Anda di halaman 1dari 65

ACARA III

MEDIUM DAN CARA PEMBUATAN MEDIUM

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengtahui cara pembuatan
mediun sebagai media untuk menumbuhkan mikroba seperti amur dan bakteri.
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakdsanakan di Laborsturium Mikrobiologi, fakultas
Pertanaian, Universitas Mataram.
Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, 16 Oktober 2009 pda pukul
13.30-15.00 WITA.
LANDASAN TEORI

Media padat atau bahn gel sangat untuk dijadikan media biakan mikroba
adalah agar-agar ditambahkan pada larutan air dengan kadar 15-20 gr/L dilarutkan
pada suhu 1000 C sehingga membentuk larutan jernih. Campuran ini akan
memadat pada suhu 500 C (agar tidak cair lagi sampai dipanaskan pada suhu di
atas 800 C (sehingga setiap suhu yang sesuai dengan inkubasi biakan
mikrooraganisme dapat digunakan berikutnya (Marzuki, 2005).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (wheeter, 2003).
Dalam pembentukan media dapat digunakan 3 buah larutan peptone
dengan pH 7,9 yang berfungsi untuk membantu pembiakan media. Larutan PDA
(potato destrose agar) dengan menggunakan media bakteri. Dengan menggunakan
tempe (kopang) dan tomat (khamir) pembuatan media ini harus dipersiapkan
selama 2-3 minggu (Drilello, 2002).
Medium biakan yang digunakan untuk menumbhkan bakteri trdapat dalm
bentuk padat, emi padat, dan cair. Media padat dapat diperoleh dengan cara
menmbahkan agar-agar yang digunakan sebagai pemadat karena tidak dapat
diuraikan bakteri dan tidak cair di atas suhu 450 C. kandungan agar sebagai bahan
pemadat dalam mdia adalah 1,5-2%. Scara kimiawi mdia dipisahkan menjadi
media sintetik dan media non sintetik (Bibana, 2004).
Medium sintetik berguna sebagai medium dasar dalam penyidikan macam-
macam vitamin dan asam amino. Selain itu meda ini juga digunakan untuk
menumbuhkan bateri seperti Arocharter aerogenes dan Ecsceheria coli. Mdium
sintetik ini dapat berupa PDA (potatoe destrose agar), NA (Nutrint Agar) dan TC
(Tauge Cair). PDA berasal dari bahan dasar berupa kentang sementara NA berasal
dari larutan daging busuk. Sedangkan TC berasal dari ekstarak tauge yang
digunakan untuk menumbuhkan jamur (Rahardjo, 2003).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Kompor listrik
2. Kain saring
3. Kapas
4. Tabung
5. Reaksi
6. Erlenmeyer
7. Timbangan
8. Pisau
9. Pengaduk

Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. NA (Nutrien agar)
a. Ekstrak daging
b. Pepton
c. Agar-agar
d. Air suling
2. PDA (Potato Dektrose Agar)
a. Kentang
b. Dextrose
c. Agar-agar
d. Air suling
3. TC (Toge cair)
a. Tauge
b. Sukrose
c. Agar-agar
d. Air suling
Cara Kerja
A. Pembuatan NA
1. Dipanaskan air suling di atas kompor listrik
2. Dimasukkan akstrak daging kadalam air yang mendidih.
3. Diaduk hingga ekstrak daging tidak mnggumpal.dimasukkan pepton dan
diaduk hinngga rata kemudia dimasukkan agar-agar dan daaduk hingga
cair sampai larutan mendidih dan diturunkan
4. Dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditutupi dengan kapas dan diikat
dengan karet kemudian diinkubasi
B. Pembuatan PDA
1. Dipanaskan air suling di atas kompor listrik
2. dikupas kentang dan dipotong-potong kecil seperti kubus
3. Direbus dengan air suling kentang tersebut hingga matang
4. Disaring dengan kain saring bersih dan diatur volumenya hingga volume
air menjadi 1000 ml.
5. Dotambahkan agar-agar dan dipanaska hingga agar-agar cair dan larut
6. Diturunkan kompor listrik dan itambahkan dextrose da diaduk hingga
semuany menjadi homogen
7. Dimasukkan media terebut ke dalam erlenmeyer dan ditutupi dengan
kapas, ditutupi dengan kertaas dan diikat dengan karet.
8. Disterilkan
C. Pembuatan TC
1. Tauge direbus dengan air suling sampai mendidih
2. Disaring dan diambil ekstraknya
3. Dimasukkan sukrosa dan dipanaskan kembali sambil diaduk sampai
sukrosa larut
4. Diganti air suling yang hilang selama pemanasan hingga pada volume
semula
5. Disterilkan
HASIL PRAKTIKUM

Jenis Medium Volume Warna Fungsi


(mL)
PDA 200 Kuning keruh kecoklatan Sebagai media
untuk
menumbuhkan
jamur
NA 200 Coklat kemerahan Media untuk
menumbuhkan
bakteri
TC 100 Kuning keruh Media untuk
menumbuhkan
jamur
PEMBAHASAN

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba.selain untuk menumbuhkan mikroba media
juga digunakan untuk memperbanyak isolat, pengujian sifat-sifat fisiologi dan
untuk menentukan jumlah mikroba. Agar suatu mikroba dapat tumbuh dengan
baik dalam suatu medium maka medium tersebut harus mengandung nutrisi yang
dibutuhkannya seperti air, nitrogen, pospor dan oksigen. Selain itu media juga
harus memenuhi faktor-faktor seperti pH dan zat-zat yang mendukung
pertumbuhan mikroba.
Pada praktikum ini dilakukan praktikum tentang pembuatan media yaitu
NA (nutrien agar), PDA (potato destrose agar) dan TC (toge cair). Media NA
dibuat untuk menumbuhkan bakteri heterotrof seperti Bacillus, Ralstonia Dan
Echiornia Coli. Pada pembuatan na ini terjadi perubahan warna setelah
penambahan pepton menjadi berwarna kuning. Kemudian setelah dimasukkan
agar warnanya menjadi kuning keruh dan kental, hal ini disebabkan karena agar-
agar akan menyerap air sehingga air akan menjadi sedikit dan kental. Tujuan
penambahan dekstrose adalah sebagai tambahan nutrisi yang akan menunjang
pertumbuhan mikroba yang akan dibiakkan pada media itu, sementara agar-agar
bertujuan untuk memadatkan cairan.
Pembuatan media yang selanjutnya adalah pembuatan PDA (Potato
Dektrose Agar). Media ini digunakan untuk menumbuhkan jamur seperti
sclerotium dan fusarium. Media ini kaya akan protein dan glukosa yang dapat
menunjang pertumbuhan biakan jamur. Pada pembuatan PDA ini terjadi
perubahan warna seperti halnya dengan perubahan warna yang terjadi pada NA.
namun warna pada PDA lebih jernih jika dibandingkan dengan NA.ini disebabkan
karena media PDA menggunakan sumber makanan utama yang berasal dari
ekstrak kentang yang direbus, sementar NA sumber makanan utamanya berasal
dari ekstrak daging busuk dan berwarna kemerahan. Hal inilah yang menyebabkan
warna pada NA lebih keruh karena penambahan dari pada daging busuk tersebut.
Selain PDA dan NA dalam praktikum ini juga dibuat media TC. Media ini
berasal dari ekstrak toge yang direbus dimana kandungannya inilah yang menjadi
sumber makanan mikroba yna akan ditumbuhkan. Adapun jenis mikroba yang
ditumbuhkan pada media TC ini berupa bakteri dalam bentuk suspensi seperti
cuek Bacillus, Ralstonia Dan Echerchia Coli. Pada pembuatan TC juga terjadi
perubahan warna larutan menjadi lebih kuning setelah penambahan dektrose.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini adalah sebagai berikut
1. Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
2. Media NA dibuat untuk menumbuhkan bakteri heterotrof seperti Bacillus,
Ralstonia Dan Eschercia Coli.
3. Perubahan warna setelah penambahan pepton pada NA menjadi warna
kuning disebabkan oleh ekstrak rebusan kentang yang dijadikan sebagai
sumber makanan utama bakteri yang akan dibiakkan.
4. Media PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur seperti sclerotium dan
fusarium dimana Media ini kaya akan protein dan glukosa.
5. Media TC adalah media yang kaya akan protein dan glukosa yang dapat
menunjang pertumbuhan biakan jamur seperti Bacillus, Ralstonia dan
E.Coli.s
ACARA VI
ISOLASI MIKROBA DAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui dan
dapat melakukan beberapa cara dalam mengisolasi mikroba dan untuk
mendapatkan biakan murni jamur atau bakteri.

Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dilaboratorium mikrobiologi dasar Fakultas
Pertanian Universitas Mataram.

Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 november 2009
pukul 13:00- 1500 WITA
LANDASAN TEORI

Masing-masing mikrobia melakukan medium yang spesifik untuk dapat


diisolasi dari habitatnya. Memang ada juga medium yang bersifat universal
misalnya medium yang dapat digunakan untuk mengisolasi jamur, bakteri maupun
aktinomycetes, tetapi medium ini tidak dapat digunakan secara selektif untuk
mengisolasi mikrobia yang hidup tercampur dengan mikrobia lain. Dengan
demekian diperlukan medium selektif, sehingga mikrobia yang tahan terhadap
keadaan medium itu saja yang tumbuh (dwidjoseputro,1998).
Tidak semua mikrobia yang dapat diisolasi dan ditumuhkan dalam
medium buatan. Tempat hidup atau habitat mikrobia didalam menentukan cara
isolasi yang digunakan. Caa mengisolasi jamur akan berbeda dengan cara
mengisolasi bakteri, karena masing-masing mempunyai sifat yang berbeda.
Mikroba yang hidup didalam tanah maupun air memerlukan cara isolasi yang
berbeda dengan cara mikrobia yang hidup pada tanaman (
Sifat-sifat koloni suatu mikroba yang perlu diperhatikan pada koloni yang
tumbuh dipermukaan medium adalah besar kecilnya koloni (ada koloni yang
berupa titik adpaula yang melebar ). Bentuk-bentuk koloni ( ada yang bulat,
memanjang dan sebagainya ) dan kenaikan permukaan (ada koloni satu saja
dengan permukaan medium (sumarji, 2003).
Campuran isolasi mikroba yang disebarkan diatas permukaan medium
selektif yang dipadatkan dengan agar-agar. Maka setiap sel dalam medium yang
sanggup berkembang akan tumbuh dan akhirnya membentuk koloni. Penyebaran
terbatas populasi mikroba itu pada medium padat sangat mengurangi persaingan
(sumarjan, 2001).
Bekerja secara aseptis merupakan keharusan dalam kegiatan isolasi karena
jika tidak demikian maka biakan murni yang akan diharapkan tidak akan peroleh
karena akan tercampur dengan mikroba yang ada disekitar. Jenis bakteri aerob
diisolasi sengan perlakuan tuang cawan. Menurut kock, atau dengan
menggoreskan ose. Pelaksanaan isolasi murni dimulai dengan memisahkan satu
sel tertentu dari populasi tertentu (stanter, 1990).

PROSEDUR KERJA

Alat Dan Bahan Praktikum


Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan adalah
1. cawan petri steril
2. pipet steril
3. jarum ose
4. drigalski
5. lampu spritus
6. isolasi
7. inkubator

bahan-bahan praktikum
adapun bahan-bahan yang digunakan adalah
1. fusarium sp.
2. seleratium sp.
3. bacillus sp.
4. ralstonia sp.

Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah
 cara goresan
1. diambil suspensi biakan cair secara aseptis menggunakan jarum ose
2. digoreskan jarum ose tersebut sehalus mungkin diatas permukaan medium
cawan petri
3. digoreskan ose seperti garis empat buah sebanyak tiga tempat didekat
nyala api
4. dibungkus cawan petri dengan isolasi dan diberi nama biakan tersebut
(nama biakan, tanggal dan kelompok)
5. diinkubasi pada suhu 37o didalam inkubator selam 2-3 hari
6. diamati bentuk pertumbuhan sel bakteri hasil inkubasi
 cara sebaran
1. diambil 0,5-1 ml suspensi dengan pipet steril dan diletakkan diatas
permukaan medium
2. diratakan biakan dipermukaan dengan menggunakan drigalski digerakkan
dengan arah memutar
3. dibungkus dan diberi label pada cawan petri, diinkubasi selama 2-3 hari
4. diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni dan penyebarannya
 cara taburan
1. diambil 2 ose suspensi bakteri dan diletakkan didalam cawan petri steril
2. dituangkan secara aseptis medium yang sudah disiapkan didalam cawan
petri steril dan digoyangkan cawan petri dengan memutar diatas atau
sekitar lampu spritus
3. dibungkus dan diberi label, diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 30o
4. diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni bakteri
HASIL PENGAMATAN

I Hasil pertama (Sabtu, 14 november 2009)


A. Cara goresan
Ralstonia sp Bacillus sp
Bentuk koloni Titik-titik (panjang Bulat
terdapat titik-titik)
Tepi koloni Berombak Utuh
Permukaan koloni Melengkung Rata
Warna Putih Putih

B. Cara sebaran
Ralstonia sp Bacillus sp
Bentuk koloni Titik-titik Bulat
Permukaan koloni Mencembung Mencembung
Tepi koloni Berombak Utuh
Warna Putih Putih
Jumlah 123 1

C. Cara taburan
1. Bacillus sp. : Terkontaminasi
2. Ralstonia sp.: Terkontaminasi

II hari kedua (senin 16-11-09)


Bakteri Ukuran Bentuk Wajah permukaan Kepekaan
koloni
Ralstonia sp. 4,2 cm Panjang tipis Mengkilap Koloni
lunak
Bacillus sp. 3,5 cm Bulat, Mengkilap Lunak
memanjang
dan melebar
Jamur Bentuk Warna Ukuran 9 (diameter)
Fusarium sp. Berbenang Putih kapas 4 cm
Skleratium sp. Berbenang Putih kapas 9 cm

III Hari ketiga (Selasa 17 november 2009)


Jamur Bentuk Warna Ukuran (diameter)
Fusarium sp. Berbenang Putih 5,5 cm
seperti kapuk
Skleratium sp. Berbenang Putih 9 cm

PEMBAHASAN
Suatu mikrobia yang hidup dialam terbuka jarang dijumpai tumbuh
sebagai biakan murni, tetapi pada umumnya dalam populasi campuran dengan
mikrobia lainnya. Untuk mengidentifikasi mikrobia termasuk pengujian
morfologi, perlu dilakukan pengisolasian pada mikrobia. Tidak semua mikrobia
dapat diisolasi dan ditumbuhkan dalam medium buatan. Cara mengisolasi bakteri
berbeda dengan cara mengisolasi jamur karena masing-masing mempunyai sifat
yang berbeda.
Tempat hidup atau habitat mikrobia dalam menentukan cara isolasi yang
digunakan, masing-masing mikrobia memerlukan medium yang spesifik untuk
dapat diisolasi dari habitatnya. Dalam hal ini diperlukan medium selektif,
sehingga hanya mikrobia yang tahan terhadap keadaan medium itu saja yang
tumbuh.
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi terhadap mikrobia, hal ini
bertujuan untuk mengetahui dan dapat melakukan beberapa cara dalam
mengisolasi mikrobia. Ada 3 cara yang dilakukan dalam mengisolasi mikrobia
yaitu cara goresan, cara sebaran dan cara taburan. Pengamatan dilakukan pada
bakteri ralstonia sp. Dan bacillus sp. Dan pada jamur Fusarium sp. Dan
Skelaratium sp.
Cara goresan pada dasarnya dilakuka dengan menggoreskan suspensi
bahan yang mengandung bakteripada permukaan medium agar pada cawan petri
steril atau dalam tabung reaksi. Alat yang digunakan adalah ose. Pada
pengamatan ini dalam 4 hari didapatkan isolasi bakteri dengan cara goresan yaitu
pada Ralstonia sp. Bentuk koloninya titik-titik, tepi oloni berombak, permukaan
koloni melengkung dan warna koloni putih, itu pula pada hari pertama
pengamatan.pada hari kedua didapatkan hasil goresan bakteri yang berbeda yaitu
pada ralstonia sp. Ukuran koloni menjadi 4,2 cm tetapi tetap berupa titik-titik,
bentuknya panjang tipis, wajah permukaan mengkilat, kepekaan koloni lunak.
Bacillus sp ukuran menjadi 3,5 cm, berbentuk bulat, memanjang dan melebar,
wajah permukaan mengkilat dan kepekaan koloni lunak, hal ini menunjukkan
bahwa cara goresan dapat menumbuhkan bakteri.
Selain itu ada juga cara sebaran, pada dasarnya dilakukan dengan cara
menginkubasikan suspensi biakan pada medium didalam cawan petri secara
merata dengan menggunakan alat drigalski. Cara sebaran ini diperlakukan pada
bakteri ralstonia sp dan bacillus sp yaitu didapatkan hasil pengamatannya pada
Ralstonia sp, bentuk koloninya titik-titik, permukaan koloni mencembun, tepi
koloni berombak, warna putih, jumlahnya 123 . sedangkan pada bacillus sp,
bentuk koloni bulat, permukaan koloni mencembun, tepi koloni utuh, berwarna
putih dengan jumlah koloni 1, hasil setelah inkubasi akan terlihat koloni yang
tersebar merata dipermukaan medium, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
jumlah koloni Ralstonia sp lebih cepat dari pada koloni Bacillus sp.
Pada fusarum sp dan skleratium sp menunjukkan pertumbuhan yang baik
yaitu pada awalnya berbentuk berbenang, berwarna putih kapas namun berukuran
beda yaitu fusarium sp 4 cm dan skleratium sp 9 cm. pada hari kedua pada
skleratium sp tidak mengalami perubahan namun pada bagian pinggir cawan
semakin tebal. Pada fusarium mengalami pertambahan ukuran yaitu menjadi 5,5
cm. pada hari ketiga pada fusarium sp bentuknya berbenang (bundar tipis), warna
putih kekuning-kuningan, diameter (ukuran) menjadi 6 cm, hal ini menunjukkan
mengalami penambahan. Pada skleratium sp, bentuknya bundar benang
(merambat didinding), warnanya putih kapas dan diameternya 9 cm. namun
perkembangannya sudah merambat kedidinding (cawan petri).
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah


1. cara mengisolasi jamur berbeda dengan cara mengisolasi bakteri karena
masing-masing mempunyai sifat yang berbeda
2. pengisolasian mikrobia dilakukan dengan 3 cara yaitu cara sebaran, cara
tebaran dan cara goresan
3. pertumbuhan jumlah koloni ralstonia sp lebih cepat dibandingkan koloni
bacillus sp
4. ukuran atau diameter jamur scleratium sp lebih besar dari pada ukuran
jamur fusarium sp yaitu 6 cm dan 9 cm
5. bentuk dan warna pada scleratium sp dan fusarium sp sama
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 1998. dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Hans, 1994. mikrobiologi umum. Salamba medisa. Jakarta.

Stanier, 1990. dunia mikroba. Brata raya aksara. Jakarta.

Sumarjan, 2001. dunia mikroba I. Brata raya aksara. Jakarta.

Sumardji, 2003. Isolasi mikroba dan medium selektif mikroba, Htm.


http://smart.blokspot.com/2009/10. Diakses 16 november 2009.
ACARA IV
MORFOLOGI KHAMIR

Tujuan Praktikum
Mengenal bermacam-macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan
yang hidup dan menghitung persentase kematia khamir

Tempat praktikum
Praktikum dilaksanakan dilabolatorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian
Universitas Mataram

Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 23 oktober 2009, pada
pukul 13.00 sampai pikul 15.00 WITA
LANDASAN TEORI

Khamir hidup secara luas dialam,terutama pada bahan-bahan yamg


mengandung gula, tanah, kebun buah-buahan, dalam tubuh serangga dan juga
terdapat dalam getah pohon. Bentuk dan ukuiran selnya bervariasi tergantung
pada jenisnya. Pada umumnya sel khamir berbentuk oval, silinder, bulat dan
batang. Khamir tidak dapat bergerak aktif karena tidak mempunyai flagela
(Ganjar, 2003).
Sel khamir merupakan salah satu model dari eukariotik karena memiliki
karakteristik tipe sel, memiliki konfertemen, subselular yang menciptakan
organel-organel seperti nukleus, mitokondria,aparutes golgi dan lain-lain. Dinding
sel khamir merupakan suatu struktur yang tebal(100-200 nm) yang mengandung
80-90% polisakarida yang sebagian besar adalah glokon dan tanan dan sedikit
titin (Ilmi, 2009).
Ukuiran dan bentuk sel khamir dalam kultur yang sama dpat berbeda
karena pengaruh perbedaan umur dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan.
Sel muda mungkin berbeda bentuknya dari yang tua karena adanya proses
ontogeni, yaitu perkembangan individu sel tersebut (Dwidjosoeputro, 2006).
Khamir adalah fungi yang eka sel (seluler) yang berbeda jenis spesiesnya.
Umum digunakan untuk roti, permentasi, dan percobaan sel bahan bakar.
Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomyecota. Walaupun ada juga
yang digolongkan dalam basido maycota. Lebih dari 1000 spesies khamir telah
diidentifikasi (Anonim, 2007).
Diinding sel khamir merupakan suatu stuktur berlapis. Pada lapisan terluar
terdapat mannoprotein, lalu jaringan microfibril glukon. Kemudian kitin dan
mannopritein pada lapisan terdalam. Mannoprotein berfungsi sebagai penentu
porositas dinding sel dan akan menolak masuk molekul yang lebih besar dari 600
kDa, glukon berfungsi mempertahankan rigiditas dinding sel, sedangkan kitin
berfungsi antara lain sebagai reseptor mikosin serta mempertahankan integritas
osmotik sel (Wesley, 1999).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Alat
Adapun alat-alat yang di gunakan pada saat praktikum adalah
1. gelas benda
2. gelas penutup
3. jarum ose
4. mikroskop
5. lampu bunsen
6. buku gambar
7. pensil

Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah
1. Biakan murni saccharomyces cereviseae berumur 24 jam
2. Biakan murni sacoharomyces cereviseae berumur 48 jam
3. Larutan cat methylene blue

Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah
1. Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan menggunakan alkohol
sehingga bebas dari lemak dan debu.
2. Diambil satu tetes larutan cat methylene blue dan diletakkan di tengah-
tengah gelas benda.
3. Diambil satu ose biakan murni khamir secara aseptik baik yang berusia 24
jam maupun yang berusia 48 jam
4. Diletakkan diatas gelas benda yang telah diberi cat methylene blue dan
dicampur sebaik-baiknya.
5. Diletakkan gelas penutup diatas bahan yang sudah dicat tersebut, jangan
sampai terbentuk gelembung udara.
6. Diamati dengan mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah.
7. Digambar dan dihitung jumlah sel khamir yang mati dan yang hidup.
8. Diulangi hingga 5 bidang pandang.
HASIL PRAKTIKUM

1.Sel Khamir Usia 24 Jam

Dengan pembesaran 10x10


Ket: Sel yang mati berwarna biru
Sel yang hidup berwarna transparan

No Bidang Pandang Sel Yang Mati Sel Yang Hidup


1 I 25 47
2 II 21 32
3 III 34 28
4 IV 60 39
5 V 71 168
jumlah 211 314

Rata-rata sel yang mati (A) =211/5=42,2


Rata-rata sel yang hidup (B)=314/5=62,8
% kematian = rerata sel yang mati (A)/ Rerata (A)+ Rerata (B) X 100 %
=42,2/42,2+62,8x100%
=40,19 %

II. Sel Khamir Usia 48 Jam

Pembesaran 10x10
Keterangan: Sel yang mati berwarna biru
Sel yang hidup berwarna transparan
No Bidang Pandang Sel Yang Mati Sel Yang Hidup
1 I 47 39
2 II 21 26
3 III 132 18
4 IV 66 11
5 V 49 10
Jumlah 315 104

Rata-rata sel yang mati (A) =315/5=63


Rata-rata sel yang hidup (B) =104/5=20,8
5 kematian = rerata sel yang mati (A)/ rerata (A)+ rerata (B) X 100 %
=63/63+20,8x100%
=63/83,8x100%
=75,2 %
PEMBAHASAN

Khamir merupakan jamur bersel tunggal yang ukurannya mikroskopis dan


tidak membentuk percabangan permanen. Karena ukurannya yang mikroskopis
tersebut , tidak mudah untuk mengamatinya dibawah mikroskop. Oleh karena itu,
sel khamir harus dicat dengan methylene blue. Pengecatan ini disebut dengan
pengecatan sederhana. Dengan adanya teknik pengecatan ini, maka kita dapat
melihat dan mengamati sel khamir dan menentukan persentase kematiannya.
Selain itu dapat juga kita ketahui sifat dari sel tersebut apakah termasuk dalam sel
gram negatif atau sel gram positif.
Pada pengamatan kali ini, telihat perbedaan sel khamir yang mati sangat
banyak dari pada yang hidup pada khamir 48 jam. Hal ini disebabkan oleh
perebutan atau persaingan dalam memperoleh unsu-unsur hara dalam biakan.
Selain itu juga dari faktor suhu sangat menentukan kelangsungan hidup. Suhu
yang berfluktuatif menyebabkan khamir mengalami kematian. Suhu yang rendah
nantinya akan menyebebkan gangguan metabolisme, sehingga menyebabkan
Cold Shock.
Kandungan air juga berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup sel
khamir. Kandungan air bebas yang di butuhkan diukur dengan parameter.
Semakin lama sel khamir dalam suatu biakan maka kebutuhannya terhadap air
akan makin banyak. Akibatnya akan terjadi suatu persaingan dalam perebutan air.
Sel khamir yang dapat beradaptasi terhadap menipisnya air maka dapat
hidup,sehingga dapat terlihat pada sel khamir 48 jam persentase kematiannya
sangatlah tinggi yaitu sebesar 75,2%.
Berbeda pada sel khamir usia 24 jam, dimana keberadaan airnya masih
tersedia dengan cukup, sehingga konsumsi air tecukupi. Namun pada sel khamir
24 jam ada juga yang mati. Hal ini disebabkan oleh suhu. Sel khamir yang mati
dan yang hidup sangatlah mudah kita ketakui yaitu dengan pengecatan. Sel
khamir yang mati akan terlihat gelap dan yang hidup akan terlihat ransparan.
Persentase kematian sel khamir usia 24 jam dari hasil pengamatan yaitu sebesar
40,19 %. Dengan dadnya teknik pengecatan dapat mengamati morfologi sel
khamir. Membran sel khamir tebalnya 7,5 nm.
Semakin lama sel khamir dalam suatu biakan, maka kebutuhannya
terhadap air dan unsur hara akan semakin banyak. Suhu yang rendah juga akan
mempengruhi kematian sel. Suhu rendah akan menyebabkan gangguan
metabolisme pada sel khamir yang nantinya akan menyebebkan sel khamir rusak
karena adanya kristal es didalam air pada akhirnya khamir akan mengalami
kematian.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tersebut adalah:


1. Persentase kematian pada sel khamir usia 24 jam lebih sedakit di
bandingkan persentase kematian sel khamir usia 48 jam yaitu40,19 % dan
75,2 %.
2. Sel khamir yang mati akan terlihat gelap, sedangkan sel khamir yang
hidup akan terlihat tarnsparan kebeningan.
3. Semakin tua umur sel khamir maka persentase kematian akan makin tinggi
4. Sel khamir memiliki ukuran membran sel 7,5 nm yang merupakan dua
lapisan lipid yang diselingi oleh protein glubar.
5. Pengamatan sel khamir dibawah methylene blue harus cepat dilakukan
karena jika terlalu lama berada di bawah methylene blue maka khamir
akan cepat mati.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Http:// id.wikipedia.org/khamir. Diakses 28 0ktober 2009.


Dwidjosoeputro, 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Ganjar, 2003. Identifikasi Sel Khamir. Erlangga. Jakarta.
Ilmi, 2009. Http://milmi.tass.ugm.id.morfologi. membran sel khamir. Diakses 28
Oktober 2009.
Wesley, 1999. Analisis Mikroba Dilabolatorium. PT Raja Gramedia Persada.
Yogyakarta.
ACARA IV
MORFOLOGI KHAMIR DAN SPORA KHAMIR

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengenak bermacam-macam bentuk sel,
membedakan sel yang mati dan hidup, dan menghitung presentase kematian
khamir.

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 23 Oktober 2009,
pukul 13.20 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
LANDASAN TEORI

Sel khamir dapat dilakukan dengan membuat preparat bsa dan diberikan
methylin atau dengan pengecatan sederhana, dengan pemberian cat methylin blue.
Pengecatan sederhana dapat membedakan antara sel yang mati dan sel yang
hidup. Sel khamir yang hidup berwarna transparan (tidak berwarna), sedangkan
yang mati berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sifat membran (Hadiatomo,
1986)
Khamir adalah salah satu jenis mikoba yang sebenarnya banyak berperan
dalam dunia pangan, tetapi kurang dikenal luas oleh masyarakat luas. Secara
tradisonal, khamir sebanarnya sudah sangat dikenal masyarakat. Dalam
pembuatan tape selalu digunakan ragi yang ditambahkan untuk membuat
singkong atau beras ketan menjadi produk yang diinginkan. Ragi ini adalah
sebenarnya khamir yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat (pati) menjadi
gula atau alkohol (Geof, 2001).
Khamir adalah salah satu jenis mikroba yang sebenarnya banyak berperan
dalam dunia pangan, tetapi kurang dikenal luas oleh masyarakat luas. Secara
tradisonal, khamir sebanarnya sudah sangat dikenal masyarakat. Dalam
pembuatan tape selalu digunakan ragi yang ditambahkan untuk membuat
singkong atau beras ketan menjadi produk yang diinginkan. Ragi ini adalah
sebenarnya khamir yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat (pati) menjadi
gula atau alkohol (Anonim, 2009).
Identifikasi dan determinasi khamir perlu dipelajari sifat-sifat morfologi
dan fisiologinya. Sifat-sifat morfologi yang meliputi bentuk dan ukuran sel.
Bentuk, ukuran sel, dab jumlah spora, perkembangbiakan, pembentukan blasto,
spora, colony dan sebagainya, dan sifat fisiologi yang penting antara lain
kemampuan menfermentasi karbohidrat, kemampuan mencairkan gelatin,
mereduksi nitrat, dan keampuan mengasimilasi c dan N (Hartowo, 1992).
Penetapan jumlah dalam uatu populasi tidak semua sel bakteri mampu
hidup terus. Yang dianggap sel hidup adalah sel yang mampu membentuk agar
membentuk suspensi dalam larutan biakan. Sel-sel yang mampu hidup terus inilah
yang mampu dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan massa bakteri
serta besar panel sel kerap kali diselidiki masa segar atau masa kering (Schelegel,
1984).
Khamir yang hidup tersebar secara luas dialam, terutama pada bahan-
bahan yang mengandung gula, tanah kebuh, buah-buahan dan dalam tubuh
serangga. Bentuk dan ukuran selnya bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada
umumnya sel khamir berbentuk ovale atau silinder, bulat dan bercabang. Khamir
tidak dapat bergerak aktif karena tidak mempunyai flagella (Camble, 2003).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
 Gelas Benda
 Gelas penutup
 Lampu spiritus
 Jarum ose
 Jarum Preparat
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
 Sel khamir umur 24 jam
 Sel khamir umur 48 jam
 Larutan cat methyline blue
 Aquades

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Dibersihkan gelas benda dengan alkohol sehingga lemek dan debu,
lewatkan diatas nyala api (lampu spiritus) hingga kering kemudian
dianginkan.
2. Diambil secara aseptis satu ose suspensi bakteri dan diratakan diatas
permukaan gelas benda hingga membentuk 1cm2.
3. Setelah dingin kering preparat difiksasi dengan cara memanaskan diatas
nyala lampu spiritus (dilewatkan diatas nyala lampu spiritus).
4. Setelah dingin ditambahkan setets atau dua tetes larutan cat methyline blue
diatas noda tadi, digoyang-goyangkan gelas benda sehingga cat tersebar
merata diseluruh noda, dan dianginkan.
5. Dicuci preparat dalam air mengalir sampai kelebihan cat tercuci (hindari
aliran yang terlalu deras, selanjutnya dikeringkan).
6. Diamati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat dengan menambah
minyak inersi (lakukan dengan melalui tahap seperti pengecatan diatas).
7. Digambar bentuk-bentuk bakteri.
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM

A. Hasil Pengamata praktikum


1. Sel khamir 24 jam

Bidang pandang 1 Bidang pandang 2

Bidang pandang 3

Bidang pandang 4 Bidang pandang 5

Perbesaran 10 x 10 = 100 kali


Khamir yang mati = berwarna biru
Khamir yang hidup = berwarna transparan/bening
2. Sel khamir 48 jam

Bidang pandang 1 Bidang pandang 2

Bidang pandang 3

Bidang pandang 4 bidang pandang 5

Perbesaran 40 x 10 = 400 kali


Khamir yang mati = berwarna biru
Khamir yang hidup = berwarna transparan/bening

B. Perhitungan
1. Tabel sel khamir 24 jam
Sel khamir 24 jam
Bidang Pandang
Hidup Mati
1 42 25
2 32 24
3 28 34
4 39 60
5 168 71
Jumlah 314 214
Rata-rata 62,8 42,8

 Rata-rata H =

2. Tabel sel khamir 48 jam


Sel khamir umur 48 jam
Bidang Pandang
Hidup Mati
1 39 47
2 26 21
3 18 132
4 11 60
5 10 49
Jumlah 104 309
Rata-rata 20,8 61,8
PEMBAHASAN

Pada pengamatan morfologi sel hamir yang dilakukan dua kali


pengamatan yaitu pengamatan pada sel khamir yang berumur 24 jam dan sel
khamir berumur 48 jam. Jumlah bakterinya lebih banyak biakan murni yang
berumur 24 jam dari pada yang berumur 48 jam. Hal ini disebabkan oleh lamanya
waktu penyimpanan pembiakan sehingga bakteri semakin banyak. Jika suhunya
tidak seimbang/tidak sesuai dengan jelas bakteri tersebut dapat menyebabkan
tidak bisanya berkembang sel bakteri dan mati. Ini termasuk faktor yang
mempengaruhi kematian pada biakan. Oleh karena itu, dalam pengamatan sel
khamir, ada yang hiup dan ada yang mati. Untuk menentukan apakah sel bakteri
hidup dan mati yaitu dengan melihat warna bakteri tersebut. Bakteri dapat
dikatakan mati apabila bakteri tersebut berwarna biru dan bakteri dikatakan hidup
apabila warnanya bening atau transparan.
Dalam perhitungan jumlah bakteri yang mati dan jumlah bakteri yang
hidup yaitu pengamtannya dibuat dalam lima bidang pandang, sehingga dalam
perhitungan bakteri tingkat kesalahan tidak terlalu besar. Dari hasil perhitungan
bakteri ini baik yang hidup maupun yang mati dibuat presentase kematian dan
presentase kehidupan, yaitu dengan cara menjumlahkan semua sel yang mati
kemudian buat rataanya dan dijumlahkan semua sel yang hidup kemudian buat
rataanya. Jadi presentase kematian dapat diperoleh dengan membagikan rataan
sel yang mati dengan jumlah rataan sel yang mati dan rataan sel yang hidup
kemudian dikalikan dengan 100%.
Dari hasil pengamatan praktikum sel khamir yang umur 24 jam presentase
kematian lebih tinggi sebesar 40,5% dan untuk presentase kehidupannya yaitu
sebesar 59,4%. Sedangkan pada sel khamir yang berumur 48 jam presentase
kematiannya yaitu sebesar 74,8% dan untuk presentase kehidupannya yaitu
sebesar 25,1%. Presentase kematian lebih tinggi sel khamir yang berumur 24 jam,
sedangkan presentase kehidupannya lebih tinggi sel khamir yang berumur 24 jam
ibanding sel khamir yang berumur 48 jam.
Tingginya presentase kematian disebabkan oleh faktor cahaya karena
apabila khamir terlalu lama terkena oleh cahaya maka khamir akan cepat mati. Sel
khamir sangat cepat berkembang sehingga apabila makin lama sel khamir
disimpan maka semakin banyak biakan-biakan yang tumbuh ratusan bahkan
ribuan.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan dan


pembahasan diatas adalah sebagai berikut :
1. Apabila biakan disimpan dalam waktu yang lama maka biakan atau bakteri
akan semakin banyak.
2. faktor utma yang menyababkan kematian pada khamir adalah cahaya
karena apabila khamir terlalu lama terkena oleh cahaya khamir yang akan
mengalami kematian.
3. Perbandingan presentase kematian antara sel khamir 24 jam dan sel
khamir 48 jam lebih tinggi sel khamir 48 jam yang nilai presentasenya
sebesar 74,8% sedangkan sel khamir 24 jam presentase kematiannya
sebesar 40,5%.
4. Perbandingan presentase kehidupan antara sel khamir 24 jam dan el
khamir 48 jam lebih tinggi sel khamir 24 jam yang nilai presentasenya
sebesar 59,4% sedangkan sel khamir 48 jam nilai presentase kehidupannya
sebesar 25,1%.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Identifikasi Bakteri.


Http://karantin.deptan.co.id.identifikasibakteri. Diakses 24 Oktober 2009.
Camble, 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Geof, 2001 Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Hadiatomo, 1986 Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta
Hartowo, 1992. Mikrobioloi Umum. UGM. Yogyakarta.
Schelegel, 1984. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada Universitas Press. Jakarta.

ACARA VIII
“ PENGAMATAN MORFOLOGI BINTIL AKAR TANAMAN DAN SEL
BAKTEROIT DALAM BINTIL AKAR “

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui morfologi bintil akar dan
morfologi bakteroid pada bintil akar beberapa tanaman leguminosa.

Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di labotarorium Mikrobiologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.

Waktu Praktikum
Praktikum ini da laksanakan pada hari jumat tanggal 4 desember 2009
pada pukul 13.30-15.30 wita.

LANDASAN TEORI

Bakteri berasal dari bahasa latin bacterium ( jamak, bacteria ), adalah


kelompok raksasa dari organisme hidup. Meraka sangatlah kecil ( mikroskopik )
dan kebanyakan uniseluler ( bersel tunggal ), dengan struktur sel relatif sederhana
tanpa nukleus / inti sel. Chythoskeleton dan organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas, sruktur mereka dijelaskann lebih lanjut dalam artikel mengenai
prokaryota. Karena bakteri marupakan prokaryota, untuk membedakan mereka
dengan organisme yang memiliki sel lebih kmpleks, disebut eukariota. Istilah “
bakteri “ telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar
mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka (usman, 1992).
Kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar
dalam pembuatan tempe atau makanan lainnya seperti kecap dan tahu. Varietas
kedelai putih (glisin max) memiliki cirri morfologi berwarna putih yang bijinya
bisa berwarna kuning (seperti kedelai pada umumnya yang sering terlihat di
pasaran). Sedangkan untuk glisin saja (kedelai hitam) memiliki ciri morfologi,
bijinya berwarna hitam. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan
inokulum benih dengan inokulum Rhizobium. Inokulum ini bertujuan untuk
meningkatkan perbintilan akar. Dimana bintil akar ini dihasilkan simbiosis bakteri
Rhizobium dengan tanaman kedelai dan merupakan tempat hidup bagi bakteri
Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen, udara, sehingga menyediakan
kebutuhan akan N bagi tanaman kadelai (ods,2008).
Tanaman kacang-kacangan merukan tanaman penting dalam bidang
pertanian. Karena mempunyai bintil akar yang dapat merambat nitrogen lamgsung
dari udara. Didalam bintil akar, gas N2 di olah memjadi senyawa yang dapat
digunakan tanama. Dengan cara ini tanaman leguminosa dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhannya akan senyawa nitrogen. Bentuk, ukuran , dan warna
bintil akar bermaacam-macam tergantung pada jenis tanaman(pelezar,1986).
Bitil akar pada pada tanaman kedelai berupa koloni dari bakteri pengikat
nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersembiosis secara mutualis dengan
kedelai. Pada tanah yang talah mengandung bakteri ini, bintil akar dapat
meningkat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian
dapat digunakan oleh kedelai setelah di oksidasi menjadi nitrat (N3O). Kedelai
berbetang dengan tinggi 30-100cm.Batang dapat membentuk 3-6 cabang menjadi
berkurang atua tidak bercabang sama sekali (Anonim,2007).
Keberadaan bakteri bintil akar dapat diuji daya infoksi bakteri Rhizobium
pada akar serta keefektivan kerja bakteri dalam bintil akar terhadap tanaman
melalui uji inffektivitas dan uji efektivitas. Untuk melakukan uji ini diperlukan
koloni bakteri Rhizobium yang besar. Terdapat 2 cara dalam menularkan bakteri
yaitu melalui biji dan melalui tanah. Indikator infektif atau tidaknya suatu bakteri
bintil akar dapat dilihat dari jumlah bintil. Sedangkan indikator efektivitas bakteri
bintil akar berdasarkan berat tanaman dan berwarna hijau daunnya (idiyah , 1995).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Alat dan Bahan Praktikum


A. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang di gunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Mikroskop
2. Lampu spritus
3. Jarum preparat
4. Gelas benda
5. Gelas penutup
6. Pipet tetes
B. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang di gumakan dalam praktikum ini antara lain
1. Bintil akar tanaman (akar turi, kedelai, dan kacang tanah)
2. Cat gram a,b,c dan d
3. Alkohol
4. Air suling steril.

Cara Kerja
1.Pengamatan morfologi bintil akar secara makroskopis
- Dibersihkan akar yang melekat dari tanah
- Diamati dsn di gambar letak, cara peletakan (sendiri / bergerombol),
berbentuk dan ukuran bintil akar.

2. Pengamatan morfologi bintil akar secara mikroskopi


a. Dibersihkan bintil akar dari tanah yang melekat dengan di cuci
pada air.
b. Dilakukan disin vektan dengan merendam bintil akar dengan
jarum preparat steril ( ujung atau gagang jarum).
c. Diambil 1ml suspensi bakteri
d. Dilakukan pengematan dengan melakukan pengecatan gram
e. Diamati dengan mikroskop
f. Digambar bakteri tadi dalam buku gambar
PEMBAHASAN

Tanaman kacang-kacangan merupakan tanaman penting dalam bidang


pertanian. Karena mempunyai bintil akar yang dapat merambat nitrogen langsung
dari udara. Di dalam bintil akar, gas N2 di olah menjadi senyawa yang dapat di
gunakan tanaman. Dengan cara ini tanaman leguminosa dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhannya akan senyawa nitrogen, bentuk, ukuran dan warna bintil akar
bermacam-macam tergantung pada jenis tanaman.
Akar tanaman merupakan akar habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba.
Interaksi antara akar tanaman dengan bakteri akan meningkatkan ketersediaan
nutrient bagi keduanya. Permukaan akar tanaman di sebut juga rizoblane,
sedangkan selapis tanah yang menyelimuti akar tanaman yang masih di pengaruhi
oleh aktivitas akar di sebut dengan rizover.
Pada praktikum ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui morfologi
mikroba yang bersimbiosis sengan bintil akar. Sedangkan tanama yang di
gunakan dalam praktikum kali ini adalah tanaman kedelai, tanaman kacang tanah
dan tanaman turi yang di amati secara mikroskopis dan makroskopis. Pada
tanaman kacang tanah terdapat sel bakteri yang berwarna ungu dan berbentuk
bulat ini di karenakan di lakukan pengecatan gram positif. Pada akar tanaman
kacang tanah terdapat akar primer dan skunder serta di dalam tanaman kacang
tanah juga terdapat bintil akar yang banyak yang dapat mengikat nitrogen
langsung dari udara yang di gunakan untuk proses pertumbuhannya. Pada akar
tanaman turi terdapat juga akar primer dan akar skunder yang fungsinya sama
dengan fungsi akar primer dan akar skunder lada kacang tanah yang dapat
mengikat secara langsung nitrogen dari udara. Dan pada tanaman akar turi sel
bakteri berbentuk bulat hal ini di ketahui setelah di lakukun pengecatann gram
positif dan warna asel bakteri adalah ungu. Dan pada akar turi juga terdapat akar
primer dan kar skunder tetapi bentuk sel bakteri yang di temukan berbentuk
batang dan bulat hal ini di ketahui setelah di lakukannya pengecatan gram positif.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari hasil pembahasan praktikum


antara lain :
1. Pada bintil akar tanaman turi terdapat sel bakteri yang berbentuk bulat dan
berwarna transparan.
2. Pada bintil akar tanaman kacang tanah terdapat sel bakteri yang berbentuk
bulat berwarna transparan.
3. Pada bintil akar tanaman kedelai terdapat sel bakteri yang berbentuk
batang dan berwarna ungu.
4. Bakteri yang bersimbiosis pada akar kacang polong-polongan adalah
Bacillus Japanicum
5. Bakteri yang bersimbiosis pada tanaman akar polong-polongan dapat
menghambat nitrogen dari udara bebas dengan menggunakan enzim
nutregase

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007.bintil Akar Tanaman .http:// www.educasi.net.di akses 7


Desember 2009
Idiyah.saidatul.1995.Fisiologi Lanjutan dan Nutrisi.Universitas
Muhammaddiyah Malang.Malang
Ods.2008.bakteri bintil akar.http:// jutwrite.blog.prientes.com.di akses 7
desember 2009.
Pelczar,j.m.1986.dasar-dasar mikrobiologo.universitas Indonesia fress.jakarta.
Usman, raizali.1992.pengantar mikrobiologo tanah.pmipa universita pajejaran
bandung.

ACARA
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA DAN PENENTUAN UKURAN
MIKROBA

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah untuk menentukan
jumlah mikroba dan menentukan ukuran mikroba.

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 20 November
2009, pukul 13.30 yang dilaksanakan di Laboratorium Technologi Hasil Pertanian
(HTP) Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

LANDASAN TEORI
Jumlah mikroba dalam suatu bahan padat dapat ditentukan dengan
bermacam-macam cara, tergantung pada jenis bahan dan jenis mikroba yang
ditentukan. Populasi mikroba dalam tanah, air, bahan tanaman dan lain-lain
berbeda-beda tergantung pada susunan bahan tersebut. Ada dua cara perhitungan
mikroba yaitu secara langsung (direct methoed) dan secara tidak langsung
(indirect methoed) (John, 1984).

Biakan laboratorium prokariota ditumbuhkan dalam media cair atau padat


yang komposisinya diketahui. Media tersebut, dalam wadah seperti cawan petri
atau tabung reaksi, disterilkan untuk menjamin bahwa tidak ada mikroba yang
tidak diinginkan yang akan tumbuh. Kemudian suatu sampel prokariota, kadang-
kadang hanya sebuah sel tunggal, dimasukkan dari wadah itu diinkubasi pada
suatu suhu yang tepat. Ketika prokariota ditumbuhkan dalam media padat, koloni
umumnya akan tampak cukup besar dengan mata telanjang, setelah satu atau dua
hari. Ukuran bentuk, tekstur dan warna koloni itu memberikan petunjuk akan
identitas prokariota tersebut (Neil, 2003).

Suatu alat elektronik, yang dinamakan alat hitung coulter, dapat pula
dipakai untuk menghitung sel secara langsung didalam susupensi. Sebagian dari
suspense dilewatkan suatu lubang yang halus kecil. Lubang itu juga berfungsi
sebagai pelengkap sirkuit listrik lewat medium yang tergantung. Alat ini dapat
mencatat kebesaran dan lamanya perubahan pada pengantar listrik. Jadi mencatat
dan merekam baik jumlah maupun sebesar ukuran suatu populasi selular (Roger,
1984).

Ada dua cara perhitungan mikroba, yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung digunakan untuk
menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan, baik yang mati maupun yang
hidup. Ada beberapa cara perhitungan menggunakan mikroskop dan
Haemocytometer, baik pada mikroba yang hidup maupun mikroba yang mati
( Tim Mikrobiologi, 1998).
Arti kata pertumbuhan seperti yang dipakai pada prokariota lebih
mengarah kepada perbanyakan sel dan peningkatan dalam ukuran populasi
dibandingkan dengan pembesaran ukuran individu sel. Kondisi untuk
pertumbuhan optimum-suhu, pH, konsentrasi garam, sumber nutrisi dan
seterusnya bervariasi menurut spesies. Pendinginan akan memperlambat rusaknya
makanan, karena sebagian besar mikroorganisme hanya tumbuh dengan sangat
lambat pada suhu rendah (Schelegel, 1994).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat dan Bahan Praktikum

1. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
 Mikroskop
 Haemocytometer
 Pipet tetes
 Tissue
 Tabung reaksi (tempat suspense)

2. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
 Suspensi Fusarium sp.
 Suspensi Trichoderma sp.

Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah


sebagai berikut :

1. Dibersihkan Haemocytometer dengan tissue.


2. Dimasukan suspense trichoderma sp. pada haemocytometer sampai penuh
kepermukaan.
3. Ditutup dengan gelas penutup.
4. Diamati pada mikroskop.
5. Dilihat bentuknya dan dihitung jumlahnya.
6. Diulang cara diatas pada suspense fusarium sp.

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Hasl Pengamatan

1. Trichoderma sp

Kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak

Bagian dari kotak tengah yang terdiri dari 16 kotak

Perbesaran 40 x 10 = 400 kali

Bentuk mikroba bulat/ bundar-bundar kecil

2. Fusarium sp.

Kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak


Perbesaran 40 x 10 = 400 kali

Bentuk mikroba yang mikrokonidia =berbentuk bulat

Bentuk mikroba yang makrokonidia=berbentuk bulan sabit

3. Tabel Jumlah Jamur

Suspensi Jamur

Bidang Pandang Fusarium sp.


Trichoderma sp.
Mikrokonidia Makrokonidia

1 194 16 8

2 159 7 8

3 137 15 4

4 210 11 7

5 260 13 3

Jumlah 964 62 30

4. Perhitungan

1) Trichoderma sp.
Rumus : ∑ seluruh sel x ∑ bidang pandang
= 964 x 5
= 4820 mm2
Haemocytometer 0,1 mm, maka:
4820
= = 48200/mm3
0,1
48200
=
1 ml
= 48200000 sel
= 4,8 x 107 sel/ml

2) Fusarium sp.
a. Mikrokonidia
Rumus : ∑ seluruh sel x ∑ bidang pandang
= 62 x 5
= 310 mm2
Haemocytometer 0,1 mm, maka:
310
= = 3100/mm3
0,1
3100
=
1ml
= 3100000 sel
= 3,1 x 106 sel/ml

b. Makrokonidia
Rumus : ∑ seluruh sel x ∑ bidang pandang
= 30 x 5
= 150 mm2
Haemocytometer 0,1 mm, maka:
150
= = 1500/mm3
0,1
1500
=
1ml
= 1500000 sel
= 1,5 x 106 sel/ml

PEMBAHASAN

Jumlah mikroba dalam suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-


macam cara, tergantung pada bahan dan mikroba yang ditentukan. Dalam
menghitung jumlah mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
langsung ( direct method ) dan secara tidak langsung ( indirect method ).
Perhitungan mikroba secara langsung adalah cara yang dipakai untuk menentukan
jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup.
Sedangkan penjumlahan mikroba secara tidak langsung adalah cara yang dipakai
untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang hidup maupun yang
mati atau hanya menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja.

Dalam praktikum ini digunakan perhitungan jumlah mikroba secara


langsung dengan cara menggunakan counting chamber yaitu perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan dengan haecytometer yaitu dengan menempatkan
satu tetes suspensi bahan atau biakan mikroba pada alat tersebutditutup dengan
menggunakan gelas penutup kemudian diamati, pada mikroskop. Dengan alat ini
perhitungan mikroba dapat diperoleh berdasarka tempat mikroba tersebut. Pada
alat ini terdapat 9 kotak dimana dalam 1 kotaknya terdapat 25 kotak dan dimana
dalam 25 ini didalam tiap kotaknya terdapat 16 kotak. Dari 25 kotak ini dibuat 5
bidang pandang dimana dalam 1 bidang pandang terdapat 16 kotak, didalam 16
kotak inilah mikroba yang dihitung.

Pada hasil pengamatan, suspensi jamur Trichoderma sp. dari 5 sudut


pandang tersebut jumlahnya 964 sehingga dapat dihitung jumlah selnya yaitu 4,82
x 107 sel/ml, dan berbentuk bulat-bulat kecil. Pada suspensi jamur Fusarium sp.
terdiri dua ukuran makro dan ukuran mikro, pada ukuran mikro dari 5 sudut
pandang tersebut terdapat 62 mikroba, sehingga dapat dihitung jumlah selnya
yaitu 3,1 x 106 sel/ml dan berbentuk bulat-bulat kecil, sedangkan yang berukuran
makro dari 5 sudut pandang tersebut terdapat 30 mikrobia, sehingga dapat
dihitung jumlah selnya yaitu 1,5 x 106 sel/ml, dan bentuknya seperti bulat sabit.

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan dan
pembahasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Dalam perhitungan jumlah mikroba digunakan cara caunting chamber dengan


menggunakan alat yang disebut dengan haemocytometer.
2. Dari hasil yang diamati pada mikroskop antara sel Trichoderma sp. berbentuk
bulat – bulat kecil dan sel Fusarium sp. berbentuk seperti bulat sabit.
3. Jumlah mikroba pada hasil perhitungan untuk sel Trichoderma sp. adalah
4,82 x 107 sel/ml dan untuk sel Fusarium sp. dibagi menjadi 2 yaitu mikro
dan makro, untuk mikro jumlah perhitungannya adalah 3,1 x 106 sel/ml, dan
untuk makro jumlah perhitungannya adalah 1,5 x 105 sel/ml.
4. Pada Trichoderma sp. yang diamati hanyalah spora saja, sedangkan
Fusarium sp. yang diamati mikro dan makrokoridia.
DAFTAR PUSTAKA

John, I. 1984. Dunia Mikroba 2. Bhatara Karya Aksana. Jakarta.

Neil, A.C. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Roger, Y.S. 1984. Dunia Mikroba. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Schelegel, H.G. 2003. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada Universitas Press.


Yogyakarta.

Tim Mikrobilogi. 1998. Pengantar Biologi Umum. Angkasa. Bandung.

ACARA VI
ISOLASI MIKROBA DAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui dan
dapat melakukan beberapa cara dalam mengisolasi mikroba dan untuk
mendapatkan biakan murni jamur atau bakteri.

Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dilaboratorium mikrobiologi dasar Fakultas
Pertanian Universitas Mataram.

Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 november 2009
pukul 13:00- 1500 WITA

LANDASAN TEORI
Masing-masing mikrobia melakukan medium yang spesifik untuk dapat
diisolasi dari habitatnya. Memang ada juga medium yang bersifat universal
misalnya medium yang dapat digunakan untuk mengisolasi jamur, bakteri maupun
aktinomycetes, tetapi medium ini tidak dapat digunakan secara selektif untuk
mengisolasi mikrobia yang hidup tercampur dengan mikrobia lain. Dengan
demekian diperlukan medium selektif, sehingga mikrobia yang tahan terhadap
keadaan medium itu saja yang tumbuh (dwidjoseputro,1998).
Tidak semua mikrobia yang dapat diisolasi dan ditumuhkan dalam
medium buatan. Tempat hidup atau habitat mikrobia didalam menentukan cara
isolasi yang digunakan. Caa mengisolasi jamur akan berbeda dengan cara
mengisolasi bakteri, karena masing-masing mempunyai sifat yang berbeda.
Mikroba yang hidup didalam tanah maupun air memerlukan cara isolasi yang
berbeda dengan cara mikrobia yang hidup pada tanaman (
Sifat-sifat koloni suatu mikroba yang perlu diperhatikan pada koloni yang
tumbuh dipermukaan medium adalah besar kecilnya koloni (ada koloni yang
berupa titik adpaula yang melebar ). Bentuk-bentuk koloni ( ada yang bulat,
memanjang dan sebagainya ) dan kenaikan permukaan (ada koloni satu saja
dengan permukaan medium (sumarji, 2003).
Campuran isolasi mikroba yang disebarkan diatas permukaan medium
selektif yang dipadatkan dengan agar-agar. Maka setiap sel dalam medium yang
sanggup berkembang akan tumbuh dan akhirnya membentuk koloni. Penyebaran
terbatas populasi mikroba itu pada medium padat sangat mengurangi persaingan
(sumarjan, 2001).
Bekerja secara aseptis merupakan keharusan dalam kegiatan isolasi karena
jika tidak demikian maka biakan murni yang akan diharapkan tidak akan peroleh
karena akan tercampur dengan mikroba yang ada disekitar. Jenis bakteri aerob
diisolasi sengan perlakuan tuang cawan. Menurut kock, atau dengan
menggoreskan ose. Pelaksanaan isolasi murni dimulai dengan memisahkan satu
sel tertentu dari populasi tertentu (stanter, 1990).

PROSEDUR KERJA
Alat Dan Bahan Praktikum
Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan adalah
8. cawan petri steril
9. pipet steril
10. jarum ose
11. drigalski
12. lampu spritus
13. isolasi
14. inkubator

bahan-bahan praktikum
adapun bahan-bahan yang digunakan adalah
5. fusarium sp.
6. seleratium sp.
7. bacillus sp.
8. ralstonia sp.

Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah
 cara goresan
7. diambil suspensi biakan cair secara aseptis menggunakan jarum ose
8. digoreskan jarum ose tersebut sehalus mungkin diatas permukaan medium
cawan petri
9. digoreskan ose seperti garis empat buah sebanyak tiga tempat didekat
nyala api
10. dibungkus cawan petri dengan isolasi dan diberi nama biakan tersebut
(nama biakan, tanggal dan kelompok)
11. diinkubasi pada suhu 37o didalam inkubator selam 2-3 hari
12. diamati bentuk pertumbuhan sel bakteri hasil inkubasi
 cara sebaran
5. diambil 0,5-1 ml suspensi dengan pipet steril dan diletakkan diatas
permukaan medium
6. diratakan biakan dipermukaan dengan menggunakan drigalski digerakkan
dengan arah memutar
7. dibungkus dan diberi label pada cawan petri, diinkubasi selama 2-3 hari
8. diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni dan penyebarannya
 cara taburan
5. diambil 2 ose suspensi bakteri dan diletakkan didalam cawan petri steril
6. dituangkan secara aseptis medium yang sudah disiapkan didalam cawan
petri steril dan digoyangkan cawan petri dengan memutar diatas atau
sekitar lampu spritus
7. dibungkus dan diberi label, diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 30o
8. diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni bakteri
HASIL PENGAMATAN

I Hasil pertama (Sabtu, 14 november 2009)


D. Cara goresan
Ralstonia sp Bacillus sp
Bentuk koloni Titik-titik (panjang Bulat
terdapat titik-titik)
Tepi koloni Berombak Utuh
Permukaan koloni Melengkung Rata
Warna Putih Putih

E. Cara sebaran
Ralstonia sp Bacillus sp
Bentuk koloni Titik-titik Bulat
Permukaan koloni Mencembung Mencembung
Tepi koloni Berombak Utuh
Warna Putih Putih
Jumlah 123 1

F. Cara taburan
1. Bacillus sp. : Terkontaminasi
2. Ralstonia sp.: Terkontaminasi

II hari kedua (senin 16-11-09)


Bakteri Ukuran Bentuk Wajah permukaan Kepekaan
koloni
Ralstonia sp. 4,2 cm Panjang tipis Mengkilap Koloni
lunak
Bacillus sp. 3,5 cm Bulat, Mengkilap Lunak
memanjang
dan melebar

Jamur Bentuk Warna Ukuran 9 (diameter)


Fusarium sp. Berbenang Putih kapas 4 cm
Skleratium sp. Berbenang Putih kapas 9 cm
III Hari ketiga (Selasa 17 november 2009)
Jamur Bentuk Warna Ukuran (diameter)
Fusarium sp. Berbenang Putih 5,5 cm
seperti kapuk
Skleratium sp. Berbenang Putih 9 cm

PEMBAHASAN

Suatu mikrobia yang hidup dialam terbuka jarang dijumpai tumbuh


sebagai biakan murni, tetapi pada umumnya dalam populasi campuran dengan
mikrobia lainnya. Untuk mengidentifikasi mikrobia termasuk pengujian
morfologi, perlu dilakukan pengisolasian pada mikrobia. Tidak semua mikrobia
dapat diisolasi dan ditumbuhkan dalam medium buatan. Cara mengisolasi bakteri
berbeda dengan cara mengisolasi jamur karena masing-masing mempunyai sifat
yang berbeda.
Tempat hidup atau habitat mikrobia dalam menentukan cara isolasi yang
digunakan, masing-masing mikrobia memerlukan medium yang spesifik untuk
dapat diisolasi dari habitatnya. Dalam hal ini diperlukan medium selektif,
sehingga hanya mikrobia yang tahan terhadap keadaan medium itu saja yang
tumbuh.
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi terhadap mikrobia, hal ini
bertujuan untuk mengetahui dan dapat melakukan beberapa cara dalam
mengisolasi mikrobia. Ada 3 cara yang dilakukan dalam mengisolasi mikrobia
yaitu cara goresan, cara sebaran dan cara taburan. Pengamatan dilakukan pada
bakteri ralstonia sp. Dan bacillus sp. Dan pada jamur Fusarium sp. Dan
Skelaratium sp.
Cara goresan pada dasarnya dilakuka dengan menggoreskan suspensi
bahan yang mengandung bakteripada permukaan medium agar pada cawan petri
steril atau dalam tabung reaksi. Alat yang digunakan adalah ose. Pada
pengamatan ini dalam 4 hari didapatkan isolasi bakteri dengan cara goresan yaitu
pada Ralstonia sp. Bentuk koloninya titik-titik, tepi oloni berombak, permukaan
koloni melengkung dan warna koloni putih, itu pula pada hari pertama
pengamatan.pada hari kedua didapatkan hasil goresan bakteri yang berbeda yaitu
pada ralstonia sp. Ukuran koloni menjadi 4,2 cm tetapi tetap berupa titik-titik,
bentuknya panjang tipis, wajah permukaan mengkilat, kepekaan koloni lunak.
Bacillus sp ukuran menjadi 3,5 cm, berbentuk bulat, memanjang dan melebar,
wajah permukaan mengkilat dan kepekaan koloni lunak, hal ini menunjukkan
bahwa cara goresan dapat menumbuhkan bakteri.
Selain itu ada juga cara sebaran, pada dasarnya dilakukan dengan cara
menginkubasikan suspensi biakan pada medium didalam cawan petri secara
merata dengan menggunakan alat drigalski. Cara sebaran ini diperlakukan pada
bakteri ralstonia sp dan bacillus sp yaitu didapatkan hasil pengamatannya pada
Ralstonia sp, bentuk koloninya titik-titik, permukaan koloni mencembun, tepi
koloni berombak, warna putih, jumlahnya 123 . sedangkan pada bacillus sp,
bentuk koloni bulat, permukaan koloni mencembun, tepi koloni utuh, berwarna
putih dengan jumlah koloni 1, hasil setelah inkubasi akan terlihat koloni yang
tersebar merata dipermukaan medium, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
jumlah koloni Ralstonia sp lebih cepat dari pada koloni Bacillus sp.
Pada fusarum sp dan skleratium sp menunjukkan pertumbuhan yang baik
yaitu pada awalnya berbentuk berbenang, berwarna putih kapas namun berukuran
beda yaitu fusarium sp 4 cm dan skleratium sp 9 cm. pada hari kedua pada
skleratium sp tidak mengalami perubahan namun pada bagian pinggir cawan
semakin tebal. Pada fusarium mengalami pertambahan ukuran yaitu menjadi 5,5
cm. pada hari ketiga pada fusarium sp bentuknya berbenang (bundar tipis), warna
putih kekuning-kuningan, diameter (ukuran) menjadi 6 cm, hal ini menunjukkan
mengalami penambahan. Pada skleratium sp, bentuknya bundar benang
(merambat didinding), warnanya putih kapas dan diameternya 9 cm. namun
perkembangannya sudah merambat kedidinding (cawan petri).
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah


6. cara mengisolasi jamur berbeda dengan cara mengisolasi bakteri karena
masing-masing mempunyai sifat yang berbeda
7. pengisolasian mikrobia dilakukan dengan 3 cara yaitu cara sebaran, cara
tebaran dan cara goresan
8. pertumbuhan jumlah koloni ralstonia sp lebih cepat dibandingkan koloni
bacillus sp
9. ukuran atau diameter jamur scleratium sp lebih besar dari pada ukuran
jamur fusarium sp yaitu 6 cm dan 9 cm
10. bentuk dan warna pada scleratium sp dan fusarium sp sama
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 1998. dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Hans, 1994. mikrobiologi umum. Salamba medisa. Jakarta.

Stanier, 1990. dunia mikroba. Brata raya aksara. Jakarta.

Sumarjan, 2001. dunia mikroba I. Brata raya aksara. Jakarta.

Sumardji, 2003. Isolasi mikroba dan medium selektif mikroba, Htm.


http://smart.blokspot.com/2009/10. Diakses 16 november 2009.

Anda mungkin juga menyukai