Anda di halaman 1dari 6

Etika dan Estetika Dalam Mengirim Pesan Kepada Dosen

Mata kuliah Etika dan Estetika

Diampu oleh Dra. Sri Ratnawati, M.Si.

Oleh:

Annisa Rifqi Alifah

NIM. 121811133088

Kelas B

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
PENDAHULUAN

Etika sering disebut sebagai filsafat moral. Ethos yang berasal ari bahasa Yunani
dan berarti sifat, watak, kebiasaan merupakan istilah yang selalu merujuk pada etika.
Begitu halnya dengan ethikos yang berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan
perbuatan yang baik. Sementara moral berasal dari bahasa Latin yaitu mores (bentuk
jamak dari mos), yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat, dan
cara hidup (Rapar, 1996). Menurut Ki Hajar Dewantara, etika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semaunya.
Teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan
perbuatan (Fitriadi Yusub, 2015).

Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia (Tim dosen,
2007 dalam Totok Wahyu Abadi, 2018). Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan
bebas. Sedangkan objek formalnya adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan
tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

Etika dalam kenyataannya telah menempatkan dirinya pada posisi yang paling
sering untuk dikaji dan diterapkan dalam keseharian manusia beraktifitas. Etika
memberikan kepada manusia orientasi bagaimana menjalankan kehidupannya agar tidak
menimbulkan masalah dalam kehidupan, baik sesama manusia dalam mengambil
sebuah tindakan yang baik dan apa yang harus dilakukan, serta apa yang hendaknya
dijauhi (Fitriadi Yusub, 2015).

Estetika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan keindahan. Estetika


berasal dari Yunani, aessthetika yaitu hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau
aisthesis = cerapan indera. Estetika sebagai bagian dari aksiologi selalu membicarakan
permasalahan, pertanyaan, dan isu-isu tentang keindahan, ruang lingkupnya, nilai,
pengalaman, perilaku pemikiran seniman, seni, serta persoalan estetika dan seni dalam
kehidupan manusia (Wiramiharja, 2006 dalam Totok Wahyu Abadi, 2018).

Imanuel Kant memiliki pendapat bahwa estetika merupakan konsep yang


bersifat subjektif meski manusia, pada taraf yang paling mendasar dan secara universal,
memiliki perasaan yang sama terdahap apa yang membuat mereka nyaman dan senang
ataupun menyakitkan dan tidak nyaman (Wiramiharja, 2006 dalam Totok Wahyu
Abadi, 2018).

Bentuk interaksi antara mahasiswa dan dosen sangatlah beragam. Dari tatap
muka secara langsung dan melalui telefon atau pesan instan secara tidak langsung. Dari
berbagai interaksi tersebut, sudah seharusnya mahasiswa mengedepankan etika dan
estetika sebagai bentuk menghargai dosen. Selain itu untuk meningkatkan nilai diri
bahwa kita adalah individu yang beretika dan mengedepankan estetika dalam
berkomunikasi. Lalu bagaimana cara berinteraksi dalam pesan singkat yang beretika
dan mengandung nilai keindahan kepada dosen? Dari permasalahan tersebut, maka
pembahasan ini bertujuan mengetahui cara berinteraksi kepada dosen lewat pesan
singkat yang beretika dan mengandung estetika.

PEMBAHASAN

Dalam berinteraksi pesan singkat dengan dosen memiliki tata cara tersediri. Hal
ini dikarenakan dosen adalah pembimbing kita yang sudah semestinya kita hormati.
Meskipun kita adalah mahasiswa yang dekat dekat dengan dosen, namun jarak antar
mahasiswa dan dosen tetaplah dijaga. Beberapa poin yang harus diperhatikan
diantaranya adalah sebagai berikut (Laila, 2016),

1. Memperhatikan waktu.
Seorang dosen sudah pasti memiliki jadwal mengajar dan jadwal pribadinya.
Ketika kita ingin menghubungi dosen, pastikan kita memperhatikan waktu
yang baik agar tidak mengganggu kegiatan dosen. Waktu yang tepat adalah
menghubungi dosen pada jam kerja, yaitu pukul 08.00 hingga jam 20.00.
Jika menghubungi di luar jam tersebut akan mengganggu waktu istirahat
dosen.
2. Mengawali dengan ucapan salam.
Sebuah pesan haruslah diawali dengan ucapan salam. Salam yang
disampaikan tidak sekomplek seperti pada salam pembuka pidato. Cukup
mengucapkan selamat pagi/siang/malam. Hal tersebut merupakan salam
yang formal dan universal.
3. Mengucapkan maaf.
Meskipun sudah menghubungi pada jam kerja, mengucapkan maaf tidak ada
salahnya. Karena bisa jadi saat kita menghubungi dosen tersebut sedang
mengajar atau melakukan kegiatan selaku dosen.
4. Memperkenalkan diri.
Dalam memperkenalkan diri tidak hanya menyebutkan nama panggilan
namun nama lengkap. Selain itu juga menyebutkan asal jurusan, angkatan,
dan kelas. Hal tersebut dikarenakan dosen mengajar mahasiswa dalam
jumlah besar. Selain itu, dosen tidak menyimpan nomor setiap mahasiswa
dan mengenali mahasiswanya hanya dari penyebutan nama panggilan.
Sehingga perkenalan diri ini sangat penting.
5. Menyampaikan keperluan dengan singkat, padat, dan jelas.
Setelah memperkenalkan diri, lalu menyampaikan keperluanmu kepada
dosen. Karena dosen memiliki kegiatan sendiri, lebih baik menyampaikan
keperluan dengan kalimat yang singkat, padat, dan jelas tentu dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
6. Mengakhiri dengan ucapan terima kasih.
Setelah menyampaikan maksud dan mendapat respon dari dosen, akhiri
dengan ucapan terima kasih agar terlihat sopan dan penuh dengan rasa
menghargai.

Dari paparan poin-poin diatas sudah beretika dan mengandung nilai estetika.
Memperhatikan waktu yang tepat agar tidak menganggu waktu istirahat dosen
merupakan bentuk etika yang baik dan sopan. Seorang dosen sudah pasti memiliki
segudang kegiatan dari mengajar dikelas, rapat antar dosen, rapat dengan jajaran
akademik, atau bahkan menulis sebuah karya ilmiah. Sehingga pemilihan waktu sangat
penting.

Mengucapkan salam, terima kasih dan meminta maaf juga sangat penting. Hal
tersebut menunjukan kesopanan kita dan bentuk menghormati dosen. Penyampaian
keperluan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan santun akan
menghasilkan rangkaian kalimat yang indah. Sehingga maksud yang ingin disampaikan
dapat diterima dan dipahami dengan baik.
Etika dalam berbahasa juga perlu diperhatikan agar harkat dan martabat kita
sebagai pengirim pesan dapat dihargai. Etika membicarakan tentang kebaikan dan
kebenaran, sedangkan estetika membicarakan tentang seni atau keindahan. Keindahan
adalah suatu hal yang relatif dan subjektif. Saat seseorang mengatakan ini indah, belum
tentu orang lain sependapat. Begitu juga sebaliknya, saat seseorang mengatakan ini
buruk, bisa jadi orang lain memiliki penilaian yang berbeda. Sehingga nilai keindahan
tidak mutlak menurut pendapat satu individu. Orang lain juga berhak menilai baik dan
buruknya suatu hal.

Bahasa yang indah adalah bahasa yang dapat diterima indera pendengar,
pemilihan diksi dan kata yang tepat, dan susunan kata yang benar. Bahasa yang indah
dapat menjadi kekuatan bagi seseorang untuk mempengaruhi orang lain demi
tersampainya maksud peembicara.

SIMPULAN

Etika dalam berinteraksi pesan singkat kepada dosen tidak hanya pada sikap
kita, namun penggunaan bahasa juga menjadi perhatian utama. Sehingga norma-norma
kesusilaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Memperhatikan nilai estetika dalam
berbahasa merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dapat membantu pembicara
untuk memudahkan dalam penyampaian maksud dan tujuannya.

Dengan menerapkan etika dan estetika berbahasa dalam interaksi pesan singkat
kepada dosen dapat meningkatkan kualitas diri sendiri, kualitas interaksi dengan dosen,
dan terjalin komunikasi yang dua arah. Sehingga tercapailah maksud yang dapat
disepakati kedua belah pihak, baik individu sebagai mahasiswa maupun dosen.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Totok Wahyu. 2018. Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. Sidoarjo:
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Achmad, Laila. 2016. 5 Etika Penting Saat Mengirim Pesan Singkat ke Dosen.
https://rencanamu.id/post/dunia-kuliah/kehidupan-mahasiswa/5-etika-penting-
saat-mengirimkan-pesan-singkat-ke-dosen (diakses pada tanggal 20 Mei 2020).
Rapar, J. H. 1996. Pengantar Filsafat. Yogjakarta: Penerbitan Kanisius.

Yusub, Fitriadi. 2015. Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Aksiologi dan Implikasinya
Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki.

Anda mungkin juga menyukai