Istilah sepsis berasal dari bahasa Yunani “sepo” yang artinya membusuk dan pertama kali
dituliskan dalam suatu puisi yang dibuat oleh Homer (abad 18 SM). Kemudian pada tahun 1914
Hugo Schottmuller secara formal mendefinisikan “septicaemia” sebagai penyakit yang
disebabkan oleh invasi mikroba ke dalam aliran darah. Walaupun dengan adanya penjelasan
tersebut, istilah seperti “septicaemia:, sepsis, toksemia dan bakteremia sering digunakan saling
tumpang tindih.1
Oleh karena itu dibutuhkan suatu standar untuk istilah tersebut dan pada tahun 1991,
American College of Chest Physicians (ACCP) dan Society of Critical Care Medicine (SCCM)
mengeluarkan suatu konsensus mengenai Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
sepsis, dan sepsis berat.2. Sepsis merupakan disfungsi organ akibat gangguan regulasi respons
tubuh terhadap terjadinya infeksi .Definisi dari sepsis mengalami beberapa kali perubahan sejak
awal 1991, lalu pada tahun 2001 dan terakhir saat ini pada tahun 2016 yang dijelaskan pada tabel
1.2,3
Dan pada bulan Oktober tahun 1994 European Society of Intensive Care Medicine
mengeluarkan suatu konsensus yang dinamakan sepsis-related organ failure assessment (SOFA)
score untuk menggambarkan secara kuantitatif dan seobjektif mungkin tingkat dari disfungsi
organ. 2 hal penting dari aplikasi dari skor SOFA ini adalah:
1. Meningkatkan pengertian mengenai perjalanan alamiah disfungsi organ dan hubungan
antara kegagalan berbagai organ.
2. Mengevaluasi efek terapi baru pada perkembangan disfungsi organ
ETIOLOGI
Etiologi sepsis adalah mikroorganisme berupa bakteri, fungi, parasit dan virus. Sepsis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Gram negatif 70% (Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella,
Enterobacter, E. Colli, Proteus, Neisseria), infeksi bakteri Gram positif 20-40%
(Staphylococcus aureus, Streptococcus, Pneumococcus), virus 23% (Dengue haemorrhagic
fever, Herpes virus), protozoa (Malaria falciparum), dan jamur. Escherichia coli merupakan
patogen gram negatif yang paling umum di masyarakat dan infeksi nosokomial, spesies
Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen gram negatif yang paling sering
terisolasi pada sepsis. Tempat infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah saluran
pernapasan (39% -50%), saluran kemih (5% -37%), dan ruang intra-abdomen (8% -16%).2
Kultur darah yang positif hanya ditemukan pada sekitar 20-40% kasus sepsis berat dan
persentasenya meningkat seiring tingkat keparahan dari sepsis, yaitu mencapai 40- 70% pada
pasien dengan syok septik. Bakteri Gram negatif atau positif mencakup sekitar 70% isolat, dan
sisanya ialah jamur atau campuran mikroorganisme. Pada pasien dengan kultur darah negatif,
agen penyebab sering ditegakkan berdasarkan kultur atau pemeriksaan mikroskopik dari bahan
yang berasal dari fokus infeksi.1
Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari infeksi yang didapat dari komunitas dan
nosokomial. Pneumonia ialah penyebab paling umum, mencapai setengah dari semua kasus,
diikuti oleh infeksi intraabdominal dan infeksi saluran kemih. Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumoniae ialah bakteri Gram positif paling sering, sedangkan Escherichia coli,
Klebsiella spp, dan Pseudomonas aeruginosa predominan di antara bakteri Gram negatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. DeMarco CE, MacArthur RD. Sepsis and septic shock. Clin Infect Dis. 2010;9–20.
2. Gyawali B, Ramakrishna K, Dhamoon AS. Sepsis: The evolution in definition,
pathophysiology, and management. SAGE Open Med. 2019;7:205031211983504.
3. Suhendro. Definisi dan Kriteria Terbar Diagnosis Sepsis: Sepsis-3. Jakarta Antimicrobial
Update 2017. 2017.