Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1956 Ketua sinode pertama GKI di tanah papua berinisiatif untuk
mengembangkan pekabaran injil ke daerah pedalaman, karena itu ia mulai berusaha
mengurus dan mencari tenaga pendeta untuk di tempatkan di wamena dan kurima sebagai
jemaat pertama waktu itu. Atas usahanya , maka 23 oktober 1959 di tempatkan Pdt. Z.
Rumere di Wamena. Menyadari pekerjaan PI yang merupakan tugas dan panggilan
bersama, maka pada tanggal 9 November 1959 Pdt. F.J.S Rumainum dan N.van Der
Stoep menghadiri pertemuan sesuai undangan dari lembaga penyiar injil Zending
Nederlands Hervormde Kerk dan Rheinische Misionsgesellschaft (RMG) di negeri
Belanda dan Jerman.1

Ketika Pdt. Rumainum berada di Belanda ia meminta tenaga pendeta dan tenaga
dokter untuk membuka wilayah pelayanan pekabaran injil yang baru di pegunungan
tengah barat , setelah digumuli dan mempertimbangan berbagai resiko, maka sekertaris
umum ZHNK, Dr.Locher menyarankan agar permohonan itu diajukan kepada P.I
RMG/VEM (Vereinte Evangelische Mission) di Wuppertal-Barmen Jerman-Barat. 2
Rumainum dan Van Der Stoep bertemu dengan pimpinan Zending (RMG). Setelah RMG
mempertimbangkan, menggumulinya dan mendoakan, permintaan ini di setujui. Maka
RMG/VEM mempersiapakan dua tenaga pendeta yaitu Pdt. S. Zollner dan Pdt.P.C.Aring,
sedangkan tenaga dokter di siapkan oleh ZNHK yaitu DR. W.H.Vriend demikian pula
dengan pembiayaan pekerjaan kesehatan di tangani ZHNK dan pekerjaan P.I di tangani
RMG/VEM.

Pada 24 september 1960 Pdt. Siegfied Zollner dan Dr. W. H. Vreind tiba di Papua
dari Jerman. Pada oktober 1960 menyusul Pdt. Aring dan keluarganya yang tiba di

1
Ismael Roby Silak, Hidup dan Kerja Para Penyiar Injil Di Balim Yalimu ( Papua: Tabura, 2006), hal 12.
2
Ibid, hal 29-29
1
Jayapura dengan menggunakan kapal laut. Pada dan tahun yang sama juga, Dr. de Kliene,
Direktur VEM melakukan kunjungan dinas ke Hollandia (Jayapura) dengan tujuan
kunjungan ke Papua untuk bertemu langsung dengan para pimpinan GKI dan melihat dari
dekat pos-pos pekabaran injil di daerah pedalaman Papua.3

BAB 2

ISI

2.1 Missi Pekabaran Injil RMG/VEM


3
Ibid, hal 47
2
Untuk menginjili daerah terpencil di pegunungan perlu di adakan survey tempat,
setelah beberapa hari tiba di Jayapura de Kliene berangkat ke Pos pekabaran Injil Tiom
lewat Wamena di lembah Baliem bersama rombongan yang terdiri dari Pdt Zollner, Pdt.
F. J. S. Rumainum dan dokter Vriend. Di Tiom mereka berkenjung ke Pos PI di sana dan
ada bapak Nils. Van der Stoep untuk membicarakan wilayah pelayanan.

Pada hari berikutnya mereka melakukan pemanatuan dengan pesawat Cessna untuk
memantau Yali dari udara kemudian mereka pulang ke Sentani. Setelah mereka tiba di
Sentani Pdt. Zollner membuat janji sama pilot David Steiger, untuk meminta kesediaan
MAF membantu rencana pembukaan wilyah pekabaran injil yang baru, khusunya MAF
melayani penerbangan ke daerah Baliem Yalimu.

2.1.1 Masa Awal

Setelah melakukan survey udara maka pada tanggal 24 september 1960 Dr. vriend
dan Pdt Zollner datang ke Hollandia. Sebulan kemudian mereka menetap di Wamena dan
pada waktu mereka tiba di wamena, mereka terus mencari informasi tentang hubungan ke
Yalimo. Ketika di wamena juga mereka tahu bahwa ada kontak orang Yali di kurima,
kemudian Pdt. Zollner dan Dr. Vriend berjalan kaki ke Kurima dan di sana mereka tinggal
sambil mencari tahu bagaimana bisa ke Yalimo.

Pada tanggal 3 januari 1961, Pdt. Zollner meniggalkan Kurima dan pergi ke
kampung Yuwarima karena dia berharap dari sana ia akan mendapatkan informasi
dengan orang-orang Yali. Dan untuk sementara Pdt. Zollner menjadikan kampung
Yuwarima sebagai base camp untuk kedaerah Yalimo. Pada tanggal 20 maret 1961 Pdt.
M. Yoku, Penginjil Maban saudara G. Mambrisauw, Dr. Vriend dan Pdt. Zollner
berangkat dari kampung Yawareinma di Lembah Mugwi dipimpin oleh kepala
Polaimakwe yang kemudian bersedia mengantar ke Piliam di lembah Sibi.

Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan orang Yali dalam satu suasana yang
ramah. Kemudian orang Yali menolong mereka untuk berjalan kearah sebuah jurang yang
bernama Ilit. Hari berikutnya mereka tiba di kampung Piliam serta diberikan tempat
untuk mendirikan kemah. Ketika Zollner dan Vriend datang untuk melaksanakan tugas
dan berjalan melewati gunung-gunung mereka di anggap oleh orang-orang yali sebagai
3
penjelmaan roh-roh nenek moyang, bahkan sebagai Allah secara pribadi. Pada dahulu
kala menghilang pada daerah barat dan menurut cerita akan datang kembali pada suatu
hari. 4

Pada minggu-minggu berjalan mereka mendirikan rumah dari kayu disebuah tempat
yang bernama Suwele. Kemudain mereka mendirikan kemah sambil menyelediki tempat
untuk membuka lapangan terbang. Sementara itu rombongan yang terdiri dari Pdt.
Zollner, Dr. Vriend, Pdt. Menase Yoku, Penginjil M. Maban, dan M. Mambrisauw
melakukang penyeledikan tempat, pilot Bob Johanson mendrop bahan makanan dan
bangunan kepada mereka. Setelah itu pilot Bob Johanson yang datang mengantarkan
barang menyarankan untuk melanjutkan perjalan ke timur ke lembah Yahuli. Pada 1 mei
1961 rombongan berpindah kedaerah Anggruk, empat bulan kemudian lapangan terbang
dibuka.5

2.2 Pekabaran Injil di Yalimu

GKI dan mitranya di Eropa ingin mewujudkan metode keutuhan atau holistik
disamping pekabaran injil seharusnya diberikan kepada masyarakat untuk menopang
mereka dalam segala bidang hidup yang di butuhkan, tujuan awal mereka datang ke
yalimo adalah melakukan pelayanan di semua bidang kemanusiaan dan kehidupan,
diantaranya pekabaran injil, pelayanan kesehatan, pendidikan, pertanian, kehewanan,
pertukangan.

Untuk melakukan penginjilan kepada orang yali, komunikasi dalam bahasa yali atau
dalam bahasa mereka sendiri sangat penting, masyarakat pegunungan pada waktu itu
tidak mengetahui satu katapun dari bahasa melayu, cara pendekatan yang dilakukan
adalah dengan bergaul bersama mereka. Pengetahuan bahasa merupakan syarat untuk

4
Susanne Reuter ,ketika Injil Bersinar di Yalimo, (Wahine Susanne Reuter.2010), hal 31
5
Ibid, hal. 30
4
menyampaikan Injil6.

2.2.1 Bidang Pertanian dan pendidikan

Bulan mei 1963 proyek pertanian dan peternakan kecil mulai di perkenalkan K.D
Peterst ahli pertanian yang di perbantukan sending RMG kepada GKI di anggruk. Pada
tahun 1972 Kursus pertukangan dipusatkan di Apahapsili yang dipimpin oleh tukang L.
Maray dan kemudian dilanjutkan M. Rumaropen hingga sekarang.

Kemudian didirikan empat sekolah dasar masing - masing di Anggruk, Pasikni,


Wanio, dan Helariki, pada tahun yang sama tibahlah seorang guru O.usior sebagai
pengajar pertama pada SD YPK di Anggruk sekaligus sebagai kepala sekolah di Anggruk
ibu zollner juga berupaya melakukan pemberantasan buta huruf yang di kenal dengan
sebutan Nare-nare dari jilid satu sampai sepuluh bagi orang dewasa yang meminatinya.
Bagi daerah-daerah di kecamatan kurima (Balim) pemberantasan buta huruf diupayakan
penginjil A.Sawaki mulai tahun 1976. Upaya ini memberikan pengaruh positif sebab
tidak terbatas pada memperkenal kan huruf dan membaca tetapi juga mempealjari bagian-
bagian isi Alkitab dan menerjemakannya kedalam bahasa yali. Pada tahun yang sama
daerah Apahapsili dijadikan pusat pembinaan, pelajaran Alkitab yang kemudian di kenal
sebagai Sekolah Alkitab Apahapsili. Dipimpin pendeta W. Ohnesorge dan Pdt. M. Satya.
Kemudian dilanjutkan penanganannya oleh Pdt. G. Kreis dan Pdt. F. Tommeten hingga
sekarang. Tahun 2005, SAA telah mendidik lebih dari 200 penginjil yang bertugas di
Klasis Balim Yalimo

2.2.2 Bidang Kesehatan

Pelayanan kesehatan dilakukan oleh Dr. W. Vriend pada tiga gedung. Berdinding
alumunium yang dibangun pada tahun 1961 dibawah semboyan Efata artinya “
terbukalah“, sekaligus sebagai nama Rumah Sakit tersebut. Kelancaran pelayanan

6
Siegfried Zollner Henk van der Steeg, Bersatu Dalam Tuhan, (Papua Partnersch, Papua Solidariteit), hal
75
5
kesehatan di Anggruk mendapat perhatian oleh dinas kesehatan Kabupaten Jayawijaya
dengan menempatkan mantri, J. Rumaterai bersama Dr. Vriend, setelah itu ditempatkan
lagi I.S. Rumere, Suster Joes Pettershay istri K.D. Patters.

2.2.3 Bidang Pekabaran Injil

Dimulai dengan kebaktian di rumah Pdt. Zollner dalam bahasa Indonesia namun
tidak banyak orang Yali yang mengambil bagian, Pdt. Zollner melihat hal ini sebagai
kesempatan sebab ada beberapa orang Yali yang hadir pada kebaktian itu. Usaha
penterjemahan bagian Alkitab dan Liturgi secara sederhana mulai dilakukan7,dalam
proses pekabaran ijil ada dua liturgi yang di pakai yakni liturgi kontekstual yali dan
liturgi zollner. proses penerjemaan di lakukan Zollner dengan maksud ketika orang Yali
memahami liturgi ibadah, isi Alkitab,Pengakuan Iman,doa bapa kami mereka akan akan
mengerti injil dan bukan di pandang sebagai sebuah upacara rahasia. Dengan demikan
pendekatan melalui media komunikasi adalah pintu masuk ijil di sampaikan. Makin lama
kebaktian dalam bahasa yali diminati. Perhatian besar diarahkan pada orang tua agar
mereka tidak berada pada pemahaman adat yang kuat karena itu bagi orang-orang tua di
yalimo di terbitkan cerita alkitab dalam bentuk buku gambaran sederhana,gambaran-
gambaran ini di harapkan dapat menolong orang tua untuk menghafalkan dan dapat
diceritkan kepada orang lain.

Sampai tahun 1996 telah ada pos PI di Anggruk (19961,Biliam1961,Waniok


1963,Heleriki dan Walei 1965,Yanggali 1962 dan Apahapsili 1965). Walaupun pekabaran
injil ke daerah Yali telah dimulai tahun 1960an, tetapi sampai tahun 1968 masyarakat yali
belum sepenuhnya membuka diri untuk menerima injil. Keikutsertaan dalam pembuatan
lapangan terbang sekedar untuk mendapat upah berupa kapak besi, kulit bia, garam,
pisau, parang dan lain-lain. Injil tidak menarik bagi mereka karena upah dianggap tidak
bersangkut paut dengan injil. Bila hari minggu diadakan kebaktian, biasanya beberapa
orang saja yang hadir untuk mengikutinya, namun itupun karena ingin melihat hal-hal
baru.

Pada tahun 1968 terjadi perubahan besar yang disebabkan dua hal:

7
Di belakang Gunung terbitlah terang, hal 106-107
6
1. Ada satu kelompok kecil pria yang biasanya tinggal dekat dan menolong guru-
guru serta penginjil, mulai mengerti bahwa “berita dari Allah” yang disampaikan
bertujuan untuk mengatur hidup secara baru.

2. Ada beberapa orang yali yang bertemu dengan suku-suku lain di jayawijaya,
terutama suku-suku dari balim barat (Bokondini, Tiom dll). Yang lebih dulu telah
menerima injil dan menjadi Kristen

Selain dua hal tersebut, juga karena kunjungan yang dilakukan beberapa orang dari
Angguruk, yaitu Kolobag (Kepalah suku Angguruk), Sehelini, Yuhuliyek, dan Pindalog
pada bulan mei 1968 kedaerah Bokondini. Beberapa minggu kemudian, kunjungan
dilakukan lagi oleh satu rombongan dari Waniok, yaitu Pirini, wambukni, dan Elit.
Melalui kunjungan ini mereka diyakinkan bahwa pembakaran alat-alat berhala tidak
membahayakan kelancaran hidup dan kesehatan sebagai mana yang di pikirkan.

2.3 Hasil Pekabaran injil

Orang-orang yali mulai mengambil sikap pro dan kontra terhadap keberadaan gereja
di tengah-tengah mereka. Kelompok yang umumnya terdiri dari orang muda menerima
pandangan dan nilai baru supaya ada perubahan sedangkan ada orang tua yang sangat
berkuasa dalam masyarakat menolak pengaruh gereja dan pemerintaan dengan
menunjukan sikap permusuhan. Ada tiga pengalaman mendasar yang akhirnya
menyebabkan pada pandangan-pandangan lama sehingga mereka menerima ajaran
Kristen:

1. Soal kepercayaan dan pemahaman yang dijadikan tolak ukur dan kebenaran yang
berlaku dimana-mana. Kemudian mereka sadar bahwa ada pemahaman lain yang
menjamin kesejahteraan masyarakat.
2. Konflik terselubung dalam kampung-kampung yang menerima dan menolak
ajaran gereja. Konflik itu tidak bertahan lama karena adanya pemahaman
kesatuan dan harmoni dalam persekutuan Yowi dengan kesepakatan menerima
7
ajaran gereja
3. Orang yali semakin sering bertemu dengan tetangganya di sebelah barat, yaitu
orang dani barat yang telah memeluk agama Kristen.

Sejak tahun 1969 orang yali menyatakan meninggalkan aturan kehidupan lama
dengan upacara membakar benda keramat seperti batu-batu khusus, gemuk babi, tulang
dan kulit babi, sisa-sisa dari ular, kusu pohon, burung, tali hutan, kulit bia, sisa-sisa
makanan baik dari kebun maupun dari hutan, noken dan sebagainya. Semua alat berhala
itu adalah kekuatan yang penggunaannya antara lain memberi kekuatan dalam
pertempuran, menghilangkan penyakit, memberi kesuburan dan kelimpahan, membunuh
orang, meningkatkan hasil kebun. Alat-alat ini disimpan di dalam rumah berhala di tiap-
tiap kampung. Aksi ini dicontohi dari orang dari barat ketika setahun sebelumnya
beberapa orang yali berkunjung ke sana, yaitu ke Bokondini. Pembakaran pertama
dilaksanakan oleh lima kampung di perkampunagan Anggruk dan oleh kampung-
kampung Pasikni dan Tinggili. Seiring berjalannya waktu semua kampung di lembah
yahuli dan ubahak melaksanakan pembakaran benda keramat. Setelah pembakaran
berhala dan penerimaan agama Kristen mereka mulai menyesuaikan kehidupan mereka
dengan kehidupan keluarga pelayan seperti berpakaian, mandi, mempunyai perkakas
dapur dan lain-lain. Lalu mereka juga ingin beternak ayam dan berkebun; menanam
jagung dan kacang tanah.

Bidang kehidupan yang tidak mengalami perubahan misalnya peraturan perkawinan,


cara berkebun, beternak babi, dan membangun rumah. Dengan ini adat mendapat makna
baru yaitu makna kristiani.8

Kemudian pada bulan januari 1972 diadakan pembaptisan kudus pertama di Anggruk
dalam bentuk pembaptisan orang dewasa dengan cara selam. Badan pekerja sinode,
dalam sidang umum di biak 1972 menyatakan menerima dan menyetujui pembaptisan

8
Siegfried Zollner, Pohon Yeli dan Mitos Wam dalam Agama Orang Yali, (LAI 2011), hal 24-25.
8
orang dewasa sebab telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.9

BAB 3

PENUTUP

3.1 Analisa Kelompok


Ketika pendeta Rumainum berinisiatif untuk mengembangkan Pekabaran
injil ke daerah pegunungan dapat di pahami bahwa hal ini adalah sebuah usaha
yang tidak mudah dan penuh resiko, terbukti dari bagaimana dimulainya
perjalanan dan pekerjaan Pdt.Zollner dan Dr. Vriend yang kemudian

9
Di belakang gunung terbitlah terang, hal.111-112
9
membutuhkan waktu mulai dari akhir tahun 1959 sampai dengan awal tahun
1972 yang dimaksudkan ialah mulai dari awal kedatangan sampai dengan ada
orang Yali yang di baptis. Pekerjaan yang dilakukan berbuah baik,seperti pada
akhirnya alat-alat berhala dibakar. namun ada beberapa alat berhala telah
kehilangan nilai kesehatan (bagian tubuh kuskus) , dan juga nilai seni
(pembakaran rumah-rumah adat yang didalamnya terdapat panel-panel rumah
adat dengan dekorasi yang sangat indah dan noken).
Sebab dapat dilihat dari perkembangan orang Yali dari waktu ke waktu. Pola
pikir serta tindakan orang Yali mulai berubah ditandai dengan kepercayaan akan
budaya asli mulai dapat dipadukan dengan agama Kristen. Pdt Zollner tidak
menolak budaya mereka tetapi menggunakan budaya dan bahasa sebagai jalan
masuk untuk melakukan Pekabaran injil kepada orang Yali. Jadi iman dan budaya
tidak dapat dipisahkan. Kita harus tahu mana budaya yang baik yang bisa kita
pertahankan dan tidak baik harus ditinggalkan.
Dalam perjalanan pemberitaan injil, tidak semudah dengan apa yang kita
pikirkan, begitu sulit mereka yang menberitakan Injil di daerah yang masih kuat
dengan agama sukunya. Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh mereka. Pada
umumnya, yang harus mengerti bahwa setiap orang yang melayani suku lain
harus belajar banyak tentang sifat, bahasa, dan cara hidup suku tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Silak, Ismael Roby. Hidup dan Kerja Para Penyiar Injil Di Balim Yalimu, Papua:
Tabura, 2006, hal. 12
2. Reuter, Susanne. Ketika Injil Bersinar di Yalimo, Wahine Susanne Reuter.2010,
hal. 31
3. Steeg, Siegfried Zollner Henk van der. Bersatu Dalam Tuhan, Papua Partnersch,
Papua Solidariteit, hal. 75

10
4. Di belakang Gunung terbitlah terang, hal. 106-107
5. Zollner, Siegfried. Pohon Yeli dan Mitos Wam dalam Agama Orang Yali, LAI
2011, hal. 24-25

11

Anda mungkin juga menyukai