Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PEMICU

BLOK 12
MUKOSA DAN PERIODONTAL
PEMICU 2
“GUSI OH GUSI”

DISUSUN OLEH :
HELEN SAPARINGGA MARBUN
190600181
KELOMPOK 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kesehatan tubuh individu. Gigi dan jaringan
periodonsium merupakan komponen penting dalam kesehatan gigi dan mulut. Dua masalah
utama kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal
(gingivitis dan periodontitis), lalu diikuti dengan kanker mulut serta trauma gigi. Penyakit
jaringan periodontal seperti gingivitis dan periodontitis merupakan kondisi penyakit rongga
mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat dunia. Di Indonesia sendiri dilaporkan
bahwa penyakit periodontal menempati urutan ke-2 prevalensi penyakit rongga mulut
tertinggi setelah karies. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, prevalensi penderita
penyakit jaringan periodontal sebesar 95,21%.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi jaringan periodontal adalah cara individu
merawat oral hygiene pada saat sehat, maupun perawatan saat muncut penyakit. Penyakit
periodontal merupakan penyakit inflamasi yang diinisiasi oleh bakteri patogen. Lingkungan,
fisik, sosial dan keadaan psikis host dapat mempengaruhi dan memodifikasi penyakit
periodontal. Beberapa kondisi sistemik pasien dapat mempengaruhi isiniasi dan tingkat
keparahan gingivitis dan periodontitis.
1.2 Deskripsi Topik
1.2.1 Skenario
Nama Pemicu : Gusi oh gusi
Penyusun : Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K), Martina Amalia, drg.,
Sp.Perio (K)., Nurdiana, drg., Sp.PM
Hari/Tanggal : Jumat, 26 Februari 2021
Jam : 07.30 – 09.30 WIB
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gusi berdarah
pada saat menyikat gigi sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa satu bulan
yang lalu, pasien telah dilakukan penambalan pada gigi regio depan rahang atas dan sejak
setahun yang lalu telah memakai gigi palsu lepasan, namun tidak pernah dilepas dan
dibersihkan. Pasien melakukan sikat gigi 2 kali sehari, setiap habis mandi. Pemeriksaan intra
oral terlihat ada tambalan pada gigi 13, 12 dan 11 di daerah servikal. Gigi 33,32,31,41,42 dan
43 berjejal, kemerahan yang diffuse pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa lepasan.
Pemeriksaan secara probing pada gigi 13,12,11, 33,32,31,41,42 dan 43 ada perdarahan
gingiva (BOP +) namun belum ada kehilangan perlekatan. Indeks debris 2,4; Indeks kalkulus
1,9. Pasien memakai protesa lepasan pada gigi 17,16, 26 dan 27.

1.2.2 Pertanyaan
1. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kasus tersebut?
2. Apakah diagnosis kasus tersebut? Jelaskan alasannya ?
3. Jelaskan apa saja perubahan yang dapat terjadi pada gingiva untuk penyakit tersebut,
bandingkan dengan keadaan gingiva normal, dan bagaimana perubahan tersebut dapat terjadi.
4. Apakah etiologi penyakit tersebut dan jelaskan masing-masing peranan dari tiap-tiap
etiologi tersebut?
5. Jelaskan patogenesis penyakit tersebut!
6. Jelaskan prognosis penyakit tersebut!
7. Jelaskan rencana perawatan penyakit tersebut!
8. Jelaskan metode, interval dan waktu penyikatan gigi yang tepat untuk menjaga kesehatan
gingiva.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kasus tersebut?
Jawab : Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis kasus pada skenario yaitu:
- Anamnesa, yaitu penilaian pasien secara umum untuk mendapatkan gambaran sekilas
tentang karakter dan tipe pasien
a. Riwayat medis, yaitu penilaian terhadap kesehatan, untuk mengetahui obat-obatan
apa saja yang sedang atau terakhir digunakan oleh pasien
b. Riwayat dental, mengenai keluhan utama pasien dan riwayat dental masa lalu.
- Pemeriksaan ekstra oral, melihat perubahan yang terjadi di sekitar wajah dan leher
- Pemeriksaan intra oral
a. Pemeriksaan gigi geligi, yaitu pemeriksaan satu persatu gigi untuk melihat
kelainan yang ada pada setiap gigi meliputi pemeriksaan keausan gigi,
hipersensitivitas gigi, hubungan kontak proksimal, mobiliti gigi, dan gigi tiruan serta
piranti orthodonti
b. Pemeriksaan periodonsium, yaitu pemeriksaan terhadap semua tanda-tanda
periodontal yang meliputi keadaan plak dan kalkulus, inflamasi pada gingiva,
keberadaan saku periodontal, distribusi, kedalaman poket, level perlekatan dan tipe
poket, pendarahan pada probbing, keberadaan lesi furkasi, dan keberadaan abses
gingiva atau periodontal
- Pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan laboratorium.
Dalam menegakkan diagnosis pada suatu kasus, harus dilakukan sebuah pemeriksaan
awal sebelum diagnosis tersebut dibuat
Sumber : Setyawan, Febri Endra Budi. Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien. Magna
Medica: Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan. 2017;1(4): 51-57.

2. Apakah diagnosis kasus tersebut? Jelaskan alasannya ?


Jawab : Diagnosis pada kasus tersebut adalah gingivitis. Pada skenario tertera bahwa pada gigi
13,12,11, 33,32,31,41,42 dan 43 ada perdarahan gingiva (BOP +) namun belum ada kehilangan
perlekatan. Diketahui juga bahwa gigi 33,32,31,41,42 dan 43 berjejal, dimana dapat kita ketahui
gigi berjejal sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, kondisi ini dapat menyebabkan
penumpukan plak yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gingivitis. Hal ini
dapat disebabkan oleh karena pada saat pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit
menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi
akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian menjadi pemicu gigi berlubang (karies) dan
penyakit gusi (gingivitis).
Kemudian kemerahan pada daerah palatal dapat didiagnosis sebagai Denture Stomatitis.
Denture Stomatitis sendiri merupakan inflamasi pada mukosa yang tertutup oleh permukaan
anatomis gigi tiruan, baik gigi tiruan sebagian atau gigi tiruan lengkap. Faktor–faktor yang
menyebabkan denture stomatitis yaitu trauma dari gigi tiruan dan adanya keterlibatan mikroba
umumnya disebabkan oleh jamur Candida sp atau akibat kedua faktor tersebut. Dapat kita
ketahui bahwa pasien menggunakan protesa lepasan pada gigi 17,16, 26 dan 27. Dan dikatakan
bahwa pasien tidak pernah melepas dan membersihkan gigi tiruannya. Dengan tidak pernah
melepas dan membersihkan gigi tiruan yang digunakannya, dapat dikatakan bahwa Indeks
Hygiene pasien tersebut pasti buruk sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur Candida sp dan
juga dapat berupa tekanan terus menerus yang terdapat dari gigi tiruan yang membuat gusi
mengalami inflamasi. Hal tersebut menyebabkan kemerahan yang diffuse pada daerah palatum
yang ditutupi plat protesa lepasan.

Sumber :
1. Sasea, A., Lampus, B. S., & Supit, A. (2013). Gambaran status kebersihan rongga mulut dan
status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal. e-GiGi, 1(1).
2. Herawati Erna, Novani Dwi. Penatalaksanaan Kasus Denture Stomatitis. Jurnal Kedokteran
Gigi Universitas Padjajaran. 2017;29(3):179-183.

3. Jelaskan apa saja perubahan yang dapat terjadi pada gingiva untuk penyakit tersebut
dibandingkan dengan keadaan gingiva normal, dan bagaimana perubahan tersebut dapat
terjadi.
Jawab :
Gambaran klinis gingiva normal dan perubahan saat gingivitis antara lain :
1. Warna gingiva
Warna gingiva normal umunya berwarna merah jambu (coral pink). Hal ini disebabkan oleh
adanya pasokan darah, tebal dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini
berpariasi untuk setiap orang dan erat hungungannya dengan pigmentasi kutaneous. Warna
merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya peradangan
gingiva kronis.
2. Besar gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, intra seluler, dan pasokan darah. Perubahan
gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit periodontal. Gingivitis
terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan perdarahan gingiva akibat vasodilatasi,
pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel.
3. Kontur gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan
gigi geligi pada lengkungannya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi
embrasure gingiva oral maupun vestibular. Papila interdental menutupi bagian interdental
sehingga tampak lancip. Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal menyebabkan celah menjadi
lebih lebar dan meluas ke permukaan akar
4. Konsistensi gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga
gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal. Pada kondisi gingivitis kronis terjadi perubahan
destruktif dan reparatif.
5. Tekstur gingiva
Permukaan gingiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut stipling.
Stipling akan terlihat jelas jika permukaan gingiva dikeringkan. Stipling ini bervariasi dari
individu yang lain dan pada permukaan yang berbeda pada mulut yang sama. Stipling akan lebih
jelas terlihat pada permukaan yang berbeda pada mulut yang sama. Stipling akan lebih jelas
terlihat pada permukaan vestibulum di bandingkan permukaan oral. Stipling terjadi karena
proyeksi lapisan papilar lamina propuria, yang mendorong epitel menjadi tojolan-tonjolan bulat
yang berselang-seling dalam pelekukan epitel.
6. Kecenderungan pendrahan pada palpasi atau probing dengan tekanan lembut. Gingiva
yang sehat tidak akan berdarah pada saat sonde (probe) periodontal dimasukkan ke dalam sulkus
dengan hati-hati, atau bila gingiva bebas dipalpasi degan jari.
Sumber : Rose LF, Meakey,BL, Genco RJ, Cohen DW. Periodontic Medicine, Surgery and
Implant

4. Apakah etiologi penyakit tersebut dan jelaskan masing-masing peranan dari tiap-tiap
etiologi tersebut?
Jawab : Etiologi dari penyakit tersebut ialah faktor utama maupun faktor predisposisi. Penyebab
utama dari gingivitis adalah bakteri pada plak gigi. Plak gigi memiliki kecenderungan terbentuk
di segala usia dari individu. Akumulasi plak dengan jumlah yang sangat banyak di regio
interdental menimbulkan inflamasi gingiva pada daerah papila interdental kemudian menyebar
ke daerah marginal gingiva.
➢ Faktor Utama
- Plak Gigi
Plak gigi dapat diklasifikasikan menjadi plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak yang
berperan pada gingivitis adalah sebagian besar plak supragingiva. Ketika gingivitis telah
memasuki tahap lanjut, plak subgingiva ikut berperan.
- Bakteri yang berperan pada gingivitis
Adapun bakteri yang berperan pada gingivitis terdiri dari 56% spesies gram positif dan 44%
gram negatif, 59% spesies yang fakultatif dan 41% spesies yang anaerob. Bakteri gram positif
pada gingivitis antara lain Streptococcus sanguinis, Streptococcus mitis, Streptococcus
intermedius, Streptococcus oralis, Actinomyces viscosus, Actinomyces naeslundii, dan
Peptostreptococcus micros. Bakteri gram negatif yaitu Fusobacterium nucleatum, Prevotella
intermedia, Veilonella parvula, Haemofilus influenza, spesies Capnocyphaga, dan spesies
Campylabacter.
➢ Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan retensi plak pada gigi sehingga
menyebabkan inflamasi gingiva. Menurut B M Elley dan JD Manson (2004), faktor predisposisi
dapat berupa kesalahan restorasi, kavitas karies, impaksi makanan, gigi tiruan yang tidak
adekuat, alat ortodonti, gigi yang berjejal, bernapas melalui mulut, dan developmental groove
pada permukaan servikal.
Denture Stomatitis
Denture stomatitis dapat disebabkan berbagai faktor yaitu trauma, mikroba, dan faktor sistemik.
▪ Trauma adalah bentuk cedera atau kerusakan yang disebabkan oleh mekanis, termal, dan
kimia pada jaringan mukosa mulut yang dapat menyebabkan inflamasi. Gigi tiruan yang
tidak stabil (ill-fitting denture) atau sayap landasan yang terlalu panjang akan
menyebabkan trauma kronis pada mukosa. Trauma kronis ini akan mengakibatkan
inflamasi lalu menghasilkan jaringan granulasi dan adanya sel–sel inflamasi kronis yang
akan melepaskan local growth factor yang lebih meningkat. Peranan local growth factor
untuk mengirimkan signal ke sel fibroblas sehingga sel tersebut berproliferasi dan
menghasilkan serat –serat kolagen yang bermanifestasi sebagai jaringan hiperplastik
reaktif. Pada kondisi normal sel fibroblas merupakan komponen dari lamina propria yang
berfungsi menjaga integritas jaringan konektif dengan cara menghasilkan serat kolagen
yang memiliki tingkat poliferasi yang sangat rendah.
▪ Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya DS adalah jamur dan bakteri.
Pertumbuhan jamur Candida albicans ditemukan pada 70% penderita denture stomatitis.
Pada penderita tersebut, Candida albicans ditemukan pada permukaan anatomis terutama
pada daerah porus dan undercut. Candida albicans merupakan jamur oportunis patogen,
jamur tersebut mempunyai beberapa faktor patogenitas sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang disebut candidiasis. Faktor patogenitas tersebut adalah kemampuan untuk
melekat pada mukosa mulut karena pada permukaan sel tersebut terdapat adesin, dapat
menghasilkan enzim seperti proteinase dan fosfolipase, dan dapat membentuk hifa.
Adanya faktor – faktor tersebut memudahkan candida albicans untuk berpoliferasi
sehingga membentuk koloni kemudian merusak epitel dan ahirnya jamur tersebut
mengivasi epitel mukosa mulut. Selanjutnya candida albican berubah bentuk menjadi hifa
yang bersifat lebih patogen.
▪ Faktor predisposisi lainnya adalah diabetes mellitus, defisiensi nutrisi seperti asam folat
dan B12 dan penggunaan obat – obatan imunosupresif. Kondisi tersebut pada umumnya
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh dan kualitas jaringan epitel.

5. Jelaskan patogenesis penyakit tersebut!


Jawab :
➢ Gingivitis
Menurut Besford(1996), proses terjadinya gingivitis dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
a. Tahap pertama : Plak yang terdapat pada gigi dekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah
(lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat, dan bercahaya, tidak tipis dan
berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika disikat (karena adanya luka kecil
pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b. Tahap kedua : Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung. Plak
dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi membusuk, dan ini
diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga
menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang rahang, gusi tetap berwarna merah,
bengkak dan mudah berdarah ketika disikat, tetapi tidak terasa sakit.
c. Tahap ketiga : Setelah beberapa bulan tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap
ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin turun,
meskipun tidak secepat kerusakan tulang.gusi menjadi lebih dalam (lebih dari enam mm), karena
tulang hilang, gigi menjadi sakit, goyang dan kadang-kadang gigi depan mulai bergerak dari
posisi semula. Kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan
tetap tidak ada rasa sakit.
d. Tahap keempat : Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi
terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan plaque yang
baik dan perawatan gusi, tahap terkhir dapat dicapai, sekarang kebanyakan tulang di sekitar gigi
telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit, pada
tahap ini merupakan suatu tahap gingivitis yang di biarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut
ketahap paling paling akut yaitu periodontitis.

➢ Denture Stomatitis
Gigi tiruan dengan kebersihan yang buruk menunjukkan tingkat akumulasi plak yang banyak.
Candida albicans merupakan salah satu mikroogranisme yang banyak ditemukan pada plak gigi
tiruan dan diketahui sebagai mikroorganisme patogen utama penyebab denture stomatitis.
Candida albicans memiliki kemampuan patogen yaitu dapat menghasilkan enzim aspartil
proteinase yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada mukosa pendukung
gigi tiruan. Enzim ini dihasilkan dan diaktivasi pada lingkungan asam (pH < 4). Penggunaan gigi
tiruan secara terus- menerus, yaitu sepanjang hari hingga malam hari ketika tidur, dapat
menyebabkan keadaan di bawah permukaan basis gigi tiruan bersifat asam. Hal ini dapat
memberikan keuntungan bagi Candida albicans untuk menghasilkan enzim aspartil proteinase
dan menyebabkan reaksi inflamasi.
Permukaan internal basis gigi tiruan (denture fitting surface) merupakan bagian yang paling
banyak ditemukan kolonisasi Candida albicans. Hal ini disebabkan karena permukaan internal
basis gigi tiruan resin akrilik yang kasar sehingga memudahkan Candida albicans untuk melekat
pada permukaan tersebut. Oleh karena itulah pembersihan gigi tiruan yang kurang adekuat dapat
meningkatkan kolonisasi dan pertumbuhan Candida albicans.
Sumber :
[1] Krisma Winatty. Level of Denture Cleanliness Influences the Presence of Denture Stomatitis
on Maxillary Denture Bearing-Mucosa. Journal of Dentistry Indonesia. 2014; 21(2):44-45.
[2] Nurul Dewi. Infeksi dalam bidang periodonsia. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia.
Universitas Indonesia. 2002: 15.

6. Jelaskan prognosis penyakit tersebut!


Jawab : Prognosis adalah suatu prediksi dari lama, perjalanan, penghentian dari penyakit dan
responnya terhadap perawatan. Untuk penentuan prognosis penyakit periodontal yaitu gingivitis
secara keseluruhan, faktor-faktor yang perlu dipakai sebagai bahan pertimbangan antara lain:
usia serta latar belakang penyakit sistemik yang diderita, adanya maloklusi, status periodontal
yang dihubungkan dengan pembuatan protesa, merokok, dan kooperasi dari pasien. Faktor-faktor
ini merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan prognosis (Prayitno,
2003).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis ialah:
A. Faktor klinis
1. Umur pasien
2. Keparahan penyakit periodontal sebelumnya.
Hal yang harus diperhatikan adalah kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan
tulang, dan tipe defek tulang.
3. Kerjasama pasien.
Prognosis pasien dengan penyakit gingival dan periodontal bergantung dari sikap pasien,
keinginan untuk mempertahankan gigi asli, kemauan dan kemampuan untuk merawat OH
yang baik.
B. Faktor sistemik dan lingkungan
1. Merokok
2. Keadaan penyakit sistemik
Penyakit/kondisi sistemik misalnya diabetes tipe I dan 2, kondisi yang
membatasi pasien untuk menerima prosedur oral.
3. Faktor genetik
4. Stress
C. Faktor lokal
1. Plak/ Kalkulus
Kontrol plak, plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit periodontal.
2. Restorasi sub gingiva
3. Faktor anatomi
Faktor anatomik seperti akar yang pendek dan runcing, Cervical enamel projections, enamel
pearls, bifurcation ridges, kecekungan akar, developmental grroves, kedekatan akar,
keterlibatan furkasi, mobilitas gigi.
4. Kegoyangan gigi
5. Karies gigi non vital dan resorbsi akar

Adapun klasifikasi dari prognosis ialah:


1. Prognosis sangat bagus (exellent)
Tidak ada kehilangan tulang, kondisi gingiva sangat bagus, kerja ama pasien bagus, tidak
ada faktor sistemik / lingkungan.
2. Prognosis bagus
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut: sisa tulang penyangga cukup, kemungkinan untuk
mengontrol faktor etiologi dan gigi - geligi dapat dipelihara, kerjasama pasien cukup, tidak
ada faktor sistemik/lingkungan, atau bila ada faktor sistemik dapat dikontrol.
3. Prognosis sedang (fair prognosis)
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut : sisa tulang penyangga kurang cukup, sebagian gigi
goyang, F1 derajat I, dapat dilakukan pemeliharaan, kerjasama pasien dapat diterima, ada
faktor sistemik/ ingkungan ringan.
4. Prognosis jelek
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut : kehilangan tulang sedang sampai lanjut, Fl derajat
II dan III, gigi goyang, sulit melakukan pemeliharaan daerah dan atau kerjasama pasien
diragukan.
5. Prognosis diragukan
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut : kehilangan tulang lanjut, Fl derajat II dan III, gigi
goyang, dacrah sulit dicapai, ada faktor sistemik/lingkungan.
6. Prognosis tanpa harapan
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut : kehilangn tulang lanjut, daerah yang tidak dapat
dipelihara, indikasi ekstraksi, adanya faktor sistemik/lingkungan tidak terkontrol (Carranza,
2006).
Maka prognosis yg didapat setelah ditinjau dari kasus dan dihubungkan pada klasifikasi
prognosis tersebut ialah Prognosis bagus. Karena pasien mengalami penyakit gingivitis dimana
sudah terjadi BOP+ namun masih adanya perlekatan. Kemudian ditinjau dari umur pasien akan
dijamin lebih kooperatif dalam melaksanakan perawatan. Ditambah pasien tidak memiliki faktor
sistemik, serta faktor-faktor dari etiologi dapat dikontrol dan gigi geligi dapat dipelihara.
Sumber : Carranza FA, 2006. Newman MG, Takei HH, &Klokkevold PR: Clinical
Periodontology, 101" ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia. Bakar, Abu. 2013. Kedokteran
Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: Quantum.

7. Jelaskan rencana perawatan penyakit tersebut!


Jawab : Rencana perawatan Gingivitis pada Gigi Berjejal adalah bagian dari perawatan
penyakit periodontal yang terdiri atas 4 fase yaitu:
1. Fase I
Fase I disebut juga sebagai fase etiotropik atau fase nonbedah. Fase etiotropik merupakan
perawatan inisial pada gingivitis. Tujuan dari fase ini yaitu menghilangkan ataupun mengurangi
peradangan, dan mencegah penjalaran penyakit periodontal yang lebih dalam. Fase ini dilakukan
dengan cara membuang semua iritan lokal penyebab radang dengan skeling dan penghalusan
akar (SPA); kontrol plak; perbaikan restorasi gigi; dan motivasi, edukasi, instruksi (MEI)
mengenai pencegahan penyakit periodontal.
2. Fase II
Fase II disebut juga sebagai fase bedah. Fase bedah dilakukan pada gingivitis yang disebabkan
oleh plak yang disertai dengan pembesaran gingiva. Fase ini bertujuan untuk mencapai kondisi
jaringan periodonsium yang fisiologis, stabil dan mudah dalam pemeliharaan.
3. Fase III
Fase III disebut juga sebagai fase restoratif. Fase ini merupakan perawatan pendukung pada
gingivitis seperti perawatan ortodontik untuk meratakan gigi berjejal.
4. Fase IV
Fase IV disebut juga sebagai fase pemeliharaan. Fase ini merupakan fase yang meliputi kegiatan
pengecekan kembali secara periodik di akhir setiap fase yang bertujuan untuk mencegah
kambuhnya gingivitis. Fase ini meliputi kontrol plak berkala ke dokter gigi dan melakukan
prosedur oral hygiene sehari-hari di rumah.

Perawatan denture stomatitis dapat dilakukan dengan pemberian antifungal, instruksi


pembersihan gigitiruan dan pergantian gigitiruan.
▪ Pemberian Antifungal
▪ Pemberian antifungal dapat menghambat pembentukan biofilm oleh Candida albicans.
Pemberian antifungal dapat dilakukan secara topikal maupun sistemik. Sejumlah
antifungal banyak digunakan dalam pengobatan infeksi Candida. Agen antifungal yang
biasa digunakan adalah golongan triazol yaitu flukonazol. Selain itu obat lain yang efektif
dalam pengobatan adalah Nistatin. Obat ini efektif dalam pengobatan topikal pada infeksi
Candida. Nistatin dioleskan pada mukosa yang berkontak dengan gigitiruan empat kali
sehari selama satu hingga dua minggu. Pemakaian antijamur topikal cukup efektif untuk
mengatasi infeksi Candida albicans pada rongga mulut dengan lesi terlokalisasi pada
mukosa di bawah gigitiruan dan tanpa riwayat penyakit sistemik. Pemakaian antijamur
sistemik lebih tepat diberikan pada pasien dengan intoleransi dan sukar sembuh dengan
terapi topikal atau memiliki penyakit sistemik yang mempersulit kesembuhan
▪ Instruksi berkaitan dengan Gigitiruan
▪ Pada kasus denture stomatitis yang tekait dengan keadaan gigitiruan, pasien
diinstruksikan untuk melepaskan gigitiruan saat malam hari sebelum tidur. Gigitiruan
seharusnya dilepas sepanjang malam atau minimal enam sampai delapan jam sehari.
Pasien juga diinstruksikan untuk rutin membersihkan gigitiruannya. Membersihkan
gigitiruan dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.
o Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat
dan pasta pembersih gigitiruan. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan
yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat
mengikis basis gigitiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat
terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif.
Pasien disarankan untuk menyikat gigitiruan dengan lembut secara perlahan.
Pembersihan gigitiruan dengan penyikatan diketahui kurang efektif untuk
mengontrol pembentukan biofilm terutama pada permukaan gigitiruan yang sulit
dijangkau.
o Pembersihan secara kimiawi
▪ Selain menyikat gigitiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih kemis juga
disarankan. Bahan pembersih kimiawi dapat membersihkan plak yang berada di samping
permukaan gigitiruan yang areanya tidak terjangkau dengan penyikatan. Metode
perendaman dalam larutan kimia memiliki keuntungan yaitu mudah digunakan, namun
memiliki kelemahan yaitu perendaman yang terlalu lama dapat mengakibatkan perubahan
warna basis gigitiruan. Bahan pembersih kimiawi yang umum digunakan adalah sodium
hipoklorit atau klorheksidin 0,2%. Perendaman gigitiruan dalam larutan sodium
hipoklorit 0,2% dua kali sehari selama 15 menit.7 Kombinasi pembersihan gigitiruan
secara mekanis dan kimiawi merupakan metode pembersihan yang efektif untuk
mengontrol pembentukan biofilm pada permukaan gigitiruan.

8. Jelaskan metode, interval dan waktu penyikatan gigi yang tepat untuk menjaga
kesehatan gingiva.
Jawab : Teknik apapun yang dipergunakan harus memperhatikan cara menyikat gigi tersebut
jangan sampai merusak struktur gigi dan menjaga gingiva. Ada bermacam-macam metode
penyikatan gigi, yaitu :
a) Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu
gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang
dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode horizontal semua
permukaan gigi 15 disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup
sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi
gingiva dan abrasi gigi.
b) Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu
sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat
digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui
permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8- 12 kali pada
setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan
untuk pembersihan daerah interdental.
c) Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk
sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk
lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat
dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan
pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.
d) Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang
gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku gusi
dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-kecil
ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik
Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang
gigi depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal.
e) Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi.
Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaranlingkaran
besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2
gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan
sama tetapi lingkarannya lebih kecil.
f) Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi
gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih
parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi
dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun
bulu sikat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasien pada scenario tersebut mengalami denture stomatitis dan gingivitis. Denture stomatitis
disebabkan karena pemakaian gigi palsu lepasan namun tidak pernah dilepas dan dibersihkan
sehingga terdapat kemerahan yang diffuse pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa
lepasan. Selain denture stomatitis pasien tersebut juga mengalami gingivitis yang disebabkan
oleh gigi berjejal sehingga pasien kesulitan untuk membersihkan giginya dan menjadi menjadi
tempat akumulasi sisa – sisa makanan dan tempat pembentukan plak. Hal ini dapat disebabkan
karena pada saat pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan
yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan
membentuk kalkulus kemudian menjadi pemicu penyakit gusi (gingivitis), bahkan kerusakan
pada jaringan pendukung gigi (periodontitis). Kemudian sebagai dokter gigi kita harus
melakukan perawatan kepada pasien tersebut. Untuk perawatan denture stomatitis pasien diberi
instruksi higiene protese, penerapan antijamur topikal. dan verifikasi kebutuhan untuk membuat
prostesis baru. Dan untuk perawatan gingivitis terdapat 4 fase.
DAFTAR PUSTAKA

1. Barnard, Keith. The management of gingivitis. View Profile. GP (Nov 25, 2011); 28.
2. Carranza FA, 2006. Newman MG, Takei HH, &Klokkevold PR: Clinical Periodontology,
101" ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia. Bakar, Abu. 2013. Kedokteran Gigi Klinis
Edisi 2. Yogyakarta: Quantum.
3. Herawati Erna, Novani Dwi. Penatalaksanaan Kasus Denture Stomatitis. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. 2017;29(3):179-183.
4. James O.Kistler, Veronica Booth, David J. Bradshaw, William G. Wade. Bacterial
Community Development in Experimental Gingivitis Microbiology. PlosOne. August200813;
Volume 8 Issue 8 e71227.
5. Krisma Winatty. Level of Denture Cleanliness Influences the Presence of Denture
Stomatitis on Maxillary Denture Bearing-Mucosa. Journal of Dentistry Indonesia. 2014;
21(2):44-45.
6. Nurul Dewi. Infeksi dalam bidang periodonsia. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia.
Universitas Indonesia. 2002: 15.
7. Rose LF, Meakey,BL, Genco RJ, Cohen DW. Periodontic Medicine, Surgery and Implant
8. Sasea, A., Lampus, B. S., & Supit, A. (2013). Gambaran status kebersihan rongga mulut
dan status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal. e-GiGi, 1(1).
9. Setyawan, Febri Endra Budi. Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien. Magna
Medica: Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan. 2017;1(4): 51-57.

Anda mungkin juga menyukai