Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wiladatika Ananda

NIM : I4061172066
1. Perbedaan keratitis bakterial dan keratitis jamur1
Keratitis Bakterial Keratitis Jamur
Anamnesis Riwayat Khas Trauma, pemakaian kontak Penggunaan steroid lama
lensa
Anamnesis Riwayat Menjadi acuan pertama jika Trauma tumbuhan / bahan
Trauma ada organik
Masa Inkubasi ± 1 minggu 5 hari rudapaksa-3 minggu
kemudian
Sifat Infeksi Akut Kronik
Sekret Lengket setiap bangun pagi Mukopurulen
Rasa nyeri pada mata Sedang-berat Berat
Pada pemeriksaan Lesi putih keabuan yang Lesi yang relatif tampak
tampak basah (melting) kering, infiltrat kelabu,
hipopion, peradangan, ulserasi
superficial dan satelit jika di
dalam stroma

2. Tatalaksana keratitis bakterial dan jamur2

Tatalaksana Keratitis Bakterial Keratitis Jamur


Terapi spesifik - 0,9%-1,4% 5% natamycin = 1 tetes
gentamicin/tobramicin + setiap jam pada hari pertama
5% cefazolin = 1 tetes lalu kemudian 1 tetes 6-8 kali
setiap 5-15 menit untuk di hari berikutnya
30-60 menit pertama
diikuti setiap 30 menit-1
jam. Di tapering
tergantung respon
Terapi suportif Siklopegik : atropin 1% Rawat inap
Analgesik
Terapi tambahan Kompres hangat : Keratoplasti penetrasi
vasodilatasi (mengurangi terapeutik bila tidak responsif
nyeri)
Menggunakan kacamata
untuk fotopobia

3. Tatalaksana ulkus kornea


Pada fasilitas kesehatan primer3
a. Terapi dengan kloramfenikol, salep mata (0,5 - 1%) tiga kali sehari selama 3
hari.
b. Jangan gunakan obat yang mengandung steroid.
c. Rujuk ke dokter mata apabila nyeri dan kemerahan menetap selama 3 hari,
jika ada infiltrat di kornea dan mata merah (ulkus kornea).

Gambar 1. Algoritma tatalaksana ulkus kornea3

Daftar pustaka

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan Penerbit FKUI;2015.
2. Lauren Dea, lewis jelena, etc. The Pharmacist’s Role in Managing Microbial
Keratitis. Chapman University School : California.2018
3. WHO. 2004. Guidelines for the Management of Corneal Ulcer at Primary,
Secondary, and Tertiary Care health facilities in the South-East Asia Region.
SEA/Ophthal/126, 19 – 21.

Anda mungkin juga menyukai