Anda di halaman 1dari 48

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

(KURIKULUM 2004, KURIKULUM 2006, KURIKULUM 2013)


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kurikulum
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd.
Dr. Siti Nabilah, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3 MP 2018 A

1. Sela Melanda Agustina 1103618018


2. Gayatri Elhansyah Putri 1103618022
3. Mohamad Sadikin 1103618042
4. Muhamad Aditya Zahran 1103618073
5. Endang Ayu Sumiyati 1103618025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
MARET 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Kurikulum di Indonesia“. Kami menyadari bahwa selesainya makalah ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Kurikulum.
2. Dr. Siti Nabilah, M.Pd selaku asisten dosen mata kuliah Manajemen
Kurikulum.
3. Teman-teman sekelas yang membantu dan mendukung kami dalam
menyelesaikan laporan ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Kurikulum. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya civitas akademika Universitas Negeri Jakarta.

           Jakarta, 5 Mei 2020

                                                                                   Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Kurikulum 2004..........................................................................................4
1. Sejarah Kurikulum Berbasis Kompetensi............................................4
2. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi.......................................5
3. Tujuan KBK............................................................................................6
4. Ciri KBK..................................................................................................7
5. Landasan Pengembangan KBK.............................................................7
6. Prinsip-prinsip Pengembangan KBK....................................................8
7. Kelebihan KBK........................................................................................9
8. Kekurangan KBK..................................................................................10
B. Kurikulum 2006........................................................................................10
1. Latar Belakang KTSP...........................................................................11
2. Konsep KTSP.........................................................................................12
3. Tujuan KTSP.........................................................................................14
4. Landasan Pengembangan KTSP.........................................................15
5. Karateristik KTSP................................................................................15
6. Proses Sosialisasi....................................................................................17
7. Keunggulan dan Kelemahan................................................................19
8. Standar Kompetensi..............................................................................19
C. Kurikulum 2013........................................................................................20
1. Sejarah Kurikulum 2013......................................................................20
2. Pengertian Kurikulum 2013.................................................................23

ii
3. Pola Pikir Kurikulum 2013..................................................................23
4. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013.......................................25
5. Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013............................................26
6. Manfaat Kurikulum 2013.....................................................................27
7. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013............................................31
8. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013..................................32
9. Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum 2013......................................37
BAB III KESIMPULAN......................................................................................40
A. Kesimpulan................................................................................................40
B. Saran..........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan Proses Belajar
Mengajar juga merupakan lembaga yang memegang peranan penting di dalam
masyarakat yang berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia
dimasa depan yang unggul. Sumber daya manusia yang berkualitas,
diharapkan akan mampu untuk menghadapi kompetisi di jenjang pendidikan
yang lebih tinggi maupun persaingan di dalam dunia lapangan pekerjaan.
Sekolah mempunyai cara dalam mengatur proses belajar mengajar agar
mencapai tujuan secara efektif dan efisien, salah satu komponen yang
digunakan guna mencapai tujuan tersebut merupakan program pembelajaran
yang sudah diatur oleh pemerintah yang bernama kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu perangkat pada mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga yang mempunyai
wewenang dalam penyelenggaraan pendidikan. kurikulum berisi rancangan
pembelajaran tentang apa saja yang akan diberikan kepada peserta didik di
dalam satu periode jenjang poendidikan. Penyusunannya disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan serta kebutuhan dalam
lapangan perkerjaan.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan
landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk
terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem
pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi
kurikulum dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal
dan penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan
salah satunya dilihat dari hal tersebut. Namun di lapangan, perubahan
kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru, sehingga pada tahap awal
implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai

1
2

penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal


ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan memahami
isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit
terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum
terdahulu yang sudah biasa diterapkannya.
Ditinjau dari perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan. Pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan yang terbaru yaitu tahun 2013.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan pada sistem politik, social
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum yang merupakan seperangkat rencana Pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
perubahan yang terjadi di masyarakat.
Berikut di atas merupakan sedikit penjelasan tentang apa yang
melatarbelakangi isi dari makalah ini, untuk lebih jelasnya lagi makalah ini
akan membahas jenis-jenis kurikulum yang pernah dan sedang dipakai oleh
lembaga pendidikan di Indonesia yaitu, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006,
dan Kurikulum 2013.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas, penulis dapat
merumuskan masalah yang terdapat di dalam latar belakang tersebut :
1. Bagaimanakah sejarah perubahan Kurikulum Berstandar Kompetensi
(KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
2. Bagaimana sejarah dari Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, dan Kurikulum
2013?
3. Bagaimana penerapan Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, dan Kurikulum
2013 di dalam kegiatan pendidikan di Indonesia?
4. Apa saja perbedaan dari ketiga kurikulum tersebut?
5. Kurikulum apa yang paling bagus diterapkan di dalam Pendidikan di
Indonesia?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kurikulum di
atas

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah kurikulum yang pernah dan sedang dipakai saat
ini dalam kegiatan pendidikan di Indonesia
2. Untuk mengetahui implementasi dari kurikulum yang dibuat dan perannya
bagi kegiatan pendidikan di Indonesia
3. Untuk mengetahui teori-teori dan konsep dari kurikulum yang ada
4. Untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing kurikulum
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum 2004
1. Sejarah Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004,
adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai
diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai
menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi,
sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya
hanya pada cara para murid belajar di kelas.
Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan
sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa
dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya
belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru
saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif
mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTEK tanpa
meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antarsiswa
saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator,
namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua.
Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan
setiap kegiatan siswa ada nilainya.
Sejak tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan kurikulum baru yang
bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang merupakan
penyempurnaan Kurikulum 2004.
Dewasa ini kehidupan manusia dengan cepat berubah dari waktu
ke waktu. Dermkian juga dengan kehidupan anak/generasi muda, yang
bahkan kadang-kadang perubahan itu sangat kompleks. Kehidupan
keluarga, termasuk anak-anak sekarang memberikan banyak kebebasan
dan banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar. ”Dunia menjadi semakin
kosmopolitan dan kita semua mempengaruhi satu sama lain", demikian

4
5

ujar desainer Paloma Picasso, seperti dlkut'p oleh John Naisbitt (1990:
106).
5

Di lain pihak dengan kemajuan di bidang komunikasi (termasuk


telekomunikasi tentunya), melalui film, TV, radio, surat kabar, telepon,
komputer, internet, dll. Anak-anak sekarang sudah lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Dalam tulisan berikutnya, John
Naisbitt menggambarkan: Dahulu biaya untuk memulai sebuah surat kabar
sama dengan biaya untuk memulai sebuah pabrik baja. Akan tetapi,
dengan desktop publishing sekarang ini, sebuah surat kabar dapat dimulai
dalam semalam dengan sedikit sekali biaya. Daily Planet Telluride
sepenuhnya didlgitalkan, termasuk pemakaian kamera digital yang
citranya diumpankan langsung ke dalam komputer. (John Naisbitt, 1994:
28-29). 1
Jadi sekarang ini kehidupan kita senantiasa dibayangi oleh
perkembangan IPTEIG (baca: llmu, Teknologi dan Seni) dengan
akselerasi laju yang luar biasa, yang menyebabkan terjadinya “ledakan
informasi". pertumbuhan pengetahuan pada tahun 80-an saja berjalan
dengan kecepatan 13% per tahun. lni berarti bahwa pengetahuan yang ada
akan berkembang menjadi dua kali lipat hanya dalam tempo kira-kira 5,5
tahun. Akibatnya pengetahuan dalam bidang tertentu menjadi "kada|
uwarsa" hanya dalam tempo kira-kira 2,5 tahun. (Dikutip dari Miguel
Ma.Varela, Education for Tomorrow, APEID, Unesco PROAP, Bangkok,
1990, oleh Santoso S. Hamidjojo). 2
Dari gambaran di atas kiranya jelas bahwa dunia yang dihadapi
peserta didik termasuk mahasiswa pada saat ini, sangat kompleks wajarlah
jika secara periodik kurikulum senantiasa harus selalu ditinjau kembali,
dan senantiasa ada pembaharuan di bidang kurikulum.

2. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi


Eve Krakow (2005) mengemukakan bahwa pengajaran berbasis
kopetensi adalah keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning)

1
M.Rohman, Kurikulum Berkarakter, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), hlm.76.
2
Ibid
6

Dimana Guru membantu siswa untuk belajar bagaimana belajar dari pada
hanya mempelajari isi (learn how to learn rather that just cover content). 3
Lebih jauh christene Gillbert sebagai chief insfector Ofsted pada
dokumen visi 2020 dari Ofsted menyebutkan bahwa :
“Learning how to learn half a dozen times, as it descibes the
imperatives for developing the 21st-century curriculum. In the last decade,
it seems that we have established the nation that an appreciation of the
‘how’ students learn is at least as important as “what” they learn. The
National Strategies at primary and secundary level are promoting
learning competencies and the mantra for Every Child Matters includes
enjoyment and engagement with learning as a key”. Pendapat di atas
menekan bahwa pengembangan kurikulum di abad ke-21 lebih ditekankan
pada bagaimana mengembangkan suatu konsep “learning how to lerning”.
4

Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendenifikasikan


bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kopetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompentensi dan hasil belajar yang harus dicapai
siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber
daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.kurikulum ini
berorientasi pada : (1) hasil dan dampak yang diharapkan mucul pada diri
peserta didik melalui serangkaiaan pengalaman belajar yang bermakna,
dan (2) Keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan
kebutuhannya. 5

3. Tujuan KBK
Dari definisi-definisi di atas kurikulum berbasis kompetensi
meneka.nkan pada mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik

3
Endang Widuri, Perbandingan Pengajaran dengan menggunakan KBK dan KTSP, (Jurnal Unimed, Vol, No1,
2012), hlm.3
4
Ibid
5
Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Depdiknas, 2002)
7

secara optimal, mengkonstruk apa yang dipelajari dan mengupayakan


penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyamapaiannya harus
bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor kemampuan,
lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai
kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK berorientasi pada pendekatan
kontruktivisme.

4. Ciri KBK
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara
individual maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keragaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan dari guru saja, tetapi juga sumber belajar yang
lain yang memenuhi unsur edukasi.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk
menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun
identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-
dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun
integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
Dengan kurikulum ini memudahkan guru dalam penyajian pengalaman
belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu
pada empat pilar pendidikan universal (UNESCO), yaitu: learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

5. Landasan Pengembangan KBK


8

a. Pancasila sebagai landasan Filosofi pengembangan kurikulum


Nasional.
Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, KBK
mengakomodasikan berbagai perbedaan secara tanggap budaya dengan
memadukan berbagai kepentingan dan kemampuan daerah. KBK
menerapkan strategi yang meningkatkan kebermaknaan pembelajara
untuk semua peserta didik terlepas dari latar budaya, etnik, agama dan
gender melalui pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan
filosofi pendidikan Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum.
Pancasila sangat relevan untuk penerapan filosofi pendidikan yang
mendunia seperti empat pilar belajar (learning to be, learning to know,
learning to do, dan learning to life together).
b. TAP MPR No. IV/MPR/1999/BAB IVE
c. GBHN (1999-2004) bab V tentang “Arah Kebijakan Pendidikan”
d. UU RI No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
2000 tentang Otonomi Daerah yang substansinya menuntut perubahan
dalam pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik.
Pergeseran pola sentralisasi ke desantralisasi dalam pendidikan ini
merupakan upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah dan
menyeluruh.
e. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
9

6. Prinsip-prinsip Pengembangan KBK


Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) peelu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip:
a. Keimanan nilai dan budi pekerti luhur.
b. Penguatan integritas nasional. Keseimbangan etika, logika, estetika,
dan kinestetika.
c. Kesamaan memperoleh kesempatan;
d. Abad pengetahuan dan teknologi informasi.
e. Pengembangan keterampilan hidup.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komperhensif.
h. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

7. Kelebihan KBK
a. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek
mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata
pelajaran itu sendiri.
b. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
oriented). Siswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh
serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa
dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara
dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta
belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-
pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra,
mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan
menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
c. Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing.
10

d. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari


suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap
kekurangan peserta didik.
e. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan
penilaian yang terfokus pada konten.
8. Kekurangan KBK
a. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan
sekolah.
b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .
c. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif
baik konsepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran
akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk
memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru
untuk mendapatkan tunjangan profesi.
e. Pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
f. Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif
juga merupakan kendala yang banyak dijumpai di lapangan, banyak
satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas
penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
g. Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam membina
perkembangan peserta didiknya,terutama peserta didik yang
berkemampuan dibawah rata – rata.Kenyataan membuktikan ,kondisi
social,dan ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru.
h. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa
dan bagaimana melakukan evaluasi dengan prtofolio.karena
ketidakpemahaman  ini mereka kembali kepada pola assessment lama
11

dengan tes –tes dan ulangan – ulangan yang cognitive based semata.

B. Kurikulum 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi
pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah efektif, produktif, dan
berprestasi. KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang
diletakkan pada posisi paling dengan pembelajaran (sekolah dan satuan
pendidikan)6.
Dalam standar nasional pendidikan (pasal 1 ayat 15) dijelaskan bahwa
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan7.
1. Latar Belakang KTSP
KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya
yaitu kurikulum 2004 (KBK)8. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP
Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan Pendidikan9.
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikanm
potensi sekolah/daerah, karateristik sekolah/daerah, social budaya
masyarakat setempat, dan karateristik peserta didik. Sekolah dan komite
sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum
tingkat satuan Pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi kelulusan, di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang Pendidikan di SD,
SMP, SMA, SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintah
di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
6
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (suatu panduan praktis), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hlm.20-21.
7
Wina Sanjaya, Kurikulum dan pembelajaran :teori dan praktik pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 128.
8
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) : dasar pemahaman dan pengembangan,
(Jakarta: PT Bumi Aksara,2007),hlm 10.
9
Mulyasa, Op.Cit., 19-20.
12

KTSP juga merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum


agar lebih familiar dengan guru, agar sistem pendidikan nasional selalu
relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang
menekankan perlunya peningkatan standar nasional Pendidikan sebagai
acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional10.
Sehubungan dengan itu, kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
Bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan
rohani, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.
Pengembangan KTSP dilakukan dalam rangka memenuhi amanat
yang tertuang dalan UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (pasal 36 ayat 1) bahwa pengembangan kurikulum dilakukan
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Perubahan KBK ke KTSP dilatarbelakangi
oleh keluarnya UU no 22 dan UU no 29 tahun 1999 yang mengatur
tentang otonomi daerah dan pembagian kekayaan antara daerah dan pusat
dengan perbandingan 80% (daerah) dan 20% (pusat)11.

2. Konsep KTSP
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang
No. 20 Tahun 2008 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1),
dan 2) sebagai berikut.
a. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis Pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan Pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik.

10
Ibid., Hal. 8-9.
11
Bustamam, telaah kurikulum dan buku teks (bahan ajar), (jurusan sejarah FIS UNP, Padang, 2007), hlm.92.
13

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut12:
a. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi
dan karateristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan
peserta didik.
b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervise dinas
pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan.
c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di
perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP
merupakan paradigma barupengembangan kurikulum, yang otonomi luas
pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan
agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam
megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru,
kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini
merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah
setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah
(DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga
pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat.
Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan
ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya
komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan

12
Mulyasa, Op.Cit,. 20-21.
14

berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional


untuk mencapai tujuan sekolah.

3. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu
pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks
ekonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu,
KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan
dengan tujuh hal sebagai berikut.
a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik.
15

c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok


untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang
paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
d. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi
yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh
masyarkat se-tempat.
e. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat
pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin
untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP
f. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehar dengan sekolah-
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-
upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat,
dan pemerintah daerah setempat.
g. Sekolah dapat secara cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.

4. Landasan Pengembangan KTSP


Dijelaskan oleh BSNP, KTSP dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut:
a. Undang -Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional 
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan 
c. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi 
d. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
lulusan 
e. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas no.22, dan 23. (Pusat Penataran Guru Teknologi
Bandung, 2006: 1) 
16

f. Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas


RI nomor 24 tahun 2006 
g. Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses 
h. Permendiknas No.20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan

5. Karateristik KTSP
Karateristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana
sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses
pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga
kependidikan, serta system penilaian. Untuk lebih jelasnya, masing-
masing karateristik tersebut dideskripsikan sebagai yang berikut:
a. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah
dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang
luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Selain itu, sekolah
dan satuan pendidikan juga diberikan kewenangan untuk menggali dan
mengelola sumber daya sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui
otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam
pengambilan keputusan dan tanggungjawab bersama dalam
melaksanakan keputusan yang diambil secara proporsional, dan
professional.
b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi
masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta
didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan
keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan
17

merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat


meningkatkan kualitas pembelajaran. Masyarakat dan orang tua
menjalin kerja sama dan untuk membantu sekolah sebagai narasumber
pada berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana
kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan
integritas professional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan
professional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala
kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru
yang direkrut oleh sekolah adalah pendidik professional dalam
bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola
kinerja professional yang disepakati Bersama untuk memberi
kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik.
Dalam proses pengambian keputusan, kepala sekolah
mengimplementasikan proses “bottom-up” secara demokratis,
sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil beserta pelaksanaanya.
d. Tim Kerja yang Kompak dan Transparan
Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah, pihak-pihak yang
terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-
masing untuk mewujudkan suatu “sekolah yang dapat dibanggakan”
oleh semua pihak. Mereka tidak saling menunjukkan kuasa atau paling
berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya
peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.

6. Proses Sosialisasi
Melalui KTSP, sekolah dan satuan pendidikan perlu dikembangkan
menjadi lembaga yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas
untuk mandiri, maju, dan berkembang berdasarkan strategi kebijakan
18

menajemen pendidikan yang ditetapkan pemerintah13. Agar pengembangan


dan penerapan KTSP mampu mendongkrak kualitas pendidikan maka
perlu diadakan sosialisasi serta perlu didukung oleh perubahan mendasar
dalam kebijakan pengelolaan sekolah yang menyangkut aspek- aspek
berikut:
a. Iklim belajar yang kondusif, pengembangan KTSP perlu didukung
iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman,
nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlansung
dengan tenang dan menyenangkan.
b. Otonomi sekolah dan satuan pendidikan, dalam KTSP, kebijakan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran serta sistem evaluasinya
didesentralisasikan ke sekolah dan satuan pendidikan sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara
lebih fleksibel.
c.  Kewajiban sekolah dan satuan pendidikan, pelaksanaan KTSP perlu
disertai seperangkat kewajiban serta monitoring dan tuntutan
pertanggungjawaban yang relative tinggi, untuk menjamin bahwa
sekolah selain memiliki otonomi juga mempunyai kewajiban
melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan
masyarakat.
d. Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional, pelaksanaan
KTSP memerlukan perubahan sistem pengangkatan kepala sekolah
dari kepangkatan karena kepangkatan atau pengalaman kerja sebagai
guru kepada kepada pengangkatan berdasarkan kemampuan dan
keterampilan secara professional.
e. Revitalisasi partisipasi masyarakat dan orang tua, dalam
pengembangan KTSP, partisipasi aktif berbagai kelompok masyarakat
dan pihak orang tua dalam perencanaan, pengotganisasian,
pelaksananaan dan pengawasan program- program sekolah perlu
dibangkitkan kembali.

13
Mulyasa, Op.Cit,. 32-39
19

f. Menghidupkan serta meluruskan KKG dan MGMP, tujuan MGMP dan


KKG adalah untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
g. Kemandirian guru, kemandirian guru diperlukan dalam menghadapi
dan memecahkan berbagai problema yang sering muncul dalam
pembelajaran.

7. Keunggulan dan Kelemahan14


a. Kelebihan KTSP :
1) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan.
2) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
3) KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan
dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi
kebutuhan siswa..
4) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
5) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan.
b. Kekurangan KTSP :
1) Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada
2) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP

14
Ruang Ipa, Kelebihan dan Kekurangan KTSP dan Kurikulum 2013,
https://ruangipa.wordpress.com/2016/02/27/kelebihan-dan-kekurangan-ktsp-dan-kurikulum-
2013/, 2011.
20

3) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara


Komprehensif baik konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya
di lapangan
4) Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam
pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.

8. Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata pelajaran adalah deskriptif pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari
mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu. Pada setiap mata
pelajaran, standar kompetensi sudah ditentukan oleh pengembang
kurikulum15.
Dalam uraian setidaknya berisi tentang: standar kompetensi lulusan
sekolah sekolah/madrasah, standar kompetensi kelompok mata pelajaran,
standar kompetensi lulusan mata pelajaran, standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran serta diagaram pencapaian kompetensi
lulusan sekolah/ madrasah.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam kaitannya
dengan KTSP, DEPDIKNAS telah menyiapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh guru
dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan masing- masing 16.
Pencapaian SKKD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasiltasi oleh guru.

C. Kurikulum 2013
1. Sejarah Kurikulum 2013
15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan pembelajaran :teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana,2010) Hlm: 170
16
Mulyasa, Op.Cit,. 170
21

Menurut Hilda Taba, kurikulum 2013 adalah sebuah rancangan


pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal
mengenai proses pembelajaran serta perkembangan seorang individu.
Secara umum dapat di simpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisikan sebuah rancangan pelajaran
dalam satu periode jenjang pendidikan. Dengan program itu, para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi
siswa yang memberikan kesempatan untuk belajar.
Penyusunan perangkat mata pelajaran juga disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum, biasanya disesuaikan dengan tujuan
dari sistem pendidikan yang dilaksankan. Kurikulum ini diterapkan agar
dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan
dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang
pernah digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan
sebagai amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional
dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan
jangka menengah nasional. Kurikulum 2013 dikembangkan untuk
meningkatkan capaian pendidikan dengan dua strategi utama, yaitu
peningkatan efektifitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan
penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektifitas pembelajaran
dicapai melalui tiga tahap, yaitu:
22

a. Efektifitas interaksi, akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim


akademi dan budaya sekolah. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila
kesinambungan manajemen dan kepemimpinan pada satuan
pendidikan.
b. Efektifitas pemahaman, menjadi bagian penting dalam pencapaian
efektifitas pembelajaran. Efektifitas tersebut dapat dicapai apabila
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal siswa
melalui observasi, asosiasi, bertanya, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan.
c. Efektivitas penyerapan, dapat tercipta manakala adanya
kesinambungan pembelajaran horizonta dan vertikal. Penerapan
kurikulum 2013 diimplementasikan adanya penambahan jam
pelajaran, hal tersebut sebagai akibat dari adanya perubahan proses
pembelajaran yang semula dari siswa diberi tahu menjadi siswa yang
mencari tahu.
Selain itu, akan merubah pula proses penialaia yang semula
berbasis output menjadi berbasis proses dan output. Orientasi kurikulum
2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal itu sejalan dengan amanat UU
no 20 tahun 2003 sebagai mana tersurat dalam penjelasan pasal 35:
“kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
yang telah disepakati”. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu.
Dalam hal ini juga Kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi
kurikulum yang terintegrasi, maksudnya adalah suatu model kurikulum
yang dapat mengintegrasikan skill, themes, concepts, and topics baik
23

dalam bentuk within singel disciplines, across several disciplines and


within and across learners.17
Dengan kata lain bahwa kurikulum terpadu sebagai sebuah konsep
dapat dikatakan sebagai sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran/bidang studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna dan luas kepada peserta didik.
Dikatakan bermakna karena dalam konsep kurikulum terpadu, peserta
didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu secara utuh
dan realistis. Dikatakan luas karena yang mereka perolah tidak hanya
dalamsatu ruang lingkup saja melainkan semua lintas disiplin yang
dipandang berkaitan antar satu sama lain.18

2. Pengertian Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang terintegrasi, maksud dari
terintegrasi disini adalah kurikulum yang mampu mengintegrasikan skill,
themes, concepts, and topics baik dalam bentuk within single diciplines,
across several diciplines and within and across learners.19
Dengan kata lain bahwa kurikulum terpadu sebagai sebuah konsep
dapat dikatakan sebagai sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran/bidang studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna dan luas kepada peserta didik.
Dikatakan bermakkna karena dalam konsep kurikulum terpadu, peserta
didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu secara utuh
dan realistis. Dikatakan luas karena yang mereka peroleh tidak hanya
dalam satu ruang lingkup saja, melainkan semua lintas disiplin yang
dipandang memiliki keterkaitan anatara satu dan yang lain.20

17
Loeloek Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2013), hlm. 28.
18
Ibid., hlm.29
19
Loeloek Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2013), hl,. 28.
20
Ibid, hlm.29.
24

Berdasarkan penjelasan diatas, kelompok menuyimpulkan bahwa


pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
padatahun 2004 dan KTSP 2006. Dan dalam pengembangan kurikulum
2013 diorientasikan untuk peningkatan dan keseimbangan yang mencakup
kompetensi sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan
secara terpadu (skill).

3. Pola Pikir Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter
bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat
terlarang, pembunuhan, kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah
kejadian yang menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia
yang rendah serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan
bangsa.21 Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013
adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global
Institute dan Programme for International Student Assessment (PISA)
merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia
tertinggal dan terbelakang.22
Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut
Kemendikbud adalah (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah): Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 dikembangkan dari
kurikulum 2006 (KTSP) yang dilandasi pemikiran tentang tantangan masa

21
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2013), hlm.14
22
Ibid. hlm.60
25

depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi,


kompetensi masa depan, dan fenomena negatif yang mengemuka.23
Kurikulum 2013 mempunyai empat kompetensi inti (KI) yang
berisi tujuan dari proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti
menggunakan notasi sebagai berikut:24
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan
kompetensi. Menurut buku Mulyasa tahun 2013, Kurikulum 2013 tidak
hanya menekankan kepada pengusaan kompetensi siswa, melainkan juga
pembentukkan karakter. Sesuai dengan kompetensi inti (KI) yang telah
ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan
pembentukkan karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan
penguasaan kompetensi siswa.

4. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis,
dan konseptual sebagai berikut:
a. Landasan Filosofis
1) Filosofi Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan.
2) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
b. Landasan Yuridis
1) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan
Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum.
23
Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Buku 1, (Jakarta: Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), hlm.4
24
Permendikbud Republik Indonesia Nomor 69 (2013). Tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
26

2) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


3) INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktif berdasrkan nilai-nilai budaya bangsa
untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
c. Landasan Konseptual
1) Relevansi Pendidikan (link and match)
2) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
3) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
4) Pembelajaran aktif (student active learning)
5) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh25.

5. Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013


Seperti yang dikemukakan di berbagai media massa, bahwa melalui
pengembangan Kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia
yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini,
pengembangan kurikulum difokuskan pada pembetukan kompetensi dan
karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dapat didemostrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman
terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual. Kurikulum 2013
memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses
pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan
pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik
perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan
dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga para peserta
didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah
kompetensi dan karakter tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke
tingkat penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya.

25
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 65.
27

Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum


dikatakan, bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam
undang-undang ini meliputi: ....., 2. pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi, ....” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa
“Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati.” Maka diadakan perubahan kurikulum
dengan tujuan untuk “Melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.26

6. Manfaat Kurikulum 2013


Setiap kurikulum yang diberlakukan di indonesia memiliki
manfaat, masing-masing tergantung pada situasi dan kondisi saat dimana
kurikulum tersebut diberlakukan. Beberapa manfaat yang terdapat dalam
Kurikulum 2013, antara lain:27
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah daiam penyelenggaraan
pendidikan. Kurikulum 2013 memberikan otonomi luas kepada
sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan daerah setempat. Pada pelaksanaan kurikulum dimasa lalu
adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak
melihat pada situasi riil dilapangan dan kurang menghargai potensi
keunggulan lokal dan itu merupakan salah satu bentuk penyebab
kegagalan kurikulum yang ada di Indonesia.
2. Kurikulum 2013 memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan.

26
Ibid.
27
Ibid. hlm.284.
28

Pola kurikulum baru pada Kurikulum 2013 adalah memberi kebebasan


kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, kurikulum
2013 ini memberi peluang pada sekolah-sekolah plus untuk lebih
mengambangkan variasi kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
Dengan adanya Kurikulum 2013 maka sekolah plus bisa lebih bebas
untuk menentukan kurikulumnya yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah tersebut.
a. Manfaat Kurikulum 2013 Bagi Civitas Akademika
1) Mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.28
Dengan berpijak pada panduan Kurikulum 2013
sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan
dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan
situasi, kondisi dan potensi keunggulan lokal yang bisa
dimunculkan oleh sekolah. Sehingga baik guru maupun kepala
sekolah dituntut untuk |ebih kreatif dalam pelaksanaan
pembelajaran, agar kualitas pendidikan bisa lebih baik. Karena
guru dan kepala sekolah serta manajemen sekolah merupakan
kunci keberhasilan dalam proses belajar mengajar, dan mereka
adalah orang yang diberi tanggung jawab dalam
mengembangkan dan melaksanakan kurikulum untuk
mewujudkan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan visi
dan misi sekolah tersebut.
2) Guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik
membangun pengetahuan.
Pada kurikulum-kurikulum sebelumnya peran guru
adalah sebagai instruktur atau selalu memberi intruksi kepada
siswa dan dianggap sebagai orang yang serba tahu segalanya,

28
Loeloek Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2013), hlm. 285.
29

namun setelah adanya Kurikulum 2013 peran tersebut sudah


tidak berlaku lagi, karena dalam Kurikulum 2013 siswa
diposisikan sebagai subjek didik, bukan sebagai objek didik,
dimana siswa lebih dominan dalam proses pembelajaran, hal ini
didasarkan pada suatu pandangan bahwa siswa memiliki
potensi untuk berkembang dan berpikir mandiri, karena salah
satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Peran guru atau
pendidik adalah sebagai fasilitator dan tugasnya adalah
merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta
didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan
pengertiannya, sedangkan peran peserta didik adalah aktif
dalam belajar dan mencerna pelajaran. Dalam Kurikulum 2013
dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran
peserta didik aktif dan kritis, peserta didik tidak kosong tetapi
sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk
berkembang, maka dalam pembelajaran ini modelnya adalah
model dialogis. Yang dimaksud dengan model dialogis adalah
model mencari bersama antara guru dan peserta didik." Dengan
adanya model dialogis ini maka peserta didik dapat
mengungkapkan gagasannya dan dapat mengkritik pendapat
guru yang dianggap kurang tepat. Oleh karena itu dalam
Kurikulum 2013 guru tidak hanya menjadi diktator yang hanya
menekankan satu nilai satu jalan keluar, akan tetapi disini guru
berperan sebagai fasilitator dan membebaskan peserta didik
untuk berpikir, berkreasi dan berkembang.
3) Adanya perubahan paradigma mengajar
Kegiatan mengajar bukan hanya sekedar mengingat
fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian, akan tetapi
30

kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas


wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan
menumbuhkan sejumlah sikap positif melalui cara bertindak
atau berprilaku sebagai dampak hasil belajarnya karena tujuan
guru mengajar adalah supaya peserta didik memahami apa
yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan
menerapkan pemahaman dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
proses belajar, guru diharapkan menggunakan berbagai macam
metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk
melatih berpikir, mentradisikan aktifitas kreatif,
mengambangkan kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide,
menumbuhkan kenikmatan bekerja sama, karena itu guru perlu
menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang
berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya
peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah
menerapkan pemahamannya, untuk itu strategi belajar aktif
melalui multiragam metode sangat sesuai untuk digunakan
ketika akan menerapkan Kurikulum 2013.
b. Manfaat Kurikulum 2013 Bagi Siswa.
1) Kurikulum 2013 sangat memungkinkan bagi setiap sekolah
untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran
tertentu yang akseptable (dapat diterima) bagi kebutuhan
siswa.29
Dengan adanya otonomi maka tiap-tiap sekolah
diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri, dan Kurikulum
2013 ini memungkinkan sekolah menitikberatkan pada mata
pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswa,
sebagai contoh sekolah yang berada di kawasan pariwisata
dapat lebih memfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris

29
Loeloek Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2013), hlm. 287
31

atau mata pelajaran dibidang kepariwisataan lainya, disini guru


harus melibatkan peserta didik untuk mengenal, menyatakan
dan merumuskan kebutuhan belajar. Dalam bukunya E.
Mulyasa menyatakan bahwa "Tujuan identifikasi kebutuhan
adalah untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar
kegiatan belajar dirasakan oleh mereka sebagai bagian dari
kehidupannya dan mereka merasa memilikinya. Sehingga
apabila murid sudah mengetahui kebutuhan belajarnya, maka
suasana belajarnya akan lebih aktif serta mereka akan merasa
lebih nyaman. Kurikulum 2013'ini membuat siswa lebih mudah
karena diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi
dengan kultur daerahnya.
2) Kurikulum akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat
padat dan memberatkan kurang lebih 20 %.
Dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 maka beban
belajar siswa pada kegiatan tatap muka sekitar 20% yaitu yang
pada awalnya untuk tingkat SD, SMP, SMA masing-masing
tiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit, sehingga pada
Kurikulum 2013 ini jam pelajarannya dikurangi dengan rincian
untuk tingkat SD menjadi 35 menit, tingkat SMP menjadi 40
menit sedangkat tingkat SMA 45 menit.
Disamping jam pelajaran, bahan ajar yang dianggap
memberatkan siswa juga akan dikurangi, meskipun ada
pengurangan jam pelajaran dan bahan ajar, Kurikulum 2013
tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi
siswa. Alasan pengurangan jam belajar siswa tersebut karena
selama ini jam pelajaran disekolah terlalu banyak, apalagi
kegiatan belajar masih banyak yang terpaku pada kegiatan tatap
muka di kelas, sehingga suasana yang tercipta menjadi terkesan
sangat formal. Suasana formal yang diciptakan sekolah dan
standar jam pelajaran yang relatif lama tentu akan memberikan
32

dampak tersendiri pada psikologis anak, sehingga anak marasa


jenuh dan kurang aktif dalam belajar, inilah yang menjadi dasar
pemikiran bahwa jam pelajaran siswa perlu dikurangi dengan
memotong sedikit pelajaran.

7. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini,
dalam pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik
c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan ketercapaian
kompetensi
d. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan
nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan
global
e. Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusanf.Standar
Proses dijabarkan dari Standar Isi
f. Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi dan Standar Proses
g. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti
h. Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran
i. Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat
nasional, daerah dan satuan pendidikan:
1) tingkat nasional dikembangkan oleh Pemerintah
33

2) tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah


3) tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan
j. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
k. Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk
l. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).30

8. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


a. CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat
diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika Ia belajar. Pembelajaran CTL melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme,
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modelling), dan peniiaian
sebenarnya (autentic assesment).
Landasan filosofi Contextual Teaching Learning adalah
kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat
dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme

30
Ibid., hlm. 82.
34

berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada
awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada Jima elemen yang harus diperhatikan
dalam praktik pembelajaran kontekstual:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning).
2) Pemerolehan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge)
dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian
memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan
cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang
lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan
itu (3) konsep tersebut direvisi dan di kembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge).
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengetahuan tersebut.31
b. Inquiri (Menemukan)
Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru
untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti
sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang
dipelajari.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis Contextual Teaching Learning (CTL).Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan.
Siklus Inquiry antara lain:32

31
Loeloek Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2013), hlm. 62
32
Loeloek Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2013), hlm. 63
35

1) Observasi
2) Bertanya
3) Mengajukan dugaan
4) Pengumpulan data
5) Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:
1) Merumuskan masalah.
Contoh: Bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah?
2) Mengamati atau melakukan observasi.
Contoh: Mémbaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi
pendukung.
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan,
tabel, dan Iainnya.
Contoh: Siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah.
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman
sekelas, guru atau audien yang lain.
Contoh : Karya siswa didiskusikan bersama-sama.

c. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan


Tradisional
Pendekatan kontektual dinilai memiliki banyak perbedaan
dengan pendekatan tradisional, maka dari itu beriku pemaparan
perbedaan pendekatan kontekstual dan tradisional :33
Pendekatan
No Pendekatan CTL
Tradisional
Siswa secara aktif terlibat dalam proses Siswa adalah penerima
1.
pembelajaran. informasi secara pasif
Sioswa belajar dari teman melalui kerja Siswa belajar secara
2.
kelompok, diskusi, saling mengoreksi. individual
3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan Pembelajaran sangat

33
Loeloek Endah Poerwati, Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2013), hlm. 63-65
36

nyata dan atau yang disimulasikan abstrak dan teoritis


Perilaku dibangun atas
4. Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri
dasar kebiasaan
Keterampilan
Keterampilan dikembangkan atas dasar
5. dikembangkan atas
pemahaman.
dasar latihan
Hadiah untuk perilaku
Hadiah untuk perilaku baik adalah
6. baik adalah angka,
kepuasan diri.
pujian atau rapor
Seseorang tidak melakukan yang jelek Seseorang tidak
7. karena dia sadar hal itu keliru dan melakukan hal jelek
merugikan. karena takut hukuman.
Bahasa diajarkan
dengan pendekatan
Bahasa diajarkan dengan pendekatan
structural : rumus
8. komunikatif, yakni siswa diajak
diterangkan sampai
menggunakan bahasa dalam konteks nyata.
paham kemudian
dilatihkan.
Pemahaman ada diluar
Pemahaman siswa dikembangkan atas siswa yang harus
9.
dasar yang sudah ada dalam diri siswa. diterangkan diterima
dan dihafal.
Siswa berpera pasif
10 Siswa menggunakan kemampuan berpikir
dalam menerima
. kriti dalam proses pembelajaran.
pembelajaran
Pengetahuan adalah
pengkapan fakta,
11 Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia,
konsep atau hukum
. dikembangkan oleh manusia itu sendiri.
yang berada di luar
manusia itu sendiri.
12 Bersifat absolut dan
Pengetahuan selalu berkembang
. bersifat final.
13 Siswa diminta bertanggung jawab atas Guru adalah penentu
. pembelajaran masing-masing. jalannya pembelajaran
37

Pembelajaran tidak
14 Penghargaan terhadap pengalaman siswa
memandang
. sangat diutamakan.
pengalaman siswa.
15 Hasil belajar diukur dengan : proses, Hasil belajar hanya dari
. bekerja, hasil karya, penampilan, tes, dll. ujian.
16 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, Pembelajaran hanya
. konteks, dan setting. terjadi di kelas.
17 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku Sanksi adalah hukuman
. jelek. dari perilaku tidak baik.
18 Perilaku baik berdasarkan motivasi Perilaku baik karena
. intrinsic. motivasi esktrinsik.
19
Berbasis pada siswa. Berbasis pada guru.
.
Seorang berperilaku
baik karena terbiasa,
20 Seorang berperilaku baik karena yakin
terbiasa dikarenakan
. itulah yang terbaik dan bermanfaat.
hadiah yang
menyenangkan.

9. Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 yang masih belum sempurna hadir dengan
menabrak aturan hukum. Hal itu disebabkan karena ketiadaan dokumen
yang resmi untuk bisa diakses baik oleh masyarakat dan DPR, serta dana
yang dibutuhkan sangat besar, membuat banyak pihak khawatir. Banyak
kendala yang dihadapi mulai dari minimnya buku pegangan yang belum
bisa terpenuhi, sarana prasarana sekolah yang minim, masih banyak guru
yang belum memahami dengan jelas kurikulum 2013 sehingga siswa juga
ikut bingung dalam menerima materi sehingga akan mempengaruhi
output, dan masih banyak lagi kendala yang dihadapi sampai sekarang.
Dari berbagai keluhan diatas kurikulum 2013 juga sebenamya
menyimpan keunggulan yang tidak sedikit, akan tetapi kelemahannya juga
sebaliknya sangat banyak. Keunggulan dan kelemahan kurikulum 2013
sebagai berikut:
38

a. Keunggulan Kurikulum 201334:


1) Siswa dituntut untuk aktif; kreatif dan inovatif dalam
pemecahan masalah.
2) Penilaian didapat dari semua aspek. Pengambilan nilai siswa
bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga dari nilai
kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain lain. Ada
pengembangan karakter dan tujuan pendidikan nasional.
3) Kompetensi menggambarkan secara hoIistik: domain sik:ap,
keterampilan, dan pengetahuan.
4) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter,
metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan ft skills dan hard
skills, kewirausahaan).
5) Kurikulum 2013 tanggap terhadap perubahan sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Untuk
tingkat SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup
lingkungan sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP penerapan
sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya
dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat SMA/SMK,
dituntut memiliki sikap kepribadian yang mencerninkan
kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia.
b. Kelemahan Kurik:ulum 201335:
1) Banyak guru yang beranggapan bahwa dengan kurik:ulum
terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya. Padahal
kita tahu bahwa belajar matematika, fisika, dan lain-lain tidak
cukup hanya membaca saja. Peran guru sebagai fasilitator tetap
dibutuhkan, terlebih dalam hal memotivasi siswa untuk aktif
belajar.
34
Habibi Ahmad. (2013). Keunggulan dan kekurangan pendidikan pada kurikulum 2013.
Tersedia:http://www. beritahu.me/2 0 13/09/keunggulan-dan-kekurangan-
pendidikan.html#sthash.zB5lFhO0.dpuf. Diakses pada : 6 Maret 2020
35
Nere, Gladys. (2013). Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013. Tersedia : http://gladysnereweb.
blogspot.com/20 13/05/kelebihan-dan-kekurangan-kurikulum-2013.html. Diakses pada : 6 Maret 2020
39

2) Sebagian besar guru belum siap. Jangankan membuat kreatif


siswa, terkadang gurunya pun kurang kreatif Untuk itu
diperlukan pelatihan-pelatihan dan pendidikan untuk merubah
paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang
dapat memotivasi siswa agar kreatif Selain itu guru hams
dipacu kemampuannya untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terns menerus.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan Proses
Belajar Mengajar juga merupakan lembaga yang memegang peranan
penting di dalam masyarakat yang berperan penting dalam menciptakan
sumber daya manusia dimasa depan yang unggul. Sekolah mempunyai
cara dalam mengatur proses belajar mengajar agar mencapai tujuan secara
efektif dan efisien, salah satu komponen yang digunakan guna mencapai
tujuan tersebut merupakan program pembelajaran yang sudah diatur oleh
pemerintah yang bernama kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu perangkat pada mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga yang mempunyai
wewenang dalam penyelenggaraan pendidikan. kurikulum berisi
rancangan pembelajaran tentang apa saja yang akan diberikan kepada
peserta didik di dalam satu periode jenjang pendidikan.
Ditinjau dari perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan. Pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan yang terbaru yaitu
tahun 2013. Perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan pada
sistem politik, social budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara.
Kurikulum yang digunakan setelah tahun 1994 adalah Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, yaitu kurikulum yang
bergerak dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak
tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum
ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini
tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para
murid belajar di kelas. Setelah KBK, baru dilanjutkan dengan
KTSP . Yaitu merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya

40
yaitu kurikulum 2004 (KBK). Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP
Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan Pendidikan.
Kurikulum yang selanjutnya di gunakan dalam dunia pendidikan di
indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum
2013 dilakukan sebagai amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang
pendidikan nasional dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010 tentang
rencana pembangunan jangka menengah nasional. Kurikulum 2013
dikembangkan untuk meningkatkan capaian pendidikan dengan dua
strategi utama, yaitu peningkatan efektifitas pembelajaran pada satuan
pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah.

B. Saran
Sesuai dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan sebaiknya
kurikulum yang diselenggarakan. Kurikulum perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat
sesuai dengan tuntutan pada era nya. Perubahan kurikulum juga harus
mengacu pada sumber hukum yaitu pancasila dan Undang-undang dasar
1945.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. (2020, Maret 6). Keunggulan dan kekurangan pendidikan pada


kurikulum 2013. Retrieved from /www. beritahu.me: http://www.
beritahu.me/2 0 13/09/keunggulan-dan-kekurangan-
pendidikan.html#sthash.zB5lFhO0.dpuf

Bustamam. (2007). Telaah kurikulum dan buku teks (bahan ajar). Padang:
Jurusan sejarah FIS UNP.

Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Depdiknas.

Ipa, R. (2016, February 27). Kelebihan dan Kekurangan KTSP dan Kurikulum
2013. Retrieved from ruangipa.wordpress.com:
https://ruangipa.wordpress.com/2016/02/27/kelebihan-dan-kekurangan-
ktsp-dan-kurikulum-2013/

Kemendikbud. (2013). Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Buku


1. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Loeloek Endah Poerwati, S. A. (2013). , Panduan Memahami Kurikulum 2013.


Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.

M.Rohman. (2012). Kurikulum Berkarakter,. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Mulyasa. (2012). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (suatu panduan praktis).


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 201. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2007). KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) : dasar


pemahaman dan pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara,.

Nere, G. (2020, Maret 6). Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013. Retrieved
from gladysnereweb. blogspot.com: http://gladysnereweb.
blogspot.com/20 13/05/kelebihan-dan-kekurangan-kurikulum-2013.html.

Sanjaya, W. (2010). Kurikulum dan pembelajaran :teori dan praktik


pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.

42
Sanjaya, W. (2010). Kurikulum dan pembelajaran :teori dan praktik
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.

Widuri, E. (2012). Perbandingan Pengajaran dengan menggunakan KBK dan


KTSP. Jurnal Unimed, Vol1. No1, 1-11.

43

Anda mungkin juga menyukai