Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya
makalah yang berjudul “Bentuk dan Bagian-Bagian Surat”. Atas dukungan moral dan materi
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima
kasih .Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membagun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Makan tidak hanya sekedar untuk mengisi perut saja, akan tetapi makanan juga
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan otak, dan gizi seseorang. Pertumbuhan
seseorang juga sangat tergantung dengan apa yang ia makan, letak geografis dan
kebudayaan juga sangat menentukan makanan yang di makan seseorang demi
memenuhi kebutuhan gizi. Setiap anggota masyarakat harus mampu beradaptasi
dengan makanan tempat yang ditinggali karena setiap daerah memiliki asupan gizi
dari makanan yang berbeda-beda selain nasi yang merupakan makanan pokok
umum bagi masyarakat di Indonesia.
Bubur pedas merupakan salah satu kuliner Melayu yang terbuat dari beras dan
campuran berbagai sayuran, dan santan serta rempah-rempah yang dipadukan menjadi
bubur yang memiliki cita rasa yang khas dan aroma rempah yang kuat. Masyarakat
Melayu, khususnya yang berada di Stabat masih terus menjalankan tradisi makan
bubur pedas setiap menjelang bulan Ramdahan tiba.
BAB II
Kue asidah juga bisa kamu temui pada acara-acara perayaan spesial seperti pernikahan,
khitanan, dan Lebaran.
Bahan :
2 gelas tepung terigu
1 butir telur ayam
1 gelas gula pasir
3 gelas air
2 biji bunga cengkeh dan 1 cm kulit kayu manis (ditumbuk halus)
1 ons bawang diiris goreng kunig kecoklatan
100 gram mentega di cairkan
1/2 sendok teh garam
6 sendok makan minyak untuk menggoreng bawang
1 lembar daun pandan dimemarkan
Cara Membuat :
1. Bawang di iris lalu di goreng hingga kuning kecoklatan, angkat ditiriskan minyaknya.
2. Masukkan mentega kedalam minyak hingga mentega mencair dan menyatu dengan
minyak, lalu angkat.
3. Tepung diayak lalu diaduk bersama gula pasir,3 gelas air, garam, kocokan telur,
bubuk bunga cengkeh, kulit kayu manis, daun pandan, lalu adonan diaduk sampai
semua tercampur rata.
4. Saring adonan kedalam wajan hingga menghasilkan adonan yang halus lalu masak
adonan diatas api sedang sambil diaduk, dan masukkan campuran mentega,minyak
sedikit demi sedikit, sisakan kira-kira 5 sendok untuk olesan, aduk terus hingga
menjadi adonan yang licin dan tidak lengket.
5. Angkat adonan dan taruh di piring, dan bentuk adonan sesuai keinginan, olesi
campuran mentega dan minyak lalu beri bawang goreng diatas adonan, Asidah sudah
siap untuk dihidangkan.
Ada mitos tersendiri utuk kue yang satu ini.
Di Kabupaten Siak, Indrapura, Provinsi Riau memang kue ini akrab disebut kue
khasidah atau kue asidah. Hidangan ini berasal dari Arab. Konon, kue ini merupakan
makanan yang disuguhkan hanya untuk para raja. Munculnya pun di momen-momen tertentu,
seperti kenduri adat, tunangan, hari raya keagamaan, syukuran hingga prosesi mengantarkan
kue ketika orang Riau hendak menikah. Kue ini diharapkan hanya dibuat sekali seumur
hidup. Bagi pasangan yang akan menikah, kue ini dipercaya sebagai penangkal hawa nafsu
dan petunjuk laku kehidupan.
Asal mula dari pembuatan kue asidah ini terinspirasi dari makanan Timur Tengah.
Namun, dalam rasanya memang sudah disesuaikan dengan lidah masyarakat setempat. Di
Timur Tengah makanan ini dijadikan sebagai sarapan maka berbeda dengan kue asidah. Kue
ini hanya untuk acara tertentu saja, misalnya kenduri, hari raya keagamaan, syukuran, atau
sebagai hantaran pernikahan.
Dokumentasi Proses Pembuatan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10