Anda di halaman 1dari 52

90

MODUL DENGAN MASALAH BRONKHITIS DI GANG LEBU RT 02 RW


03KECAMATAN KESAMBI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2020

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas departemen keperawatan KDP


program profesi ners
STIKes Kuningan
Dosen pembimbing :
TIM

Disusun Oleh:
MASLIKAH
JNR0201812

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020
90

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
meyelesaikan modul ini.
Modul ini disusun sebagai salah satu tugas Stase Keperawatan Dasar
Profesi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Dengan terselesaikannya modul ini, tidak lupa berkat bantuan, bimbingaan
dan dorongan dari bapak Ns. Yana Hendriana, S.Kep., M.Kep selaku dosen
pembimbing Stase Keperawatan Dasar Profesi.
Penulis menyadari bahwa dalam modul ini masih belum sempurna dan
masih banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembaca

Kuningan, Januari 2021

MASLIKAH
90

MODUL
KASUS BRONKHITIS
PROGRAM PROFESI NERS STIKKU

2.1 Konsep Dasar Bronkitis

2.1.1 Definisi Bronkhitis

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang

lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok di rumah, asap

kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan

bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari

menghirup polutan ini, kondisiini menyebabkan angka kejadian penyakit

bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014)

Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan

inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang

bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2

minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus

influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan Paramixovirus dan

bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma

pneumonia,Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheria (Rahajoe,

2012).Br Corynebacterium diphtheriae onkitis dibagi menjadi dua:

1. Bronkitis akut

Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan

awitan gejala yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis

jenis ini, inflamasi (peradangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus
90

atau bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap iritan, seperti

asap rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll.

2. Bronkitiskronis

Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun

selama 2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap

berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran

udara yang normal di dalam bronkus.

2.1.2 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada bronkitis akut biasanya batuk, terdengar ronki, suara

yang berat dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam, produksi

sputum.Kemudian untuk tanda dan gejala bronkitis kronis yaitu: batuk yang

parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab, sering mengalami infeksi saluran

napas (seperti pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk, gejala bronchitis akut

lebih dari 2-3 minggu, demam tinggi, sesak napas jika saluran tersumbat, produksi

dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau.

2.1.3 Klasifikasi

Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:

a. Bronkitis akut

Bronkitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2 hingga

3 minggu saja, kebanyakan penderita bronkitis akut akan sembuh total tanpa

masalah lain.

b. Bronkitis kronis

Bronkitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam waktu yang


90

lama, terutama pada perokok, bronkitis kronis ini juga berarti menderita batuk

yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.

2.1.4 Etiologi

Bronkitis oleh virus seperti Rinivirus, RSV, virus influenza, virus

parainfluenza, Adenovirus, Virus rubeola, dan Paramyxovirus. Menerut laporan

penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung, seperti asam

lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan dan setelah pejanan yang

berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pejanan dalam jumlah besar yang

disesaskan zat kimia dan menjadikan bronchitis kronis.

Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia

yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadipada anak usia diatas

5 tahun atau remaja, bordetella pertussis dan Corynebacterium diphtheria biasa

terjadi pada anak yang tidak diimunisasi dan dihubungkan dengan kejadian

trakeobronkitis, yang selama stadium kataral pertussis, gejala-gejala infeksi

respiratori lebih dominan. Gejala khas berupa batuk kuat berturut-turut dala satu

ekspirasi yang diikuti dengan usaha keras dan mendadak untuk inspirasi, sehingga

menimbulkan whoop. Batuk biasanya menghasilkan mucus yang kental dan

lengket (Rahajoe, 2012)

Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan bakteri.

Virus yang sering menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial Virus. Penyebab

lain yang sering terjadi pada bronkhitis ini adalah asap rokok, baik perokok aktif

maupun perokok pasif, atau sering menghirup udara yang mengandung zat iritan.

2.1.5 Patofisiologi
90

Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial

Virus (RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi Udara

yang terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-

unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada precabangan trakeobronkial, yang

menyebabkan peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan

jalan napas. Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel-sel yang

membentuk dinding traktus respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan

napas yang kecil dan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga

menimbulkan penurunan oksigenasi daerah arteri. Efek tambahan lainnya meliputi

inflamasi yang menyebar luas, penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus

di dalam jalan napas. Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat

edema`serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot

polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar

yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran napas turut terkena.

Jalan napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya pada saat

ekspirasi. Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian distal paru.

Pada keadaan ini akanterjadi hipoventilasi yang menyebabkan ketidakcocokan

dan akibatnya timbul hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder

karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi

yang terjadi karena inflamasi dan kompensasi pada daerah- daerah yang

mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit. Inflamasi

alveolus menyebabkan sesak napas.

2.1.6 Komplikasi
90

Menurut Marni (2014) komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan

yang jelek, antara lain :

a. Sinusitis

b. Otitis media

c. Bronkhietasis

d. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

e. Gagal napas

2.1.7 Penatalaksanaan

Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat

kausal. Anti biotik tidak berguna. Obat yang diberikan berikan biasanya untuk

penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan, obat penekan batuk

tidak diberikan pada batuk yang banyak lender, lebih baik diberi banyak minum.

Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu

dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal

sudah disingkirkan adanya asma atau pertussis. Pemberian antibiotic yang serasi

untuk M. pneumonia dan H. influenza sebagai bakteri penyerang sekunder

misalnya Amoksisilin, Kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotic

diberikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan foto toraks untuk

menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing

dalam saluran napas, dan tuberkulosis.

Klien dengan bronchitis tidak dirawat di rumah sakit kecuali ada komplikasi

yang menurut dokter perlu perawatan di rumah sakit, oleh karenanya perawatan

lebih di tujukan sebagai petunjuk pada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan
90

adalah akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.

1. Akibat batuk yang lama

Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang

dan malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan klien kurang istirahat

atau tidur, klien akan terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah

terjadinya daya tahan tubuh klien menurun, anoreksia, sehingga berat badannya

sukar naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang terus-menerus akan

mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk

mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara, maupun teman-

temannya.

Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak

bertambah banyak dengan memberikan obat secara bernar dan membatasi

aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah

juga akan mengakibatkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi

batuk pada malam hari berikan obat terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk

apalagi yang bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber-AC atau

memakai kipas angina. Jika suhu udaranya dingin dipakaikan baju yang hangat,

lebih baik ada tertutup lehernya. Obat gosok membuat anak terasa hangat dan

dapat tidur tenang. Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat

tidakmanis.

Pada anak yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam

tenggorokannya beritahu dibuang karena adanya dahak tersebut juga

merangsang batuk. Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan


90

yang merangsang seperti goreng-gorengan, permen, atau minum es. Jangan

memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan dengan air

hangat.

2. Terjadi komplikasi

Bronchitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi

bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah

mendapat infeksi. Gangguan pernafasan secara langsung sebagai akibat

bronchitis kronik ialah bila lender tetap tinggal didalam paru akan

menyebabkan terjadinya atelectasis atau bronkiektasis; kelainan ini akan

menambah penderitaan klien lebihlama.

Untuk menghindari terjadinya komplikasi ini pasiean brokitis harus

mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir tidak

selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk membantu

mngencerkan lendir; berikan buah dan makanan yang bergizi untuk

mempertinggi daya tahan tubuh.

Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia

sendang batuk dan apa yang harus dilakukan. Pada bayi batuk- batuk yang

keras sering di akhiri dengan muntah, biasanya tercampur dengan lendir.

Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan,

maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta

menurunkan daya tahan tubuh.Untuk mengurangi kemungkinan tersebut

setelah bayi muntah dan tenang perlu di berikan minum susu dan makanan lain.
90

2.2 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2.2.1 Pengertian

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika individu

mengalami suatu ancama nyata atau potensial pada status pernafasan karena

ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini ditegakkan jika

terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau kurangnya batuk,

ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas. Tanda minor yang

mungkin ditemukan untuk menegakkan diagosis ini adalah bunyi napas abnormal,

stridor, dan perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman napas ( Tsamsuri, 2008).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan suatu keadaan ketika seorang

individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status

pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif

(Carpenito,2006).

2.2.2 Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen adalah:

a. Saraf otonomik (rangsangan saraf simpatis dan saraf parasimpatis)

b. Peningkatan produksi sputum

c. Alergi pada saluran nafas

d. Faktorfisiologis

e. Menurunnya kemampuan mengikat O2

f. Menurunnya konsentrasi O2
90

g. Hipovolemia

h. Meningkatnya metabolisme

i. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada

j. Faktor perkembangan

k. Faktorperilaku

l. Merokok

m. Aktivitas

n. Kecemasan

o. Penggunaan narkotika

p. Status nutrisi

q. Faktor lingkungan

r. Tempat kerja ataupolusi

s. Suhu lingkungan

t. Ketinggian tempat dari permukaan laut

2.2.3 Proses Terjadinya

Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal

akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang

kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi yang

tidak efektif. hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang menghasilkan lendir

sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah menempel

di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan mengakibatkan terjadi

sumbatan sehingga ada udara yang menjebak dibagian distal saluran nafas, maka

individu akan berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah
90

sehingga pada fase ekspirasi yang panjang akan timbul bunyi-bunyi yang

abnormal.

2.2.4 Manifestasi klinis

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

(GOLD, 2016) tanda gejala PPOK sebagai berikut:

1. Dyspnea

Dyspnea merupakan gejala kardinal PPOK, kondisi ini sebagai penyebab

utama ketidakmampuan dan menimbulkan kecemasan pasien terhadap

penyakit. Tipe pasien PPOK digambarkan dari keadaan dyspnea-nya sebagai

peningkatan upaya pasien untuk bernapas, berupa napas berat dan terengah-

engah. Namun istilah yang digunakan untuk menggambarkan dyspnea

bervariasi dari individu dan budayanya.

2. Batuk

Batuk kronik menjadi gejala pertama pasien PPOK, kondisi ini

merupakan efek dari merokok atau terpajan oleh polusi lingkungan. Pada

awalnya batuk hanya sebentar, kemudian lama kelamaan menjadi setiap hari

bahkan sepanjang hari. Batuk kronik pada PPOK bisa jadi tidak produktif.

Keadaan ini disebabkan berkembangnya keterbatasan aliran udara tanpa

adanya batuk.

3. Produksi sputum

Pasien PPOK umumnya terjadi peningkatan dalam jumlah kecil sputum

setelah batuk sputum. Produksi sputum terjadi selama 3 bulan atau lebih,

sekurang–kurangnya 2 tahun berturut–turut merupakan gejala klinis dari batuk


90

kronik. Akan tetapi produksi sputum pada pasien PPOK sulit untuk dievaluasi

karena pasien PPOK sering menelan sputum daripada mengeluarkannya.

4. Wheezing dan sesak napas

Wheezing dan sesak napas merupakan gejala non spesifik dan bervariasi

antar pasien. Wheezing bisa didengarkan tersebar luas di dada saat inspirasi

atau ekspirasi. Sesak dada sering terjadi saat aktivitas, dan mungkin timbul

kontraksi isometrik dari ototinterkostal.

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1) Bronkografi yang bertujuan untuk melihat secara fisual bronkus sampai dengan

cabang bronkus

2) Latihan nafas cara untuk melihat pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk

secara efektif dan bertujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkus

dari sekret atau benda asing yang ada di jalan nafas

3) Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan

oksigen kedalam paru, melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat

bantu oksigen

4) Fisioterapi dada, merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara

postural drinase, clapping dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem

pernafasan (Ikawati, 2013).

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Ketidakefek-

tifan Bersihan Jalan Nafas

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas klien
90

Penderita berjenis kelamin laki-laki, usia antara 50-60 tahun, biasanya

pasien menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik bekerja di pabrik atau

merokok.

2. Keluhan utama Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Keluhan utama yang sering pada klien Penyakit Paru Obstruksi Krinis

yaitu: sesak nafas, batuk tak kunjung sembuh, ditemukan suara nafas

wheezing.

3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang

diderita oleh klien mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien

dibawa ke Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ketempat lain

selain rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan

bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

2.3.2 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumnya misalnya bronkitis

kronik, riwayat penggunaan obat-obatan (antitrypsin)

2.3.3 Riwayat PenyakitKeluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru-paru

lainnya

2.3.4 Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a) Keadaan umum Tampak lemah, sakit berat

b) Tanda-tanda vital

TD menurun, nafas seak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, sianosis.
90

c) TB/BB

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

d) Kulit

Inspeksi : biasanya tampak pucat dan sianosis Palpasi : biasanya turgor kulit

jelek

e) Rambut

Inspeksi : lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang,

halus dankasar.

Palpasi : mudah rontok atau tidak

f) Kuku

Inspeksi : lihat kondisi kukunpucat atau tidak, ada sianosis atau tidak Palpasi :

CRT <2 detik

g) Kepala

Inspeksi : lihat kesimetrisan, biasanya kliean mengeluh sakit kepala Palpasi :

periksa adanya benjolan atau nyeri

h) Mata

Inspeksi : biasanya konjungtiva dan sclera berwarna normal, lihat reflek kedip

baik atau tidak, terdapat radang atau tidak dan pupil isokor.

i) Hidung

Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat secret berlebih

dan terpasang 02.

Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan

j) Mulut danfaring
90

Pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat

k) Telinga

Inspeksi : adanya kotoran atau cairan dan bagaimana bentuk tulang rawannya

Palpasi : adanya respon nyeri pada daun telinga

l) Thorax

Inspeksi : biasanya dada simetris, tidak kembung

Auskultasi : adanya stridor atau wheezing menunjukkan tanda bahaya

m)Abdomen

Inspeksi : lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen Palpasi : adanya

nyeri tekan dan abdomen

n) Genetalia

Inspeksi : adanya kelainan genetalia, adanya pembesaran skrotum atau adanya

lesi pada genetalia

Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan

o) Ekstremitas

Inspeksi : adanya oedem, tanda sianosis dan sulit bergerak Palpasi : adanya

nyeri tekan dan benjolan

Perkusi : periksa reflek patelki dengan reflek hummer

2.3.5 Pola FungsiKesehatan

Pola fungsi kesehatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik:

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan


90

b) Pola Nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan,

pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanankesukaan.

c) Polaeliminasi

Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya

defekasi, masalah nutrisi, dan penggunan kateter.

d) Pola tidur danistirahat

Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy, jumlah jam

tidur siang dan malam, masalah tidur dan insomnia.

e) Pola aktifitas danistirahat

Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi,

riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.

f) Pola hubungan danperan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota

keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan.

g) Pola sensori dankognitif

Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran dan

penghidu. Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan

perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedang

tandanya adalah tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air

mata.

h) Pola persepsi menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap

kemampuan konsepdiri
90

i) Pola seksual danreproduksi

j) Menggambarkan kepuasan/ masalah terhadapseksualitas.

k) Pola mekanisme/penanggulanganstress.

l) Menggambarkan kemampuan untuk menanganistress.

m)Pola nilai dankepercayaan

n) Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual.


90

2.3.6 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas 1. Statuspernafasan: Kepatenan 1. Dampingi pasien untuk bisa duduk
Definisi: jalan nafas pada posisi kepala sedikit lurus,
Ketidakmampuan untuk 2. Status pernafasn: tanda-tanda bahu relaks dan lutut ditekuk atau
posisi fleksi
membersihkan sekresi atau vital
obstruksi dari saluran 2. Dukung pasien menarik nafas
dalam beberapa kali
pernafasan untuk Kriteria Hasil:
3. Dukung pasien nafas dalam,
mempertahankan kebersihan 1. Suara nafas tambahan
tahan selama 2 detik,
jalan nafas. 2. Pernafasan cuping hidung
bungkukkan kedepan, tahan 2
Batasan Karakteristik : 3. Dispnea saat istirahat
detik dan batukkan 2-3kali
1. Batuk yang tidak 4. Dispnea dengan aktivitas
4. Minta pasien untuk menarik
efektif. ringan
nafas dalam, bungkukkan ke
2. Dispnea 5. Penggunaan otot bantunafas
depan, lakukan tiga atau empat
3. Gelisah 6. Batuk
kali hembusan (untuk membuka
4. Kesulitan verblisasi 7. Akumulasi sputum
area glotis)
5. Mata terbukalebar 8. Respirasi agonal TTV:
5. Minta pasien untuk menarik
6. Ortopnea a. Tekanan darah normal:
nafasdalam beberapa kali,
7. Penurunan bunyi nafas b. Sitol <120 mmHg
keluarkan perlahan dan
8. Perubahan fungsinafas c. Diastol <80 mmHg
batukkan diakhir ekshalasi
9. Perubahan polanafas d. Nadi normal 60-100 kali
(penghembusan)
10. Sianosis per menit
6. Minta pasien untuk batuk
11. Sputum dalam jumlah e. Pernafasan dalam batas
dilanjutkan dengan beberapa
yang berlebihan normal 14-20 kali permenit
periode nafas dalam
12. Suara nafas tambahan f. Suhu normal:
7. Dampingi pasien menggunakan
13. Tidak ada batuk g. Suhu oral: 37℃
bantal atau selimut yang dilipat
Faktor-faktor yang h. Suhu rektal: 37,4℃
untuk menahan perut saat batuk.
berhubungan: i. Suhu aksila: 36,5℃ 8. Monitor fungsi paru, terutama
1. Lingkungan
kapasitas vital, tekanan inspirasi
a. Perokok
maksimal, tekanan volume
b. Perokok pasif
ekspirasi 1 detik (FEV1) dan
c. Terpejan asap
FEV1/FVC sesuai dengan
2. Obstruksi jalan nafas
kebutuhan.
a. Adanya jalan nafas
9. Lakukan tehnik chest wall rib
buatan
spring selamafase ekspirasi
b. Benda asing dalam
melalui manucver batuk, sesuai
jalan nafas
dengan kebutuhan.
c. Eksudat dalamalveoli
10. Tekan perut dibawah xiphoid
d. Hiperplasia pada
dengan tangan terbuka sembari
dinding bronkus
membantu pasien untuk fleksi
e. Mukus berlebihan
kedepan selama batuk.
f. Penyakit paru
11. Dukung menggunakan incentive
obstruksi kronik
spirometry,sesuai dengan
g. Sekresi yang bertahan
kebutuhan
h. Spasme
12. Dukung hidrasi cairan yang
3. Fisiologis
sistemik, sesuai dengan kebutuhan
a. Asma
b. Jalan nafas alergi
c. Infeksi

2.3.7 Implementasi Keperawatan


90

Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai- mulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan

pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap

dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Tahap 1 : Persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil

identifikasikan pada tahap perencanaan.

2. Tahap 2 : Pelaksanaan

Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dari

perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan

tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan

interpenden.

3. Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

2.3.8 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang di sengaja dan terus – menerus dengan melibatkan klien,

perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan

pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi. Tujuan

evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
90

atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (Lismidar, 1990 dalam Padila,

2012.

DAFTAR TILIK
90

BRONKHITIS

Pemeriksaan Fisik Respirasi

Definisi

Pemeriksaan pada thorax dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi. Langkah-langkah pemeriksaan fisik thorax:

1. Inspeksi

2. Palpasi

3. Perkusi

4. Auskultasi

Tujuan:

A. INSPEKSI

Pada saat inspeksi, perawat mendapatkan data dari hasil observasi

pernafasan klien. Hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Keadaan umum dan pola nafas klien. Apakah klien mengalami distressedatau

diaphoresis? Apakah pernafasannya regular dandalam?

2. Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan (misal scalenes,

sternocleidomastoids). Pasien yang menggunakan otot-otot pernafasan

tambahan menunjukkan bahwa paisen mengalami kesulitan bernafas.

3. Ada tidaknya retraksi intercosta atau retraksi supra clavikuler


90

4. Warna kulit terutama area kuku dan bibir. Warna cyanosis pada area tersebut

menunjukkan bahwa pasien hipoksia.

Cyanosis of nail beds

5. Posisi pasien dapat menunjukkan ada tidaknya gangguan sistem pernafasan.

Bentuk thorax normalnya simetris.

Orientation chest lines:

1. Anterior middleline

2. Right sternalline

3. Right parasternalline

4. Right midclavicularline

5. Right anterior axillaryline

Orientation chest on lines:

1. Left scapularline

2. Left paravertebralline

3. Posterior middleline
90

6. Apakah ada kelainan bentuk dada atau tulang belakangseperti

a. barrel chest: kelainan bentuk dada ini dapat dijumpai pada kasus

emphysema.

b. Pectus exavatum atau funnel chest depresi pada sternum.

c. Kyphosis, scoliosis

7. Mencari pulsasi iktus cordis

B. PALPASI

Merasakan perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri atau ekspansi paru

dengan berdiri di belakang klien. Meletakkan telapak tangan pada punggung klien di

kanan dan kirithorax. Tempatkan ibu jari anda pada T9 atau T10. Anjurkan klien

untuk menarik nafas dalam dan observasi pergerakan ibu jari anda.

Membandingkan fremitus suara kanan dan kiri dengan meletakkan kedua

tangan pada punggung klien di kanan dan kiri tulang belakang. (Klien diminta

mengucapkan 99 atau 77). Fremitus normalnya simetris di kedua paru dan akan

mudah untuk diidentifikasi pada area apex paru. Pada pasien dengan gangguan paru

bisa terjadi penurunan atau peningkatan fremitus.

Meraba iktus kordis dengan ke-4 jari tangan pada ruang interkosta 4 dan 5

dengan ibu jari pada linea medio klavikularis kiri. Ada tidaknya nyeri tekan pada

tulang kosta.
C. PERKUSI

Perkusi normal pada paru adalah resonan. Hiperresonan dapat terjadi pada

Emphysema atau pneumothorax. Suara dullness dapat terjadi karena ada cairan

atau jaringan padat di paru atau rongga pleura. Hal yang perlu diperhatikan saat

melakukan perkusi yaitu:


90

1. Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah membandingkan kanan

dan kiri

2. Melakukan perkusidalam daerah-daerah supraklavikula

3. Meminta klien untuk mengangkat kedua tangan dan melakukan perkusi mulai

dari ketiak

4. Menentukan garis tepi hati

5. Melakukan perkusi untuk mencari batas paru dan hati lalu memberi tanda

D. AUSKULTASI

Suara auskultasi normal pada paru adalah bronkhial, bronkho vesikuler dan

vesikuler. Berikut ini tahap-tahap yang perlu diperhatikan saat melakukan perkusi.

1. Meminta klien menarik nafas dengan pelan-pelan, mulut terbuka.

2. Melakukan auskultasi dengan urutan yang benar

3. Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yang diperiksa

4. Melakukan auskultasi pada sisi samping dada kanan dan kiri

5. Melakukan auskultasi pada dinding punggung dengan urutan yang benar

CEKLIST PEMERIKSAAN FISIK THORAX

Nama mahasiswa :

No. Mahasiswa :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Inspeksi:
1. Memberikan penjelasan prosedur yang akandilakukan
2. Melakukan inspeksi dari depan dan belakangklien:
a. Bentuk thorak depan danbelakang
b. Mencari adanyadeviasi
c. Keadaan spatium intercosta pada waktu inspirasi danekspirasi
d. Mencari pulsasi iktus kordis
e. Mencari bendungan venosa
90

Palpasi:
1. Merasakan perbandinagn gerakan nafas kanan dan kiri dengan berdiri di
belakang klien. Meletakkan telapak tangan pada punggung klien di kanan dan
kirithorak.
2. Membandingkan fremitus suara kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
tangan pada punggung klien di kanan dan kiri tulang belakang. (Klien diminta
mengucapkan 99 atau77)
3. Meraba iktus kordis dengan ke-4 jari tangan pada ruang interkosta 4 dan 5
dengan ibu jari pada linea medio klavikulariskiri.
4. Ada tidaknya nyeri tekan pada tulangkosta Perkusi:
6. Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah membandingkan
kanan dankiri
7. Melakukan perkusi dalam daerah-daerahsupraklavikula
8. Meminta klien untuk mengangkat kedua tangan dan memperkusi mulai dari
ketiak
9. Menentukan garis tepihati
10. Melakukan perkusi untuk mencari batas paru dan hati dan memberi tanda

Auskultasi:
1. Meminta klien menarik nafas dengan pelan-pelan, mulutterbuka.
2. Melakukan auskultasi dengan urutan yangbenar
3. Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yangdiperiksa
4. Melakukan auskultasi pada sisi samping dada kanan dan kiri
5. Melakukan auskultasi pada dinding punggung dengan urutan yang benar
TOTAL NILAI

Terapi Oksigen

Pengertian:

Terapi oksigen merupakan tindakan memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada

tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.

Tujuan:

1. Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat


90

2. Menurunkan kerja nafas

3. Menurunkan kerja jantung

Indikasi:

1. Pada penurunan PaO2 dengan gejala dan tanda hipoksia; dispnoe, takhipnoe,

disorientasi, gelisah, apatis atau penurunan kesadaran, takikardia atau

bradikardia dengan tekanan darah turun

2. Keadaan lain: gagal nafas akut, shok, keracunan CO2

METODE PEMBERIAN OKSIGEN

A. SISTEM ALIRANRENDAH

1. Low flow low consentration

a. Kateternasal

b. Kanulbinasal

2. Low flow high consentration

a. Sungkup muka sederhana

b. Sungkup muka dengan kantong “rebreathing”

c. Sungkup muka dengan kantong “non rebreathing”

B. SISTEM ALIRAN TINGGI

1. High flow lowconsentration

a. Sungkup venturi

2. High flow high consentration

a. Headbox

b. Sungkup CPAP

KATETER NASAL
90

Memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1-3 L/mnt dengan konsentrasi

24 – 32 %.Dalamnya kateter dari hidung sampai pharing diukur dengan cara

mengukur jarak dari telinga ke hidung.

Keuntungan:

 Pemberian oksigen stabil

 Pasien bebas bergerak, berbicara, makan atau minum

 Alat murah

Kerugian:

 Tidak dapat memberikan oksigen lebih dari 3 liter/menit

 Dapat terjadi iritasi selaput lendir nasopharing

 Kateter mudah tersumbat dengan sekret atau tertekuk

 Tekhnik memasukkan kateter agak sulit

 Pada aliran tingg terdengar suara dari aliran oksigen pada nasopharing

KANUL NASAL

Memberikan konsentrasi oksigen antara 24 – 44 % dengan aliran 1 6 liter/menit.

Konsentrasi oksigen akan naik 4% pada tiap kenaikan aliran 1 liter/ menit

Keuntungan:

 Pemberian oksigen stabil dengan tidal volume dan laju nafas teratur

 Baik diberikan dalam jangka waktu lama

 Pasien dapat bergerak bebas, makan, minum dan berbicara

 Efisiens dan nyaman untuk pasien

Kerugian:

 Dapat menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tempat tali
90

binasal

 Konsentrasi oksigen akan berkurang jika pasien bernafas dengan mulut

SUNGKUP MUKA SEDERHANA

 Merupakan sistem aliran rendah dengan hidung, nasopharing dan oropharing

sebagai penyimpan anatomik.

 Aliran yang diberikan 5 – 8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%

SUNGKUP MUKA DENGAN KANTONG “REBREATHING”

 Aliran yang diberikan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi 60 – 80%

 Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi 1/3 bagian volume

ekhalasi masuk ke kantong, 2/3 bagin volume ekhalasi melewati lubang pada

bagian samping

SUNGKUP MUKA DENGAN KANTONG “NON REBREATHING”

 Aliran yang diberikan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi 80 – 100 %


90

 Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi

 Tidak dipengaruhi oleh udara luar

SUNGKUP VENTURI

 Memberikan aliran yang bervariasi dengan konsentrasi oksigen 24 – 50%

 Dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur

KERUGIAN PADA PENGGUNAAN SUNGKUP

 Mengikat (sungkup harus terus melekat pada pipi/wajah pasien untuk

mencegah kebocoran)

 Lembab

 Pasien tidak dapat makan, minum atauberbicara

 Dapat terjadi aspirasi jika pasien muntah, terutama pada pasien tidak sadar atau

anak-anak

PENGHITUNGAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Dalam kondisi tertentu, terapi oksigen diperlukan. Jumlah aliran oksigen yang

dibutuhkan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

MV= TV x RR
90

MV: Minute volume (pemberian O2 per menit) TV: Tidal Volume (500 cc)

RR: 16-24 x/menit

Pada klien yang menderita kelainan pernafasan karena infeksi atau yang lainnya,

terdapat dead space pada paru. Dead space adalah ruang yang tidak bisa dimasuki

Oksigen . Perhitungan kebutuhan Oksigen menggunakan rumus sebagai berikut:

MV= (TV-(dead space))x RR

Dead space: 150 cc

Pada pasien yang pernafasannya cepat dan dangkal TV = 200 cc

Sedangkan pada pasien yang pernafasannya dalam dan lambat, TV = 1000 cc


90

PENGGUNAAN KANUL NASAL

No Aspek yang Dievaluasi Nilai


0 1 2
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Inspeksi adanya tanda dan gejala yang berubungan dengan
hipoksia dan adanya sekresi di jalan nafas
2 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
terapi oksigen
3 Siapkan alat yang diperlukan:
- Nasalkanul
- Pipa Oksigen
- Humidifier
- Air destilasisteril
- Tabung oksigen denganflowmeter
- Tanda “dilarangmerokok”
TAHAP KERJA
4 Cuci tangan
5 Hubungkan nasal kanul ke pipa oksigen kemudian sambungkan
dengan tabung humidifier .
6 Letakkan ujung kanul ke lubanghidung dan atur selang
sehingga rapi dan nyaman bagipasien.
7 Alirkan oksigen sesuai kebutuhan
8 Cuci tangan
9 Inspeksi keadaan klien terhadap
berkurangnya hypoksia
TAHAP TERMINASI
10 Catat dalam catatan keperawatan mengenai pemberian oksigen,
kecepatan aliran, keadaan kanul oksigen, respon pasien, dan
hasil pengkajian pernafasan.
Observasi dilakukan setiap 8 jam meliputi:
- pengecekan terhadapkanul
- observasi kulit di sekitar pemasangan kanul dan lubanghidung
Pengecekan aliran oksigen dan orderdokter
90

PEMASANGAN NASAL/ KANUL NASAL

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Cuci Tangan
2 Memberi tahu pasien
TAHAP KERJA
3 Isi gelas humidifier dengan water for irigation setinggi batas
yang tertera
4 Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral
oksigen
5 Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar
pengatur konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung
udara dalam gelas flow meter
6 Menghubungkan kateter nasal/kanul naaldengan flow meter
7 Alirkan Oksigen ke:
- Kateter nasal dengan aliran antara 1-6 liter /menit
- Kanule nasal dengan aliran antara 1-6 liter permenit

8 Cek aliran kateter nasal/kanul nasal dengan menggunakan


punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran
oksigen
9 Olesi ujung kateter nasal/kanul nasal dengan jelly sebelum
dipakai ke pasien
10 Pasang kateter nasal/kanul nasal pada klien
11 Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai
yang diinginkan
TAHAP TERMINASI
12 Cuci tangan
13 Rapihkan peralatan kembali
14 Dokumentasikan pada status klien
90

Pemberian Nebulisasi
FalasifahAniYuniarti,Ns,MAN

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan intervensi penatalaksanaan jalan nafas menggunakan

nebulizer

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

 Menjelaskan rasional penggunaannebulizer

 Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi penggunaannebuliser

 Menjelaskan efek samping penggunaannebuliser

 Mendemonstrasikan penggunaan nebuliser dari persiapan hinggaterminasi

 Menjelaskan hal yang dievaluasi pada pasien yang menggunakannebuliser

 Menjelaskan hal yang didokumentasikan pada pasein yang menggunakan

nebuliser

SKENARIO:

Seorang anak usia 5 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam

yang lalu. Anak tampak kelelahan dan pucat, sesekali batuk kecil. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nafas: 30

x/menit, suhu: 36,7˚ C , frekuensi nadi: 104 x/menit, terdengar suara wheezing.
90

Masalah

1. Apa saja yang harus dipersiapkan oleh perawat sebelum memberikan terapi

nebulasi?

2. Bagaimana cara melakukan terapinebulisasi?

3. Apa yang perlu dikaji untuk mengetahui bahwa intervensi yang dilakukan

efektif?

Materi View

NEBULISASI

Terapi Nebulizer merupakan terapi topikal untuk saluran pernafasan. Ada

berbagai macam obat yang dapat diberikan, seperti: antibiotik, anti kolinergik,

bronkodilator, kortiksteroid, kromolin, dan mukolitik. Nebulizer dapat juga

diberikan untuk melakukan profokasi untuk mendiagnosis suatu penyakit, dengan

menggunakan obat Histamin atau metakolin.

Nebulizer dapat mengubah larutan obat menjadi partikel kecil (aerosol)

secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau

gelombang Ultrasonik. Saat ini pemberian bronkodilator menggunakan nebulizer

merupakan metoda terpilih pada bayi dan anak kecil karena efektivitasnya yang

sama dengan pemberian intravena dengan efek samping yang jauh lebih kecil.

Steroid yang diberikan secara inhalasi dalam jangka panjang dapat berguna untuk

pencegahan serangan asma, sehingga pemberian steroid sistemik dapat dibatasi

hanya saat eksaserbasi saja atau pada penderita tertentu dengan asma berat saja.

Indikasi pemberian Obat secara Nebulasi:


90

A. Diagnostik

a. Uji provokasibronkus

b. Test baalparu

c. Scintografi (“radiolabelledaerosols”)

d. Klirens mukosilier(radio-aerosol)

e. Klirens alveolar (radio-aerosol)

B. Terapeutik

a. Bronkodilatasi

b. Pemberian anastesilocal

c. Mukolitik

d. Antiinflamasi

e. Antibiótica, antifungi,antiviral

Keuntungan nebulisasi:

1. Dosis lebih rendah dibanding dosisoral

2. Efek samping sistemik jauhberkurang

3. Efek terapi jauh lebih besar dibanding obatoral

4. Permulaan kerja obat cepat dan dapatdiramalkan

5. Jalan nafas mudah dicapai, permukaan luas, obat langsung bekerja di tempat

yangsakit

6. Tidak banyak memerlukan koordinasipenderita

7. Toleransi lebih baik dibanding denganMDI

8. Dapat diberikan saat penderita tidur, pada bayi kecil, pada penderita yang tidak

sadar dan pada penderita dengantrakeostomi


90

9. Dapat dipakai untuk berbagai jenis dan dosisobat.

Kerugian obat dengan nebulizer

1. Perlu waktu relatiflama

2. Alat relatif besar dan tidak selalu“portable”

3. Mahal

4. Penurunan kemempuan alat akibat pemakaian berulang,seperti:

a. Venturibuntu,

b. Penurunan muatanelektrogastrik

c. Ganguan pada alat yang terbuat dari bahanplastik

d. Endapan obat padatransduser

e. Retaknya transduser pada nebulizerelektronik

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi nebulasi:

1. Sifat fisikpartikel/aerosol

2. Ventilasi: volume tidal, inhalasi, „breath-hold time“, frekwensi pernafasan dan

tipepernafasan

3. Anatomi saluranpernafasan

4. Alat dan tekniknebulasi

Alat nebuliser berfungsi optimal apabila: obat yang dikeluarkan banyak,

droplet yang disalurkan berukuran kecil, dan waktu nebulasi berukuran pendek.

Bagaimana cara menggunakan Nebuliser?

Nebuliser terdiri atas beberapa bagian (lihat gambar), yaitu:

1. Kompresor

2. Face mask/mouth piece ( dapat dipilih salah satu sesuai usiaanak)


90

3. Nebuliser (medicine)cup

4. Air Tubing(hose)

CARA KERJA

Gunakan nebuliser sesuai dengan langkah sebagai berikut

Nilai
Langkah 0 1 2
1. Baca basmalah sebelum melakukantindakan
2. Ucapkan salam
3. Jelaskan kepada anak mengenai tindakan yangakandilakukan
4. Letakkan kompresor di tempat yang aman danmudahdijangkau
5. Cuci tangan untuk mempersiapkanpengobatan
6. Ukur obat sesuai dengan dosis dan pengencer yang sesuai dengan
orderdokter
7. Masukkan obat tersebut ke dalamnebuliser
8. Hubungkan selang udara dari kompresor ke dasar nebuliser cup.
Pastikan bahwa selang udara dan nebuliser cup tersambung
dengan kuat.
9. Hubungkan mouthpiece atau face mask ke nebuliser cup
10. Hidupkan nebuliser dan lakukan pengecekan bahwaalat dapat
berfungsi dengan baik (dengan adanya uap), lalu matikan
11. Minta anak untuk mengambil posisi yang nyaman dan minta untuk
memilih cara untuk distraksi, seperti buku, atau mainan lainnya,
atau mendengarkan musik (jika sadar)
12. Hidupkankompresor
90

13. Jika menggunakan mouthpiece : Letakkan mouthpiece diantara


gigi anak dan minta anak menutup bibir di sekelilingnya

Jika menggunakan face mask: Letakkan mask di wajah sehingga


menutup hidung dan mulut,

14. Minta anak untuk menghirup uap yang keluar dengan tenang
sekitar 3-5detik.
15. Minta anak untuk menahan nafas, sehingga obat dapat menyebar
ke jalan nafas.
16. Minta anak untuk melakukan pernafasan normal.
17. Putar nebulizer cup bila masih ada obat yang tersisa dan masih
dapat menguap
18. Setelah selesai, lepaskan mouthpiece/ face mask
19. Rapikan peralatan
20. Jelaskan pada anak dan/ keluarga bahwa tindakan telah selesai,
ucapkan salam
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan mengenai keadaan umum anak, frekwensi, irama,
kedalaman pernafasan, suara nafas anak, serta perasaan anak
dan/keluarga setelahtindakan dilakukan
23. Ucapkan Alhamdulillah setelah kegiatan dilakukan
90

Fisioterapi Dada

Tujuan Praktikum:

Tujuan Umum: Mahasiswa dapat melakukan intervensi penatalaksanaan jalan

nafas menggunakan fisioterapi dada

Tujuan Khusus: Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

 Menjelaskan rasional pelaksanaan fisioterapidada

 Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pelaksanaan fisioterapidada

 Menjelaskan efek samping pelaksanaan fisioterapidada

 Mendemonstrasikan pelaksanaan fisioterapi dada dari persiapan hingga

terminasi

 Menjelaskan hal yang dievaluasi pada pasien yang mendapatkan

fisioterapidada

 Menjelaskan hal yang didokumentasikan pada pasein yang mendapatkan

fisioterapidada

SKENARIO

Seorang perempuan usia 65 tahun dirawat di ruang rawat inap. Berdasarkan

pemeriksaan fisik, terdapat banyak sekret di dalam saluran pernafasannya. Klien

mengatakan, sulit mengeluarkan dahaknya.


90

Masalah

1. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada kasustersebut?

2. Pemeriksaan fisik apa yang dilakukan sebelum fisioterapi dadadilakukan?

3. Pemeriksaan diagnostic apa yang perludilakukan?

4. Bagaimana cara melakukan fisioterapidada

5. Bagaimana cara mengetahui efektifitas fisioterapidada?

Materi View

FISIOTERAPI DADA (FTD)

FTD merupakan salah satu program perawatan pada system respirasi dengan

membersihkan paru- paru dari akumulasi secret. FTD menggunakan gravitasi dan

terapi fisik untuk membantu secret keluar dari paru dan untuk menstimulasi batuk.

FTD dilakukan melalui kombinasi beberapa cara, yaitu: perkusi menggunakan

telapak tangan/ face mask, vibrasi, nafas dalam dan batuk.

Tujuan

Tujuan utama fisioterapi dada adalah untuk membantu mengeluarkan secret

trakheobronkial. Selain itu tujuan lainnya adalah

1. Menurunkan resistensi jalannafas

2. Menghilangkan obstruksi di jalannafas

3. Meningkatkan pertukarangas

4. Menurunkan kerjapernafasan

5. Merangsangbatuk

6. Meningkatkan ekspansi dada


90

Indikasi

FTD dilakukan pada pasien yang:

1. Berbaringlama

2. Batuk tidak efektif

3. Atelektasis

4. Ronchi (+)

Beberapa pasien yang memerlukan fisioterapi adalah pasien dengan diagnosa

medis : (Wallis dan Prasad, 1999)

1. CysticFibrosis

FTD bertujuan untuk menghilangkan sekresi yang exesif, sehingga dapat

meningkatkan ventilasi dalam waktu yangsingkat.

2. Pneumonia

3. Bronchiolitis

4. Asthma

5. Menghirup benda asing

6. Atelektasisakut

7. Postextubasi

8. Penyakit parukronis

Sedangkan kontra indikasi perkusi dan fibrasi adalah pada pasien yang:

1. Fraktur tulangiga

2. Edemaparu

3. Mengalami perdarahanparu
90

4. TerpasangWSD

5. Operasi pada daerahdada

6. Trombocytopeni
90

FISIOTERAPI DADA (FTD)

Nama Mahasiswa : Nomor Mahasiswa :

No Ketrampilan Nilai
0 1 2
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2 Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien
3 Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan, serta peran yang
diharapkan
dari klien
4 Cuci tangan
5 Siapkan peralatan:
a. O2 siappakai
b. Stetoskop
c. Kainpenutup
d. Suctionlengkap
e. Masker dari ambu bag yangsesuai.
6 Hitung frekuensi pernafasan dan kaji kedalaman serta pengembangan paru
7 Auskultasi bunyi paru klien
8 Minta klien untuk bernafas dalam dan batuk
9 Dengarkan lagi dengan stetoskop semua lobus untuk menentukan besar lokasi
bendungan dan sumbatan
PERKUSI
1 Baringkan pasien dengan posisi supinasi dan datar, kita berdiri di sisi kanan/kiri
lokasi tidur
2 Tutupi klien dengan kain (untuk mencegah iritasi yang disebabkan oleh tepukan
tangan ke dinding dada)
3 Lakukan tepukan pada satu lokasi menggunakan telapak tangan yang
dicekungkan
atau masker selama 2-3 menit, dengan tangan yang lain menahan pada sisi yang
berlawanan
4 Posisikan klien pronasi
5 Tutupi area yang akan dilakukan prosedur menggunakan kain
6 Tepuk lobus kiri atas 2-3 menit dan lobus kiri bawah 2-3 menit. Selama
melakukan
tepukan, tahan sisi yang berlawanan menggunakan tangan yang lain.
Lakukan Vibrasi
1 Letakkan tangan di atas rongga dada klien
2 Berikan getaran saat klien ekspirasi
3 Evaluasi :
a. Frekuensi pernafasan (sama, lebih atau kurang) dari sebelumtindakan
b. Ekspansi paru (sama atau tidak dari sebelumtindakan)
c. Auskultasi bunyiparu
d. Kenyamananklien
90

4 Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan


5 Catat respon klien (dari hasil evaluasi)
Total nilai

Keterangan :

1 : Tidak dilakukan samasekali

2 : Dilakukan tetapi tidaksempurna 2 : Dilakukan dengansempurna

Evaluator

(……………………………)
90

LATIHAN NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF

NamaMahasiswa :

NomorMahasiswa :

No Ketrampilan Nilai
0 1 2
1 NAFAS DALAM
a. Anjurkan klien untuk menirukan yang dicontohkanperawat
b. Atur posisiklien
c. Tarik nafas sambil dihitung pelan sampai hitungan 2. Gunakan pernafasan
perut simpandidada
d. Hembuskan nafas sambil dihitung pelan sampai hitungan4
e. Observasi pengembangan paru danperut
f. Betulkan tehnik yang dilakukan klien jikaperlu
g. Ulangi sampai 10kali
h. Evaluasi:
 Frekuensi pernafasan (sama, lebih atau kurang) dari sebelumtindakan
 Ekspansi paru (sama atau tidak dari sebelumtindakan)
 Auskultasi bunyiparu
 Kenyamananklien
2 BATUK EFEKTIF
a. Jelaskan alasan dilakukan batuk efektif, dan katakan perawat akan
mengajarkan
b. Atur posisi klien (duduk apabila klien mampu, jika tidak dibantu dengan
ditopang atau atur tempattidur)
c. Minta klien untuk nafasdalam
d. Setelah 3 kali nafas dalam, tarik nafas kemudian minta klien untuk tahan
nafas selama 3 detik
e. Minta klien untuk menghembuskan nafas dengan membuka mulut sambil
dibatukkan
f. Ulangi 3 kali batuk efektif atau sampai sekret (mukus)keluar
g. Auskultasi bunyiparu
h. Lakukan oralhygiene
i. Evaluasi
 frekuensipernafasan
 ekspansiparu
 bunyiparu
 kenyamanan
3 Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
4 Catat respon klien (dari hasil evaluasi)
Total nilai
90

Keterangan :

1 : Tidak dilakukan samasekali

2 : Dilakukan tetapi tidaksempurna 2 : Dilakukan dengansempurna

Evaluator

.....................................
90

POSTURAL DRAINASE

NamaMahasiswa :

NomorMahasiswa :

No Ketrampilan Nilai
0 1 2
Pengkajian
1 Cek order dokter
2 Identifikasi bagian paru-paru yang akan dikenai prosedur (tindakan)
Tindakan
3 Cuci tangan
4 Rencanakan tempat dan posisi yang tepat dengan kondisi klien
5 Siapkan alat-alat: bantal, bengkok, tissue, sarung tangan (bila diperlukan
6 Identifikasi klien
7 Beritahukan kepada klien tindakan yang akan dilakukan serta alasannya

8 Atur posisi klien

9 Tindakan untuk lobus atas:


a. minta klien untuk berbaring (bila tidak mampudibantu)
b. posisikan klien miring kanan (sudut 45º) selama 15menit
c. posisikan klien miring kiri (sudut 45º) selama 15menit
d. posisikan klien terlentang (sudut 30º - 45º) selama 15menit
e. posisikan klien tengkurap (sudut 30º - 45º) selama 15menit
f. minta klien untuk tengkurap, berbaring dan miring kanan kiri dengan
tempat tidurdatar
10 Tindakan untuk lobus bawah
a. tempatkan klien dengan posisi miring menggunakan bantal atau tempat
tidur dinaikkan, kaki lebih tinggi dari kepala (30º -45º)
b. Atur 6 posisi berikut, sesuai dengan kondisi klien selama 15, sambil
melakukan nafas dalam:
1) Miring kiri dengan lengan kanan dibawah kepala, tangan yang satu
sejajar denganbadan
2) Miring kiri dengan lengan kanan dibawah kepala, tangan yang satu
didepan badan(45º)
3) Tengkurap
4) Miring kanan dengan lengan kiri dibawah kepala, tangan yangsatu
sejajar denganbadan
5) Miring kanan dengan lengan kiri dibawah kepala, tangan yang satu
didepan badan
6) Terlentang dengan kedua tangan disampingbadan
11 Minta klien untuk batuk efektif
12 Kembalikan klien pada posisi yang nyaman
13 Evaluasi
90

a. Bunyiparu-paru
b. Kenyamananklien
14 Dokumentasikan :
a. Posisi yangdigunakan
b. Banyaknyasputum
c. Perubahan statusrespiratori
15 Catat respon klien (dari hasil evaluasi)
Total nilai
Keterangan :

1 : Tidak dilakukan samasekali

2 : Dilakukan tetapi tidak sempurna

3 : Dilakukan dengansempurna

Evaluator

(……………………………)

Sumber

Chest physiotherapy http://www.curesma.org/cpt.shtml

Modul Pelatihan Keperawatan Pasien Kritis Anak bagi Perawat Angkatan II

1Maret-31 Mei 2006 RS.Dr.Sardjito Yogyakarta 2006


90

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II.
Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta
Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Ignatavicius & Workman. 2006. Medical Surgical Nursing: Critical Thingking


For Collaborative Care. 5th Ed. Vol 1. Elsevier Saunders. St. Louis,
Missouri. USA.

Kozier, B. (2008). Fundamental of nursing: concept, process and practice. Pearson


Education.

Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. Mosby. Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing
Interventions Classification (NIC) Second Edition. Mosby.

NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia:


North American Nursing Diagnosis Association.

Perry, A.G., & Potter, P.A. 2000. Buku saku keterampilan dan prosedur dasar.
Monika Ester (translater). Jakarta: EGC.

Porth, C.M., & Matfin, G. 2005. Pathophysiology: Concept of Altered Health


States. Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins.

Shier, DN., Butler, JL., dan Lewis, R. nd. Online Learning Center: Respiratory
System. Available on http://highered.mheducation.com accessed in
November 2014

Sims, K.L., D’Amico, D., Stiesmeyer, J.K., & Wbster, J.A. 1995. Health
Assessment inNursing. California. Addison-Wesley Publishing.

Weber and Kelley, 2003, Health assessment in Nursing, Second edition,


Lippincott Williams and Wilkins.
90

Dhananjaya, Arya J, 2012; Pernafasan (Bronchitis), diakses tanggal 2 Mei 2016,


dari ayoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html.

Hartono. 2015. Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada Pasien PPOK


Menggunakan metode Pernapasan Pursed Lips. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan. Volume 4 Nomor 1, Mei 2015. Hal 62.

Ikawati Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.


Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Kurniyawati Efi, 2015, Chest Physical Therapy dan Terapi Latihan (CPT) Pada
Kardiopulmonal, diaksestanggal2 Mei 2016, dari
efikurniyawati61.blogspot.co.id/2015/04/chest-physical-therapy-dan-
terapi.html.

Lehrer Steven. Tanpa tahun. Memahami Bunyi Paru Dalam Praktik Sehari-hari.
Dialihbahasakan oleh Lyndon Saputra. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher.

Parker, Steve. 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Di alihbahasakan oleh


Winardini. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Putri H dan Soemarno S. 2013. Perbedaan Postural Drainage dan Latihan Batuk
Efektif pada Intervensi Nebulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk 11
Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi. Volume
13 Nomor 1, April 2013. Hal:7.

Ringel Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Dialihbahasakan oleh
DanielK.Onion. Jakarta Barat: Permata Puri Media

Widagdo 2012. Tatalaksanaan Masalah Penyakit Anak Dengan Ikterus cv sagung


seto jakarta

Profil dinkes pasuruan 2015

Profil dinkes jawa timur 2014 00

Profil kesehantan Indonesia Depkes RI 2015


90

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015


ISSN 2302 - 249300.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4, No. 2, Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai