Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PERENCANAAN PROGRAM GIZI

KABUPATEN KONAWE PROPINSI SULAWESI TENGGARA


SASARAN KADER POSYANDU

OLEH :

1. ANA MARTA (P003310180)


2. CITRAWATI KONGEN (P003310180)
3. ELSA HAMID RUNDU (P00331018060)
4. NURJANNAH FAHIMA (P00331018076)
5. MUH.FERDIANSYAH (P003310180)
6. MUSDALIFAH (P003310180)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Perencanaan Program Gizi (PKL PPG) T.A. 2020/2021
pada tanggal 3 s.d. 9 Desember 2020 di Desa ………. Kabupaten Konawe telah disetujui sebagai
dokumen Prencanaan Program Gizi pada level mikro.

Kendari, November 2020

Koordinator Tim MK PPG Pembimbing Desa

Kasbar,S.Gz, M.Kes Kameriah Gani, SKM, M.Kes

NIP. NIP.

Mengetahui :

Ketua Jurusan Gizi,

Sri Yunanci V. G., SST,MPH

NIP. 196910061992032002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT karena berkat karunia Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Laporan ini, banyak kendala yang
di hadapi namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Ibu Kameriah Gani, SKM, M.Kes selaku pembimbing PKL DESA yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan dalam proses penyusunan laporan ini
selesai.

Namun, kami semua menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikaninformasi kepada pihak yang
membutuhkan.

Kendari, Januari 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…................................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI…............................................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL...........................................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR…..................................................................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………………………………………………………………………………..ix

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................................... ….1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................................2

C. Tujuan Penelitian.................................................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................ 4

A. Telaah Pustaka ............................................................................................................................ 4

B. Landasan Teori............................................................................................................................ 12

C. Kerangka Teori............................................................................................................................ 14

D. Kerangka Konsep........................................................................................................................ 15

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA...................................................................................................16

A.Tabel Vim ............................................. …………………………………………………………………………………………..16

B. Desain studi, lokasi survey dan karakteristik masyarakat dilokasi survei.............................................18

C. Unit sampling dan jumlah sampel pasangan anak balita………………………………………………………………….21

D. Prosedur pengumpulan data…………………………………………………………………………………………………………..23

E. Pengorganisasian kegiatan survey……………………………………………………………………………………………………25

F. Data entry, cleaning dan analisis………………………………………………………………………………………………………28

G. Ijin etik dari pemerintah………………………………………………………………………………………………………………….30

H. Operasionalisasi survey…………………………………………………………………………………………………………………..33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………36

4
A. Hasil………………………………………………………………………………………………………………………………………………...36
1. Gambaran umum lokasi penelitian…………………………………………………………………………………………..40
a. Letak geografis…………………………………………………………………………………………………………………..42
b. Kependudukan matapencaharian………………………………………………………………………………………44
c. Sarana dan prasarana desa………………………………………………………………………………………………..46
2. Gambaran umum sampel…………………………………………………………………………………………………………48
B. Pembahasan…………………………………………………………………………………………………………………………………….49
Determinan masalah gizi/keaktifan kader………………………………………………………………………………………..49

BAB V ANALISIS MASALAH……………………………………………………………………………………………………………………53

a. Identifikasi masalah………………………………………………………………………………………………………………….53
b. Priorotas masalah……………………………………………………………………………………………………………………..55
c. Rumusan masalah……………………………………………………………………………………………………………………..57
d. Penyebab masalah……………………………………………………………………………………………………………………..59

BAB VI RENCANA KERJA PROGRAM INTERVENSI GIZI…………………………………………………………………………….64

a. Jenis program intervensi gizi……………………………………………………………………………………………………..64


b. Seleksi program intervensi gizi………………………………………………………………………………………………….68

BAB VII RENCANA KERJA PROGRAM INTERVENSI GIZI……………………………………………………………………………71

Penyusunan dokumen POA (plan of action)……………………………………………………………………………….71

BAB VIII PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………..73

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………………..78

LAMPIRAN

a. Master tabel
b. Foto kegiatan
c. Dokumen penunjang lainnya

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang paling utama
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes, 2006). Keberadaan posyandu
di tengah tengah masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar dikarenakan menyangkut
pemenuhan kebutuhan yang sangat penting bagi kesehatan ibu dan anak. Dengan demikian perlu
adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader posyandu mengenai proses tata laksana
posyandu yang efektif (Dikson, 2017).

Profil Indonesia pada tahun 2018 memiliki 283.370 Posyandu dari jumlah tersebut Posyandu
Pratama sebesar 13,06%, Posyandu Madya sebesar 27,74%, Posyandu Purnama sebesar 31,6% dan
Posyandu Mandiri 8,71% (Kemenkes 2018).

Secara absolut jumlah posyandu di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan, bila
pada tahun 2012 berjumlah 2.902, maka pada tahun 2016 berkembang menjadi 3.178 posyandu.
Berdasarkan keaktifannya, pada tahun 2016 posyandu yang aktif di Sulawesi Tenggara telah
mencapai 60.86%, naik cukup signifikan dibanding tahun 2015 yang hanya 42,97%. (Profil Kesehatan
Kab/Kota Tahun 2016).

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana -
Kesehatan ditingkat desa (Syakira, 2009). Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan
partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari-oleh-untuk masyarakat yang
dilaksanakan oleh kader. Kader yang ditugaskan adalah warga setempat yang telah dilatih
puskesmas (Dikson, 2017).

Upaya peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan sematamata tanggung jawab
pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran kader
dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan

6
kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2012).
Salah satu kegiatan kader yaitu memantau pertumbuhan balita. Pemantauan Pertumbuhan
balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth
faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan
sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu,
Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain.
Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dari-oleh-untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader. Kader yang
ditugaskan adalah warga setempat yang telah dilatih puskesmas. Keberhasilan posyandu salah
satunya dipengaruhi oleh kinerja kader, dengan motivasi yang tinggi dan selalu aktif dalam kegiatan
posyandu akan meningkatkan kinerja kader posyandu. Namun permasalahan yang terjadi adalah
masih banyak kaderyang kurang termotivasi dan kurang aktif dalam kegiatan posyandu
Menurut Niken (2009), penggerakan dan pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses
pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (knowledge) dari tau menjadi mau (attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (practice). Kader merupakan tenaga masyarakat yang
dianggap paling dekat dengan masyarakat. Dalam konteks pelayanan yang optimal, masyarakat yang
menjadi kader harus memiliki sejumlah kemampuan yang bersumber pengetahuannya tentang
tugas dan fungsi posyandu itu sendiri. Sebab hal inilah yang kemudian akan petunjuk bagiu kader
dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat
Menurut Hidayat (2008) dalam Wicaksono (2014) kinerja Posyandu dalam peningkatan
kesehatan dan status gizi masyarakat sangat tergantung dari partisipasi, motivasi, dan kemampuan
kader Posyandu dalam melaksanakan berbagai program kesehatan di Posyandu. Soemanto (2001)
dalam Wicaksono (2014) juga menyatakanbahwa kader dalam pelaksanaan Posyandu merupakan
titik sentral kegiatan Posyandu, keikutsertaan dan keaktifannya diharapkan mampu menggerakkan
partisipasi masyarakat. Banyak faktor yang berperan dalam menentukan partisipasi dan keaktifan
kader, baik secara internal dalam diri kader maupun eksternal atau dari lingkungan kader.
Tugas dari kader kesehatan masyarakat adalah sebagai pemberi informasi dan pelaku
penyuluhan kepada masyarakat tentang informasi masalah kesehatan. Kader kesehatan harus
mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan untuk menyampaikan informasi dalam penyuluhan
(Sulistyorini, 2010). Disisi lain, kader dituntun untuk dapat berperan aktif dalam memberikan

7
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Adisasmito (2008) prosentase kader aktif secara
nasional adalah 69,2%, sehingga angka drop out kader sekitar 30,8%.
Bila kader tidak aktif, maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan
akibatnya status gizi bayi dan balita (bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan
jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program posyandu
khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita. Oleh karena itu, kader kesehatan mampu
memahami tugas dan tanggunggjawabnya untuk mewujudkan tujuan dari posyandu. Untuk
mewujudkan tujuan posy andu tersebut maka perlu dibarengi dengan mutu pelayanan kesehatan
yang berkualitas oleh kader posyandu. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan kader
diantaranya pengetahuan kader tentang posyandu, pengetahuan kader tentang posyandu akan
berpengaruh terhadap kemauan dan perilaku kader untuk mengaktifkan kegiatan posyandu,
sehingga akan mempengaruhi terlaksananya program kerja posyandu. Menurut Scrimshaw (1992)
dalam Hidayat (2008) pengetahuan dan kemampuan (skiil) kader berkontribusi terhadap perbaikan
performance Posyandu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah
ada hubungan pengetahuan kader tentang tugas dan fungsi posyandu dengan keaktifan kader di
Wilayah Kerja kecamatan (Soropia,Toronipa,Besulutu,Pondidaha) Kabupaten Konawe ?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kader tentang tugas dan fungsi posyandu dengan
keaktifan kader di wilayah kerja Puskesmas kecamatan (Soropia,Toronipa,Besulutu,Pondidaha)
Kabupaten Konawe
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengindentifikasi pengetahuan kader tentang tugas dan fungsi posyandu ?
b. Untuk mengidentifikasi keaktifan kader ?
c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan kader tentang tugas dan fungsi posyandu dengan
keaktifan kader

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Kader kesehatan

a. Pengertian Kader Kesehatan

Kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, yang dipilih oleh masyarakat
sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara di Desa siaga (Fallen & Budi,
2010). Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat.
Department kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk kader yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak kematian bayi. Pada
kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan karena untuk membaca, menulis, dan menghitung secara sederhana
(Hasanah, 2014).

Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta


pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat kesehatan. Diharapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sabuah tim
kesehatan. Para kader kesehatan masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full time atau part
time dalam bidang pelayanan kesehatan, dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk
lainnya. oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas (Sulistyorini, 2010).

b. Kader posyandu

Kader Posyandu Kader Posyandu atau kader kesehatan masayarakat adalah laki-laki atau
wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan masyarakat.

Para kader masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggungjawab terhadap masayarakat setempat serta pimpinan –
pimpinan yang ditunjuk oleh pusat – pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat

9
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim
kesehatan (WHO, 1995)

c. Tugas kegiatan kader

Tugas kegiatan kader akan di tentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah
tenaga professional melainkanhanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Hal ini perlu adanya
pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Nugroho
(2008) menyebutkan adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter dan semua pihak
dalam rangka melaksanakan kegiatankegiatan baik yang menyangkut didalam maupun di luar
posyandu antara lain:

1) Kegiatan yang dilakukan kader Posyandu adalah


a) melaksanakan pendaftaran;
b) melaksanakan penimbangan bayi dan balita;
c) melaksanakan pencatatan hasil penimbangan;
d) memberikan penyuluhan;
e) memberi dan membantu pelayanan;
f) merujuk.
2) Kegiatan yang dapat dilakukan diluar Posyandu KBkesehatan adalah
a) bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare;
b) mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu;
c) kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang
ada: pemberantasan penyakit menular; penyehatan rumah; pembersihan sarang nyamuk;
pembuangan sampah; penyediaan sarana air bersih; menyediakan sarana jamban keluarga;
pembuatan sarana pembuangan air limbah; pemberian pertolongan pertama pada penyakit;
P3K; dana sehat; kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

d. Keaktifan kader
Keaktifan kader berasal dari kata aktif yang memiliki arti giat, gigih, dinamis, dan bertenaga
atau sebagai lawan statis atau lamban dan mempunyai kecenderungan menyebar atau ber
berkurang (Suharso dan Retnoningsih, 2005). Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat
dari keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif daam kegiatan. Keaktifan kader posyandu
merupakansuatu perilaku atau tindakan yang nyata yang bisa dilihat dari keteraturan dan
keterlibatan seorang kader dalam berbagai kegiatan posyandu baik kegiatan dalam posyandu
maupun kegiatan diluar posyandu. Menurut Suryani (2003) perilaku merupakan aksi dari individu

10
terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah
satu persoalannya ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan.
Kader kesehatan adalah perwujudan peran aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu
(Depkes RI, 2000). Keaktifan merupakan suatu kegiatan atau kesibukan. Keaktifan kader kesehatan
dapat diasumsikan bahwa kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya, maka kader kesehatan tersebut termasuk dalam
kategori yang aktif Namun, apabila kader kesehatan tidak mampu melaksanakan tugasnya maka
mereka tergolong yang tidak aktif (Rochmawati, 2010).

2. Tinjauan Tentang Posyandu


a. Pengertian
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam
mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan keluarga berencana, pusat pelayanan keluarga berencana, serta pos
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis
dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Kemenkes, 2011).
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan setempat, dimana dalam satu unit posyandu,
idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) yang disesuaikan dengan kemampuan
petugas dan keadaan setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader posyandu
terlatih di bidang Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan mempercepat penurunan angka
kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran (Depkes RI, 2000).
Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan
masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak
balita. Keaktifan keluarga dalam setiap posyandu tentu akan berpengaruh pada status gizi anak
balitanya karena salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat
terutama anak balita dan ibu hamil (Adisasmito, 2007).
b. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Secara umum tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2006): 1)
Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka kelahiran.
2) Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), Ibu hamil dan nifas.
3) Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

11
4) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
kegiatan-kegiatan lain yang mengunjang sesuai kebutuhan.
5) Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan. Sasaran dalam pelayanan kesehatan di
Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1 tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu
menyusui dan wanita PUS (pasangan usia subur).

c. Tujuan Pokok Posyandu


Menurut Mubarak (2012) tujuan pokok dari pelayananterpadu adalah untuk hal-hal berikut:
1) Mempercepat penurunan angka kematian ibu (ibu hamil, melahirkan,dan ibu nifas) dan anak,
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
2) Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) atau
membudayakan NKKBS
3) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup
sehat sejahtera.
4) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis.
5) Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga
dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.

d. Manfaat Posyandu
1) Bagi Masyarakat
Adapun manfaat posyandu bagi masyarakat adalah memperoleh kemudahan untuk
mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu,pertumbuhan anak
balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk. Bayi dan ank balita
mendapatkan kapsul vitamin A, bayi memperoleh imunisasi lengkap, ibu hamil juga akan
terpantau berat badanya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi TT, ibu nifas
memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah serta memperoleh penyuluhan
kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak
3) Bagi kader
Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap. Ikut berperan
secara nyata dalam tubuh kembang anak balita dan kesehatan ibu. Citra diri meningkat di mata
masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan menjadi panutan karena
telah mejadi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu (Sulistyorini, 2010).

12
e. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan Posyandu
Menurut Mubarak (2009) berikut ini pelayanan keshatan yang terdapat dalam posyandu:
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a) Penimbangan bulanan Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus
diberikan secara khusus terhadap anak yang selama 3 kali penimbangan pertumbuhan tidak
meningkat sesuai umurnya (kenaikan berat badan kurang dari 200 gram/bulan) dan anak
yang kurva berat badanya berada dibawah garis merah KMS (Tirayoh, 2015).
b) Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang
c) Imunisasi bayi 3-14 bulan Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi
tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x,dan campak 1x pada bayi.
d) Pemberian oralit untuk menanggulanggi diare
e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
f) Deteksi dini tumbuh kembang dan identifikasi penyakit Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik sesorang. Sedangkan perkembangan
(development) berkaitan dengan pemantangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi
organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
a) Pemeriksaan kesehatan umum
b) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah
d) Imunisasi TT untuk ibu hamil
e) Penyuluhan kesehatan dan KB
3) Pemberian alat kontrasepsi KB
4) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
5) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
6) Pertolongan pertama untuk kecelakaan

f. Jenis Kegiatan Posyandu


a) Meja 1 Pendaftaran

13
Semua pengunjung posyandu (Balita, ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur (WUS) harus
didaftarkan dahulu sebelum pelayanan, dimana di meja 1 terdapat kartu meunuju sehat (KMS)
balita, kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil, register balita, ibu hamil, ibu hamil dan wanita usia
subur (WUS).
b) Meja II adalah penimbangan
Dimeja II dilakukan kegiatan penimbangan
c) Meja III adalah pengisian
KMS Buka KMS balita yang bersangkutan kemudian di pindahkan hasil penimbangan anak dari
secarik kertas ke KMS nya.
d) Meja IV adalah penyuluhan
(1) Diketahui berat badan anak yang naik atau tida naik, ibu hamil dengan risiko tinggi , dan PUS
yang belum mengikuti KB
(2) Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan
berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu bayi/balita dan memberikan
penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami
(3) Pelayanan PMT oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulang kondom. Memberikan rujukan
puskesmas, apabila diberikan untuk balita, ibu hamil dan menyusui berikut ini: rujukan balita
apabila berat badan dibawah garis merah (BGM) pada KMS, dua kali pemeriksaan berturut-
turutmberat badan tidak naik, terlihat sakit (lesu, kurus,busung lapar, diare, rabun mata).
Rujukan ibu hamil atau menyususi apabila keadannya kurus, pucat, bengkak, atau
gondokkan, rujukan orang sakit. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader
posyandu misalnya pemberian pil tambah darah, vitamin A, oralit dan sebagainya.
e) Meja V adalah pelayanan
Meja V merupakan pelayanan sektor yang bisanya dilakukan oleh petugas kesehatan. Pelayanan
yang diberikan adalah sebagai berikut:
(1) Pemberin imunisasi, pemberian pil tambah darah, vitamin A, dan obat-obatan lainnya (2)
Pemeriksaan kehamilan
(3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
(4) Pelayanan kontrasepsi IUD dan suntikan

a) Tingkatan Posyandu Dilihat dari indikator-indikator yang ditetpakan oleh Depkes, posyandu,
secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat ) tingkat yaitu
1) Posyandu Pratama

14
Posyandu pratama adalah yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan
posyandu belum dilaksanakan secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni krang dari
lima orang. Penyebeb tidak dilaksanakan kegiatan rutin bulanan, disamping jumlah kader
yang terbatas, dapat pula karna belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dilakukan
untuk perbaikan peringakat adalah motivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2) Posyandu Madya
Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat dilaksanakan kegiatan lebih
dari delapan kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau
lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu <50%. Intervensi
dapat dilakukan untuk perbaikan tingkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut
sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih meningkatkan kader dalam
pengolahan kegiatan posyandu.
3) Posyandu Purnama
Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dilaksanakan kegiatan lebih darih 8
kali pertahun dengan ratarata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih. Cakupan
utamnya >50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelolah oleh masyarakat yang
pesertanya masih terbatas yakni <50% KK diwilayah kerja posyandu.
4) Posyandu Mandiri
Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dilaksanakan kegiatan lebih darih 8
kali pertahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih. Cakupan
utamnya >50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelolah oleh masyarakat yang
pesertanya masih terbatas yakni >50% KK yang bertempat tinggal diwilayah posyandu.
Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, serta
terjaminnya kesinambungan.

3. Pengetahuan Kader tentang Tugas dan Fungsi Posyandu


a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang menjadi telah seseorang setelah
melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Penginderaan tersebut melalui panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan diperoleh
melalui belajar yang merupakan suatu proses mencari tahu yang tadinya tidak tahu menjadi tahu,

15
konsep mencari tahu mencakup berbagai metode dari konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun pengalaman. Pengetahuan adalah sebagian ingatan atas bahan-bahan yang telah
dipelajari, mengingat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal terperinci untuk teori
tetapi apa yang diberikan telah menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah segala yang telah diketahui dan mampu diingat oleh setiap orang
setelah mengalami, menyaksikan, mengamati atau diajarkan semenjak ia lahir sampai menginjak
dewasa khususnya setelah diberi pendidikan baik melalui pendidikan formal maupun non formal
dan diharapkan dapat mengevaluasi terhadap suatu materi atau obyek tertentu untuk
melaksanakannya sebagai bagian dalam kehidupan sehari – hari (Notoatmodjo, 2010).
Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk memenuhi rasa ingin tahu ini,
manusia sejak jaman dahulu telah berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman
langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

b. Tugas dan Fungsi Kader di Posyandu


Yang bertindak sebagai pelaksana posyandu adalah kader. Kader adalah seorang tenaga
sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran
pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu.
Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan
sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau sanggup menggerakkan masyarakat untuk
melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati dkk, 2010).
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader : “Kader
adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja
secara sukarela” (Zulkifli, 2013). Kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan kesehatan
(Syafrudin, dan Hamidah, 2006).
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promotor
kesehatan (Yulifah R, dan Yuswanto, 2006). Kader aktif adalah kader yang selalu melaksanakan
kegiatan posyandu dan selalu menjalankan tugas dan perannya sebagai kader (Dinas Kesehatan
Tuban, 2005).

16
Kader tidak aktif adalah kader yang tidak melaksanakan tugas dan perannya sebagai kader
posyandu serta tidak rutin mengikuti kegiatan posyandu (Republika, 2005). Tugas dan Peran
Kader Posyandu adalah :
1) Melakukan kegiatan bulanan posyandu
2) Mempersiapkan pelaksanaan posyandu Tugas-tugas kader posyandu pada H-1 atau saat
persiapan hari buka Posyandu, meliputi :
1) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA,
alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan atau
materi penyuluhan.
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk
datang ke Posyandu.
3) Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada
kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa
hadir pada hari buka Posyandu.
4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara
kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

Tugas kader pada kegiatan bulanan Posyandu adalah:


1) Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja,
meliputi :
a) Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau ballita, yaitu menuliskan nama balita pada
KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil, yaitu
menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register ibu hamil.
b) Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan
pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
c) Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan
balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
d) Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang
bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada
data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
e) Meja 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas
kesehatan, PLKB, PPL, dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan antara lain : Pelayanan

17
Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana, Pengobatan Pemberian pil penambah darah
(zat besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya

2) Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu Tugas-tugas kader setelah hari buka
Posyandu, meliputi :
a) Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku register
atau buku bantu kader.
b) Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu pada
bulan berikutnya. Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu
yang rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).
c) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan
mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya

c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup di dalamnya domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau pemikiran terhadap suatu
materi atau obyek. (Notoatmodjo, 2010).

18
d. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh langsung ataupun melalui penyuluhan baik individu maupun
kelompok. Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan perlu diberikan penyuluhan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga maupun masyarakat, dalam
membina dan memelihara hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Pengetahuan adalah proses kegiatan mental yang dikembangkan
melalui proses kegiatan pada umunya sebagai aktifitas kognitif. Proses adopsi adalah perilaku
menurut Notoatmodjo (2010), sebelum seseorang mengadopsi perilaku didalam diri orang
tersebut terjadi suatu proses yang berurutan yang terdiri dari:
1). Kesadaran (awareness) artinya Individu menyadari adanya stimulus.
2). Tertarik (Interest) artinya Individu mulai tertarik pada stimulus.
3). Menilai (Evaluation) artinya Individu mulai menilai tentang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik
lagi.
4). Mencoba (Trial) artinya Individu sudah mulai mencoba perilaku yang baru.
5). Menerima (Adoption) artinya Individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
sikap dan kesadarannya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2010).

e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2010.
Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis:
1) Pertanyaan Subjektif; bentuk pertanyaannya berupa essay.
2) Pertanyaan Objektif; jenis pertanyaan berupa pilihan ganda, betul/salah dan pertanyaan
menjodohkan (Arikunto, S, 2011).
Pertanyaan berupa essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga nilainya akan berbeda
dari seorang penilai dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya.
Pertanyaan pilihan ganda, betul/salah, menjodohkan, disebutkan pertanyaan objektif
karena pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa
melibatkan faktor subjektifitas dari penilai (Arikunto, S, 2011).

19
f. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan
kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan
lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu
dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang
sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
diharapkan.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang, mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap
negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup
umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif
dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

2) Faktor Eksternal
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi
baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal
ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi

20
dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang
adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi
tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan
perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau sikap seseorang.

B. Landasan Teori
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat
yang dibantu oleh petugas kesehatan setempat. Posyandu dapat diartikan sebagai pusat kegiatan
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Peran Posyandu saat ini lebih
kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang mengindikasikan perubahan
kebijakan penanganan tersebut. Peran posyandu di desa sangat signifikan dalam memantau masalah
kesehatan di daerah setempat, menurunkan masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat.
Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan suka rela mengelola
posyandu diwilayahnya masing-masing. Keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu akan meningkatkan
keterampilan karena dengan selalu hadir dalam kegiatan, kader akan mendapat tambahan keterampilan
dari pembinaan petugas maupun dengan belajar dari teman sekerjanya. Menurut Khotimah (2005)
partisipasi dan keaktifan kader posyandu dipengaruhi oleh status pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat
pengetahuan, serta keikutsertaan dengan organisasi lain.
Pengetahuan kader kesehatan tentang tugas dan fungsi posyandu akan sangat menunjang
keaktifannya di posyandu. Sebab dengan pengetahuan yang dimilikinya kader tersebut dapat mengetahui
apa yang harus dikerjakannya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang
melakukan pengeinderaan terhadap suatu obyek tertentu. Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif sangat penting menentukan tindakan seseorang. Menurut Dewi &

21
Wawan (2011) pengetahuan dipengaruhi 2 faktor yakni faktor internal yang terdiri atas pendidikan,
pekerjaan, dan umur serta faktor eksternal yang terdiri atas faktor lingkungan dan sosial budaya.

C. Kerangka Teori

Faktor internal :

1. Jenis/ras/keturuna
n
2. Jenis kelamin
3. Sifat fisik
Perilaku Keaktifan
4. Kepribadian
Kader
5. Inteligensia
Posyandu
6. Bakat
7. pengetahuan

Faktor eksternal :

1. Pendidikan
2. Agama
3. Kebudayaan
4. Lingkungan
5. Status ekonomi

Gambar 1 : Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Khotimah (2002), Notoatmodjo (2010)

22
D. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan Kader tentang tugas dan


Keaktifan kader
fungsi posyandu

Gambar 2 : Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel bebas (Independent) : Pengetahuan Kader tentang tugas dan fungsi posyandu Variabel
terikat (Dependent) : Keaktifan kader

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tabel indikator Matriks (VIM)

Variable Indicator Metode Referensi


Umur Umur kader Wawancara Depkes RI, 1995

 KMS/ penimbangan
 Imunisasi
 Pemberian vitamin A
 Pemberian tablet FE Mengisi Angket
Pengetahuan  ASI eksklusif Depkes RI, 2000
Pengetahuan
 MP-ASI
 Tugas kader 5 meja
 Diare
 PGS
Jenjang pendidikan terakhir
kader. Dengan kategori:
 SD
Mengisi Angket
Pendidikan  SMP Desy Agustina, 2013
Pengetahuan
 SMA
 Pendidikan Tinggi (D-1
dst)
 Pengisian (plotting) KMS
 Keterampilan melakukan
penimbangan
Keterampilan menggunakan dacin Lembar Observasi Depkes RI, 1998
 Membuat LGG (Larutan
gula garam)
 Penyuluhan
Dorongan dari dalam diri
Wawancara
Motivasi seseorang dalam mencapai Notoadmodjo,2003
menggunakan kuesioner
tujuan
Pelatihan  Pelatihan kader yang Wawancara Widiastuti,2006.
pernah diikuti dalam 1 menggunakan kuesioner Semburung,Sryatty
tahun terakir W. Sangkey G,D.

24
 Jenis pelatihan yang diikuti
2005
 Waktu
 Ketersediaan tempat
 Alat timbangan
 Tali sebagai pelengkap
dacin
 Sarung timbangan
Fasilitas Observasi dan wawancara Syahmasa, 2003
 Penyediaan buku KMS
 Penyediaan buku KIA
 5 Meja dan kursi
 Ruangan khusus
pemeriksaan bumil
 Alat pengukur tinggi badan
Bentuk dukungan dari
Dukungan masyarakat: Wawancara
Tagor, 2012
masyarakat  Mendukung menggunakan kuesioner
 Kurang mendukung
Jenis pekerjaan :
Wawancara
Pekerjaan Petani, arsitektur, peternak,
menggunakan kuesioner
dll

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja desa (soropia, toronipa, pondidaha, besulutu)
kabupaten Konawe

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2020

25
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Popilasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang bersedia menjadi responden
penelitian di wilayah desa (soropia, toronipa, pondidaha, besulutu) kabupaten Konawe
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di desa (soropia, toronipa,
pondidaha, besulutu) kabupaten Konawe

D. Jenis dan cara pengumpulan data


a. Jenis
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan Cross
Sectional, yaitu penelitian yang menggambarkan tentang profil kader posyandu di desa (soropia,
toronipa, pondidaha, besulutu & ulu pohara) kabupaten Konawe
b. Cara pengumpulan data
1. Data keaktifan kader posyandu dengan wawancara secara langsung dari responden dengan
menggunakan kosioner dengan beririsi identitas kader, tingkat keaktifan kader yaitu
dilakukan telaah dokumen mulai pengisian data kader
2. Data tingkat pengetahuan kader dilakukan wawancara dengan menggunakan kosioner
begitu pula dengan pelatihan kader
3. Data keterampilan kader dikumpulkan dengan cara observasi, yaitu melakukan
pengamatan kader dalam menggambar krafik pertumbuhan anak dalam KMS sesuai kasus
yang diberikan dan keterampilan kader dalam melakukan penimbangan dengan dacin yang
memenuhi syarat 9 langkah penimbangan
4. Data motivasi (Insentif dan dukungan) pengumpulan data dengan cara wawancara secara
mendalam
5. Data pelatihan kader dilakukan dengan wawancara menggunakan kosioner

E. Cara Pengolahan Dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dalam bentuk tekstular kemudian dientry
dikomputer menggunakan SPSS 25

26
a. Data pengetahuan kader diolah berdasarkan jawaban yang benar kemudian dinilai dengan
sistem skor 80 yang dikalikan 100 selanjutnya dikategorikan
Cukup : jika memiliki jumlah skor jawaban ≥60% terhadap total skor
Kurang : jika memiliki skor jawaban ≤60% terhadao total skor
b. Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam pencacatan KMS yaitu dengan
menjumlahkan skor yang dijawab dengan benar oleh kader pada soal kasus yang diberikan.
Apabila salah satu jawaban dari pertanyaan dalam kasus tersebut salah maka kader
dianggap tidak terampil dalam mencatat KMS.
Pengolahan data untukketerampilan kader dalam penimbangan yaitu dengan menjumlah
kesemua nilai skor observasi 9 langkah penimbangan dimana setiap langkah memiliki satu
skor. Apabila salah satu langkah saja tidak dilakukan maka kader dianggap tidak terampil
dalam melakukan penimbangan karena setiap langkah dianggap essensial.
Kemudian hasil interpretasi dari keterampilan kader dalam pengisian KMS dan penimbangan
tersebut dikategorikan sesuai dengan kriteria objektif.
c. Data tentang pelatihan dikategorikan sesuai yang mendapatkan pelatihan dan tidak
mendapatkan pelatihan.
d. Pengolahan data untuk keterampilan kader dalam pencacatan KMS yaitu dengan
menjumlahkan skor yang dijawab dengan benar oleh kader pada soal kasusu yang diberikan
2. Analisi data
a. Analisi univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan sebaran data masing-masing variabel
berdasarkan kategorinya antara lain variabel tingkat keaktifan, tingkat pengetahuan,
pelatihan kader, dan keterampilan kader dilakukan untuk masing-masing variabel yaitu
dengan melihat presentase dari setiap tabel distribusi frekuensi
b. Analisi abivariat
Analisis abivariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan atara pengetahuan, keterampilan, pelatihan motifasi dengan keaktifan kader
posyandu.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

27
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Kader Tentang Tugas Dan
Fungsi Posyandu Dengan Keaktifan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas (soropia, toronipa,
pondidaha, dan besulutu) kabupaten Konawe Tahun 2020. Data primer yang dikumpulkan
melalui kuesioner selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan SPSS.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak geogrsfis
Secara geografis Kabupaten Konawe merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi
Sulawesi Tenggara
b. Kependudukan dan mata pencaharian
c. Sarana dan Prasarana Desa

2. Gambaran Umum Sampel


a. Pendidikan Kader
18 kader yang ada di kecamatan (soropia, toronipa, pondidaha dan besulutu) Kabupaten
Konawe memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA.
b. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang disajikan dalam penelitian ini adalah karakteristik yang
berkaitan dengan pengetahuan kader,pekerjaan kader, keterampilan kader,pelatihan kader,
motivasi dukungan dan keaktifan kader. secara umum disajikan dalam tabel berikut.

c. Pengetahuan Kader
Tabel 3.
Pengetahuan Kader
Tingkat pengetahuan N %
Cukup ≥60 18 100
Tabel 3 menunjukan bahwa sampel berada pada kategori pengetahuan cukup.

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa mayoritas kader di Wilayah Kerja desa (soropia,
toronipa, pondidaha, besulutu) Kabupaten Konawe Tahun 2020 memiliki pengetahuan yang
cukup tentang tugas dan fungsi posyandu. Yakni dari 18 orang responden

d. Pekerjaan Kader
Tabel 4
Pekerjaan kader
Pekerjaan utama N %

28
IRT 18 100
Tabel 4 menunjukan berdasarkan pada kategori pekerjaan utama kader yaitu ibu rumah
tangga.

e. Keterampilan Kader
Tabel 5
Keterampilan kader

Keterampilan N %
Terampil 9 60%
Kurang terampil 8 40%
Kategori keterampilan menunjukan 60% kader menujukan keterampilan dan 40% kader
kurang keterampilan

f. Pelatihan Kader
Tabel 6
Pelatihan kader
Jenis pelatihan N %
Ikut 13 90%
Tidak ikut 5 10%
Tabel 6 menunjukan bahwa 90% kader pernah mengikuti pelatihan dan 10% kader tidak
ikut dalam pelatihan

g. Motifasi dukungan menjadi kader


Tabel 7
Motifasi dukungan
Motifasi dukungan n %
Didukung 18 100%
Tabel 7 menunjukan bahwa 100% kader mendapatkan dukungan

h. Keaktifan kader
Tabel 8
Keaktifan kader
Keaktifan kader N %
Aktif 18 100%
Tabel 8 menunujukan bahwa sampel 100% berada pada kategori aktif

29
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa mayoritas kader di Wilayah Kerja desa (soropia,
toronipa, pondidaha, besulutu) Kabupaten Konawe Tahun 2020 aktif di posyandu, yakni dari
18 orang responden yang diukur keaktifannya.

B. Pembahasan
Kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, yang dipilih oleh masyarakat sendiri
dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara di Desa siaga (Fallen & Budi, 2010). Kader
merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat.
Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran
kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan
baik di Posyandu. Kader diharapkan dapat menjembatani antara petugas/ahli kesehatan dengan
masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan menghadapi/menjawab kebutuhan
kesehatan mereka sendiri. Kader juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat
kesehatan berwenang yang mungkin tidak dapat mencapai masyarakat langsung, serta mampu
mendorong para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar mengerti dan merespons kebutuhan
masyarakat. Kader dapat membantu mobilisasi sumber daya masyarakat, mengadvokasi masyarakat
serta membangun kemampuan lokal.
Namun, kelancaran pelayanan kader sangat ditunjang oleh pengetahuan kader tentang
tugas dan fungsinya, serta keaktifan kader dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan di posyandu.

1. Pengetahuan kader tentang tugas dan fungsi posyandu kesehatan di Wilayah Kerja desa
(soropia, toronipa, pondidaha, besulutu) Kabupaten Konawe Tahun 2020
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Tingkat pengetahuan
seseorang dapat menentukan perilaku sesorang terhadap tugas dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Notoatmojo (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan akan mendasari sesorang kader posyandu dalam melakukan perubahan
perilaku, sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Kader yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan akan dapat
memberikan layanan yang baik dan bermutu pada saat posyandu. Pengetahuan dapat diartikan
tahu atau mengerti sesduah melihat, menyaksikan, mengalami atau diajar dan pengetahuan
kader juga akan meningkat seiring dengan lamanya menajadi kader, pengalaman di lapangan
dalam menangani kasusu dan pelatihan-pelatihan yang telah diikuti dengan pengatahuan yang

30
bertambah diharapkan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat (Depkes
RI,2000).
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap
informasi yang datang dari luar. Responden yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah
mengerti dan memahami informasi yang diberikan tentang pelayanan posyandu. Menurut
Sahlan (2003), apabila tingkat pengetahuan tinggi maka seseorang akan lebih kritis dalam
menghadapi berbagai masalah, dimana pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun
informal. Untuk mendapatkan pengetahuan yang baik, seorang kader sebaiknya selalu
mendapatkan bimbingan dari petugas kesehatan.

2. Keaktifan kader kesehatan di Wilayah Kerja desa (soropia, toronipa, pondidaha, besulutu &
ulu pohara) Kabupaten Konawe Tahun 2020
Keaktifan kader kesehatan meruapakan salah satu aspek yang sangat penting dimiliki oleh
kader posyandu, sebab keaktifan berkaitan dengan keterlibatan kader dalam memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar kader kesehatan di Wilayah Kerja desa (soropia, toronipa, pondidaha, besulutu)
Kabupaten Konawe Tahun 2020 yakni 18 orang responden aktif diposyandu untuk melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat.
Kader mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam kegiatan posyandu balita,
bila kader-kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak baik dan tidak
lancer. Peran aktif kader dalam kegiatan-kegiatan posyandu dapat mempengaruhi dan
meningkatkan kualitas pelayanan yang baik (Legi dkk, 2015). Tingginya tingkat ketidakaktifan
kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana Tahun 2018
dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya mungkin terkait dengan kesdaran kader
terhadap fungsi posyandu, atau lemahnya manajemen waktu yang bisa dilakukan oleh kader
sehinggga tidak dapat melakukan aktifitas pelayanan secara optimal.

3. Hubungan pengetahua kader tentang Tugas Dan Fungsi Posyandu Dengan Keaktifan Kader
kesehatan di Wilayah Kerja desa (soropia, toronipa, pondidaha, besulutu & ulu pohara)
Kabupaten Konawe Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 orang Kader di Wilayah Kerja kecamtan
(soropia, toronipa, pondidaha, besulutu) Kabupaten Konawe Tahun 2020 yang memiliki
pengetahuan baik semuanya aktif di posyandu. Hasil ini memberikan gambaran bahwa tingkat
pengetahuan kader memiliki keterkaitan dengan keaktifan kader di posyandu. Dengan kata lain,

31
kader yang memiliki pengetahuan minimal cukup terhadap tugas dan fungsi posyandu
cenderung aktif di posyandu.
Menurut Handika (2016) hubungan tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam
menjalankan posyandu balita di desa pacalan wilayah kerja puskesmas plaosan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader
dalam menjalakankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. Desain
penelitian ini dengan pendekatan silang cross-sectional. Hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam
menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. Perbedaan
dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan kekhususan variabel bebas, dimana
pada penelitian ini dikhususkan pada pengetahuan kader tentang tugas dan fungsi posyandu.
Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan kader diantarannya pengetahuan tentang
posyandu, pengetahuan kader tentang posyandu akan berpengaruh yang baik apabila kader
posyandu aktif, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan, dan menunjang setiap penyelenggaraan
posyandu sehingga akan mempengaruhi terlaksananya program kerja posyandu dan sasaran
keberhasilan bisa dicapai. Kader harus mengetahui apa yang berhubungan dengan posyandu,
bila kader tidak mengetahui apa yang berhubungan dengan kegiatan posyandu maka
keberhasilan program kerja posyandu tidak bisa dicapai. (Notoadmojo, 2007)
Kurangnya pengetahuan mengenai tugas dan fungsi, bahkan dukungan dari masing-masing
kader menyebabakan ketidakaktifan kader pada saat kegiatan posyandu. Seorang kader yang
memiliki pengetahuan yang baik bahkan perlunya dukungan dari keluarga tentang Posyandu
akan menimbulkan kesadaran untuk aktif dalam posyandu. Tingkat pengetahuan individu
berpengaruh terhadap keadaan yang ikut serta dalam suatu kegiatan dan mempunyai dampak
terhadap perilaku. Namun apabila dianalisis lebih jauh proses terbentuknya suatu tindakan tidak
hanya dipengaruhi oleh pengetahuan. Jadi, pengetahuan saja belum cukup untuk merubah
perilaku seseorang karena perubahan perilaku merupakan proses yang kompleks dan
memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu, pelatihan yang rutin dan berkesinambungan
dapat membantu kader untuk tetap mengaplikasikan pengetahuannya dalam tindakan sehingga
dalam waktu tertentu dapat menjadikannya terampil dalam melaksanakan pemantauan
pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.

32
BAB V
ANALISIS MASALAH
A. Identifikasi masalah
Berdasarkan pembahasan diatas dari penelitian di konawe, maka dapat diperoleh
identifikasih masalah antara lain :
a. Keterampilan

33
Hasill penelitian kader di daerah konawe, keterampilan kader dalam kemampuan
pengelolaan posyandu sebagian besar dalam kategori terampil 60%, dalam kategori
tidak terampil 40%. Kurangnya ketrampilan kader posyandu dalam melaksananakan
tugasnya sebagai kader posyandu merupakan permasalahan yang banyak di jumpai
pada setiap posyandu. Kurangnya kader posyandu mendapat pelatiahan dasar mau pun
latiahan penyegaran kader menyebabkan kader kurang percaya diri dalam
melaksanakan tugas nya. Hal ini menyebabkan banyak kader yang drop aut dan tidak
lagi aktif bertugas.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Keterampilan adalah hasil dari
latihan berulang, yang dapat disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh
orang yang mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu
(Whiterington, 1991). Keterampilan dari kata dasar terampil yang artinya cakap
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan sedangkan keterampilan artinya kecakapan
untuk menyelesaikan tugas (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999).
b. Keaktifan
Hasil penelitian keaktifan kader didaerah konawe, daalam kategori aktif 90% dalam
kategori tidak aktif 10%. Dalam sumber Depkes terkait keaktifan kader posyandu yaitu
Posyandu merupakan milik masyarakat maka pelaksanaan kegiatan posyandu agar
hasilnya baik perlu peran serta masyarakat itu sendiri khususnya keaktifan kader
posyandu. Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota masyarakat
yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
posyandu. Kader posyandu menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela.
Namun dalam pelaksanaan kegiatan posyandu ada hambatanhambatan, salah satunya
adalah hambatan dari kader diantaranya kurang aktifnya kader-kader posyandu (Depkes
RI, 2006).
B. PRIORITAS MASALAH
1. Keterampilan kader
Keterampilan kader menjadi prioritas masalah pertama kerna sangatlah penting untuk
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar bisa melayani masyarakat dengan baik.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader sangat dipengaruhi adanya pelatihan,
dengan pelatihan diharapkan kader dapat mengelola Posyandu sesuai kompetensinya, karena
pengetahuan atau kognitif dan keterampilan atau psikomotor merupakan domain yang sangat
penting bagi pembentukan perilaku seseorang (Simon dkk, 1995).. Pendapat Siagian (1999),
bahwa pelatihan dipakai sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan

34
pengetahuan dan keterampilan kader. Handoko (2001), mengatakan pengetahuan yang
diperoleh dari hasil suatu produk sistem pendidikan akan memberikan pengalaman yang
nantinya akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu.Sedangkan
menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasiyang diterima oleh seseorang yang berupa
pesan-pesan kesehatan melalui media cetak atau elektonik. Perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
2. Keaktifan kader
Peran aktif kader dipelayanan gizi sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan
status gizi masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak. Aktif tidaknya kader tersebut
tergantung dari pengetahuan kader Posyandu. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan
penyuluhan dan pelatihan kader posyandu agar lebih meningkatkan wawasan tentang
pelayanan gizi di posyandu.

C. RUMUSAN MASALAH
Dari hasil identifkasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah :
1. “apakah ada hubungan pengetahuan kader dan ketidak terampilan kader?”
2. “apakah ada hubungan keterampilan kader dengan ketidak aktifan kader?
D. PENYEBAB MASALAH
Faktor yang mempengaruhi kinerja kader sangat kompleks dan bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain. Selain faktor internal seperti usia, lama dedikasi, pengalaman, status sosial,
keadaan eknonomi dan dukungan keluarga; faktor eksternal seperti kondisi masyarakat dan instansi
kesehatan juga mempengaruhi motivasi dan retensi kader.Manfaat non-finansial juga sangat penting
bagi suksesnya suatu program kader. kader merasa bahagia dan bangga dengan tugas yang dijalankan
karena mereka telah dianggap sebagai bagian dari sistem kesehatan dan pemerintahan, yaitu dengan
adanya supervisi dan pertemuan yang konsisten dengan Puskesmas serta menerima penyuluhan yang
teratur. Walaupun akan lebih merasa dihargai bila mereka mendapatkan manfaat finansial maupun
non-finansial,tetapi kader pada umumnya menerima dengan ikhlas. Kader sangat bangga bila harapan
mereka tercapai yaitu masyarakat aktif datang ke Posyandu secara teratur sehingga masyarakat
mampu menjaga kesehatan dan gizi anak mereka. Untuk itu demi suksesnya Posyandu, diharapkan
petugas kesehatan selaku pelaksana program setempat mampu melihat potensi dan permasalahan
dilingkungan kerja masingmasing (Bhattacharyya K. dkk, 2001).
Dari penelitian di daerah konawe didapatkan penyebab masalah ketidak terampilan kader dan
ketidakaktifan kader yaitu adanya faktor pengetahuan kader, sehingga dalam kerampilan saat

35
bertugas di puskesmas kader tidak terampil. Kemudian faktor ketidakaktifan kader yaitu kader kurang
dalam ketidak terampilan sehingga membuat kader tidak percaya diri dalam bertugas sehingga
membuat kader tidakaktif untuk bertugas ke puskesmas.

BAB VI
RENCANA PROGRAM INTERVENSI GIZI
A. JENIS PROGRAM INTERVENSI GIZI
Kegiatan gizi di posyandu merupakan salah satu kegiatan utama dan umumnya menjadi
prioritas dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu. Peran aktif kader kesehatan dipelayanan gizi
sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan status gizi masyarakat terutama kesehatan ibu
dan anak. Aktif tidaknya kader tersebut tergantung dari pengetahuan kader Posyandu Kader

36
posyandu merupakan health provider yang berada di dekat kegiatan sasaran posyandu, tatap
muka kader lebih sering daripada petugas kesehatan lainnya (Miza, 2015), (Rahayu, 2017).
Berdasarkan masalah kader di kabupaten konawe, maka program intervensi yang akan
diberikan yaitu intervensi dalam bentuk penyuluhan dan kegiatan pengisian KMS.

B. SELEKSI PROGRAM INTERVENSI GIZI

BAB VII
RENCANA KERJA PROGRAM INTERVENSI GIZI

PENYUSUSUNAN DOKUMEN POA (Plan Of Action) dan Gant Chart

BAB VIII
PENUTUP

37
1.

38

Anda mungkin juga menyukai