Tidur Dan Gangguannya
Tidur Dan Gangguannya
Disusun Oleh :
Nakita Raihan Ramadhani 1820901092
Riza Rahmawati 1820901108
Dosen Pengampu :
Umi Nur Holifah, M.Psi
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3
BAB I.......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 5
PSIKOPATOLOGI TIDUR DAN GANGGUANNYA.............................................................. 5
DASAR ANATOMIK DAN NEUROFISIOPATOLOGIK........................................................ 5
GANGGUAN TERKAIT..........................................................................................................7
PENDEKATAN TERHADAP PASIEN DENGAN KELUHAN TIDUR.................................. 9
INSOMNIA............................................................................................................................ 10
GANGGUAN TIDUR TERKAIT DENGAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN
ALKOHOL DAN DADAH..................................................................................................... 12
MIMPI.................................................................................................................................... 15
HIPNOSIS............................................................................................................................. 16
APNEA SAAT TIDUR...........................................................................................................17
Dissomnia Terkait dengan Gerakan Ekstremitas........................................................... 17
Gangguan Gerakan Ekstremitas Periodik....................................................................... 18
Parasomnia.......................................................................................................................... 18
Somnambulisma................................................................................................................. 18
Pavor Nokturnus................................................................................................................. 19
Gangguan Perilaku saat Tidur REM................................................................................. 19
Bruksisma Saat Tidur......................................................................................................... 19
Enuresis Nokturna.............................................................................................................. 19
Parasomnia Aneka Ragam.................................................................................................20
Gangguan Tidur yang Berhhubungan dengan Penyakit Saraf..................................... 20
Gangguan Tidur yang Berhubungan dengan Gangguan Medik Lainnya.................... 21
3
Gangguan Tidur terkait dengan Ritme Sirkadian........................................................... 21
Gangguan Tidur kibat Pekerjaan Bergilir........................................................................ 21
Sindrom Fase tidur Lambat............................................................................................... 22
Sindrom Fase Tidur yang Dipercepat...............................................................................22
Gangguan Siklus Tidur yang Bukan 24 jam.................................................................... 22
Implikasi Medik dari Ritmisitas Sirkadian........................................................................22
Hibernasi.............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur merupakan segala bentuk kondisi ketika secara kuantitas
maupun kualitas, proses tidur secara baik dan sempurna seseorang tidak terpenuhi.
Terdapat banyak jenis gangguan tidur. Ada beberapa faktor penyebab gangguan
tidur. Mulai dari faktor kondisi psikologis, kondisi biologis, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, faktor lingkungan, serta kebiasaan buruk atau tak sehat yang tidak
disadari oleh seseorang dengan gangguan tidur.
Faktor-faktor tersebut jarang berdiri sendiri. Contohnya adalah faktor kondisi
fisik tertentu yang dapat memicu timbulnya masalah psikologis. Begitupun
sebaliknya. Faktor psikologis juga dapat memengaruhi sistem saraf pusat sehingga
membuat kondisi fisik senantiasa siaga seperti saat cemas, tegang, atau stres.
Kondisi inilah yang lalu membuat kualitas tidur memburuk.
Gejala yang dialami orang dengan gangguan tidur cukup bervariasi, tergantung dari
tipe gangguan tidurnya. Misalnya pada orang yang mengalami sulit
tidur (insomnia), umumnya penderita sering kali membutuhkan waktu lebih dari 30 menit
untuk bisa tidur. Selain itu mereka pun hanya bisa tidur selama enam jam atau kurang,
setidaknya tiga hari berturut-turut dalam sebulan atau lebih. Gangguan tidur perlu dicari
tahu secara persis penyebab yang melatarinya. Dengan demikian, penanganan yang
diberikan dapat sesuai dan tepat sasaran. Terapi terbaik adalah dengan mengatasi
penyebabnya. Selama penyebab yang mendasari masih ada, Anda akan terus mengalami
gangguan tidur.
B. Rumusan Masalah
1. Gangguan terkait tidur
2. Pendekatan terhadap pasien dengan keluhan tidur
3. Gangguan tidur yang terkait penyalahgunaan & ketergantungan Alkohol dan
Dadah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Gangguan terkait tidur
2. Untuk mengetahui Pendekatan terhadap pasien dengan keluhan tidur
3. Untuk mengetahui Gangguan tidur yang terkait penyalahgunaan &
ketergantungan Alkohol dan Dadah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dengan keadaan lingkungan yang monoton, dengan suara atau guncangan yang
berulang dan terus menerus. Keadaan ini membuat orang menjadi lebih mudah
terlena. Seorang anak juga akan lebih mudah tertidur bila ada sentuhan dari orang
yang biasa, seperti ibunya yang membelainya berulang. Pada orang yang dicegah
tidurnya selama 2 x 24 jam, biasanya tidak dapat menahan kantuk dan akan jatuh
tertidur meski dipaksakan untuk siaga. dorsal pons menimbulkan gejala seperti tidur
REM tanpa menimbulkan inhibisi desendens otot yang Tidur REM mempunyai
padanan neuroanatomik nya di daerah spesifik di pons. Lesi kecil di daerah
biasanya timbul bersamaan sedangkan mikro-injeksi karbakol (carbachol) ke daerah
itu membuat atonia otot tanpa tanda lain dari tidur REM Pada narkolepsi. paralisis
menyeluruh (complete) atau sebagian (partial) dan mendadak (abrupt) Tkatapleksi]
terjadi sebagai respons terhadap berbagai timuli. Pada anjing, injeksi fisostigmin
(zat penghambat kolinesterasa senural) meningkatkan frekuensi terjadinya
serangan kataplektik, sedangkan atropin mengurangi frekuensi itu. Sebaliknya, pada
gangguan perilaku saat tidur REM, pasien akan mengalami inhibisi motorik partial
yang berakibat timbulnya gerakan involunter, yang kadang bisa menjadi tindak
kekerasan (violent). Neurokimiawi Tidur juga melibatkan beberapa perubahan
neurokimiawi. Beberapa experimen yang melibatkan nuklei dorsorafe batang otak
menunjukkan bahwa serotonin merupakan neurotransmiter primer yang memudah-
kan tidur, sedangkan katekolamin dianggap bertang- gung jawab untuk
mensiagakan tidur. Beberapa penemuan kemudian membuktikan bahwa walaupun
sistem serotonin rafe itu berpengaruh pada tidur, ter- nyata tidak selalu
memudahkan, ternyata masih ba- nyak neurotransmiter lain yang berpengaruh
untuk menidurkan atau mensiagakan orang. Kafein mempunyai efek menyiagakan.
Hal ini berkaitan dengan adenosine, sedangkan efek hipnotik dari benzodiazepine
dan barbiturat menunjuk ke arah peran ligands endogen dari GABA-reseptor
kompleks. Beberapa zat yang menidurkan juga ditemukan, antara lain interleukin 1
dan prostaglandin E2 yang terkait dengan tidur NREM. Semua ini zat peptida yang
aktif secara imunologik sehingga diduga bahwa tidur juga terkait dengan sistem
imun.
7
GANGGUAN TERKAIT
I. Disomnia (Dyssomnias)
Gangguan tidur intrinsik
Ritme tidur terbalik seperti pada meningoensefalitis epidemika 1. Economo,
pasien tertidur siang hari namun malam hari gelisah dan tidak tidur.
Insomnia psikofisiologik
Insomnia idiopatik
Narkolepsi
Hipersomnia idiopatik dan berulang
Hipersomnia pasca traumatik
Sindrom apnea saat tidur
Gangguan gerakan periodik ekstremitas
Sindrom kaki resah (restless leg syndrome)
Gangguan tidur ekstrinsik Higiene tidur inadekuat (inadegquate sleep hygiene)
Gangguan tidur sebab lingkungan
Insomnia akibat ketinggian
Gangguan penyesuaian tidur
Gangguan yang terkait dengan awal-tidur
Insomnia akibat alergi makanan
Sindrom makan/minum waktu malam
Gangguan tidur akibat ketergantungan alkohol atau zat
Gangguan ritme tidur harian (circadian)
Sindrom perubahan zone waktu (jet-lag, time zone change)
Gangguan tidur akibat jam kerja (malam)
Sindrom fase tidur terhambat
Sindrom fase tidur terlalu awal
Gangguan siklus tidur bukan 24 jam
II. Parasomnia
8
Gangguan siaga (arousal disorders)
Siaga kebingungan (confusional arousals)
Tidur sambil berjalan, somnambulisma (sleep walking, somnambulism)
Pavor nokturnus (sleep terrors, night terrors)
Gangguan transisi siklus tidur
Gangguan gerak ritmik Somniloqui (sleeptalking, ngigau)
Sindrom kaki kejang (nocturnal leg cramps)
Parasomnia terkait dengan tidur REM
Mimpi buruk (night mares)
Paralisis nokturna (erep-erep (Sunda), ketindihan (Jawa), nocturnal paralysis]
Gangguan ereksi penis yang berhubungan dengan tidur
Ereksi penis nyeri yang berhubungan dengan tidur
Aritmia jantung terkait dengan tidur REM
Gangguan perilaku terkait dengan tidur REM
Parasomnia lain :
Bruksisma nokrurna (nocturnal bruxism)
Enuresis/enkopresis nokturna
Distonia paroksismal nokturna
9
Penyakit tidur (slerping sickness) Leishmaniasis
Iskemia jantung nokturna
Penyakit paru obstruktif kronik
Asma terkait dengan tidur
Insomnia reflux gastro-esofageal
Gangguan ulkus ventrikuli
Sindrom fibrositis
Sindrom Klrin-Lewin (orang bisa tidur selama -5 hari/malam. tanpa makan, minum
kencing, buang air besar, dan lain-lain, kemudian disusul de- ngan bangun dan
tidak tidur untuk selama -5 hari berikut, dengan gejala polifagi. polidipsi dan poliuri).
(Sumber: Modifkasi dari the International Classification of Sleep Disorder)
10
gangguan tidur yang mengakibatkan somno lensi siang hari yang patologik dapat
dibedakan de ngan menggunakan MSLT. Kecuali itu, pengukuran mutipel dari awal
tidur, menunjukkan transisi lang- sung dari keadaan siaga ke tidur REM yang
menunjuk ke arah kondisi patologik yang khas (seperti narko- lepsi), akhirnya,
pengukuran pembesaran penis (penile tumescence) saat tidur, dapat digunakan
untuk menentukan etiologi dari disfungsi ereksi itu organik atau psikogenik.
INSOMNIA
Insomnia merupakan keluhan umum yang jumlahnya meningkat dengan
bertambahnya umur. Kira-kira setengah dari orang yang berumur antara 65-79 tahun
biasanya mengeluh akan gangguan tidur. Ohat tidur banyak dikonsumsi oleh orang
tua, tetapi perlu diteliti dahulu akan kebutuhannya. Bila menghadapi orang dengan
insomnia, perlu ditanyakan insomnia itu terjadi pada awal tidur, tengah malam atau
menjelang pagi buta dan setelah terbangun pukul 02.00-03.00 tidak dapat tidur lagi.
Insomnia sementara (fransient) dapat berlangsung selama 3-4 minggu, lewat masa
itu dianggap sebagai kronik. Kadang rekaman polisomnografik diperlukan untuk
membuktikan pada pasien bahwa ia sebenarnya tidur, walaupun ia menyangkal
bahwa dirinya tidur semalaman.
Insomnia Psikofisiologik
Merupakan gangguan perilaku, sang pasien biasanya mempunyai preokupasi
bahwa dirinya merasa tidak dapat tidur malam hari. Sering dipicu oleh peristiwa
emosional yang membuat stres. Namun, kebiasaan gangguan tidur itu terjadi jauh
setelah peristiwanya itu lewat. Pasien tersebut menjadi amat rentan dan justeru sulit
tidur karena takut tidak dapat tidur dan usaha mereka untuk tidur lebih membuat
pasien tidak dapat tidur. Insomnia itu merupakan respons yang terbiasakan
(conditioned) dan seolah hasil pem belajaran (learned). Pasien dengan insomnia
psiko fisiologik ini justeru akan mudah tertidur pada waktu yang tidak dijadwalkan
(dan tidak berusaha juga). atau diluar situasi rumah. Pada kasus ini, rekaman
polisomnografik menunjukkan gangguan tidur secara objektif. sering dengan latensi
tidur vang amat panjang, frekuensi terbangun yang sering, dan ber- ambahnya
jumlah tidur transisional stadium Terapi perilaku sering bermanfaat; latihan relascasi
11
dapat mempermudah tidurnya pasien tenitama bila kecemasan tinggi. Faktor
ekstrinsik sering menjadi penyebab sulit tidur ini, Penggunaan hipnotika yang
terbatas dapat menjadi katalisator untuk keberhasilan terapi perilaku. Perhatian
khustus harus diberikan pada higiene tidur dan koreksi dari faktor dan perilaku yang
mengganggu tidur.
Insomnia Ekstrinsik
Beberapa gangguan tidur disebabkan oleh faktor ekstrinsik. Gangguan
penyesuaian tidur (adjustment sleep disorder, juga disebut trsansitional situasional
insom ia), bisa terjadi setelah perubahan dalam kebiasaan tidur (seperti, tidur di
hotel yang asing, atau di rumah akit) atau secbelum atau sesudah peristiwa hidup
yang dahsyat, seperti pindah kerja, kematian orang yang dikasihi, penyakit, cemas
atas suatu tanggal penentuan, atau ujian. Bisa terjadi, pertambahan latensi tidur,
sering terbangun, dan terbangun saat pagi buta. Kesembuhan biasanya cepat
terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Higiene tidur yang kurang baik ialah semua pola
perilaku sebelum tidur atau lingkungan tempat tidur yang tidak memudahkan tidur.
Pada pengambilan riwayatnya, dokter akan menemukan bahwa mereka suka
menyalakan televisi sepanjang malam, atau langsung ingin tidur setelah pulang
kerja tengah malam. Suara dan sinar dalam kamar tidur dapat mengganggu tidur
juga, gerakan ekstremitas atau dengkuran dari teman seranjangnya. Jam dinding
yang bersinar, kecemasan yang meningkat soal waktu untuk persiapan tidur, makan
banyak, olahraga berlebihan, atau mandi air panas langsung sebelum mau tidur.
Pasien harus dinasihati untuk membuat kebiasan yang baik untuk tidur dan
mempersiapkan lingkungan tempat tidur sebaik mungkin.
12
pernapasan yang periodik. Terangun yang sering dan kuualitas tidur yang buruk
herupakan karakteristika dari insomnia ketinggian tersebut yang lebih hebat pada
beberapa malam pertama dan kemudian dapat melanjut terus. Panjang waktu tidur
titak berubah, tapi lebih banyak terbangun pada awal tidurnya, dan sedikit waktu
digunakan untuk tidur gelombang lambat parda stadia 3 dan 4. Pemberian obat
asetazolamid dapat menurunkan waktu yang digunakan untuk napas periodik dan
menurunkan hipoksia pada tidur. Mertroxyproges teron asetat (MPA) juga
menurunkan mapas periodik itu, tetapi tidak menurunkan hipoksia secara mata
pada saat tidur pada ketinggian.
13
dan ketergantungan dadah. Yang nyata ialah setelah penggunaan tipe opioda,
amfetamin dan methamfetamin, orang yang berusaha untuk berhenti mendapat
halangan dari tidak tidur. Dan bila ia memakai lagi terasa tidurnya menjadi baik.
Karena itu para pemakai akan kembali memakainya lagi. Oleh sebab itu perlu para
penyalahguna dan ketergantungan dadah ini dihantu untuk dapat menghen- tikan
pemakaian dadah dengan diberikan beberapa obat yang membaritu tidurnya dan
dengan itu saja ia bisa mencoba menghentikan dadahnya. Obat vang terbaik
menurut pengalaman di Indonesia ialah beberapa: bisa diberikan Rivotril 1x 2 mg.
Clozaril 1x 25 mg, mungkin juga campuran antara obat anti- depresi dengan
anxiolitika dan beberapa obat anti psikotika, tetapi perlu dilakukan monitoring yang
cukup lama untuk dapat kembali dalam kondisi yang tidak memakai sama sekali
dan mantan pemakai bisa hidup dan tidur seperti sebelum ia menggunakan dadah.
Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur yang ditandai oleh sulitnya tidur pada jam yang
semestinya, baru menjelang pagi hari mulai tertidur dan melanjut terus sampai siang
dan hampir seluruh hari digunakan untuk tidur. Pasien akan terganggu
melaksanakan tugasnya pada siang atau sore hari.
Narkolepsi
Rasa kantuk yang tidak tertahankan pada siang hari dengan episode tidur
vang tidak dikehendaki, ticur malam terganggu dan katapleksi (rasa lemas yang
mendadak atau hilangma tonus otot, sering dicetus kan oleh meningkatnya emosi)
merupakan gejala yang sering pada narkolepsi. Beberapa pasien meng- alami
kelumpuhan otot dan/atau halusinasi pada awal tidur atau saat bangun tidur. Derajat
gangguan bisa bervariasi, pasien bisa mempunyai 2-3 serangan katapleksi sehari
atau dalam satu dekade, hebatnya dan lamanya serangan juga bervariasi, seperti
kendurnya rahang hawah sejenak hingga kelumpuhan flaksid seluruh otot tubuh
untuk 20-30 menit.
Diagnosis narkolepsi haras memenuhi 4 syarat berikut.
1. omnolensi berlebih di siang hari
2. katapleksi
14
3. halusinasi hipnagogik
4. paralisis nokturna (rasa kelumpuhan otot berkehendak tidur) yang amat tidak
enak dirasakan saat awal tidur
Tiga gejala yang tersebut akhir merupakan manifestasi dari regulasi tidur REM vang
abnormal dan memang terkait dengan sindrom narkolepsi. Semua pasien dengan
narkolepsi mempunyai gejala somnolensi di siang hari yang tidak menetap, tetapi
ke-3 gejala terakhir selalu ada. Delapan puluh persen pasien mempunyai gejala
katapleksi ringan dan sedikit vang mengeluh halusinasi hipnagogik atau paralisis
nokturna (ketindihan). Kadang terdapat "perilaku automatik saat bangun (keadaan
seperti kesurupan (trancelike state) dengan perilaku motorik yang sederhana tetap
dipertahankan] yang memperkuat adanya somnolensi di siang hari, walaupun hal ini
tidak spesifik. Pasien dengan narkolepsi sering pula mela- porkan gangguan yang
cukup mengganggu saat tidur malam, hal ini suatu gejala yang dapat membedakan
narkolepsi dari somnolensi di siang hari oleh sebah lain.
Riwayat keluarga penting untuk evaluasi pasien dengan somnolensi di siang
hari yang banyak. Pengamatan seksama pada saudara kandung dan anak dari
pasien narkolepsi, terutama pada umur jangkitannya yang khas yaitu pada umur 20-
an (dekade ke 2 Dapat mengarahkan ke diagnosis yang tepat. Diagnois dan
narkolepsi pada seseorang yang memurut riwayat diduga mengidap narkolepsi
bergantung pada ) secara objektif nyata terdapat somnolensi siang han yang
berlebih, terutama menggunakan MSET (multiple sleep lateney test) setelah
rekaman tidur malam, pencatatan regulasi tidur REM abnormal saat mask tidur
hingga terjadinya tidur REM pada rekaman polisomnografik atau pemastian dari
MSLT Terapi untuk narkolepsi biasanya simptoma Somnolensi diobati dengan
stimulansia, amfeta digunakan pada masa lampau, tetapi kini penggunaannya
dibatasi karena efek sampingannya, kemudian metilfenidat (Ritalin) merupakan obat
terpilih ini, tetapi pemolin mempunyai waktu eliminasi ngah yang lebih panjang dan
sedikit efek samping annya Terapi terhadap katapleksi, halusinasi hipnagogik dan
paralisis nokturna (ketindihan) dapat digunakan antidepresiva senyawa trisiklik yang
secara sebagian efektif untuk peredam REM. Yang terbaik digunakan ialah
protriptylin, hanya penggunaannya agak terba tas karena efek antikolinergik yang
membuat kering mulut. Obat lain dapat dipertimbangkan ialah viloxa zine-HCI dan
15
fluoxetin (Prozac, Kalxetin, Antiprestin, Zac, Lodep, Nopress). Gama-hidroxi-butirat
(GHB) adalah obat yang baru diuji coba di Kanada dan Eropa, belum di Amerika
Serikat, tampaknya mempunyai efek baik terhadap gangguan tidur malam. Terapi
perilaku dengan mengurangi tidur malam dan tidur siang yang terstruktur dapat
membantu penyandang narkolepsi untuk mengatasi somnolensi stang hari yang
berlebih, tetapi belum dapat menggantikan seluruh terapi farmakologik.
MIMPI
Mimpi buruk (nightmares) merupakan mimpi yang tidak nyaman : sering
mimpi buruk yang menakutkan itu akibat dari pengalaman yang menakutkan dan
pengidapnya tidak dapat berbuat apa-apa. Mimpi yang terjadipada tidur REM (gerak
bola mata cepat) itu dan rasa takut saat mimpi buruk merupakan satu pengalaman
yang khas dari paralisasi nokturna yang terjadi dalam fase tersebut.
16
membahas teori psikiatrik tentang asal-muasal dari brnturan batin (conflicts) juga:
pembahasan mendalam soal mimpi telah dilakukan oleh Sigmund Freud (1876).
Mimpi biasanya diingat dan dilukiskan sebagai satu peristiwa psikis: mimpi
buruk sering dikeluhkan dan merupakan gejala utama pada depresi. Memang mimpi
adalah suatu pengalaman yang amat kompleks dan sulit untuk ditafsirkan dan
dianalisis. Untuk menerima mimpi sebagai suatu gejala, dan bukan hanya sebuah
pengalaman yang patut diingat, hal itu harus dicamkan sebagai suatu afek yang
tidak menyenangkan. Seorang pasien mungkin dapat mengungkapkan sebuah
mimpi yang menyenangkan bila diminta, tetapi mereka tidak mengeluhkan ini
sebagai suatu gejala, atau minta agar diilangkan. Namun, bila mimpi itu terkait
dengan cemas, takut, keadaan yang menyesatkan, atau sebuah firasat jelek, dan
bila isi atau temanya selalu berulang. Hal itu akan dikeluhkan dan dinyatakan
sebagai afek yang merundungi saat itu: kemungkinan wawasan konflik yang
menimbulkan distress akan dimunculkan dalam isi mimpi itu. Mimpi yang tidak
menyenangkan dengan peristiwa yang traumatik dialami secara berulang
merupakan sesuatu yang tidak khas dari gangguan stress pasca trauma sesudah
suatu malapetaka yang besar.
HIPNOSIS
Hipnosis merupakan suatu manuver yang melibatkan seseorang subjek dan
seorang pe-hipnotis yang keduanya setuju untuk dilaksanakan dengan konsekuensi
timbulnya berbagai peristiwa seperti kelumpuhan, halusinasi, amnesia. Baik pada
saat dilaksanakannya hipnosis itu atau beberapa saat kemudian, sesuai dengan
intruksi dari pe-hipnotis. Keduanya sepakat untuk berusaha dengan keras agar hal
itu terjadi dan menurut suatu aturan perilku yang sesuai. Subjek akan
mempergunakan mekanisma penyangkalan untuk melaporkan tentang peristiwa itu
sesuai dengan atauran yang sudah disetujui bersama. Hipnosis dapat digunakan
untuk mengatasi rasa nyeri, pengobatan wanita dengan hiperemesis gravidarum,
beberapa kesulitan fungsi seksual, terutama untuk mengatasi kecemasan.
17
Lapang kesadarannya menyempit dan hanya tertuju pada instruksi dari
hipnoterapisnya dan menerima distorsi realitasnya. Sesudah induksi hipnosis
berhasil, auto-hipnosis juga dapat dilakukan. Marskey menyatakan bahwa beberapa
hal berikut ini merupakan sifat khas hipnosis.
1. Subjek tidak lagi membuat rencana dirinya.
2. Atensi ditujukan secara selektif, misalnya hanya terhadap suara dari pe-
hipnotis.
3. Pengkajian terhadap realitas menurun, distoris diterima begitu saja.
4. Sugestibilitas menigkat.
5. Subjek yang sudah dihipnotis dengan sendirinya melakukan peran yang aneh.
6. Terdapat amnesia pasca-hipnosis.
18
tidur saat akan tidur. Pasien merasa adanya sensasi sesuatu yang merayap dan
merambat didalam betisnya, yang dapat dilerai dengan mengerakkan kakinya,
terutama dengan berjalan. Penyakit ini yang sifatnya kronik, idiopatik dapat timbul
hilang dengan berjalannya waktu, dan dapat diperhebat oleh kafein. Hampir semua
pasien dengan sindrom kaki resah ini juga mengalami gerakan ekstremitas periodik
saat tidur. Secara keseluruhan, beberapa kondisi ini merupakan diagnosis utama
pada satu perdelapan seluru pasien dengan insomnia.
Parasomnia
Parasomnia diartiakn sebagai gangguan perilaku saat tidur yang terkait
dengan kesiagaan yang singkat atau partial, tetapi tidak ada gangguan yang
mencolok pada tidur itu sendiri atau fungsi sehari-harinya, biasanya banyak terjadi
pada kanak kanak tapi bisa malanjut ke usia dewasa. Secara mudahnya
parasomnia itu ialah semua perilaku yang terjadi disiang hari namun timbul pada
malam hari saat orang tertidur.
19
Somnambulisma
Pasien yang mengidap gangguan ini melakukan kegiatan motorik automatik
yang berkisar dari gerakan yang sederhana hingga yang majemuk. Orang bisa
meninggalkan tempat tidurnya, berjalan, buang air kecil agak sembarangan, keluar
dari rumah dalam keadaan tidak sadar. Sukar dibangunkan dan akibat yang tidak
diinginkan atau fatal bisa terjadi. Gangguan ini banyak terjadi pada kanak kanak
dan remaja.
Pavor Nokturnus
Gangguan ini biasanya timbul pada anak kecil, Anak-anak akan mendadak
teriak, menunjukkan siaga autonomik, keringat dingin, takikardia dan hiperventilasi.
Anak akan sulit untuk dibangunkan dan jika berhasil tidak bisa ingat peristiwa yang
terjadi bahkan masih menjerit terus walaupun sudah dibangunkan dan nampaknya
pikiran sudah jernih.
20
Enuresis Nokturna
Mengompol seperti juga somnabulisma dan pavor nokturnus merupakan
gangguan parasomnik yang timbul saat tidur NREM pada anak kecil. Dibawah umur
3-5 tahun, enuresis masih dianggap normal. Kondisi ini membaik dengan sendirinya
masa akhir baliq dan prevalensi sekitar 1-3% pada masa remaja akhir, dan jarang
pada masa dewasa. Batas umur untuk diobati tergantung pada kekhawatiran dari
orang tua dan sang pasien sendiri. Pada pasien yang enuresisnya merupakan
sumber masalah, farmakoterapi simtomatik perlu dilaksanakan sambil memperbaiki
penyebabnya. Obat yang dapat digunakan ialah oxybutinin dan imipramine.
Skizofrenia. Gangguan tidur nyata pada tengah malam antara pukul 00.00-
03.00. pada kondisi ini faal dan arsitektur tidur berbeda. Adapun pada skizofernia
kronik, pasien biasanya tidak terlalu terganggu tidurnya. Pasien dengan ganggun
cemas sulit masuk tidur pada fase awal tidur, dan gangguan afektif tipe depresi,
imsonia justru pada fase akhir tidur antara pukul 03.00 sampai menjelang fajar.
Gangguan obsesif-kompulsif dan alkoholisma kronik juga sulit tidur.
Depresi. Biasanya insomnia dapat terjadi pada awal, tengah atau fase akhir
tidur, tetapi lebih spesifik yang terakhir kadang terjadi juga hipersomnia, terutama
pada remaja dan pasien depresi yang berhubungan dengan musim. Sering pada
gangguan afektif depresi justru gangguan tidur merupakan gejala pertama yang
timbul sebelum gejala depresinya muncul, dan juga sebelum tanda kesembuhan
depresi tampak, tidur sudah membaik dahulu.
21
Pada mania dan hipomania, latensi tidur memanjang, sedang waktur tidur
total mengurang, pasien obsesif-kompulsif gangguan tidurnya sesuai dengan orang
yang depresi endorgen. Alkoholnisme kronik kurang adanya tidur NREM juga tidur
REM berkurang, sering terbangun sepanjang malam.
22
waktu sirkadian gagal untuk menyesuaikan secara mulus terhadap jadwal waktu
kerja tersebut. Hal ini menunjukkan pada tidak persesuaian antara jadwal kerja dan
istirahat yang dikehendaki dan daya kerja dari pemacu pada tidur siang hari.
Akibatnya dari kekurangan tidur dan tidak adanya kesesuaiannya jadwal
menimbulkan kesiap siagaan dan kinerja yang menurun dan meningkatkan resiko
bahaya kerja bagi pekerja malam. Para pekerja malam lebih beresiko mendapat
gangguan jantung, gastrointestinal dan reproduktif.
23
yang mengandung 24 jam. Orang ini secara khas akan selalu mengundurkan waktu
tidur dan bangunnya secara teratur sehingga tidak lagi mengikuti pola jalannya
waktu yang 24jam per hari itu.
Hibernasi
Satu macam tidur yang dilakukan oelh sebagianbesar hewan yang hidup
didaerah dengan 4 musim. Bila musim dingin mereka akan mencari tempat dilubang
tanah dan benar tidur dengan metabolisme yang sekecil mungkin, temperatur tubuh
menurun, tidak bergerak dan tidak makan atau minum. Mereka akan bangun
kembali pada musim semi tiba. Tidur semacam ini juga digunakan untuk terapi
terhadap pasien dengan skizofrenia. Pasien diberikan chlorpromazine dalam dosis
kecil awalnya kemudian lambat laun dinaikkan ban dari 25 mg sekali sehari,
kemudian 3x25 mg, dan setiap minggu dinaikkan 3x50 mg, kemudian 3x100 mg,
dinaikkan pula menjadi 3x300 mg setelah diberikan hingga setinggi ini untuk 2
minggu. Dan pasien hanya di bangunkan untuk makan saja, dan setelah itu
diturunkan lambat laun lagi sehingga kembali ke dosis kecil dan kemudian
dihentikan setelah 1 bulan atau 1 ½ bulan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25