Laporan Pemicu Blok 12 Mukosa Dan Periodontal Pemicu 2 "Gusi Oh Gusi"
Laporan Pemicu Blok 12 Mukosa Dan Periodontal Pemicu 2 "Gusi Oh Gusi"
BLOK 12
MUKOSA DAN PERIODONTAL
PEMICU 2
“GUSI OH GUSI”
DISUSUN OLEH :
HELEN SAPARINGGA MARBUN
190600181
KELOMPOK 1
1.2.2 Pertanyaan
1. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kasus tersebut?
2. Apakah diagnosis kasus tersebut? Jelaskan alasannya ?
3. Jelaskan apa saja perubahan yang dapat terjadi pada gingiva untuk penyakit tersebut,
bandingkan dengan keadaan gingiva normal, dan bagaimana perubahan tersebut dapat terjadi.
4. Apakah etiologi penyakit tersebut dan jelaskan masing-masing peranan dari tiap-tiap
etiologi tersebut?
5. Jelaskan patogenesis penyakit tersebut!
6. Jelaskan prognosis penyakit tersebut!
7. Jelaskan rencana perawatan penyakit tersebut!
8. Jelaskan metode, interval dan waktu penyikatan gigi yang tepat untuk menjaga kesehatan
gingiva.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kasus tersebut?
Jawab : Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis kasus pada skenario yaitu:
- Anamnesa, yaitu penilaian pasien secara umum untuk mendapatkan gambaran sekilas
tentang karakter dan tipe pasien
a. Riwayat medis, yaitu penilaian terhadap kesehatan, untuk mengetahui obat-obatan
apa saja yang sedang atau terakhir digunakan oleh pasien
b. Riwayat dental, mengenai keluhan utama pasien dan riwayat dental masa lalu.
- Pemeriksaan ekstra oral, melihat perubahan yang terjadi di sekitar wajah dan leher
- Pemeriksaan intra oral
a. Pemeriksaan gigi geligi, yaitu pemeriksaan satu persatu gigi untuk melihat
kelainan yang ada pada setiap gigi meliputi pemeriksaan keausan gigi,
hipersensitivitas gigi, hubungan kontak proksimal, mobiliti gigi, dan gigi tiruan serta
piranti orthodonti
b. Pemeriksaan periodonsium, yaitu pemeriksaan terhadap semua tanda-tanda
periodontal yang meliputi keadaan plak dan kalkulus, inflamasi pada gingiva,
keberadaan saku periodontal, distribusi, kedalaman poket, level perlekatan dan tipe
poket, pendarahan pada probbing, keberadaan lesi furkasi, dan keberadaan abses
gingiva atau periodontal
- Pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan laboratorium.
Dalam menegakkan diagnosis pada suatu kasus, harus dilakukan sebuah pemeriksaan
awal sebelum diagnosis tersebut dibuat
Sumber : Setyawan, Febri Endra Budi. Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien. Magna
Medica: Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan. 2017;1(4): 51-57.
Sumber :
1. Sasea, A., Lampus, B. S., & Supit, A. (2013). Gambaran status kebersihan rongga mulut dan
status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal. e-GiGi, 1(1).
2. Herawati Erna, Novani Dwi. Penatalaksanaan Kasus Denture Stomatitis. Jurnal Kedokteran
Gigi Universitas Padjajaran. 2017;29(3):179-183.
3. Jelaskan apa saja perubahan yang dapat terjadi pada gingiva untuk penyakit tersebut
dibandingkan dengan keadaan gingiva normal, dan bagaimana perubahan tersebut dapat
terjadi.
Jawab :
Gambaran klinis gingiva normal dan perubahan saat gingivitis antara lain :
1. Warna gingiva
Warna gingiva normal umunya berwarna merah jambu (coral pink). Hal ini disebabkan oleh
adanya pasokan darah, tebal dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini
berpariasi untuk setiap orang dan erat hungungannya dengan pigmentasi kutaneous. Warna
merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya peradangan
gingiva kronis.
2. Besar gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, intra seluler, dan pasokan darah. Perubahan
gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit periodontal. Gingivitis
terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan perdarahan gingiva akibat vasodilatasi,
pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel.
3. Kontur gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan
gigi geligi pada lengkungannya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi
embrasure gingiva oral maupun vestibular. Papila interdental menutupi bagian interdental
sehingga tampak lancip. Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal menyebabkan celah menjadi
lebih lebar dan meluas ke permukaan akar
4. Konsistensi gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga
gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal. Pada kondisi gingivitis kronis terjadi perubahan
destruktif dan reparatif.
5. Tekstur gingiva
Permukaan gingiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut stipling.
Stipling akan terlihat jelas jika permukaan gingiva dikeringkan. Stipling ini bervariasi dari
individu yang lain dan pada permukaan yang berbeda pada mulut yang sama. Stipling akan lebih
jelas terlihat pada permukaan yang berbeda pada mulut yang sama. Stipling akan lebih jelas
terlihat pada permukaan vestibulum di bandingkan permukaan oral. Stipling terjadi karena
proyeksi lapisan papilar lamina propuria, yang mendorong epitel menjadi tojolan-tonjolan bulat
yang berselang-seling dalam pelekukan epitel.
6. Kecenderungan pendrahan pada palpasi atau probing dengan tekanan lembut. Gingiva
yang sehat tidak akan berdarah pada saat sonde (probe) periodontal dimasukkan ke dalam sulkus
dengan hati-hati, atau bila gingiva bebas dipalpasi degan jari.
Sumber : Rose LF, Meakey,BL, Genco RJ, Cohen DW. Periodontic Medicine, Surgery and
Implant
4. Apakah etiologi penyakit tersebut dan jelaskan masing-masing peranan dari tiap-tiap
etiologi tersebut?
Jawab : Etiologi dari penyakit tersebut ialah faktor utama maupun faktor predisposisi. Penyebab
utama dari gingivitis adalah bakteri pada plak gigi. Plak gigi memiliki kecenderungan terbentuk
di segala usia dari individu. Akumulasi plak dengan jumlah yang sangat banyak di regio
interdental menimbulkan inflamasi gingiva pada daerah papila interdental kemudian menyebar
ke daerah marginal gingiva.
➢ Faktor Utama
- Plak Gigi
Plak gigi dapat diklasifikasikan menjadi plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak yang
berperan pada gingivitis adalah sebagian besar plak supragingiva. Ketika gingivitis telah
memasuki tahap lanjut, plak subgingiva ikut berperan.
- Bakteri yang berperan pada gingivitis
Adapun bakteri yang berperan pada gingivitis terdiri dari 56% spesies gram positif dan 44%
gram negatif, 59% spesies yang fakultatif dan 41% spesies yang anaerob. Bakteri gram positif
pada gingivitis antara lain Streptococcus sanguinis, Streptococcus mitis, Streptococcus
intermedius, Streptococcus oralis, Actinomyces viscosus, Actinomyces naeslundii, dan
Peptostreptococcus micros. Bakteri gram negatif yaitu Fusobacterium nucleatum, Prevotella
intermedia, Veilonella parvula, Haemofilus influenza, spesies Capnocyphaga, dan spesies
Campylabacter.
➢ Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan retensi plak pada gigi sehingga
menyebabkan inflamasi gingiva. Menurut B M Elley dan JD Manson (2004), faktor predisposisi
dapat berupa kesalahan restorasi, kavitas karies, impaksi makanan, gigi tiruan yang tidak
adekuat, alat ortodonti, gigi yang berjejal, bernapas melalui mulut, dan developmental groove
pada permukaan servikal.
Denture Stomatitis
Denture stomatitis dapat disebabkan berbagai faktor yaitu trauma, mikroba, dan faktor sistemik.
▪ Trauma adalah bentuk cedera atau kerusakan yang disebabkan oleh mekanis, termal, dan
kimia pada jaringan mukosa mulut yang dapat menyebabkan inflamasi. Gigi tiruan yang
tidak stabil (ill-fitting denture) atau sayap landasan yang terlalu panjang akan
menyebabkan trauma kronis pada mukosa. Trauma kronis ini akan mengakibatkan
inflamasi lalu menghasilkan jaringan granulasi dan adanya sel–sel inflamasi kronis yang
akan melepaskan local growth factor yang lebih meningkat. Peranan local growth factor
untuk mengirimkan signal ke sel fibroblas sehingga sel tersebut berproliferasi dan
menghasilkan serat –serat kolagen yang bermanifestasi sebagai jaringan hiperplastik
reaktif. Pada kondisi normal sel fibroblas merupakan komponen dari lamina propria yang
berfungsi menjaga integritas jaringan konektif dengan cara menghasilkan serat kolagen
yang memiliki tingkat poliferasi yang sangat rendah.
▪ Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya DS adalah jamur dan bakteri.
Pertumbuhan jamur Candida albicans ditemukan pada 70% penderita denture stomatitis.
Pada penderita tersebut, Candida albicans ditemukan pada permukaan anatomis terutama
pada daerah porus dan undercut. Candida albicans merupakan jamur oportunis patogen,
jamur tersebut mempunyai beberapa faktor patogenitas sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang disebut candidiasis. Faktor patogenitas tersebut adalah kemampuan untuk
melekat pada mukosa mulut karena pada permukaan sel tersebut terdapat adesin, dapat
menghasilkan enzim seperti proteinase dan fosfolipase, dan dapat membentuk hifa.
Adanya faktor – faktor tersebut memudahkan candida albicans untuk berpoliferasi
sehingga membentuk koloni kemudian merusak epitel dan ahirnya jamur tersebut
mengivasi epitel mukosa mulut. Selanjutnya candida albican berubah bentuk menjadi hifa
yang bersifat lebih patogen.
▪ Faktor predisposisi lainnya adalah diabetes mellitus, defisiensi nutrisi seperti asam folat
dan B12 dan penggunaan obat – obatan imunosupresif. Kondisi tersebut pada umumnya
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh dan kualitas jaringan epitel.
➢ Denture Stomatitis
Gigi tiruan dengan kebersihan yang buruk menunjukkan tingkat akumulasi plak yang banyak.
Candida albicans merupakan salah satu mikroogranisme yang banyak ditemukan pada plak gigi
tiruan dan diketahui sebagai mikroorganisme patogen utama penyebab denture stomatitis.
Candida albicans memiliki kemampuan patogen yaitu dapat menghasilkan enzim aspartil
proteinase yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada mukosa pendukung
gigi tiruan. Enzim ini dihasilkan dan diaktivasi pada lingkungan asam (pH < 4). Penggunaan gigi
tiruan secara terus- menerus, yaitu sepanjang hari hingga malam hari ketika tidur, dapat
menyebabkan keadaan di bawah permukaan basis gigi tiruan bersifat asam. Hal ini dapat
memberikan keuntungan bagi Candida albicans untuk menghasilkan enzim aspartil proteinase
dan menyebabkan reaksi inflamasi.
Permukaan internal basis gigi tiruan (denture fitting surface) merupakan bagian yang paling
banyak ditemukan kolonisasi Candida albicans. Hal ini disebabkan karena permukaan internal
basis gigi tiruan resin akrilik yang kasar sehingga memudahkan Candida albicans untuk melekat
pada permukaan tersebut. Oleh karena itulah pembersihan gigi tiruan yang kurang adekuat dapat
meningkatkan kolonisasi dan pertumbuhan Candida albicans.
Sumber :
[1] Krisma Winatty. Level of Denture Cleanliness Influences the Presence of Denture Stomatitis
on Maxillary Denture Bearing-Mucosa. Journal of Dentistry Indonesia. 2014; 21(2):44-45.
[2] Nurul Dewi. Infeksi dalam bidang periodonsia. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia.
Universitas Indonesia. 2002: 15.
8. Jelaskan metode, interval dan waktu penyikatan gigi yang tepat untuk menjaga
kesehatan gingiva.
Jawab : Teknik apapun yang dipergunakan harus memperhatikan cara menyikat gigi tersebut
jangan sampai merusak struktur gigi dan menjaga gingiva. Ada bermacam-macam metode
penyikatan gigi, yaitu :
a) Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu
gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang
dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode horizontal semua
permukaan gigi 15 disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup
sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi
gingiva dan abrasi gigi.
b) Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu
sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat
digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui
permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8- 12 kali pada
setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan
untuk pembersihan daerah interdental.
c) Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk
sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk
lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat
dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan
pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.
d) Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang
gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku gusi
dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-kecil
ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik
Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang
gigi depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal.
e) Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi.
Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaranlingkaran
besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2
gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan
sama tetapi lingkarannya lebih kecil.
f) Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi
gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih
parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi
dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun
bulu sikat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasien pada scenario tersebut mengalami denture stomatitis dan gingivitis. Denture stomatitis
disebabkan karena pemakaian gigi palsu lepasan namun tidak pernah dilepas dan dibersihkan
sehingga terdapat kemerahan yang diffuse pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa
lepasan. Selain denture stomatitis pasien tersebut juga mengalami gingivitis yang disebabkan
oleh gigi berjejal sehingga pasien kesulitan untuk membersihkan giginya dan menjadi menjadi
tempat akumulasi sisa – sisa makanan dan tempat pembentukan plak. Hal ini dapat disebabkan
karena pada saat pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan
yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan
membentuk kalkulus kemudian menjadi pemicu penyakit gusi (gingivitis), bahkan kerusakan
pada jaringan pendukung gigi (periodontitis). Kemudian sebagai dokter gigi kita harus
melakukan perawatan kepada pasien tersebut. Untuk perawatan denture stomatitis pasien diberi
instruksi higiene protese, penerapan antijamur topikal. dan verifikasi kebutuhan untuk membuat
prostesis baru. Dan untuk perawatan gingivitis terdapat 4 fase.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barnard, Keith. The management of gingivitis. View Profile. GP (Nov 25, 2011); 28.
2. Carranza FA, 2006. Newman MG, Takei HH, &Klokkevold PR: Clinical Periodontology,
101" ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia. Bakar, Abu. 2013. Kedokteran Gigi Klinis
Edisi 2. Yogyakarta: Quantum.
3. Herawati Erna, Novani Dwi. Penatalaksanaan Kasus Denture Stomatitis. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. 2017;29(3):179-183.
4. James O.Kistler, Veronica Booth, David J. Bradshaw, William G. Wade. Bacterial
Community Development in Experimental Gingivitis Microbiology. PlosOne. August200813;
Volume 8 Issue 8 e71227.
5. Krisma Winatty. Level of Denture Cleanliness Influences the Presence of Denture
Stomatitis on Maxillary Denture Bearing-Mucosa. Journal of Dentistry Indonesia. 2014;
21(2):44-45.
6. Nurul Dewi. Infeksi dalam bidang periodonsia. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia.
Universitas Indonesia. 2002: 15.
7. Rose LF, Meakey,BL, Genco RJ, Cohen DW. Periodontic Medicine, Surgery and Implant
8. Sasea, A., Lampus, B. S., & Supit, A. (2013). Gambaran status kebersihan rongga mulut
dan status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal. e-GiGi, 1(1).
9. Setyawan, Febri Endra Budi. Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien. Magna
Medica: Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan. 2017;1(4): 51-57.