodik apa pun disebut sebagai
tanaman hari netral. Tanaman netral hari (DNP) tidak sensitif terhadap panjang hari.
Pembungaan di DNP biasanya di bawah regulasi otonom yaitu, kendali perkembangan
internal (Taiz dan Zeiger, 2012).
9
2.5 Induksi Tidak Langsung Dalam Stimulus Bunga
Karakteristik induksi tidak langsung adalah bahwa kekuatan stimulus bunga
dari daun donor tetap konstan bahkan setelah pencangkokan serial donor baru ke
beberapa tanaman telah dilakukan.
Induksi perbungaan dikendalikan oleh factor internal dan eksternal. Banyak
tumbuhan yang memiliki respon khusus terhadap panjang hari dan suhu serta memasuki
stadium reproduktif di bawah pengaruh dari kombinasi kedua factor ini. Induksi
pembungaan berarti menurunkan konsentrasi zat penghambat pembungaan sampai di
bawah ambang penghambatan. Hormon giberelin ( GAs ) merupakan salah satu
hormone yang memiliki pengaruh terhadap pembungaan. Penerapan GAs dapat
memicu pembungaan di beberapa SDPs dalam kondisi noninduktif, dan pada tanaman
dingin yang belum diregenerasi. Pembentukan kerucut juga dapat ditingkatkan pada
tanaman muda dari beberapa famili gymnospermae dengan penambahan GAs. Dengan
demikian, pada beberapa tanaman, GAs eksogen dapat melewati pemicu usia endogen
pada pembungaan otonom, serta sinyal lingkungan primer dari panjang hari dan suhu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Meristem bunga biasanya dapat dibedakan dari meristem vegetatif, bahkan pada
tahap awal perkembangan reproduksi, dengan ukurannya yang lebih besar. Transisi
dari perkembangan vegetatif ke reproduksi ditandai dengan peningkatan frekuensi
pembelahan sel dalam zona tengah dari meristem apikal pucuk.
2) Sebuah tanaman dapat berbunga dalam beberapa minggu setelah berkecambah,
seperti pada tanaman tahunan seperti groundsel ( Senecio vulgaris ). Tanaman
merupakan faktor internal yang mengendalikan peralihan ke perkembangan
reproduksi. Beberapa tanaman menunjukkan persyaratan mutlak untuk isyarat
lingkungan yang tepat untuk berbunga. Kondisi ini disebut respon wajib atau
kualitatif terhadap isyarat lingkungan.
3) Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang
pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme
digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh
lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut.
4) Vernalisasi adalah proses di mana pembungaan dipromosikan dengan perlakuan
dingin yang diberikan pada benih yang terhidrasi sepenuhnya (yaitu benih yang
telah menyerap air) atau ke tanaman yang sedang tumbuh.
5) Karakteristik induksi tidak langsung adalah bahwa kekuatan stimulus bunga dari
daun donor tetap konstan bahkan setelah pencangkokan serial donor baru ke
beberapa tanaman telah dilakukan. Induksi perbungaan dikendalikan oleh dua
faktor yaitu internal dan eksternal.
6) Studi pencangkokan telah melibatkan inhibitor yang dapat ditularkan dalam
regulasi pembungaan. Inhibitor semacam itu disebut antiflorigen, tetapi (seperti
florigen) antiflorigen dapat terdiri dari beberapa senyawa. Florigen merupakan
hormon yang berperan dalam permulaan pembentukan bunga pada tanaman.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan agar adanya kritikan yang membangun untuk
makalah ini agar dapat lebih baik lagi kedepannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Asra R., Samarlina R. A., & Silalahi M. 2020. Hormon Tumbuhan. Jakarta: UKI Press.
Campbell, N.A, Reece, J.B, dan Mitchell, L.G. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Ekayanti, M.S, Bachtiar, M.F, dan Mawuntu, Arthur H.P. 2019. Irama Sirkadian Pada Stroke
Akut. Jurnal Sinaps. Vol 2(1): 10.
Endah, Jousi. 2007. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Jakarta Selatan: Agromedia
Pustaka.
Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Jakarta.
Rustam E., & Pramono A.S. 2018. Morfologi dan Perkembangan Bunga Buah Tembesu (
Fragrarea fragrans ). Jurnal Biodiv. Vol 4 (1). Hal: 13-19.
Sutoyo. 2011. Fotoperiode dan Pembungaan Tanaman. Buana Sains. Vol. 11 (2): 137.
Taiz L., & Zeiger E. 2012. Plant Physiologi. Amerika Serikat: Sinauer Associates.
Utami I.K., Nurchayati Y., & Hastuti E.D. 2019. Produksi dan Profil Metabolit Bunga Krisan
(Chrysanthemum sp.) pada Intensitas Cahaya Lampu LED dengan Durasi Yang
Berbeda. Jurnal Bioma. Vol 21 (2). Hal: 154-164.
Wattimena, G.A, dkk. 2011. Bioteknologi Dalam Pemuliaan Tanaman. Bogor: IPB Press.
Whardini T. H., & Iriawati. 2012. Embriologi Tumbuhan. Jakarta: Univesitas Terbuka.
13