Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama,

manusia mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika

ingin dalam keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia

merupakan unsur unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam

mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang

bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Salah satu

keseimbangan fisiologis yang perlu dipertahankan, yaitu saluran

pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara (oksigen) dari atmosfer

yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-paru untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Rosmalawati & Kasiati, 2016)

Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama

banyaknya ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian

organ pernapasan. Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada

manusia yaitu efusi pleura. Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di

dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru (Irianto,

2014).

1
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi

merupakan tanda adanya penyakit. Penyakit yang dapat menimbulkan

efusi pleura adalah tuberculosis, infeksi nontuberculosis, sirosis hepatis,

gagal kongestif.

Secara geografis penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dan

menjadi masalah utama di negara yang sedang berkembang. Tingginya

angka kejadian efusi pleura disebabkan oleh keterlambatan penderita

untuk memeriksakan kesehatan sejak dini serta kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang penyakit ini (Somantri, 2008).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus

efusi pleura di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga

setelah kanker paru, sekitar 10-15 juta dengan100-250 ribu kematian tiap

tahunnya. Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah

cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru.

WHO memperkirakan 20% penduduk kota dunia pernah

menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga

banyak penduduk yang berisiko tinggi penyakit paru dan saluran

pernafasan seperti efusi pleura. Kasus efusi pleura cukup tinggi jika

dilihat di beberapa negara. Seperti halnya di Amerika Serikat, kasus efusi

pleura terjadi 1,5 juta setiap tahunnya. Dan prevalensi efusi pleura adalah

320 kasus per 100.000 orang di negara-negara industri, sedangkan di

Negara Eropa kejadiannya 200.000–250.000 kasus per tahunnya. Hasil

2
penelitian di salah satu rumah sakit di India pada tahun 2013-2014

didapatkan prevalensi efusi pleura sebanyak 80 kasus dengan penyebab

terbanyak tuberkulosis paru (Jamaluddin, 2015).

Di Indonesia, penderita efusi pleura dengan jenis kelamin laki-

laki sebesar 57,42% dan wanita 42,75%. Menurut Departemen

kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2006,

kasus efusi pleura mencapai 2,7% dengan kasus terbanyak adalah

pleuritis TB. Umur terbanyak terkena efusi pleura antara 40-59 tahun,

umur termuda 17 tahun dan umur tertua 80 tahun.

Dari hasil pengamatan penulis,jumlah penderita efusi pleura di

Rumah Sakit St. Antonius Pontianak kalimantan barat adalah sebagai

berikut:

3
Jumlah pasien rawat inap dengan Efusi Pleura

di Rumah Sakit St. Antonius Pontianak

Berdasarkan Umur, Jenis kelamin dan angka kematian

Jumlah Penderita Efusi Jenis


Keluar
pleura berdasarkan umur Kelamin
Bulan Mati
14-24 24-44 44-64 >64 Hidup
Lk Pr
tahun tahun tahun tahun
Januari 2 1 3 1 6 1 0 7
Pebruari 0 0 0 1 1 0 0 1
Maret 1 2 1 0 2 1 1 3
April 0 1 2 1 3 1 0 4
Mei 0 2 3 1 3 3 0 6
Juni 0 2 0 3 1 4 1 5
Juli 0 1 3 3 6 1 1 6
Agustus 0 2 3 1 3 3 0 6
September 0 2 7 3 10 2 0 12
Oktober 0 2 5 3 10 0 0 10
November 0 0 8 4 9 3 1 11
Desember 0 0 3 0 1 2 0 3
Jumlah 3 15 38 21 52 21 4 71
(Sumber : Medical Record RSSA, Januari – Desember 2020)

Secara umum, kejadian efusi pleura sama antara kedua jenis

kelamin. Namun, penyebab tertentu memiliki kecenderungan

gender. Sekitar dua pertiga dari efusi pleura ganas terjadi pada

wanita, dimana mereka berhubungan dengan keganasan payudara

dan ginekologi. Efusi pleura berhubungan dengan lupus

eritematosus sistemik juga lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan

pria. Efusi pleura yang berhubungan dengan pankreatitis kronis lebih

4
sering terjadi pada laki-laki, dengan mayoritas kasus laki-laki

memiliki alkoholisme dan merokok sebagai etiologi.

Menurut Baughman (2000), efusi menunjukkan tanda dan gejala

yaitu sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area

yang berisi cairan, bunyi nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran

trachea menjauhi tempat yang sakit. Umumnya pasien datang dengan

gejala sesak nafas, nyeri dada, batuk, dan demam. Pada pemeriksaan fisik

dapat ditemukan abnormalitas dengan bunyi redup pada perkusi,

penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada

auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat

digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura (Khairani dkk.,

2012).

Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah

diperlukan terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti

pneumonia, peneumothoraks, gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan

kematian. Peran perawat secara promotive misalnya memberikan

penjelasan dan informasi penyakit Efusi pleura, preventivenya

mengurangi merokok dan minum-minuman beralkohol, kurative misalnya

dilakukan pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pungsi pleura

ataupun pemasangan WSD, rehabilitative misalnya melakukan

5
pengecekan kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan

(Muttaqin, 2008).

Berdasarkan alasan-alasan diatas, maka penulis memutuskan

untuk mengambil kasus efusi pleura sebagai bahan pengamatan dan

pembelajaran.

B. Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini penulis membahas Asuhan

keperawatan pada Tn. T dengan sistem pernafasan : Efusi Pleura di

Ruangan Xaverius, Rumah Sakit St. Antonius Pontianak. Asuhan

keperawatan dimulai pada tanggal 30 Januari 2021 sampai dengan 1

Februari 2021.

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem pernafasan : Efusi Pleura.

2. tujuan khusus

a. Penulis dapat melakukan langkah-langkah pengkajian pada pasien

dengan efusi pleura.

6
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

pernafasan : efusi pleura.

c. Dapat merumuskan rencana keperawatan dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

pernafasan : efusi pleura.

d. Dapat melakukan tindakan keperawatan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan :

efusi pleura.

e. Dapat melaksanakan evaluasi keperawatan dalam melakukan

asuan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

pernafasan : efusi pleura.

D. Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam membuat karya tulis

ilmiah ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang memberikan

gambaran tentang penulisan yang dibuat dengan cara mengumpulkan data

dan menganalisa data menarik kesimpulan dari kasus yang diamati yaitu,

seperti:

1. Studi kasus

Yang terdiri dari:

7
a. Observasi : penulis melakukan observasi dan pengamatan

langsung pada pasien dengan efusi pleura.

b. Wawancara : penulis melakukan wawancara langsung dengan

pasien dan keluarganya untuk mengumpulkan data.

c. Dokumentasi : penulis mempelajari dokumen yang berkaitan

dengan efusi pleura.

2. Studi kepustakaan.

Penulis memperoleh data secara teoritis dari berbagai buku dan

internet.

E. Sistematika penulisan

Dalam penulisan laporan kasus ini, ditulis dalam beberapa bab, antara

lain :

BAB I : PENDAHULUAN

Yang meliputi : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep dasar penyakit

8
Yang terdiri dari : definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi,

etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan

diagnostik, penatalaksanaan medik, komplikasi, prognosis, dan

pencegahan.

2. Konsep dasar asuhan keperawatan

Yang terdiri dari : pengjkajian, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, dan pesanan pulang.

3. Patoflow diagram

BAB III : TINJAUAN KASUS

Yang terdiri dari : pengkajian pda Tn. T dengan gangguan

sistem pernafasan : efusi pleura, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, implementasi keperawatan dan asuhan

keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN KASUS

Yang terdiri dari : penkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

BAB V : PENUTUP

Yang terdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

9
LAMPIRAN

10

Anda mungkin juga menyukai