Anda di halaman 1dari 100

SIRKUMSISI, KONTRASEPSI, MANAJEMEN LAKTASI DAN

PEMERIKSAAN PAYUDARA, KONSELING PRAKONSEPSI

Tim Penyusun :
dr. Rizal Novianto,MHPE
dr. Prida Ayudianti, Sp.KK
dr. Riskiyana, MMR
dr Nurfianti Indriana,Sp.OG
dr Zulvikar Syambani Ulhaq,M.Biomed,PhD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
BUKU AJAR
CLINICAL SKILLS
LEARNING VIII

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021

ii | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
BUKU AJAR CLINICAL SKILLS LEARNING VIII

REVIEWER:
dr Zulvikar Syambani Ulhaq,M.Biomed,PhD

Desain Sampul dan Layout :


Ns. Ferry Nur Nasyroh, S.Kep
Amalia Nur Aisa, Amd. Keb

Tim Penulis :
TOPIK 1 : SIRKUMSISI
dr Rizal Novianto, MHPE

TOPIK 2 : KONTRASEPSI
dr. Prida Ayudianti, Sp.KK

TOPIK 3 : MANAJEMEN LAKTASI DAN PEMERIKSAAN PAYUDARA


dr. Riskiyana, MMR

TOPIK 4 : KONSELING PRAKONSEPSI


dr Nurfianti Indriana,SpOG

iii | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya tim penyusun dapat
menyelesaikan pembuatan BUKU AJAR CLINICAL SKILLS LEARNING
(CSL) VIII ini tepat pada waktunya.
Buku ajar CSL VIII, ini disusun sebagai salah satu penunjang
pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL)
dalam kerangka kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
dilaksanakan pada Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Buku ajar
CSL ini dibuat untuk mahasiswa sebagai panduan dalam
mempraktekkan teori ketika melakukan keterampilan tertentu pada
kegiatan CSL. Isi buku ajar CSL ini meliputi rancangan pembelajaran,
kerangka teori, prosedur keterampilan dan checklist penilaian skill.
Dengan disusunnya buku ini, kami berharap mahasiswa
kedokteran lebih mudah dalam mempelajari dan memahami teknik
CSL yang diajarkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Kami menyadari
bahwa buku ini masih banyak kekurangannya, sehingga kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
dalam penyusunan buku ini.

Wassalam,
Malang, Januari 2021

Tim Penyusun

iv | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
DAFTAR ISI
Kata pengantar iv
Daftar isi v
Tata Tertib CSL vi
Rencana pembelajaran semester viii
Topik 1 Sirkumsisi 1
a. Rancangan Acara Pembelajaran 1
b. Pendahuluan 1
c. Kerangka Teori 2
d. Prosedur Ketrampilan 4
e. Checklist Penilaian Ketrampilan 8
f. Skenario Responsi 9
g. Daftar Pustaka 13
Topik 2 Kontrasepsi 14
a. Rancangan Acara Pembelajaran 14
b. Pendahuluan 15
c. Kerangka Teori 15
d. Prosedur Ketrampilan 27
e. Checklist Penilaian Ketrampilan 46
f. Skenario Responsi 51
g. Daftar Pustaka 55
Topik 3 Manajemen Laktasi dan Pemeriksaan Payudara 56
a. Rancangan Acara Pembelajaran 56
b. Pendahuluan 56
c. Kerangka Teori 57
d. Prosedur Ketrampilan 67
e. Checklist Penilaian Ketrampilan 69
f. Skenario Responsi 74
g. Daftar Pustaka 77
Topik 4 Konseling Prakonsepsi 78
a. Rancangan Acara Pembelajaran 78
b. Pendahuluan 78
c. Kerangka Teori 79
d. Prosedur Ketrampilan 81
e. Checklist Penilaian Ketrampilan 82
f. Skenario Responsi 84
g. Daftar Pustaka 87

v|Program Studi Pendidikan Dokter


TATA TERTIB

A. Tata Tertib CSL


1. Mengisi form peminjaman alat, bahan, dan mankin sesuai
topik CSL yang akan dipelajari melalui aplikasi E-CSL paling
lambat H-1 pelaksanaan.
2. Hadir tepat waktu sesuai jadwal
3. Memakai jas praktikum dan tanda pengenal
4. Membawa buku manual CSL dan alat tulis
5. Memperlakukan mankin dengan baik selayaknya pasien
6. Tidak mengotori atau mencoret manekin dengan alat apapun
7. Menggunakan bahan habis pakai sesuai kebutuhan
8. Instruktur berhak menghentikan proses latihan atau
mengeluarkan mahasiswa yang dianggap belum siap atau
tidak mematuhi tata tertib CSL.
9. Dalam berlatih keterampilan CSL, setiap mahasiswa harus
mau berlatih memeriksa dan diperiksa (menjadi probandus
bagi teman sekelompok).
10. Bertanggung jawab pada alat, bahan dan mankin yang
digunakan selama CSL, apabila ada kerusakan karena
kelalaian mahasiswa, maka WAJIB untuk memperbaiki/
mengganti sesuai tingkat kerusakan.
11. Kelompok mahasiswa yang ingin berlatih secara mandiri di
luar jadwal yang sudah ditetapkan, dapat menghubungi
Laboran Lab. Skill untuk menentukan hari latihan (dengan
catatan : latihan mandiri dilakukan di hari & jam kerja, ruang
& alat tidak dipergunakan untuk ujian/ latihan yang sudah
terjadwal).

B. Tata Tertib OSCE


1. Mahasiswa datang maksimal 30 menit sebelum Ujian OSCE
2. Berpakaian rapi, sopan, mengenakan kemeja, celana/ rok,
bersepatu, jas almamater, KTM, masker, handskun cadangan
sesuai ukuran mahasiswa, jam tangan dan alat tulis yang
diperlukan
3. Seluruh barang bawaan lain dilarang dibawa ke lokasi ujian,
termasuk HP, perekam suara, kamera
4. Wajib mengikuti breafing Pre OSCE
5. Seluruh mahasiswa masuk ke ruang isolasi/karantina sebelum
ujian yang berada di auditorium lantai 1
6. Memasuki ruang ujian setelah dipersilahkan oleh panitia ujian

vi | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
7. Mahasiswa duduk di depan stasion sesuai dengan urutan
peserta yang telah ditentukan
8. Dilarang berkomunikasi dan membaca soal sebelum aba-aba
dimulai
9. Saat masuk dan keluar dari stasion harus menutup pintu
dengan pelan-pelan
10. Setelah selesai ujian OSCE, mahasiswa masuk ke ruang isolasi
post OSCE yang ada di lantai 2
11. Dilarang pulang terlebih dahulu setelah ujian OSCE sampai
semua kelompok selesai dan pengumunan remidi
12. Mahasiswa yang dinyatakan remidi wajib segera mengikuti
Ujian remidi OSCE
13. Jika ada mahasiswa yang tidak mengikuti aturan ini, maka
panitia berhak untuk tidak mengijinkannya mengikuti ujian
OSCE.

vii | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Identitas Mata Kuliah Identitas danValidasi Nama TandaTangan
Kode Mata Kuliah Dosen Pengembang RPS
Nama Mata Kuliah CSL VIII
Bobot Mata Kuliah (sks) 3 SKS Koord. CSL dr. Nurfianti Indriana, SpOG

Semester 8
Mata Kuliah Prasyarat - Kepala Program Studi :dr. Ana, M.Biomed
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
Kode CPL Unsur CPL
A .4. 1 Menguasai prinsip keselamatan pasien dalam pengelolaan masalah kesehatan.

A.7.1 Menginterpretasi data klinis dan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat, untuk
perumusan diagnosis atau masalah kesehatan dalam kondisi simulasi.

A.8.1 Menegakkan diagnosis, dan diagnosis banding masalah kesehatan dengan menerapkan keterampilan
klinis yang sesuai termasuk anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang, interpretasi hasil,
serta memperkirakan prognosis penyakit dalam kondisi simulasi.
A.9.4 Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed consent) dan
melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar dalam kondisi tersimulasi.
CP Matakuliah (CPMK) Topik 1 - Sirkumsisi
Mampu :
1. Menjelaskan indikasi tindakan sirkumsisi
2. Melakukan prosedur tindakan sirkumsisi dengan benar
3. Melakukan beberapa teknik sirkum sisi
viii | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Topik 2 - Kontrasepsi
Mampu :
1. Mahasiswa mampu melakukan konseling kontrasepsi terhadap ibu dan pasangan
2. Mahasiswa mampu melakukan konseling kontrasepsi pasca persalinan
3. Mahasiswa mampu melakukan prosedur insersi dan ekstraksi IUD
4. Melakukan prosedur insersi dan ekstraksi implant

Topik 3 - Manajemen Laktasi


Mampu :
1. Menjelaskan langkah-langkah teknik laktasi dengan benar
2. Melakukan masase payudara dengan benar
3. Menjelaskan dan memperagakan posisi perlekatan bayi dan ibu yang benar
4. Mendeteksi kesalahan dalam proses menyusui
5. Melakukan konseling menyusui (10 langkah menyusui)

Topik 3 - Pemeriksaan Payudara


Mampu :
1. Mengetahui indikasi pemeriksaan payudara
2. Melakukan anamnesa kelainan payudara
3. Melatih pemeriksaan SADARI (payudara sendiri) dengan benar untuk deteksi dini kanker
payudara
4. Melakukan pemeriksaan payudara dengan benar (inspeksi, palpasi)
5. Menjelaskan hasil pemeriksaan payudara kepada pasien

Topik 4 - Konseling Prakonsepsi


Mampu :
1. Melakukan konseling terhadap pasangan usia subur sebelum terjadi kehamilan
2. Memberikan informasi dan nasehat kepada pasangan usia subur untuk menyiapkan
lingkungan yang optimal bagi perkembangan konseptus
3. Mengidentifikasi risiko biomedis , perilaku, dan sosial pada kesehatan kedua pasangan
4. Melakukan anamnesa
5. Mengetahui berbagai pemeriksaan penunjang untuk skrining

ix | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Bahan Kajian Keilmuan
Topik 1 - Sirkumsisi
Anatomi, Urologi, Komunikasi

Topik 2 - Kontrasepsi
Anatomi, Reproduksi, Komunikasi

Topik 3 - Manajemen Laktasi


Anatomi, Fisiologi, Reproduksi, Komunikasi

Topik 3 - Pemeriksaan Payudara


Anatomi, Reproduksi, Komunikasi

Topik 4 - Konseling Prakonsepsi


Fisiologi, Patofisiologi, Komunikasi

Deskripsi Mata Kuliah : CSL VIII ini terdiri dari 4 topik yaitu topik sirkumsisi, kontrasepsi, manajemen laktasi dan pemeriksaan
payudara serta konseling. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu
melakukan sirkumsisi, pemasangan kontrasepsi, manajemen laktasi, pemeriksaan payudara serta
konseling sesuai SKDI 2019.

Daftar Referensi : Referensi Topik Sirkumsisi:


1. WHO 2009, Manual for Male Circumcision Under Local Anesthesia.
2. Purnomo, Basuki 2008. Dasar - dasar Urologi. CV. Sagung Seto, Jakarta.

Referensi Topik Kontrasepsi:


1. Biran, A, 2014, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
2. Anwar, M, 2017, Ilmu kandungan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Referensi Topik Manajemen Laktasi dan Pemeriksaan Payudara:


1. Perinasia, 2013, Manajemen Laktasi Cetakan ke-7. Jakarta.
2. Sjamsuhidajat, R, 2017, Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat - de Jong : Sistem Organ dan
x|Program Studi Pendidikan Dokter
tindakan bedahnya. EGC, Jakarta.
3. Thomas, J, 2012, Pemeriksaan Fisik dan Ketrampilan Praktis : Buku Saku Oxford, EGC, Jakarta.

Referensi Topik Konseling:


1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. 2014. Williams Obstetrics 24th Ed. McGraw-Hill
Education. p.156-164.
2. Edmonds DK. 2012. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology 8th Ed. London: Blackwell
Publishing. p.34-37.
3. Farahi N, Zolotor A. 2013. Recommendations for Preconception Counseling and Care. J Am Fam
Physician 2013;88(8):499-506.
4. Georgia Department of Community Health. 2008. Every Woman, Every Time Evidence-based
Preconception Care Recommendations To Improve Pregnancy Outcomes For Women and Their
Offspring.
5. Li C, Zhao K, Farah OI, et al. 2014. Free Preconceptual Screening Examination Service in Rural
Areas of Hubei Province, China in 2012. J PLos ONE 2014;9(11):1-8.
6. Miller ES, Lee CJ. 2011. Deja Review Obstetrics & Gynecology 2nd Ed. New York: McGraw-Hill
Companies. p.244
7. Shahidi S, Aghdak P, Farajzadegan Z, et al. 2011. Reviewing the Effectiveness of Pre-pregnancy
Counseling Protocol on Pregnancy and Labor Indices. IJNMR 2011; 16(4): 265-72.

xi | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Penilaian*
Metode
POKOK BAHASAN Waktu Teknik penilaian
No TOPIK CSL Pembelajaran Indikator/ kode
/bobot
(Level Kompetensi) CPL

1 2 3 5 7 8 9
1 Sirkumsisi Anamnesis 1. Kuliah 1x 100 mnt CP 4 Pretest 5%
a. Melakukan anamnesis Pengantar CP 7 OSCE 80%
dengan bahasa yang mudah CP 8 Responsi 15%
dipahami oleh pasien dan CP 9
2. Terbimbing 1x200mnt
keluarga/pengasuhnya
terkait keluhan utama sesuai
daftar masalah sirkumsisi (4) 3. Responsi 1x200mnt
b. Mendapatkan data tentang
faktor risiko sirkumsisi yang 4. Mandiri 1x200mnt
ada pada diri pasien (4)

Tatalaksana Non-Farmakoterapi:
a. Sirkumsisi (4)

2 Kontrasepsi Anamnesis : CP 4
1. Anamnesis kontrasepsi CP 7
CP 8
Pemeriksaan : CP 9
1. Insersi dan esktraksi IUD (4)
2. Insersi dan ekstraksi implant (4)

Konseling (4)

xii | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
3 Manajemen Anamnesis : CP 4
1. Kelainan payudara CP 7
Laktasi
2. Anamnesis langkah menyusui CP 8
dan CP 9
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan
1. Teknik laktasi
Payudara 2. Pemeriksaan payudara

4 Konseling Konseling (4) CP 4


Prakonsepsi CP 7
CP 8
CP 9

xiii | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
TOPIK 1
SIRKUMSISI

A. Rancangan Acara Pembelajaran


TOPIK Sirkumsisi
JML MHS/KLP 10 Mahasiswa/Kelompok
METODE Metode pembelajaran dengan menggunakan
manekin
WAKTU/KLP 200 menit (terbimbing)
200 menit (responsi)
ALAT dan BAHAN 1. Meja dan kursi dokter 1 set
2. Sarung tangan 1 pasang
3. Doek steril 1 buah
4. Povidone iodine 1 botol
5. Kapas Alcohol
6. Kasa seteril 1 box
7. Sirkum set 1 buah
8. Spuit 3 cc 1 buah
9. Lidocain 1 ampul
10. Catgut plain 1 buah
11. Hipafix/plester 1 roll
12. Manekin 1 buah
INSTRUKTUR Dokter

B. Pendahuluan
Sirkumsisi adalah tindakan bedah untuk mengeliminasi
(membuang) kulit luar (preputium) yang menutupi glans penis. Di
Indonesia, sirkumsisi biasa dilakukan karena perintah agama dan
budaya, terutama pada usia 2 minggu kelahiran atau saat awal remaja.
Sirkumsisi juga dilakukan karena alasan medis untuk mengatasi
penyakit yang berhubungan dengan preputium penis. Dengan alasan
tersebut diharapkan lulusan dokter FKIK UIN Maliki mampu melakukan
sirkumsisi dengan baik dan benar.
Sebelum mengikuti pelatihan skill sirkumsisi mahasiswa
diharapkan telah melewati blok urogenital dengan baik. Selain itu,
keterampilan skill sirkumsisi merupakan kemampuan skill tingkat tinggi
yang harus dikuasi oleh mahasiswa FK UIN Malilki Malang sehingga
mahasiswa juga harus sudah mengikuti pelatihan skill sebelumnya yang
diperlukan untuk menunjang skill sirkumsisi. Skill yang dimaksud
1|Program Studi Pendidikan Dokter
meliputi skill komunikasi, teknik aseptik, pemeriksaan urogenital, teknik
injeksi, dan bedah minor.

C. Kerangka Teori
1. Tinjauan Anatomis
Penis merupakan organ yang dilewati oleh uretra. Penis
berfungsi sebagai saluran untuk menyalurkan semen saat hubungan
seksual.
Penis dibagi menjadi regio pangkal penis, regio korpus penis,
dan regio glans penis. Regio pangkal penis adalah bagian yang melekat
di simphisis pubis. Regio korpus penis merupakan bagian berbentuk
saluran, sedangkan regio glans penis adalah bagian distal. Corona
radiata terletak antara korpus penis dan glans penis.

Gambar 1. Anatomi Penis


Kulit yang menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri
dari lapisan otot polos dan jaringan areolar. Lapisan subkutan
mengandung arteri, vena dan pembuluh limfe superficial. Dibawah
jaringan areolar terdapat jaringan elastis yang merupakan struktur
internal penis. Korpus penis terdiri dari jaringan erektil, corpora
cavernosa dan corpus spongiosum. Lipatan kulit yang menutupi ujung
penis disebut preputium. Preputium melekat di corona radiata dan
menutupi glans.
Kelenjar preputium dan mukosa preputium mensekresikan
2|Program Studi Pendidikan Dokter
smegma. Smegma merupakan media yang sangat baik bagi
perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di daerah
ini. Salah satu cara untuk mengatasi problem ini adalah dengan
sirkumsisi.

Gambar 2. Penis sebelum sirkumsisi

Keuntungan dilakukannya sirkumsisi :


a. Mudah menjaga kebersihan penis
b. Menurunkan risiko infeksi saluran kemih pada anak-anak
c. Sirkumsisi mencegah inflamasi dari glans penis (balanitis) dan
preputium (posthitis)
d. Sirkumsisi mencegah terbentuknya jaringan ikat pada
preputium yang bisa menyebabkan phimosis dan parafimosis
e. Sirkumsisi bisa menurunkan resiko penyakit menular seksual,
terutama yang mengakibatkan ulcer seperti chancroid dan
sifilis
f. Sirkumsisi menurunkan resiko penularan HIV
g. Menurunkan resiko kanker penis
h. Menurunkan resiko kanker serviks pada pasangan hidupnya

Seperti halnya tindakan bedah yang lain, beberapa penyulit juga


bisa muncul pada tindakan sirkumsisi, yaitu :
a. Rasa nyeri
b. Perdarahan
c. Hematoma
d. Infeksi
e. Peningkatan sensitivitas penis pada beberapa bulan setelah
sirkumsisi
f. Iritasi pada glans
g. Meatitis
h. Trauma pada penis
3|Program Studi Pendidikan Dokter
Indikasi medis tindakan sirkumsisi:
a. Fimosis atau parafimosis
b. Balanitis rekuren
c. Kondiloma akuminata
d. Karsinoma skuamosa pada prepusium

Kontraindikasi tindakan sirkumsisi:


a. Hipospadia
b. Epipasdia
c. Korde
d. Megalouretra
e. Webbed penis
f. Sedangkan kelainan pembekuan darah merupakan
kontraindikasi relative.

D. Prosedur Ketrampilan

1. Menyiapkan alat dan bahan secara steril serta diletakkan di tempat


yang mudah dijangkau
2. Menyiapkan pasien
3. Melakukan anamnesis, memastikan adanya indikasi / kontraindikasi
4. Melakukan Informed consent
5. Meminta pasien membuka celana/sarung
6. Melakukan cuci tangan menurut WHO
7. Memakai handscoen
8. Desinfeksi area operasi secara sentrifugal di area preputium sampai
pubis
9. Memasang doek steril
10. Melakukan blok anestesi nervus pudendus
11. Melakukan infiltrasi sub kutan anestesi pada corpus penis dengan
arah proximal
12. Melakukan tes konfirmasi anestesi
13. Membuka preputium dan membersihkan penis dari smegma
menggunakan kasa betadin sampai corona glandis terlihat.
14. Mengembalikan preputium pada posisi semula
15. Memasang klem di jam 11, 1 dan 6 preputium
16. Menggunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
17. Menjahit mukosa – kulit pada jam 12
18. Menggunting preputium secara melingkar, namun frenulum
disisakan pada klem jam 6
19. Mengobservasi perdarahan, bila ada perdarahan lakukan klem dan
ligasi
4|Program Studi Pendidikan Dokter
20. Menjahit angka 8 pada frenulum
21. Memotong bagian distal dari jahitan frenulum
22. Mengoleskan salep antibiotik di luka jahitan
23. Membalut luka dengan kasa steril
24. Membuka doek dan handscoen
25. Memeriksa dan merapikan kembali peralatan
26. Mengedukasi pasien

Gambar 3. Suplai saraf penis

Gambar 4. Ring Block Technique

5|Program Studi Pendidikan Dokter


Gambar 5. Dilatasi preputium

Gambar 6. Dorsal Slit method

Gambar 7. Diseksi melingkar preputium

Gambar 8. Menjahit frenulum

6|Program Studi Pendidikan Dokter


Gambar 9. Standar dressing

7|Program Studi Pendidikan Dokter


E. Checklist Penilaian Ketrampilan
SIRKUMSISI
Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :

Nilai
NO Aspek keterampilan yang dinilai
0 1 2
Menyiapkan alat dan bahan secara steril serta
1
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau
2 Menyiapkan pasien
Melakukan anamnesis, memastikan adanya
3
indikasi / kontraindikasi
4 Melakukan Informed consent

5 Meminta pasien membuka celana/sarung

6 Melakukan cuci tangan menurut WHO


7 Memakai handschoen
Desinfeksi area operasi secara sentrifugal di
8
area preputium sampai pubis
9 Memasang doek steril
10 Melakukan blok anestesi nervus pudendus
Melakukan infiltrasi sub kutan anestesi pada
11
corpus penis dengan arah proximal
12 Melakukan tes konfirmasi anestesi
Membuka preputium dan membersihkan penis
13 dari smegma menggunakan kasa betadin sampai
corona glandis terlihat.
14 Mengembalikan preputium pada posisi semula
15 Memasang klem di jam 11, 1 dan 6 preputium
Menggunting preputium pada jam 12 sampai
16
corona glandis
17 Menjahit mukosa – kulit pada jam 12
Menggunting preputium secara melingkar,
18
namun frenulum disisakan pada klem jam 6
19 Mengobservasi perdarahan, bila ada
8|Program Studi Pendidikan Dokter
perdarahan lakukan klem dan ligasi

20 Menjahit angka 8 pada frenulum


21 Memotong bagian distal dari jahitan frenulum
22 Mengoleskan salep antibiotik di luka jahitan
23 Membalut luka dengan kasa steril
24 Membuka doek dan handscoen
25 Memeriksa dan merapikan kembali peralatan
26 Mengedukasi pasien

Nilai = skor X 100 % =


96
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

F. Skenario Responsi
Seorang laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik
diantar ibunya dengan tujuan untuk berkhitan. Dari pemeriksaan
vital sign, Nadi : 90x/menit, RR : 20x/menit, t: 36,7°C. Pemeriksaan
genitalia tidak ditemukan perlengketan antara preputium dan
gland penis. Preputium dapat diretraksi.

TUGAS :
1. Lakukan anamnesa pada kasus tersebut.
2. Lakukan Informed consent dan KIE pada pasien ini.
3. Lakukan tatalaksana sirkumsisi pada pasien ini.

9|Program Studi Pendidikan Dokter


Template Responsi
1. Nomor Station
2. Judul Station Sirkumsisi (SKDI: Keterampilan – 4A)
3. Alokasi Waktu 8 menit
4. Tingkat Tingkat Kemampuan SKDI: 4A
Kemampuan Mampu mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
Kasus yang awal, merujuk kasus bukan gawat darurat.
Diujikan
5. Kompetensi 1. Anamnesis
Diujikan 2. Pemeriksaan fisik/psikiatri
3. Interpretasi data/kemampuan prosedural
pemeriksaan penunjang
4. Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5. Tatalaksana nonfarmakoterapi
6. Tatalaksana farmakoterapi
7. Komunikasi dan edukasi pasien
8. Perilaku professional
6. Kategori Sistem 1. Sistem Saraf
Tubuh 2. Psikiatri
3. Sistem Indra
4. Sistem Respirasi
5. Sistem Kardiovaskular
6. Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, dan
Pankreas
7. Sistem Ginjal dan Saluran Kemih
8. Sistem Reproduksi
9. Sistem Endokrin, Metabolisme, dan Nutrisi
10. Sistem Hematologi dan Imunologi
11. Sistem Muskuloskeletal
12. Sistem Integumen
7. Instruksi SKENARIO KLINIK:
Peserta
Seorang laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik
diantar ibunya dengan tujuan untuk berkhitan. Dari
pemeriksaan vital sign, Nadi : 90x/menit, RR :
20x/menit, t: 36,7°C. Pemeriksaan genitalia tidak
ditemukan perlengketan antara preputium dan gland
penis. Preputium dapat diretraksi.

TUGAS :
1. Lakukan anamnesa pada kasus tersebut.
2. Lakukan Informed consent dan KIE pada
pasien ini.
10 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
3. Lakukan tatalaksana sirkumsisi pada pasien
ini.

8. Instruksi INSTRUKSI UMUM


Penguji 1. Pastikan identitas peserta ujian pada kartu ujian
sesuai !
2. Tulislah 5 digit terakhir dari nomor peserta ujian
pada lembar nilai tulis!
3. Amatilah dan berilah skor (0/1/2/3) atas tugas
yang dikerjakan peserta ujian !
4. Berikan informasi/hasil yang dibutuhkan secara
lisan/tulisan hanya apabila peserta ujian telah
melakukan dan/atau mengusulkan jenis
pemeriksaan yang dimaksud (perhatikan
instruksi khusus)!
5. Taatilah peraturan serta etika penguji selama
menjalankan tugas sebagai penguji UK OSCE!
INSTRUKSI KHUSUS

(Tuliskan/lampirkan
hasil/prosedur/foto/ilustrasi pada aspek
penilaian yang bersesuaian)

1. Penguji menilai Informed consent dan KIE yang


dilakukan oleh peserta ujian (sesui rubrik
penilaian)
2. Penguji menilai tatalaksana non farmakoterapi
(sirkumsisi) yang diusulkan/dikerjakan oleh
peserta ujian.
3. Penguji menilai komunikasi dan edukasi yang
disampaikan peserta ujian kepada pasien.
4. Penguji menilai perilaku profesional yang
ditunjukkan oleh peserta ujian.

Instruksi Nama An. F


Pasien Standar Usia 8 tahun
Jenis kelamin Laki – laki
Pekerjaan Pelajar
Status pernikahan Belum kawin
Pendidikan terakhir -
5. Riwayat Penyakit
Sekarang
• Keluhan Utama Ingin khitan
11 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Riwayat penyakit dahulu
• penyakit relevan (-)
• tindakan bedah/terapi (-)
lain
Riwayat penyakit (-)
keluarga
Riwayat pribadi (relevan)
Pertanyaan wajib oleh PS (-)
Peran yang wajib (-)
ditunjukkan
Foto untuk mol
6.Tata Letak Model 1/2/3
Station
7.Kebutuhan Tidak ada/Ada, tugas: merapikan alat alat sirkumsisi
Laboran yang telah digunakan
8.Kebutuhan Tidak ada/Ada, tugas: manekin obstetri persalinan
Manekin
9.Kebutuhan Set 1. Meja dan kursi dokter 1 set
Alat 2. Sarung tangan 1 pasang
3. Doek steril 1 buah
4. Povidone iodine 1 botol
5. Kapas Alcohol
6. Kasa seteril 1 box
7. Sirkum set 1 buah
8. Spuit 3 cc 1 buah
9. Lidocain 1 ampul
10. Catgut plain 1 buah
11. Hipafix/plester 1 roll
12. Manekin 1 buah

10.
Penulis dr Rizal Novianto,SpOG
Pendidikan Dokter FKIK UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang
11.
Referensi 1. WHO 2009, Manual for Male Circumcision Under
Local Anesthesia.
2. Purnomo, Basuki 2008. Dasar - dasar Urologi. CV.
Sagung Seto, Jakarta.

12 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
G. Daftar Pustaka
1. WHO 2009, Manual for Male Circumcision Under Local Anesthesia.
2. Purnomo, Basuki 2008. Dasar - dasar Urologi. CV. Sagung Seto,
Jakarta.

13 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
TOPIK 2
KONTRASEPSI
A. Rancangan Acara Pembelajaran
TOPIK Kontrasepsi
JML MHS/KLP 10 Mahasiswa/Kelompok
METODE Metode pembelajaran dengan menggunakan
manekin
WAKTU/KLP 200 menit (terbimbing)
200 menit (responsi)
ALAT dan BAHAN No. Alat/Bahan Jumlah
1 IUD T 380 A 5 set
2 Implan 5 set
3 Spekulum 5 set
4 Tenakulum 5 set
5 Sonde uterus 5 set
6 Korentang / cunam 5 set
ovum
7 Gunting 5 set
8 Mangkuk untuk larutan 5 set
antisepstik
9 Handschoen 5 set
10 Povidone iodine 5 set
11 Kassa 5 set
12 Lampu 5 set
13 Manekin uterus 5 set
14 Manekin tangan 5 set
15 Bed pasien dan meja 5 set
penyangga
16 Handwash 5 set
17 Duk steril 5 set
18 Lidocaine ampul 5 set
19 Spuit 5 cc 5 set
20 Scalpel no 11 5 set
21 Band aid / plester 5 set
22 Mangkuk untuk implan 5 set
23 Trokar no 10 dan 5 set
pendorong
INSTRUKTUR Dokter
14 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
B. Pendahuluan
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam
pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR).
Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam
memilih dan menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan
sesuai dengan pilihannya. Di samping itu dapat membuat klien merasa
lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam
menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi
antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan
kepercayaan yang sudah ada. Informasi yang jelas dan lengkap melalui
Informed Choice akan memudahkan klien memilih kontrasepsi yang
akan digunakan.
Dalam melakukan konseling, petugaskan memberikan informasi
mengenai jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan kerugiannya
serta bagaimana cara penggunaannya. Konseling mengenai kontrasepsi
yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi
dalam program Keluarga Berencana. Petugas dapat memberikan
penjelasan menggunakan flip charts, poster, pamflet atau halaman
bergambar. Petugas mendorong klien untuk melihat persamaan yang
ada dan membandingkan antar jenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara
ini petugas membantu klien untuk membuat suatu pilihan (informed
choice). Jika tidak ada halangan dalam bidang kesehatan sebaiknya
klien mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Bila
memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan yang dipilihnya,
klien akan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih
efektif.

C. Kerangka Teori
1. Pemilihan Kontrasepsi

Pemilihan kontrasepsi berkaitan dengan perencanaan keluarga


yang meliputi penundaan kehamilan, penjarangan kehamilan dan
tidak hamil lagi. Urutan pada fase menunda kehamilan adalah pil, IUD,
sederhana, suntikan, implan. Pada fase menjarangkan kehamilan
adalah IUD, suntikan, minipil, pil, implan, sederhana dan steril.
Sedangkan pada fase tidak hamil lagi adalah steril, IUD, implan,
suntikan, sederhana, pil.

15 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Gambar 1. Fase dalam Perencanaan Keluarga

Gambar 2. Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional

16 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
2. Konseling Kontrasepsi terhadap ibu dan pasangan dengan
langkah konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang
baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Definisi SATU TUJU sebagai
berikut :
• SA : SApa dan Salam klien.
• T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu
klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan,
harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh
klien. Pada saat ini juga dilakukan penapisan pasien. Tujuan
utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode
kontrasepsi adalah untuk menentukan apakah ada :
o Kehamilan
o Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
o Masalah (misal diabetes atau tekanan darah tinggi)
yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan
lebih lanjut.
• U : Uraikan. Menjelaskan mengenai kontrasepsi yang
menjadi pilihan klien dan yang paling mungkin.
• TU : BanTU klien menentukan pilihan. Bantulah klien
berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan
dan kebutuhannya. Informed choice adalah pemilihan
kontrasepsi setelah mendapatkan pengetahuan dan
informasi yang lengkap. Bagi calon peserta KB baru yang
memperoleh Informed choice apabila mengalami efek
samping, komplikasi dan kegagalan tidak terkejut karena
sudah mengerti tentang kontrasepsi yang dipilihnya.
• J : Jelaskan bagaimana pemakaian kontrasepsi.
• U : Kunjungan Ulang. Bertujuan untuk pemeriksaan
lanjutan.

3. Jenis kontrasepsi
Kontrasepsi Non Hormon
a. Kontrasepsi Tanpa Alat / Obat
• Senggama Terputus
• Pembilasan pascasenggama
• Perpanjangan Menyusui Anak (Prolonged Lactation)
• Pantang Berkala (Rhythm Method)
b. Kontrasepsi Sederhana pada Pria
17 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
• Kondom
c. Kontrasepsi Sederhana pada Wanita
• Pesarium
• Spermitisida
d. Kontrasepsi AKDR Non Hormonal
e. Kontrasepsi Mantap
• Kontrasepsi mantap pada wanita (sterilisasi)
• Kontrasepsi mantap pada laki – laki (vasektomi)

Kontrasepsi Hormon
a. Pil Kontrasepsi
• Pil Kontrasepsi Kombinasi
• Pil Sekuensial
• Mini-pill (continous low dose progesterone pill atau
progesteron only pill)
• Post coital contraception (morning after pill)
• Amenorhea pascapil (Post pill Amenorhoea)
b. Kontrasepsi Suntikan
• Suntik 3 bulan
• Suntik 1 bulan
c. Kontrasepsi Implan
d. AKDR hormon

4. Kontrasepsi Pasca Persalinan


❖ Lebih dari 95% klien pasca persalinan ingin menunda kehamilan.
Konseling tentang kontrasepsi sebaiknya saat ANC atau
pascapersalinan.
• Metode Amenorhea Laktasi (MAL).
ASI eksklusif merupakan metode kontrasepsi yang efektif dengan
syarat belum haid dan kurang dari 6 bulan pascapersalinan.
Efektivitas mencapai 98% bila menyusui lebih dari 8 kali sehari.
• Waktu :
• Mengingat lebih dari 95% klien pascapersalinan belum ingin
hamil dalam 2 tahun serta ovulasi dapat terjadi dalam waktu 21
hari pascapersalinan sebaiknya kontrasepsi segera dipakai
pascapersalinan.
• Kontrasepsi terpilih pascapersalinan adalah AKDR,
tubektomi/vasektomi.
• Apabila tidak tersedia pelayanan AKDR dan tubektomi,
vasektomi, maka klien dapat memakai kontrasepsi “Progestin
only” (implant, DMPA atau minipil).

18 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
5. Kontrasepsi Suntikan
❖ Suntik 3 bulan
Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron. Depo Provera
mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif
• Mekanisme kerja
✓ Menghambat ovulasi dengan menekan pembentukan
GNRH
✓ Menghambat sperma melalui pengentalan lendir
serviks.
✓ Menghalangi Implantasi ovum
✓ Mengganggu perjalanan ovum di tuba

Keuntungan kontrasepsi suntikan depo ialah :


▪ Efektivitas tinggi
▪ Iinjeksi 4x dalam 1 tahun
▪ Reversibel
▪ Dapat digunakan pascapersalinan dan menyusui.

Kekurangan kontrasepsi suntikan depo ialah :


▪ Sering menimbulkan perdarahan yang tidak
teratur (spotting, breaktrough bleeding)
▪ Amenorhea

• Waktu pemberian dan dosis


Pada pascapersalinan, Depo Provera dapat disuntikkan
sebelum ibu meninggalkan rumah sakit dan setelah ASI
terbentuk (hari ke-3-5). Dosis diberikan 150 mg/cc dalam 3
bulan secara intramuskular.

❖ Suntik 1 bulan
Suntik 1 bulan terdiri dari hormon progestin dan estrogen.
Preparat yang dipakai adalah medroxy progesterone acetate atau
norethisterone enanthate dan estradiol valerat. Contoh merek
dagang adalah Cyclofem, Cycloprovera, Mesygna dan Norigynon.
Mekanisme kerja suntik 1 bulan adalah mencegah terjadinya
ovulasi (keluarnya ovum dari ovarium).

6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine


Device (IUD)
AKDR atau IUD adalah alat yang dimasukkan ke dalam uterus. Pada
tahun 1964, IUD yang dipakai adalah lippes loop. Pada tahun
selanjutnya mulai digunakan IUD yang terbuat dari tembaga, seng,
magnesium, timah dan progesteron. Penambahan ini untuk
19 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
meningkatkan efektivitas IUD.

❖ Mekanisme Kerja IUD :


▪ IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium. Pada pemeriksaan cairan uterus akseptor IUD
seringkali dijumpai sel makrofag (fagosit) yang mengandung
spermatozoa.
▪ Meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus menyebabkan
blastokista yang mengalami nidasi tidak dapat hidup. Serta
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang menghalangi
nidasi.
▪ IUD bioaktif selain menimbulkan peradangan juga
menyebabkan “ionisasi” ion logam atau bahan lain yang
terdapat pada IUD, misalnya adalah ion logam tembaga (Cu).

❖ Jenis :
▪ Bentuk linier : lippes loop, Saf-T-coil, Dalkon Shield, Cu-7, Cu-T,
spring coil, dan Margulies spiral
▪ Bentuk tertutup (cincin) : Ota ring, Antigon F, Ragab ring, Cincin
Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dll.

❖ Keuntungan :
▪ Dilakukan 1x saat pemasangan
▪ Efek sistemik tidak ada
▪ Ekonomis
▪ Efektivitas tinggi
▪ Reversibel

❖ Efek samping :
▪ Flek atau perdarahan
▪ Nyeri atau kram perut
▪ Gangguan saat bersenggama disebabkan benang IUD keluar dari
porsio uteri.
▪ Ekspulsi

❖ Komplikasi :
▪ Infeksi
▪ Perforasi
▪ Kehamilan dengan IUD insitu

❖ Waktu Pemasangan IUD :


▪ Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau hari
20 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
terakhir haid.
Keuntungan pemasangan :
✓ Pemasangan lebih mudah karena serviks agak terbuka
dan lembek
✓ Tidak terlalu nyeri
✓ Perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak
terlalu dirasakan
✓ Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang
sedang hamil tidak ada
▪ Sewaktu postpartum
✓ Secara dini (immediate insertion) yaitu IUD dipasang
pada perempuan yang melahirkan sebelum dipulangkan
dari rumah sakit
✓ Secara langsung (direct insertion) yaitu IUD dipasang
dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus
✓ Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu IUD
dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau
abortus, atau pemasangan IUD dilakukan pada saat yang
tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau
abortus.
▪ Sewaktu postabortum
✓ Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus karena
dari segi fisiologi dan psikologi adalah paling ideal. Bila
didapatkan septic abortion, sebaiknya tidak dipasang
IUD.
▪ Sewaktu melakukan seksio sesarea

7. Kontrasepsi Implant
❖ Jenis :
o Norplant. 6 kapsul, panjang kapsul 34 mm, diameter 2,4
mm yang berisi 216 mg levonogestrel.
o Jadelle. 2 kapsul, anjang kapsul 43 mm, diameter 2,5 mm
yang berisi 150 mg levonogestrel.
o Implanon. 1 kapsul, dikemas dalam trokar steril yang
berisi etonogestrel (3-ketodesogestrel)
❖ Mekanisme kerja:
▪ Seperti kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme
utamanya adalah menebalkan mukus serviks sehingga
tidak dapat dilewati oleh sperma. Perubahan terjadi
setelah pemasangan implan.
▪ Progestin menekan pengeluaran follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari
hipothalamus dan hipofise. Lonjakan LH (surge)
21 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh levonogestrel.
Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga
tidak terjadi ovulasi.
▪ Penggunaan jangka panjang, menyebabkan hipotropisme
endometrium sehingga dapat mengganggu proses
implantasi. Perubahan pertumbuhan dan maturasi
endometrium menjadi penyebab terjadinya perdarahan
iregular.
❖ Efek samping:
▪ Perubahan perdarahan haid. Dialami oleh sebagian besar
perempuan terutama 90 hari pemakaian.
▪ Sakit kepala
▪ Perubahan berat badan (biasanya meningkat)
▪ Perubahan suasana hati (gugup atau cemas)
▪ Depresi
▪ Lain – lain : mual, perubahan selera makan, payudara
lembek, bertambahnya rambut di badan atau muka,
jerawat.

8. Penanganan efek samping KB


▪ Penanganan efek samping AKDR:
Efek samping Penanganan
Amenorhea ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau tes
kehamilan.
▪ Bila tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut
dan tidak perlu pengobatan khusus.
▪ Bila hamil < 13 minggu dan benang AKDR
terlihat, cabut AKDR.
▪ Bila hamil > 13 minggu dan benang AKDR
tidak tampak, jangan dicabut.
▪ Jika klien hamil dan meneruskan
kehamilannya tanpa mencabut AKDR,
jelaskan tentang meningkatnya risiko
keguguran, kehamilan preterm, infeksi dan
pengawasan ketat pada kehamilan.
Kram ▪ Pikirkan kemungkinan adanya infeksi dan
beri pengobatan.
▪ Jika kram tidak berat dan tidak ditemukan
penyebabnya diberi analgetik.
▪ Jika kram berat dan tidak ditemukan
penyebabnya, lepas AKDR selanjutnya
diganti baru atau metode lain.
Perdarahan ▪ 3 – 6 bulan pertama.
22 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
pervaginam ▪ Bila tidak ditemukan kelainan patologik
dapat diberikan ibuprofen 3x800 mg
selama 1 minggu ATAU 1 siklus pil
kombinasi.
▪ Bila perdarahan banyak, beri 2 tablet pil
kombinasi selama 3 – 7 hari ATAU 1,25
mg estrogen equin konjugasi selama 14 –
21 hari.
▪ Bila perdarahan menimbulkan anemia,
lepas AKDR dan ganti metode lain.
Benang hilang ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau tes
kehamilan.
▪ Bila tidak hamil dan AKDR di dalam rahim,
tidak perlu ada tindakan.
▪ Bila tidak hamil dan AKDR tidak pasti ada
di dalam rahim, dilakukan pemeriksaan
rontgen atau USG.
Keputihan/ ▪ Lepas AKDR dan beri pengobatan bila
dugaan penyakit penyebabnya gonokokus atau klamidia
radang panggul atau tidak ingin memakai AKDR lagi
▪ Beri pengobatan pada penyakit radang
panggul yang lain

▪ Penanganan efek samping pil kombinasi :


Efek samping Penanganan
Amenorhea ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
tes kehamilan,
▪ Bila tidak hamil dan minum pil teratur,
maka tidak perlu pengobatan khusus.
▪ Bila hamil, hentikan pil.
Perdarahan ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
pervaginam/spotting tes kehamilan.
▪ Sarankan minum pil pada waktu yang
sama.
▪ Bila perdarahan/spotting tetap terjadi
dan mengkhawatirkan bagi klien, ganti
dengan metode kontrasepsi lain

▪ Penanganan efek samping pil progestin (minipil) :


Efek samping Penanganan
Amenorhea ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
tes kehamilan,
▪ Bila tidak hamil maka tidak perlu
23 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
pengobatan khusus.
▪ Bila hamil, hentikan penyuntikan.
▪ Terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan tunggu setelah 3 – 6 bulan,
karena pada umumnya tidak berhasil.
Perdarahan ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
pervaginam/spotting tes kehamilan.
▪ Bila tidak hamil, informasikan bahwa
merupakan efek samping yang biasa
muncul, tidak memerlukan
pengobatan.
▪ Bila perdarahan/spotting tetap terjadi
dan mengkhawatirkan klien dapat
diberikan pengobatan, yaitu 1 siklus
pil kontrasepsi kombinasi, ibuprofen
atau obat sejenis lain.
▪ Bila terjadi perdarahan banyak, dapat
diberikan 2 tablet pil kombinasi/hari
selama 3 – 7 hari, dilanjutkan dengan
1 siklus.
Berat badan ▪ Dapat terjadi kenaikan / penurunan
naik/turun berat badan 1 – 2 kg

▪ Penanganan efek samping suntik kombinasi :


Efek samping Penanganan
Amenorhea ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
tes kehamilan,
▪ Bila tidak hamil, tidak perlu
pengobatan khusus.
▪ Bila hamil, hentikan penyuntikan.
Mual, pusing atau ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
muntah (akibat reaksi tes kehamilan,
anafilaktik) ▪ Bila tidak hamil, merupakan efek
samping yang biasa muncul dan dapat
hilang.
Perdarahan ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
pervaginam/spotting tes kehamilan.
▪ Bila tidak hamil, informasikan bahwa
merupakan efek samping yang biasa
muncul, tidak memerlukan
pengobatan
▪ Bila perdarahan/spotting tetap terjadi
dan mengkhawatirkan ganti dengan
24 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
metode kontrasepsi lain

▪ Penanganan efek samping suntik progestin :


Efek samping Penanganan
Amenorhea ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
tes kehamilan,
▪ Bila tidak hamil, tidak perlu
pengobatan khusus.
▪ Bila hamil, hentikan penyuntikan.
▪ Terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan tunggu setelah 3 – 6 bulan,
karena pada umumnya tidak berhasil.
Perdarahan ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
pervaginam/spotting tes kehamilan.
▪ Bila tidak hamil, informasikan bahwa
merupakan efek samping yang biasa
muncul, tidak memerlukan
pengobatan.
▪ Bila perdarahan/spotting tetap terjadi
dapat diberikan pengobatan, yaitu 1
siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 –
35 ug etinilestradiol), ibuprofen
(sampai 800 mg, 3x/hari selama 5
hari) atau obat sejenis lain.
Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi
perdarahan.
▪ Bila terjadi perdarahan banyak selama
pemberian suntikan dapat ditangani
dengan pemberian 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi/hari selama 3
– 7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus
ATAU diberikan 50 ug etinilestradiol
atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi
untuk 14-21 hari.
▪ Bila perdarahan/spotting tetap terjadi
dan mengkhawatirkan ganti dengan
metode kontrasepsi lain
Berat badan ▪ Dapat terjadi kenaikan / penurunan
naik/turun berat badan

▪ Penanganan efek samping implan :


25 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Efek samping Penanganan
Amenorhea ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
tes kehamilan,
▪ Bila tidak hamil, tidak perlu
pengobatan khusus.
▪ Bila hamil, lepas implan.
▪ Terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan pada umumnya tidak
berhasil.
Perdarahan ▪ Lakukan pemeriksaan ginekologi atau
pervaginam/spotting tes kehamilan.
▪ Bila tidak hamil, informasikan bahwa
merupakan efek samping yang biasa
muncul, tidak memerlukan
pengobatan.
▪ Bila perdarahan/spotting tetap terjadi
dapat diberikan pengobatan, yaitu 1
siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 –
35 ug etinilestradiol), ibuprofen
(sampai 800 mg, 3x/hari selama 5
hari) atau obat sejenis lain.
▪ Bila perdarahan/spotting tetap terjadi
dan mengkhawatirkan ganti dengan
metode kontrasepsi lain.

9. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus


Keadaan Anjuran
Hipertensi Sebaiknya tidak diberikan hormon kombinasi
bila sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 90
mmHg
Diabetes mellitus Dapat diberikan hormon kombinasi dengan
tanpa komplikasi pengawasan.
Migrain tanpa Dapat diberikan hormon kombinasi
sakit kepala
Menggunakan Dapat diberikan hormon kombinasi dengan 50
obat tuberkulosis ug etinilestradiol atau ganti dengan metode
/ epilepsi kontrasepsi lain
Sickle cell anemia Sebaiknya tidak diberikan hormon kombinasi
Stroke Sebaiknya tidak diberikan progestin
Penyakit jantung Sebaiknya tidak diberikan progestin. Progestin
koroner / infark dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah.
Kanker payudara Sebaiknya jangan diberikan progestin.
26 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
D. Prosedur Ketrampilan
1. Konseling Keluarga Berencana
• Sapa dan Salam. Mempersilahkan pasien duduk serta
memperkenalkan diri.
• Menanyakan informasi pribadi
• Identitas pasien : nama, usia, alamat
• Riwayat pernikahan : menikah/janda, jumlah anak
• Pekerjaan
• Keluhan utama
• Ingin menggunakan KB
• Riwayat penyakit sekarang
• HPHT
• Riwayat persalinan
• KB yang diinginkan
• Tujuan penggunaan KB
• Riwayat penyakit lalu
• Riwayat penggunaan KB yang lalu
• Riwayat medis :
➢ Hipertensi
➢ Diabetes Mellitus
➢ Stroke
➢ Icterus
➢ Nyeri kepala
➢ Nyeri pada betis, paha atau dada, tungkai
• Penggunaan obat – obatan : TB, epilepsi
• Riwayat keputihan, Riwayat infeksi Menular Seksual
• Riwayat flek atau perdarahan
• Riwayat benjolan atau keganasan
• Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat keluarga dengan stroke, Hipertensi, DM
• Riwayat keluarga dengan keganasan
• Riwayat sosial dan kebiasaan
• Merokok
• Riwayat pasangan seks lain
• Informed Choice
• Kesimpulan kondisi umum pasien
• Pilihan KB yang dapat diberikan
• Menjelaskan Indikasi, kontraindikasi, efek samping,
komplikasi
• Menentukan pilihan KB
27 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
• Memberikan konseling sesuai hasil Informed Choice
• Prosedur penggunaan kontrasepsi
• Kunjungan ulang / follow up kontrasepsi

2. Prosedur Insersi IUD


Langkah
Langkah 1
• Salam dan Sapa klien
• Menanyakan Informasi Pribadi
• Informed consent.
• Sampaikan kepada klien kemungkinan timbul rasa nyeri saat
pemasangan dan petugas akan menjelaskan kembali hal tersebut,
saat pemasangan
• Persiapan klien, alat bahan dan operator :
Persiapan klien
o pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya*
* untuk memudahkan pemeriksaan bimanual
o klien dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi
lithotomi
Persiapan alat bahan
o spekulum
o tenakulum
o sarung tangan
o sonde uterus
o korentang /cunam ovum
o gunting
o mangkuk untuk larutan antiseptik
o kain kassa
o cairan antiseptik
o sumber cahaya untuk menerangi serviks
o AKDR dalam kemasan steril

Persiapan operator
o Cuci tangan
o Memakai handschoen steril

Langkah 2
• Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus,
pembesaran kelenjar
• Lakukan pemeriksaan inspikulo untuk mengetahui cairan vagina,
servisitis
• Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menentukan besar, posisi,
28 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
konsistensi dan mobilitas uterus
Langkah 3
Memasukkan lengan AKDR
Copper T 380A
• Memastikan AKDR berada
di tabung inserter
• Memastikan ujung tabung
inserter proksimal berada
di tempat membuka
kemasan
• Letakkan kemasan di atas
permukaan datar dan
keras. Posisi kertas
penutup transparan
berada di atas.
• Buka lembar penutup di
bagian proksimal hingga
setengah jarak dengan Gambar 3. Memasukkan pendorong
pembatas berwarna biru. ke dalam tabung
• Angkat kemasan dengan
memegang bagian yang
sudah dibuka. Hati – hati
jangan sampai AKDR
keluar dari tabung
inserter.
• Kedua bagian kertas
penutup yang sudah
terbuka dilipat ke setiap
sisi dan dipegang dengan
tangan kiri
• Tangan kanan
memasukkan pendorong
ke dalam tabung inserter
dan dorong secara hati-
hati sampai menyentuh
ujung batang AKDR
(gambar 3).
• Letakkan kembali kemasan
AKDR pada tempat datar
dengan bagian transparan Gambar 4. Posisi AKDR pada waktu
menghadap ke atas akan melipat lengannya
• Ujung lengan AKDR
ditahan dari luar dengan
29 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri. Inserter
didorong sampai ke
pangkal lengan (gambar
4).
• Tahan ke-2 lengan yang
sudah terlipat dengan
menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk hingga kedua
lengan AKDR mendekati
tabung inserter.
• Tarik tabung inserter. Gambar 5. Memasukkan lengan
Rapatkan kedua ujung AKDR yang sudah terlipat ke dalam
lengan AKDR. Dorong tabung inserter
kembali ujung inserter
sampai ke-2 ujung lengan
masuk ke dalam tabung
inserter gambar 5).
• Pembatas berwarna biru
pada tabung inserter
digunakan sebagai tanda
kedalaman kavum uteri
dan penunjuk ke arah
mana lengan akan
membuka saat dikeluarkan
dari tabung inserter.
• Atur jarak pembatas dari Gambar 6. Lengan AKDR yang sudah
luar (jarak antara ujung masuk dalam tabung inserter
lengan yang terlipat
dengan pembatas sama
dengan panjang
kedalaman kavum uteri
yang telah diukur dengan
sonde).
• Putar pembatas sehingga
berada pada bidang
horizontal yang sama
dengan lengan AKDR
(gambar 6).
• Buka seluruh penutup
transparan. Pegang tabung
inserter. AKDR siap untuk
dipasangkan di dalam Gambar 7. Lengan AKDR yang sudah
30 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
uterus. (gambar 7). masuk dalam tabung inserter
• Pastikan tabung inserter
tidak tersentuh
permukaan yang tidak
steril agar tidak
terkontaminasi (teknik
tanpa sentuh)
Langkah 4
• Cuci tangan dan memakai handschoen steril
• Lakukan tindakan antiseptik di area genitalia
• Memasang spekulum, membersihkan vagina dan serviks dengan
larutan antiseptik
• Memasang tenakulum
Langkah 5
Masukkan sonde uterus dengan teknik tanpa sentuh untuk
menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri.
Langkah 6.
Pasang AKDR Copper T 380
A:
• Memastikan letak
pembatas warna biru pada
tabung inserter sesuai
dengan kedalaman kavum
uteri. Masukkan tabung
inserter sampai
menyentuh fundus Gambar 8. Memasukkan tabung
(gambar 8) inserter yang sudah berisi AKDR
• Lepas lengan AKDR
dengan menggunakan
teknik menarik tabung
inserter (withdrawal
technique).
• Tarik keluar pendorong
(gambar 9).
• Setelah lengan AKDR lepas,
dorong secara perlahan-
lahan tabung inserter ke
dalam cavum uteri sampai Gambar 9. Menarik keluar tabung
pembatas warna biru) inserter untuk melepaskan lengan
menyentuh serviks AKDR
(gambar 10).
• Tarik keluar sebagian
tabung inserter untuk
31 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
menampilkan benang,
kemudian potong benang
AKDR kira-kira 3-4 cm dari
ostium serviks. AKDR
terpasang dalam uterus
(gambar 11)
• Lepas tenakulum. Bila ada
perdarahan dari tempat
bekas tusukan ujung
tenakulum, tekan dengan
kasa sampai perdarahan Gambar 10. Memasang AKDR
berhenti. setinggi mungkin sampai puncak
cavum uteri

Gambar 11. AKDR sudah terpasang


dalam uterus.
Langkah 7
• Buang bahan habis pakai
• Bersihkan permukaan meja ginekologi dengan klorin 0,5%.
• Dekontaminasi alat
Langkah 8
• Lepas sarung tangan
• Cuci tangan
Langkah 9
• Anjurkan klien cara memeriksa benang AKDR
• Amati klien lebih kurang 15 – 30 menit setelah pemasangan AKDR
• Evaluasi follow up AKDR 1 minggu kemudian

3. Prosedur Ekstraksi IUD


Langkah
Langkah 1
• Salam dan Sapa klien
• Menanyakan Informasi Pribadi
• Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan.
• Persetujuan tanda tangan pasien dicantumkan di lembar
32 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
informed consent.
• Persiapan klien, alat bahan dan operator :
Persiapan klien
o pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya*
* untuk memudahkan pemeriksaan bimanual
o klien dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi
lithotomi
Persiapan alat bahan
o spekulum
o korentang /cunam ovum
o mangkuk untuk larutan antiseptik
o sarung tangan
o cairan antiseptik
o kain kassa
o sumber cahaya untuk menerangi serviks
Persiapan operator
o Cuci tangan
o Memakai handschoen steril

Langkah 2
• Memasang spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR
Langkah 3
• Membersihkan serviks dan vagina dengan larutan antiseptik
Langkah 4
• Meminta klien untuk tenang dan memberitahukan mungkin
timbul nyeri tapi itu normal
• Pencabutan normal :
Jepit benang menggunakan klem lurus/klem ovum DTT/steril.
Tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat.
AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah
benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR
secara perlahan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung
AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan
tarik keluar.

• Pencabutan sulit :
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis
dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak
ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan alat pencabut
AKDR ke dalam kavum uteri untuk mengait AKDR.
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian sulit
untuk dikeluarkan melalui kanalis servikalis, putar klem (pelan-
pelan) sambil tetap menarik batang AKDR selama klien tidak
33 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan
uterus hiperante/retrofleksio, gunakan tenakulum untuk
menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas
dengan pelan – pelan dan hati – hati, sambil memutar klem.

Gambar 12.
Pencabutan AKDR
Copper T 380A

Langkah 5
• Buang bahan habis pakai
• Bersihkan permukaan meja ginekologi yang terkontaminasi
dengan klorin 0,5%.
• Dekontaminasi alat – alat
Langkah 6
• Lepas sarung tangan
• Cuci tangan

Langkah 7
• Evaluasi follow up bila ada keluhan

34 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
4. Prosedur Insersi Implan
Langkah
Langkah 1
• Salam dan Sapa klien
• Menanyakan Informasi Pribadi
• Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan
• Persetujuan tanda tangan pasien dicantumkan di lembar
informed consent.
• Persiapan klien, alat bahan dan operator :
Persiapan klien
o Klien mencuci dan membilas lengan atas.
o Persilahkan klien berbaring dengan lengan atas di meja
penyangga. Lengan atas membentuk sudut 30° terhadap bahu
dan sendi siku 90°.
Persiapan alat bahan
o Meja periksa
o Penyangga lengan atau meja samping
o Handwash
o Implan, buka bungkus steril dan letakkan di mangkok steril.
Implan-plus kapsul sudah berada di dalam trokar.
o Duk steril
o Mangkok steril
o Handschoen
o Larutan antiseptik
o Anestesi lokal 1%
o Spuit 5 cc
o Trokar 10 dan pendorong
o Skalpel
o Band aid
o Kassa
Langkah 2
• Menentukan
tempat
pemasanga
n, 8 cm di
atas lipat
siku, di
daerah
medial
lengan atas
(gambar Gambar 13. Tempat pemasangan implan
13). Pilihlah
lengan yang
35 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
jarang
digunakan
oleh klien.

Langkah 3
• Cuci tangan
• Memakai handschoen steril
• Lakukan antisepsi di area insisi.
• Demarkasi area insisi / lapangan operasi dengan doek steril
Langkah 4
• Lakukan
anestesi
lokal di area
insisi secara
intrakutan
dan
subdermal.
Menyuntikka
n anestesi
pada jalur
kapsul
(masing –
masing 1 ml)
membentuk
huruf V.
• Tes tempat
insisi dengan Gambar 14. Pemberian anestesi
ujung jarum
atau skalpel
untuk
memastikan
obat anestesi
telah bekerja
Langkah 5
• Pegang skalpel dengan sudut 45°
• Buat insisi dangkal untuk menembus kulit.
Langkah 6.
• Trokar sisi
tajam
dipegang
menghadap
ke atas
(gambar 15).
36 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
• Tanda 1 :
batas
masuknya
trokar
sebelum
memasukkan
setiap kapsul.
• Tanda 2 :
batas
Gambar 15. Tanda pada trokar
pencabutan
trokar setelah
memasang
setiap kapsul.
Langkah 7
• Masukkan ujung trokar dengan posisi 45° kemudian turunkan
menjadi 30° saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar
permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1. (gambar 16)
• Masukkan trokar perlahan – lahan dan hati – hati ke arah tanda 1
(gambar 20.5). Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit
selama pemasangan (gambar 16).

Gambar 16. Memasukkan trokar dengan sudut yang kecil.

Langkah 8
Setelah trokar masuk sampai tanda 1, cabut pendorong dari trokar
(gambar 17).

Gambar 17. Memasukkan trokar, cabut pendorong dari trokar .


37 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Langkah 9
• Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar menggunakan pinset
atau klem. Letakkan satu tangan di bawah kapsul untuk
menangkap bila kapsul tersebut jatuh (gambar 18). Dorong
kapsul sampai masuk ke dalam trokar dan masukkan kembali
pendorong (gambar 19).

Gambar 18. Memasukkan, mendorong dan menempatkan kapsul

Gambar 19. Memindahkan arah trokar untuk memasukkan kapsul


Langkah 10
• Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke ujung trokar.

38 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Langkah 11
• Tahan
pendorong
kemudian
tarik trokar
mendekati
pangkal
pendorong
sampai tanda
2. (gambar 18
dan gambar
20). . Gambar 20. Tanda pada trocar

Langkah 12
• Raba ujung
kapsul
dengan jari
untuk
memastikan
kapsul sudah
keluar
seluruhnya
dari trokar
(Gambar 21).
Gambar 21. Menempatkan kapsul di lapisan
subdermal
Langkah 13
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, geser trokar sekitar 30°,
mengikuti pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan
jari telunjuk) dan masukkan kembali trokar mengikuti alur kaki V
sebelahnya sampai tanda 1 (gambar 22).

39 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Gambar 22. Memindahkan arah trokar

Bila tanda 1 tercapai, masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar


dan lakukan seperti langkah sebelumnya (langkah 10) sampai
seluruh kapsul terpasang.

Langkah 14
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul
telah terpasang.
Langkah 15
• Setelah kapsul terpasang dan posisi sudah tepat, keluarkan
trokar pelan –pelan.
• Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kassa selama 1
menit untuk menghentikan perdarahan.

Langkah 16
• Tutup luka insisi menggunakan band aid atau plester.
Langkah 17
Periksa adanya perdarahan
Langkah 18
• Buang bahan habis pakai
• Bersihkan meja peralatan dengan klorin 0,5%.
• Dekontaminasi alat – alat
Langkah 19
• Lepas sarung tangan
• Cuci tangan
Langkah 20
• Amati perdarahan dari luka insisi lebih kurang 15 – 30 menit.
• Evaluasi bila ada keluhan.
40 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
• Perawatan luka :
o Pertahankan pembalut tekan selama 48 jam
o Pertahankan band aid sampai luka insisi sembuh (3-5 hari)

5. Prosedur Ekstraksi Implan


Langkah
Langkah 1
• Salam dan Sapa klien
• Menanyakan Informasi Pribadi
• Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan.
• Informed consent.
• Persiapan klien, alat bahan dan operator :
Persiapan klien
o Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas
o Persilahkan klien berbaring dan lengan atas di meja
penyangga. Lengan atas membentuk sudut 30° terhadap bahu
dan sendi siku 90°.
Persiapan alat bahan
o Meja periksa
o Penyangga lengan atau meja samping
o Handwash
o Duk steril
o Mangkok steril
o Handschoen
o Larutan antiseptik
o Anestesi lokal 1%
o Spuit 5 cc
o Skalpel
o Band aid
o Kassa
Langkah 2
• Raba kapsul
untuk
menentukan
lokasi
(gambar 23).
• Pastikan
posisi kapsul
dengan
membuat
tanda pada
kedua ujung
41 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
kapsul Gambar 23. Posisi lengan dan memberi tanda
menggunaka pada kapsul
n spidol

Langkah 3
• Cuci tangan
• Memakai handschoen steril
• Lakukan antisepsis di area insisi.
• Demarkasi area insisi / lapangan operasi dengan doek steril
Langkah 4
• Lakukan
anestesi
intrakutan
(gambar 24).
• Sebelum
memulai,
sentuh tempat
insisi dengan
ujung jarum
atau skalpel
untuk Gambar 24. Posisi lengan
memastikan
obat anestesi
telah bekerja
Langkah 5
• Tentukan lokasi
insisi yang
mempunyai
jarak sama dari
ujung bawah
semua kapsul
(dekat siku),
kira – kira 5 mm
dari ujung
bawah kapsul
(gambar 25).
• Sebelum
menentukan
lokasi, pastikan
tidak ada ujung Gambar 25. Menentukan lokasi insisi
kapsul di
tempat insisi
untuk
42 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
mencegah
terpotongnya
kapsul.
Langkah 6
• Buat insisi
melintang lebih
kurang 4 mm
dengan
menggunakan
skalpel (gambar
26).
Gambar 26. Membuat insisi
Langkah 7
• Mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang
terdekat tempat insisi.
Langkah 8
• Dorong ujung
kapsul ke
arah insisi
dengan jari
tangan
sampai ujung
kapsul
tampak pada
Gambar 27. Mendorong kapsul ke luka insisi
luka insisi
(gambar 27)
Langkah 9
• Saat ujung
kapsul
tampak pada
luka insisi,
masukkan
klem
lengkung
(mosquito Gambar 28. Menjepit kapsul dengan klem
atau Crile), lengkung
jepit ujung
kapsul.
(gambar 28)
Langkah 10
• Membebaskan
kapsul dari
jaringan ikat
43 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
yang
melingkupi
(gambar 29).

Gambar 29. Membebaskan jaringan ikat


Langkah 11
• Jepit ujung kapsul yang terbebas dari jaringan ikat menggunakan
klem pean atau pinset anatomis sambil mengendorkan jepitan
klem pertama pada batang kapsul (gambar 30, 32, 32).

Gambar 30. Menjepit kapsul bebas jaringan ikat dengan klem kedua

Gambar 31. Melepaskan klem (pertama) penjepit kapsul

44 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Gambar 32. Menarik kapsul keluar
Langkah 12
• Gunakan teknik yang sama (langkah 7 - 11) untuk mencabut
kapsul berikutnya.
Langkah 13
• Tunjukkan kapsul kepada klien bahwa kapsul telah terambil.
• Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kassa selama 1
menit untuk menghentikan perdarahan.
• Bersihkan dengan kasa antiseptik
Langkah 14
• Tutup luka insisi menggunakan band aid atau plester.
• Tutup dengan pembalut untuk hemostasis dan mengurangi
memar
Langkah 15
Periksa adanya perdarahan
Langkah 16
• Buang bahan habis pakai
• Bersihkan meja peralatan dengan klorin 0,5%.
• Dekontaminasi alat – alat

Langkah 17
• Lepas sarung tangan
• Cuci tangan
Langkah 18
• Amati perdarahan dari luka insisi lebih kurang 15 – 30 menit
• Evaluasi follow up bila ada keluhan.
• Perawatan luka :
o Pertahankan pembalut tekan selama 48 jam
o Pertahankan band aid sampai luka insisi sembuh (3-5 hari)

45 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
E. Checklist Penilaian Ketrampilan
KONSELING KELUARGA BERENCANA
Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :
NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
Mempersilahkan pasien duduk dan
1.
memperkenalkan diri
2. Menanyakan informasi pribadi
3. Menanyakan keluhan utama
4. Menanyakan riwayat penyakit sekarang
5. Menanyakan riwayat penyakit lalu
6. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
7. Riwayat sosial dan kebiasaan
8. Informed Choice
9. Memberikan kesimpulan
Memberikan konseling sesuai hasil Informed
10.
Choice

Nilai = skor X 100 % =


20
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

46 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
INSERSI AKDR

Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :
NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
Mempersilahkan pasien duduk dan
1.
memperkenalkan diri
2. Menanyakan informasi pribadi
3. Menanyakan keluhan utama
4. Informed consent
5. Persiapan pemasangan AKDR
6. Cuci tangan dan memakai handschoen
7. Pemeriksaan genitalia
8. Memasukkan lengan AKDR di dalam kemasan steril
9. Lakukan tindakan antiseptik
10. Memasang spekulum dan tenakulum
11. Masukkan sonde uterus
12. Pasang AKDR
13. Dekontaminasi alat dan buang bahan habis pakai
14. Memberikan kesimpulan dan rencana Follow up

Nilai = skor X 100 % =


28
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna

Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

47 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
EKSTRAKSI AKDR

Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :
NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
Mempersilahkan pasien duduk dan
1.
memperkenalkan diri
2. Menanyakan informasi pribadi
3. Menanyakan keluhan utama
4. Informed consent
5. Persiapan pengambilan AKDR
6. Cuci tangan dan memakai handschoen
7. Pemeriksaan genitalia
8. Lakukan tindakan antiseptik
9. Memasang spekulum
10. Ekstraksi AKDR
11. Dekontaminasi alat dan buang bahan habis pakai
12. Memberikan kesimpulan dan rencana Follow up

Nilai = skor X 100 % =


24
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna

Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

48 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
INSERSI IMPLAN

Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :
NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
Mempersilahkan pasien duduk dan
1.
memperkenalkan diri
2. Menanyakan informasi pribadi
3. Menanyakan keluhan utama
4. Informed consent
5. Persiapan insersi implan
6. Menentukan tempat pemasangan implan
7. Cuci tangan dan memakai handschoen
8. Lakukan tindakan antiseptik dan demarkasi
9. Anestesi lokal
10. Insisi kulit
11. Memasukkan trokar
12. Memasukkan kapsul
13. Memastikan posisi kapsul
14. Mengeluarkan trokar
15. Hemostasis dan menutup luka insisi
16. Evaluasi perdarahan
17. Buang bahan habis pakai dan dekontaminasi alat
18. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
19 Memberikan kesimpulan dan rencana Follow up
Nilai = skor X 100 % =
36
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
Instruktur

49 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
(................................................)
EKTRASI IMPLAN
Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :
NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
Mempersilahkan pasien duduk dan
1.
memperkenalkan diri
2. Menanyakan informasi pribadi
3. Menanyakan keluhan utama
4. Informed consent
5. Persiapan ekstraksi implan
6. Menentukan lokasi implan
7. Cuci tangan dan memakai handschoen
8. Lakukan tindakan antiseptik dan demarkasi
9. Anestesi lokal
10. Insisi kulit
11. Mencabut kapsul implan
12. Hemostasis dan menutup luka insisi
13. Evaluasi perdarahan
14. Buang bahan habis pakai dan dekontaminasi alat
15. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
16. Memberikan kesimpulan dan rencana Follow up
Nilai = skor X 100 % =
32
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna

Mengetahui,
Instruktur

(................................................)
50 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
F. Skenario Responsi
Seorang perempuan, P1001Ab0 berusia 24 tahun datang ke poliklinik
datang sendiri dengan tujuan ingin KB. Pasien baru saja melahirkan
anaknya yang pertama 2 bulan lalu, saat ini masih menyusui. Pasien ingin
pasang IUD namun masih ragu-ragu dengan pilihan KB lainnya. Dari
pemeriksaan vital sign, Tensi : 110/70, Nadi : 90x/menit, RR : 20x/menit,
tax: 36,7°C

TUGAS :
1. Lakukan anamnesa pada kasus tersebut.
2. Lakukan Informed consent dan KIE pada pasien ini.
3. Lakukan tatalaksana pemasangan IUD pada pasien ini.

Template Responsi

1. Nomor Station
2. Judul Station Konseling Keluarga Berencana
(SKDI: Keterampilan – 4A)
3. Alokasi Waktu 8 menit
4. Tingkat Tingkat Kemampuan SKDI: 4A
Kemampuan Mampu mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
Kasus yang awal, merujuk kasus bukan gawat darurat.
Diujikan
5. Kompetensi 1. Anamnesis
Diujikan 2. Pemeriksaan fisik/psikiatri
3. Interpretasi data/kemampuan prosedural
pemeriksaan penunjang
4. Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5. Tatalaksana nonfarmakoterapi
6. Tatalaksana farmakoterapi
7. Komunikasi dan edukasi pasien
8. Perilaku professional
6. Kategori Sistem 1. Sistem Saraf
Tubuh 2. Psikiatri
3. Sistem Indra
4. Sistem Respirasi
5. Sistem Kardiovaskular
6. Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, dan
Pankreas
7. Sistem Ginjal dan Saluran Kemih
8. Sistem Reproduksi
51 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
9. Sistem Endokrin, Metabolisme, dan Nutrisi
10. Sistem Hematologi dan Imunologi
11. Sistem Muskuloskeletal
12. Sistem Integumen
7. Instruksi SKENARIO KLINIK:
Peserta Ujian
Seorang perempuan, P1001Ab0 berusia 24 tahun
datang ke poliklinik datang sendiri dengan tujuan
ingin KB. Pasien baru saja melahirkan anaknya yang
pertama 2 bulan lalu, saat ini masih menyusui.
Pasien ingin pasang IUD namun masih ragu-ragu
dengan pilihan KB lainnya. Dari pemeriksaan vital
sign, Tensi : 110/70, Nadi : 90x/menit, RR :
20x/menit, tax: 36,7°C.

TUGAS :
1. Lakukan anamnesa pada kasus tersebut
2. Lakukan Informed consent dan KIE pada pasien
ini!
3. Lakukan tatalaksana pemasangan IUD pada
pasien ini !

8. Instruksi INSTRUKSI UMUM


Penguji 1. Pastikan identitas peserta ujian pada kartu ujian
sesuai dengan identitas pada komputer!
2. Tulislah 5 digit terakhir dari nomor peserta ujian
pada lembar nilai tulis!
3. Amatilah dan berilah skor (0/1/2/3) atas tugas
yang dikerjakan peserta ujian. Hindarilah
interupsi dan/atau tindakan selain daripada
yang diminta dalam instruksi penguji!
4. Berikan informasi/hasil yang dibutuhkan secara
lisan/tulisan hanya apabila peserta ujian telah
melakukan dan/atau mengusulkan jenis
pemeriksaan yang dimaksud (perhatikan
instruksi khusus)!
5. Taatilah peraturan serta etika penguji selama
menjalankan tugas sebagai penguji UK OSCE!

INSTRUKSI KHUSUS

(Tuliskan/lampirkan
hasil/prosedur/foto/ilustrasi pada aspek
52 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
penilaian yang bersesuaian)

1. Penguji menilai Informed consent yang


dilakukan oleh peserta ujian (sesui rubrik
penilaian)
2. Penguji menilai tatalaksana non farmakoterapi
(pemasangan IUD) yang diusulkan/dikerjakan
oleh peserta ujian.
3. Penguji menilai komunikasi dan edukasi yang
disampaikan peserta ujian kepada pasien.
4. Penguji menilai perilaku profesional yang
ditunjukkan oleh peserta ujian.

Instruksi Nama Ny. R


Pasien Standar Usia 24 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan Menikah
Pendidikan terakhir SMA
5. Riwayat Penyakit
Sekarang
• Keluhan Utama Ingin KB
• HPHT Belum haid sejak
melahirkan 2 bulan
lalu
• Riwayat persalinan 2 bulan lalu
• KB yang diinginkan IUD
• Tujuan KB Menunda kehamilan
Riwayat penyakit lalu -
• Riwayat KB lalu Belum pernah KB
sebelumnya
• Riwayat medis Hipertensi (-), DM (-),
stroke (-)
• Riwayat obat2an (-)
• Riwayat keputihan Hanya menjelang dan
setelah mens
• Riwayat keganasan -
Riwayat penyakit (-)
keluarga
Riwayat sosial
Pertanyaan wajib oleh PS Apakah aman
menggunakan IUD?
53 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Apakah boleh untuk
menyusui?
Peran yang wajib (-)
ditunjukkan
Foto untuk mol
6. Tata Letak Model 1/2/3
Station
7. Kebutuhan Tidak ada/Ada, tugas: merapikan alat alat
Laboran pemasangan KB yang telah digunakan
8. Kebutuhan Tidak ada/Ada, tugas: manekin uterus
Manekin
9. Kebutuhan Set
Alat Jenis set yang dipakai:
5
Meja
buah
5
Kursi
buah
Sarung tangan 5 box
5
Doek steril
buah
IUD T 380 A 5 set
Spekulum 5 set
Tenakulum 5 set
Sonde uterus 5 set
Korentang / cunam ovum 5 set
Gunting 5 set
Mangkuk untuk larutan 5 set
antisepstik
Cairan antiseptik (Povidone 5 set
iodine)
Kassa 5 set
Lampu 5 set
Manekin uterus 5 set
Handwash 5 set
10. Penulis dr Nurfianti Indriana,SpOG
Pendidikan Dokter FKIK UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang
11. Referensi 1. WHO. Manual for Male Circumcision Under Local
Anesthesia. 2009
2. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Jakarta:
CV.Sagung Seto, 2008

54 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
G. Daftar Pustaka
1. Biran,A. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Anwar,M. (2017). Ilmu Kandungan. Jakarta : : Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

55 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
TOPIK 3
MANAJEMEN LAKTASI DAN PEMERIKSAAN
PAYUDARA

A. Rancangan Acara Pembelajaran


TOPIK Manajemen Laktasi dan Pemeriksaan
Payudara
JML MHS/KLP 10 Mahasiswa/Kelompok
METODE Metode pembelajaran dengan menggunakan
manekin
WAKTU/KLP 200 menit (terbimbing)
200 menit (responsi)
ALAT dan Meja 2 buah
BAHAN Kursi 2 buah
Manekin
1 buah
Payudara
Boneka 1 manekin
INSTRUKTUR Dokter

B. Pendahuluan
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi sampai
sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan
mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk,
air teh, madu , air putih. Pada pemberian ASI ekslusif bayi juga
tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, bubur nasi,
bubur nasi, biskuit, tim dan sebagainya. Pemberian ASI secara
benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai enam bulan,
tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan , bayi
memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat
dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun.
Menyusui memang alamiah, Namun, sekedar memahami
menyusui sebagai kodrat saja belumlah cukup. Diperlukan
pemahaman yang mendalam tentang ASI, baik dalam hal
manfaat maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis
pemberian ASI.
Pemeriksaan payuadara sendiri (SADARI) adalah
pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap kondisi
payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-
56 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker
payudara.
Topik “Manajemen Laktasi dan Pemeriksaan Payudara”
berkaitan dengan topik Clinical Skill Lab sebelumnya yaitu
tehnik sambung rasa dan anamnesis.

C. Kerangka Teori
1. Manajemen Laktasi
A. Anatomi Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawa kulit, di
atas otot dada dan fungsinya memproduksi susu untuk
nutrisi bayi. Manusia mempunya sepasang kelenjar
payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri
umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil
payudara membesar, mencapai 600gram dan pada waktu
menyusui bisa mencapai 800gram.
Ada 3 bagian utama payudara, yaitu :
1. Korpus (badan)
2. Areola
3. Papilla atau puting

Gambar 1. Payudara

Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk


normal/ umum, pendek/ datar, panjang dan terbenam
(inverted). Bentuk puting tidak terlalu berpengaruh pada
proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu
dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan
atau “dot” kedalam mulut bayi.
57 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Gambar 2. Bentuk-bentuk puting susu

Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang


sangat penting untuk refleks menyusui. Bila puting dihisap,
terjadilah rangsangan saraf yang diteruskan kekelenjar
hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan
pengeluaran ASI.

B. Langkah-Langkah Teknik Laktasi Dengan Benar


Cara meletakkan bayi pada pada payudara ketika menyusui
berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Bayi, walaupun
sudah dapat mengisap tetapi dapat mengakibatkan puting
terasa nyeri. Selain itu mungkin ada masalah lain , terutama
pada minggu pertama setelah persalinan . Saat ini ibu secara
emosional lebih peka (sensitif) Sebenarnya kepekaan tersebut
sangat memmbantu dalam proses pembentukan ikatan batin
antara ibu dan anak. Maka Ibu memerlukan pendamping yang
dapat membimbingnya untuk bisa merawat bayi , termasuk
menyusui.

Langkah-langkah menyusui yang benar :


1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Hal ini
bermanfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembapan
puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara
• Ibu duduk menggunakan kursi yang rendah agar kaki
ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar
pada sandaran kursi.
• Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi pada
lengkung siku dan bokong bayi pada lengan.

58 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
• Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu,
dan yang satu di depan
• Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara
• Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
• Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang
lain menopang dibawah.

a. Meletakaan bayi
b. Memegang payudara
Gambar 3. Cara meletakkan bayi
dan memegang payudara

4. Memberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting


reflex) dengan cara menyentuh pipi atau menyentuh sisi
mulut bayi dengan puting susu.

Gambar 4. Merangsang bayi membuka mulut


5. Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke
mulut bayi :
• Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke
dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada
dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah areola
• Setelah bayi mulai mengisap, peyudara tidak perlu
59 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
dipegang atau disangga lagi.

Sebaiknya bayi disusui secara ni-jadwal (on demand),


karena bayi menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam . Pada awalnya bayi akan menyusu
dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai
pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang
baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui
nir-jadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah
timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja diluar
rumah dianjurkan akan lebih sering menyusui pada
malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan
memacu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua
payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus
dengan kedua payudara. Ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI
menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan
payudara yang terakhir disusukan.

C. Menjelaskan Dan Memperagakan Posisi Perlekatan Bayi Dan


Ibu Yang Benar
⚫ Ada berbagai macam posisi menyusui, yaitu duduk, berdiri,
atau berbaring.
⚫ Posisi khusus menyusui :
◼ pasca operasi sesar, bayi diletakkan di samping kepala
ibu dengan kaki diatas.
◼ Menyusui bayi kembar seperti memegang bola. Kedua
bayi disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan.
◼ Pada ASI yang memancar (penuh), bayi tengkurap di
atas dada ibu.

60 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Gambar 5. Berbagai macam posisi menyusui

Benar Salah

Gambar 6. Perlekatan yang benar dan salah

Teknik menyusui yang benar adalah sebagai berikut :


a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah
lebih banyak yang masuk
f. Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i. Kepala agak menengadah

Gambar 7. Teknik menyusi yang benar


j. Melepas isapan bayi
• Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui
sudut mulut atau
• Dagu bayi ditekan kebawah
61 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
k. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan
l. Setelah selsai menyusui , ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada puting susu dan areola
sekirtarnya.
m. Menyedawakan bayi bertujuan mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui.
Cara menyendawakan bayi :
• Bayi digendok tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,
• Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan

Gambar 8. Menyendawakan bayi

D. Mengetahui Manfaat Menyusui Bagi Bayi dan Bagi Ibu


Manfaat ASI untuk bayi
1. Nutrient (zat gizi ) yang sesuai untuk bayi
1.1.Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50%
kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI
antara 3.5-4.5%. Lemak dalam ASI mudah diserap oleh bayi
karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi
asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat
dalam ASI.
62 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut
foremilk dimana kadar lemak ASI lebih rendah (1-2g/dl)
dan lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan pada
akhir menyusu, setelah 15-20 menit).

1.2.Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa (7g%).
Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa
dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam
mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa
mempunyai manfaat mempertinggi absorbsi kallsium dan
merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus

1.3.Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein
ASI sebesar 0.9% , 60% diantaranya whey, yang lebih
mudah dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi).
Dalam ASI terdapat sistin atau taurin yang tidak terdapat
dalam susu sapi. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan
somatik, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak.

1.4.Garam dan Mineral


Ginjal neonates belum dapat mengkonsentrasikan air
kemih dengan baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar
garam dan mineral yang rendah. ASI mengandung garam
dan mineral lebih rendah dibandingkan susu sapi. Kadar
kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding ASI, tetapi
kadar fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga menganggu
penyerapan kalsium dan juga magnesium.
ASI dan susu sapi mengandung zat besi yang tidak terlalu
tinggi, tetapi zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan
lebih banyak (>50%). Seng diperlukan untuk tumbuh
kembang, sistem imunitas dan mencegah penyakit-
penyakit tertentu seperti acrodermatitis enteropatika.

1.5.Vitamin
ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K
yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan
darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan
mudah diserap. Vitamin E, terutama di kolostrum. Dalam
ASI juga terdapat vitamin D.

2. Mengandung zat protektif


63 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
2.1. Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi
asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan
saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang
sering menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur.

2.2. Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100mg/100ml tertinggi
diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi,
maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan
kuman tertentu, yaitu laktoferin bermanfaat untuk
menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu Stafilokokus
dan E. Coli yang juga memerlukan zat besi untuk
pertumbuhannya. Laktoferin juga dapat menghambat
pertumbuhan jamur kandida.

2.3. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakteriosidal) dan antiinflamatori, bekerja bersama peroksida
dan askorbat untuk menyerang E-coli dan sebagian keluaraga
salmonela. Lisozim meningkat pada 6 bulan pertama setelah
kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan setelah 6 bulan bayi
mendapatkan makanan padat dan lisosim merupakan faktor
protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan
penyakit diare pada periode ini.

2.4. Komplemen C3 dan C4


Kedua komponen ini walaupun kadarnya dalam ASI rendah,
mempunyai daya opsonik, anafilaktosik dan kemotaktik, yang
bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat
dalam ASI.

2.5. Faktor antistreptokokus


Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi
bayi terhadap infeksi kuman tersebut.

2.6. Antibodi
ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin yaitu,
secretory IgA (SigA), IgE, IgM dan IgG. Dari semua
imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SigA. Antibodi
dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan dan
64 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri
patogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus.
Dalam ASI juga terdapat antigen terhadap helicobakter jejuni
penyebab diare. Kadarnya dalam kolostrum tinggi dan
menurun pada usia 1 bulan dan kemudian menatap selama
menyusui.

2.7. Imunitas Seluler


ASI mengandung sel-sel. Sebagian besar 90% imunitas seluler
merupakan makrofag, sedangkan 10% terdiri dari limfosit B
dan T.

2.8. Tidak menimbulkan alergi


Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian
ASI tidak menimbulkan efek alergi.

3. Efek psikologis
Saat menyusui ada kontak kulit antara ibu dan bayi yang dapat
mempengaruhi perkembangan bayi. Interaksi antara ibu dan
bayi akan menimbulkan rasa aman sehingga menimbulkan
dasar kepercayaan pada bayi (basic sence of trust).

4. Pertumbuhan yang baik


Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pertumbuhan berat
badan yang lebih baik serta mengurangi terjadinya obesitas.

5. Mengurangi karies dentis


Insiden karies dentis yang tinggi pada bayi yang mendapat
susu formula disebabkan kebiasaan kontak lebih lama dengan
botol dan dot, sehingga menyebabkan asam yang terbentuk
dapat akan merusak gigi.

6. Mengurangi maloklusi
Maloklusi rahang dapat disebabkan oleh kebiasaan lidah yang
mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.

Manfaat ASI untuk Ibu


1. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca
persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
65 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih
rendah dibanding yang tidak menyusui.

2. Aspek Keluarga Berencana


Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan
kehamilan. Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu yang
menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11
bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja
menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda
kembalinya kesuburan.

3. Aspek Psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi ,
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,
rasa sayang yang dibutuhkan oleh sesama manusia.

2. PEMERIKSAAN PAYUDARA

a. Mengetahui indikasi pemeriksaan payudara


Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan untuk
menemukan abnormalitas payudara pada seseorang yang tidak
mempunyai keluhan. Tujuan dari skrining adalah untuk
menurunkan angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka
kematian. Melakukan skrining payudara merupakan pencegahan
sekunder.
Karsinoma payudara dapat dicegah dengan memahami
faktor risiko dan menghindarinya. Seseorang yang mempunyai
riwayat keluarga menderita kanker payudara atau ovarium,
sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
secara rutin.

b. Melakukan anamnesa kelainan payudara


Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi
riwayat reproduksi dan ginekologi, mencakup menarche, jumlah
kehamilan , jumlah anak yang lahir hidup, usia melahirkan anak
pertama, riwayat laktasi dan riwayat keluarga yang menderita
kanker payudara, ovarium, tiroid tipe meduler termasuk hubungan
kekerabatannya, usia, kanker payudara pada laki-laki, serta riwayat
biopsy payudara.
Untuk wanita pramenopause ditanyakan tanggal
menstruasi terakhir, keteraturan siklus menstruasi dan
penggunaan kontrasepsi hormonal. Untuk wanita pasca menopause
66 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
ditanyakan kapan menopausenya dan adanya penggunaaan terapi
sulih hormone.
Pada anamnesis pasien kanker payudara meliputi ukuran
dan letak benjolan payudara; kecapatan benjolannya tumbuh,
nyeri; reaksi putting susu, nipple discharge atau krusta; dimpling,
peau d’ órange, ulserasi, atau venektasi; apakah ada benjolan pada
ketiak atau edema pada lengan atas.
Keluhan tambahan yang terkait dengan metastasis
misalnya nyeri pada tulang (untuk mencari kemungkinan
metastasis pada vertebrae, femur); rasa sesak nafas.

c. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan SADARI (payudara


sendiri) dengan benar untuk deteksi dini kanker payudara

Cara melakukan SADARI yang benar dapat dilakukan dalam 5


langkah yaitu:
1. Amati payudara didepan cermin dengan posisi lengan terjuntai
kebawah dan tangan berkacak pinggang. Amati bentuk, ukuran
dan warna kulit payudara, dimpling, pembengkakan kulit,
posisi dan bentuk dari puting susu, kulit kemerahan, keriput
atau borok dan bengkak.
2. Didepan cermin, angkat kedua lengan dan melihat kelainan
seperti pada langkah 1.
3. Didepan cermin, amati adanya pengeluaran cairan dari puting
susu.
4. Posisi berbaring, raba payudara kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya. Raba seluruh payudara dengan cara melingkar dari
luar kedalam atau dapat juga vertikal dari atas kebawah.
5. Raba payudara dalam keadaan basah dan licin. Dalam posisi
berdiri dan lakukan seperti langkah-4.

D. Prosedur Ketrampilan

1. MANAJEMEN LAKTASI

1. Sebelum menyusi , ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada


puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai disinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara
o Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung

67 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
o Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
o Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di
depan
o Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi)
o Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
o Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang dibawah. Jangan menekan puting susu atau aerolanya
saja.

4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex)


dengan cara :
• Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
• Menyentuh sisi mulut bayi

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan


ke payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke mulut
bayi :
• Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi
akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah areola
• Setelah bayi mulai mengisap, peyudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi.

2. PEMERIKSAAN SADARI

1. Dimulai dengan memandang kedua payudara didepan cermin dengan


posisi lengan terjuntai kebawah dan selanjutnya tangan berkacak
pinggang. Lihat dan bandingan kedua payudara dalam bentuk, ukuran
dan warna kulitnya. Perhatikan kemungkinan kemungkinan dibawah
ini :
- Dimpling, pembengkakan kulit.
- Posisi dan bentuk dari puting susu (apakah masuk kedalam atau
bengkak)
2. Tetap didepan cermin kemudian mengangkat kedua lengan dan
melihat kelainan seperti pada langkah 1.
68 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
3. Pada waktu masih ada didepan cermin, lihat dan perhatikan tanda
tanda adanya pengeluaran cairan dari puting susu.
4. Berikutnya dengan posisi berbaring, rabalah kedua payudara,
payudara kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, gunakan bagian
dalam (volar/telapak) dari jari ke 2-4. Raba seluruh payudara dengan
cara melingkar dari luar kedalam atau dapat juga vertikal dari atas
kebawah.
5. Langkah berikutnya adalah meraba payudara dalam keadaan basah
dan licin karena sabun dikamar mandi; rabalah dalam posisi berdiri
dan lakukan seperti langkah-4.

E. Checklist Penilaian Ketrampilan

MANAJEMEN LAKTASI
Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :

NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
Mengeluarkan ASI sedikit kemudian dioleskan pada
1
puting susu dan areola sekitarnya.
Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara
dengan posisi Ibu duduk atau berbaring santai. Bayi
dipegang dengan satu lengan. Satu tangan bayi
diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di
2
depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara. Telinga dan lengan bayi
terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi
dengan kasih sayang
Memegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari
3
yang lain menopang dibawah.
4 Memberi rangsangan bayi rooting reflex
Kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan
5
puting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi.

Nilai = skor X 100 % =


10
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna
69 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

PEMERIKSAAN PAYUDARA

Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :

NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan pada pasien
Pasien harus membuka seluruh pakaiannya hingga
2 ke pinggang dan duduk ditepi kursi dengan kedua
lengan disamping
Inspeksi umum
Beridiri di depan pasien dan amati keduanya
payudara, perhatikan :
• Ukuran
• Simetri
• Kontur
• Warna
• Jaringan parut
3
• Pola vena di kulit
• Adanya cekungan atau perlekatan dikulit
• Ulkus
• Tektur kulit, misalnya apakah terlihat
nodularitas ?
Temuan gambaran “kulit jeruk “ (peau d’orange)
akibat edema local.Dijumpai pada karsinoma
payudara dan setelah radioterapi payudara.
Putting payudara
Perhatikan apakah putting payudara :
4 • Simetris
• Mengalami eversi, datar atau inversi
• Berskuama (mungkin menunjukkan eksim
70 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
atau penyakit Paget di payudara)
• Mengeluarkan cairan
❖ Duh daru satu duktus dapat
menandakan suatu papilloma atau
kanker

❖ Duh dari banyak duktus di putting


payudara menandakan ektasia duktus

❖ Jika terdapat kelainan maka pastikan


keluhan tersebut baru atau sudah
lama terjadi

Perhatikan ada tidaknya putting payudara tambahan


, yang dapat ditemukan dimana saja sepanjang garis
mamaria
Aksila
Minta pasien untuk meletakkan kedua tangan
mereka dikepala dan ulangi proses inspeksi. Beri
5
perhatian khusus pada setiap asimetri atau cekungan
kulit yang terlihat. Periksa aksila untuk massa atau
perubahan
Perasat
Cekungan atau fiksasi dapat diperjelas dengan
meminta pasien melakukan perasat berikut
6 • Miringkan badan kedepan selagi duduk
• Letakkan kedua tangan dipinggang
Tekan tangan ke pinggang (“perasat kontraksi
pektoralis”)
Palpasi Payudara
Palpasi payudara harus dilakukan dengan pasien
berbaring terlentang. Pada awalnya, pasien
meletakkan kedua tangannya disisi. Pemeriksaan
kuadaran luar atas paling baik dilakukan dengan
tangan disisi yang akan diperiksa diletakkan
dibelakang kepala
7
Palpasi
• Tanyakan kepada pasien apakah ada nyeri
spontan atau nyeri tekan, dan periksa
daerah tersebut terakhir .
• Minta pasien untuk memberi tahu jika
timbul nyeri selama pemeriksaan
• Mulai pemeriksaan disisi asimtomatik
71 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
sehingga pertama kali dapat menentukan
tekstur payudara normal
• Minta pasien untuk menunjukkan bagian
yang nyeri tekan dan periksa bagian ini
paling akhir
Payudara
Palpasi harus dilakukan mempertahankan tangan
tetap datar secara lembut melakukan gerakan
memutar jaringan payudara sembari menekannya ke
dinding dada. Sebagian besar jaringan payudara akan
terasa berbenjol jika dipencet / dijepit
Terdapat dua metode yang sering digunakan :
• Mulai dari bawa areola dan lanjutkan kea
rah luar dalam pola melingkar untuk
memastikan bahwa semua kuadran
diperiksa
Periksa payudara dalam dua bagian dengan
memeriksa secara sistematis dari atas ke bawah
Benjolan
- Jika anda meraba suatu benjolan maka
perhatikan
• Posisi
• Warna
• Bentuk
• Ukuran
• Permukaan
8 • Sifat kulit sekitar
• Nyeri tekan
• Konsistensi
• Suhu
• Mobilitas
- Pastikan hubungannya dengan kulit diatasnya
dan otot dibawahnya
Apakah anda meraba suatu benjolan atau daerah
berbenjol

Nilai = skor X 100 % =


16
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna

72 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

PEMERIKSAAN SADARI
Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :

NILAI
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1 Di depan cermin, posisi lengan terjuntai kebawah
selanjutnya tangan berkacak pinggang. Amati
bentuk, ukuran dan warna kulit payudara. Amati
adanya dimpling, pembengkakan kulit, posisi dan
bentuk dari puting susu.
2 Di depan cermin, angkat kedua lengan dan melihat
kelainan seperti pada langkah 1.
3 Di depan cermin, lihat dan perhatikan tanda tanda
adanya pengeluaran cairan dari puting susu.
4 Posisi berbaring, raba payudara kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya. Raba dengan cara melingkar
dari luar kedalam atau vertikal dari atas kebawah.
5 Meraba payudara dalam keadaan basah dan licin.
Raba dalam posisi berdiri dan lakukan seperti
langkah-4.
Nilai = skor X 100 % =
10
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna

73 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

F. Skenario Responsi
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan nyeri payudara sebelah kanan. Pasien juga mengeluh puting
lecet terasa perih. Pasien riwayat menyusui bayinya sejak 3 bulan ini.
Dari pemeriksaan vital sign, Tensi : 110/70, Nadi : 92x/menit, RR :
18x/menit, t: 36,7°C.

TUGAS :
1. Lakukan anamnesa pada kasus tersebut.
2. Lakukan Informed consent dan KIE pada pasien ini.
3. Lakukan tatalaksana sirkumsisi pada pasien ini.

Template Responsi
1. Nomor Station
2. 2Judul Station Konseling Laktasi (SKDI: Keterampilan – 4A)
3. Alokasi Waktu 8 menit
4. Tingkat Tingkat Kemampuan SKDI: 4A
Kemampuan Mampu mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
Kasus yang awal, merujuk kasus bukan gawat darurat.
Diujikan
5. Kompetensi 1. Anamnesis
Diujikan 2. Pemeriksaan fisik/psikiatri
3. Interpretasi data/kemampuan prosedural
pemeriksaan penunjang
4. Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5. Tatalaksana nonfarmakoterapi
6. Tatalaksana farmakoterapi
7. Komunikasi dan edukasi pasien
8. Perilaku professional
6. Kategori 1. Sistem Saraf
Sistem Tubuh 2. Psikiatri
3. Sistem Indra
74 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
4. Sistem Respirasi
5. Sistem Kardiovaskular
6. Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, dan
Pankreas
7. Sistem Ginjal dan Saluran Kemih
8. Sistem Reproduksi
9. Sistem Endokrin, Metabolisme, dan Nutrisi
10. Sistem Hematologi dan Imunologi
11. Sistem Muskuloskeletal
12. Sistem Integumen
7. Instruksi SKENARIO KLINIK:
Peserta Ujian
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan nyeri payudara sebelah
kanan. Pasien juga mengeluh puting lecet terasa
perih. Pasien riwayat menyusui bayinya sejak 3
bulan ini. Dari pemeriksaan vital sign, Tensi :
110/70, Nadi : 92x/menit, RR : 18x/menit, t: 36,7°C.

TUGAS :
1. Lakukan anamnesis pada pasien ini!
2. Lakukan konseling menyusi yang benar pada
pasien ini !

8. Instruksi INSTRUKSI UMUM


Penguji 1. Pastikan identitas peserta ujian pada kartu ujian
sesuai dengan identitas pada komputer!
2. Tulislah 5 digit terakhir dari nomor peserta ujian
pada lembar nilai tulis!
3. Amatilah dan berilah skor (0/1/2/3) atas tugas
yang dikerjakan peserta ujian. Hindarilah
interupsi dan/atau tindakan selain daripada
yang diminta dalam instruksi penguji!
4. Berikan informasi/hasil yang dibutuhkan secara
lisan/tulisan hanya apabila peserta ujian telah
melakukan dan/atau mengusulkan jenis
pemeriksaan yang dimaksud (perhatikan
instruksi khusus)!
5. Taatilah peraturan serta etika penguji selama
menjalankan tugas sebagai penguji UK OSCE!

INSTRUKSI KHUSUS

75 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
(Tuliskan/lampirkan
hasil/prosedur/foto/ilustrasi pada aspek
penilaian yang bersesuaian)

1. Penguji menilai anamnesis yang dilakukan oleh


peserta ujian (sesui rubrik penilaian)
2. Penguji menilai komunikasi dan edukasi teknik
menyusui yang benar yang disampaikan peserta
ujian kepada pasien (sesuai rubrik penilaian).
3. Penguji menilai perilaku profesional yang
ditunjukkan oleh peserta ujian.

Instruksi Nama Ny. Y


Pasien Standar Usia 20 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan Menikah
Pendidikan terakhir S1
4. Riwayat Penyakit
Sekarang
• Keluhan Utama Nyeri payudara
kanan
• Sejak kapan/onset Sejak 2 hari ini
• Lokasi Payudara kanan
• Durasi/frekuensi -
• Karakteristik Semakin memberat
• Progresi Terus –menerus
• Skala nyeri (bila perlu) 4
• Yang memperparah -
• Yang mengurangi Minum obat
• Usaha yang dilakukan Kompres dingin
• Obat dipakai saat ini Parasetamol
Riwayat penyakit dahulu
• penyakit relevan (-)
• tindakan bedah/terapi (-)
lain
Riwayat penyakit (-)
keluarga
Riwayat pribadi (relevan)
Pertanyaan wajib oleh PS Apakah saya boleh
menyusui
Peran yang wajib (-)
76 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
ditunjukkan
Foto untuk mol
5. Tata Letak Model 1/2/3
Station
6. Kebutuhan Tidak ada/Ada, tugas: (-)
Laboran
7. Kebutuhan Tidak ada/Ada, tugas: (-)
Manekin
8. Kebutuhan Set
Alat Jenis set yang dipakai:
Meja 2 buah
Kursi 2 buah
9. Penulis dr Rizkiyana
Pendidikan Dokter FKIK UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang
10. Referensi 3. WHO. Manual for Male Circumcision Under Local
Anesthesia. 2009
4. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Jakarta:
CV.Sagung Seto, 2008

G. Daftar Pustaka
1. Perinasia . 2013. Manajemen Laktasi Cetakan ke -7 . Jakarta
2. Sjamsuhidajat, R. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat – de
Jong : Sistem Organ dan tindakan bedahnya (1). Jakarta : EGC
3. Thomas, j. 2012. Pemeriksaan Fisiki & Ketrampilan Praktis : Buku
Saku Oxford. Jakarta : EGC

77 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
TOPIK 4
KONSELING PRAKONSEPSI

A. Rancangan Acara Pembelajaran


TOPIK Konseling Prakonsepsi
JML MHS/KLP 10 Mahasiswa/Kelompok
METODE Metode pembelajaran dengan konseling
WAKTU/KLP 200 menit (terbimbing)
200 menit (responsi)
ALAT dan BAHAN 1. Meja dan kursi dokter 1 set
2. Fom Informed concent
3. Form pemeriksaan laboratorium
INSTRUKTUR Dokter

B. Pendahuluan
Konseling prakonsepsi adalah konseling yang dilakukan pada
pasangan suami istri sebelum terjadi kehamilan. Konseling pra konsepsi
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor resiko, penjelasan tentang
faktor resiko tersebut serta upaya untuk optimalisasi perkembangan
janin selama kehamilan.

Topik Konseling Prakonsepsi ini berkaitan dengan topik Clinical


Skill Lab sebelumnya yaitu :
- Dasar-dasar anamnesis
- Tehnik aseptik
- Tehnik pemeriksaan fisik
- Tehnik pemeriksaan urogenital
- Tehnik pemeriksaan obstretrik
- Kontrasepsi

78 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
C. Kerangka Teori
Konseling prakonsepsi adalah layanan pencegahan untuk
mengidentifikasi faktor resiko, penjelasan tentang faktor resiko
tersebut serta upaya untuk optimalisasi perkembangan janin selama
kehamilan.

ANAMNESIS LENGKAP
Anamnesis yang lengkap dan akurat berikut ini dibutuhkan untuk
konseling prakonsepsi :
1. Menanyakan identitas klien dan pasangan
2. Riwayat menstruasi
3. Riwayat perkawinan
4. Riwayat kehamilan sebelumnya
5. Riwayat persalinan sebelumnya
6. Riwayat nifas sebelumnya
7. Riwayat anak yang lahir
8. Riwayat penyakit keluarga
9. Riwayat kontrasepsi

1. Identifikasi Faktor Risiko


Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi, skrining dan
intervensi dilakukan untuk mengurangi resiko kesehatan ibu dan
janin. Yang termasuk dalam skrining tersebut adalah:
a. Risiko kehamilan yang tidak diinginkan
b. Risiko terhadap Infeksi menular seksual
Skrining IMS meliputi infeksi Chlamidia, Gonore, HIV,
Hepatitis C, Herpes Simpleks virus, serta Sifilis.
c. Imunisasi
Dibutuhkan informasi mengenai status imunisasi. Pencegahan
infeksi selama kehamilan dapat dilakukan pemberian
imunisasi meliputi meliputi Hepatitis B, Influenza,
Measles, Mumps, Rubella, Tetanus, Difteri, Pertusis, serta
Varicella.
d. Status Gizi
Dibutuhkan informasi tentang Body Mass Index (BMI) wanita.
Bila BMI ≥ 25 diperlukan konsultasi diet dan dilakukan
skrining sindroma metabolik.
e. Depresi
Dibutuhkan informasi untuk riwayat depresi dan pengobatan
sebelumnya.
f. Pajanan Lingkungan
Beberapa bahan dapat meningkatkan risiko kehamilan.

79 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
Pajanan ini mencakup rokok, alkohol, organisme penginfeksi,
logam berat atau bahan kimia pelarut organik, pestisida serta
Metil merkuri.

2. Skrining Penyakit Kronik


Kondisi penyakit kronik yang dapat mempengaruhi kehamilan
antara lain :
a. Hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil. Evaluasi dilakukan
untuk mencari kausa hipertensi serta tatalaksana pencegahan
morbiditas.
b. Epilepsi
Kehamilan dengan epilepsi memiliki resiko terjadi anomali pada
janin yang disebabkan pemakaian regimen antikejang yang
teratogenik. Wanita yang dipertimbangkan hamil bila
mendapat terapi tunggal dan bebas kejang selama 2 tahun.
c. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal banyak berkaitan dengan kondisi preeklamsia
selama kehamilan. Tatalaksana dapat dilakukan konservatif
hingga transplantasi ginjal. Sehingga kehamilan dibutuhkan
persiapan yang matang.
d. Diabetes Mellitus
The American Diabetes Association and Gynecologist (2005)
merekomendasikan kadar HbA1c sebagai pertimbangan
kehamilan. Kadar yang tinggi berpotensi terjadinya anomali
mayor pada janin.
e. Penyakit Jantung Kongenital
Wanita dengan hipertensi pulmonal, koarktasio aorta dan
sindrom Marfan memiliki risiko morbiditas yang tinggi,
sehingga tidak dianjurkan untuk hamil.
f. Tromboembolisme
Wanita dengan riwayat tromboemboli, usia lebih 35 tahun serta
merokok berisiko tinggi mengalami emboli selama kehamilan.
g. Trombofilia
Wanita dengan riwayat tromboembolisme dan trombofilia
herediter berisiko tinggi terjadi kekambuhan selama kehamilan.
Defek koagulasi meliputi antikoagulan lupus, antibodi
kardiolipin, defisiensi protein C / S, defisiensi antitrombin III,
dll.
h. Penyakit Psikiatrik
Munculnya penyakit psikiatrik selama kehamilan dapat
disebabkan oleh berhentinya terapi pengobatan.
80 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
i. Penyakit Genetik
Penyakit genetik kongenital yang dibutuhkan konseling
prakonsepsi adalah fenilketonuria, talasemia, dan penyakit
Tay-Sachs.

D. Prosedur Ketrampilan
1. Sapa klien dan perkenalkan diri
2. Menanyakan Identitas klien dan pasangan
3. Informed consent
4. Cuci tangan
5. Melakukan anamnesa :
• Keluhan utama
• Riwayat mestruasi (teratur/tidak, lama, jumlah, nyeri)
• Riwayat perkawinan (kawin/tidak, pernikahan ke
berapa, usia saat pernikahan)
• Riwayat persalinan sebelumnya (alami/IVF, lahir
spontan/SC, aterm/prematur, perdarahan/penyulit,
abortus, penolong persalinan)
• Riwayat anak (jenis kelamin, hidup, berat badan lahir)
• Riwayat kontrasepsi (metode, berapa lama, efek
samping)
• Riwayat nifas sebelumnya (demam, perdarahan, laktasi)
• Riwayat pajanan dengan bahan tertentu (alkohol, rokok,
bahan kimia tertentu)
• Riwayat pekerjaan dan hobi
6. Skrining pemeriksaan infeksi menular seksual
7. Skrining imunisasi
8. Skrining paparan bahan tertentu
9. Skrining Status gizi
10. Faktor psikologis
11. Kondisi medis kronis
12. Kesimpulan dan penutup

81 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
E. Checklist Penilaian Ketrampilan
KONSELING PRAKONSEPSI
Tanggal :
Nama Mahasiswa :
Nama Instruktur :

KETERAMPILAN KONSELING PRAKONSEPSI


NO. LANGKAH / KEGIATAN NILAI
Menjalin Sambung Rasa 0 1 2
1. Sapa klien dan perkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien dan pasangan
3. Informed consent :
- tujuan pemeriksaan konseling
- apa yang akan dibicarakan selama konseling
- pemeriksaan apa saja yang mungkin dilakukan
- dibutuhkan kerja sama yang baik dan
pentingnya kejujuran
- yakinkan bahwa kerahasiaan terjaga
4. Cuci tangan
MELAKUKAN ANAMNESA 1 2 3
5. • Keluhan utama
• Riwayat mestruasi
• Riwayat perkawinan
• Riwayat nifas
• Riwayat anak
• Riwayat persalinan
• Riwayat kontrasepsi
• Riwayat pajanan dengan bahan tertentu
• Riwayat pekerjaan dan hobi
SKRINING 1 2 3
6. Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual
• Chlamydia
• Gonorhea
• Herpes Simpleks Virus
• HIV
• Hepatitis C
• Sifilis
7. Skrining imunisasi
• Hepatitis B
• Mumps, Measles, Rubella
• Varicella
82 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
• Tetanus
• Pertusis
• Difteri
8. Paparan bahan tertentu
• Rokok
• Alkohol
• Narkotika dan obat terlarang
• Pengobatan kronis (OAT, MDT MH,
immunosupresant, anti konvulsan, dsb)
• Logam berat (merkuri, timbal dsb)
9. Status Gizi
• Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
10. Faktor psikologis
• Motivasi
• Kesiapan mental
• Tanda-tanda depresi
11. Kondisi Medis Kronis
• Hipertensi
• Penyakit ginjal
• Diabetes melitus
• Epilepsi
• Penyakit jantung kongenital
• Tromboembolisme
• Trombofilia
• Penyakit autoimun
• Gangguan psikiatri
• Penyakit genetik
KESIMPULAN DAN PENUTUP 1 2 3
12. Membuat kesimpulan
13. Menyampaikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan
14. Cuci tangan
Nilai = skor X 100 % =
96
Keterangan :
o 0 = tidak dilakukan
o 1 = dilakukan , tapi belum sempurna
o 2 = dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
Instruktur

(................................................)

83 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
F. Skenario Responsi
Pasangan suami istri datang ke poliklinik dengan keluhan ingin
memeriksakan diri sebelum memiliki anak.

TUGAS :
1. Lakukan Informed consent dan KIE pada pasangan ini!
Template Responsi
4.Nomor
Station
2Judul Station Konseling Prakonsepsi (SKDI: Keterampilan – 4A)
2
Alokasi 8 menit
Waktu
Tingkat Tingkat Kemampuan SKDI: 4A
Kemampuan Mampu mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
Kasus awal, merujuk kasus bukan gawat darurat.
Kompetensi 1. Anamnesis
Diujikan 2. Pemeriksaan fisik/psikiatri
3. Interpretasi data/kemampuan prosedural
pemeriksaan penunjang
4. Penegakan diagnosis dan diagnosis banding
5. Tatalaksana nonfarmakoterapi
6. Tatalaksana farmakoterapi
7. Komunikasi dan edukasi pasien
8. Perilaku professional
Kategori 1. Sistem Saraf
Sistem Tubuh 2. Psikiatri
3. Sistem Indra
4. Sistem Respirasi
5. Sistem Kardiovaskular
6. Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, dan
Pankreas
7. Sistem Ginjal dan Saluran Kemih
8. Sistem Reproduksi
9. Sistem Endokrin, Metabolisme, dan Nutrisi
10. Sistem Hematologi dan Imunologi
11. Sistem Muskuloskeletal
12. Sistem Integumen
Instruksi SKENARIO KLINIK:
Peserta Ujian
Pasangan suami istri datang ke poliklinik dengan
keluhan ingin memeriksakan diri sebelum
84 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
memiliki anak.

TUGAS :
1. Lakukan Informed consent dan KIE pada
pasangan ini!

Instruksi INSTRUKSI UMUM


Penguji 1. Pastikan identitas peserta pada kartu ujian !
2. Tulislah 5 digit terakhir dari nomor peserta
ujian !
3. Amatilah dan berilah skor (0/1/2/3) atas tugas
yang dikerjakan peserta ujian.
4. Berikan informasi/hasil yang dibutuhkan
secara lisan/tulisan !
5. Taatilah peraturan serta etika penguji penguji
UK OSCE!
INSTRUKSI KHUSUS

(Tuliskan/lampirkan
hasil/prosedur/foto/ilustrasi pada aspek
penilaian yang bersesuaian)

1. Penguji menilai anamnesis peserta ujian


(sesuai rubrik penilaian)
2. Penguji menilai komunikasi dan edukasi
peserta ujian.
3. Penguji menilai perilaku profesional peserta
ujian.

Instruksi Nama Suami Tn. F


Pasien Usia 35 tahun
Jenis kelamin Laki – laki
Pekerjaan Dosen
Agama Islam
Pendidikan S2
terakhir
Nama Istri Ny. N
Usia 35 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Pekerjaan Dosen
Agama Islam
Pendidikan S2
85 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
terakhir

Riwayat
Penyakit
Sekarang
• Keluhan Konsultasi sebelum memiliki
Utama anak
Riwayat
Menstruasi
• Menarche 12 tahun
• Siklus Teratur, 28 hari
• Lama 5-7 hari
• Banyak 2-3 pembalut/hari
• Nyeri Tidak nyeri
Riwayat
perkawinan
• Kawin Iya
• Pernikahan Suami, ke 1
ke- Istri, ke 1
• Usia saat Suami, 35 tahun
menikah Istri, 35 tahun
Riwayat
kehamilan
sebelumnya
• Perdarahan
selama
kehamilan
• Abortus
• Mual muntah
Riwayat
persalinan
sebelumnya
(istri)
Riwayat nifas
(istri)
• Laktasi (-)
• Infeksi nifas (-)
• Perdarahan (-)
Riwayat anak (-)
lahir
sebelumnya
Riwayat (-)
86 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r
penyakit
keluarga
Riwayat
kontrasepsi
• Metode (-)
• Berapa lama (-)
• Efek samping (-)
Skrining
• IMS
• Imunisasi
• Paparan
bahan
tertentu
Faktor
psikologis
Kondisi medis DM (-), hipertensi (-), ginjal (-),
kronis jantung (-), autoimun (-)
Kebutuhan
Alat Meja 2 buah
Kursi 2 buah

Penulis dr Prida,SpKK
Pendidikan Dokter FKIK UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang

G. Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. 2014. Williams
Obstetrics 24th Ed. McGraw-Hill Education. p.156-164.
2. Farahi N, Zolotor A. 2013. Recommendations for Preconception
Counseling and Care. J Am Fam Physician 2013;88(8):499-506.
3. Georgia Department of Community Health. 2008. Every Woman,
Every Time Evidence-based Preconception Care
Recommendations To Improve Pregnancy Outcomes For
Women and Their Offspring.

87 | P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n D o k t e r

Anda mungkin juga menyukai