Anda di halaman 1dari 2

Dirjen Pendis Kementerian Agama RI Prof.Dr.H.Muhammad Ali Ramdhani.,S.TP.

,MT didampingi Kakanwil


Kemenag Prov Bengkulu Drs.H.Zahdi Taher.,M.HI melaksanakan pembinaan ASN di jajaran Keluarga
besar Kemenag Prov Bengkulu.di Aula Kanwil.Jumat,(26/3).

Hadir dalam kegiatan ini Kakanwil Kemenag Drs.H.Zahdi Taher, Kabag TU Drs.H.Hamdani.,M.Pd, dan
sejumlah pejabat eselon III dilingkungan Kanwil serta Kepala Madrasah Se- Provinsi Bengkulu.

Dalam menjadikan pendidikan Islam yang menjunjung tinggi moderasi beragama diperlukan langkah
strategis melalui lima pilar pendidikan Islam yang kita sebut sebagai IHSAN (Integritas, Humanisme,
Spritualitas, Adaptability, Nationality). Hal tersebut disampaikan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis)
Kementerian Agama (Kemenag) Prof.Dr.H.Muhammad Ali Ramdhani.,S.TP.,MT dalam acara pembinaan
ASN di Jajaran Kantor Kementerian Agama Provinsi Bengkulu Jumat (27/3).

Prof.Dr.H.Muhammad Ali Ramdhani.,S.TP.,MT menjelaskan, dalam IHSAN, terdapat nilai-nilai moderasi


beragama yang kemudian diturunkan pada ruang-ruang yang lebih operasional.

Pertama, integritas. “Sebuah perguruan tinggi harus menghasilkan sosok alumni atau civitas akademika
yang memiliki integritas yang baik. Dia yang selalu tampil jujur, disiplin dan tahan banting, serta mampu
menyapa masyarakat dengan baik,” ungkap pria yang akrab disapa Dhani ini.

Dhani menambahkan, integritas dalam konteks moderasi beragama ialah sikap seseorang yang secara
baik menyampaikan sesuatu dengan jujur. “Bahwa kejujuran harus disandingkan dengan pilar
pendidikan Islam berikutnya yaitu humanis. Kejujuran yang kemudian tidak disertai dengan humanisme
akan menjadi persoalan,” tambah Dhani.

Kedua, humanisme atau membangun nilai nilai yang humanity. Ali Ramdhani menerangkan, orientasi
hidup kita tidak sekadar pada hasil, tetapi pada proses. Dan proses itu lah yang harus diciptakan
sehumanis mungkin.

“Kita ingin menampilkan wajah-wajah yang ramah, tidak marah. Mereka yang mengajak bukan
mengejek. Mereka yang membina bukan menghina. Mereka yang mengajar bukan menghajar. Kebaikan
sekalipun bila dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik, maka hasilnya akan tidak baik,” terang Dirjen.

Ketiga, spritualitas. Dhani menekankan, nilai spiritual mengajarkan bahwa semua orang berhak
mendapat anugerah dan inayah dari-Nya.

Keempat, adaptability atau kemampuan manusia untuk menyelaraskan diri dan berdialog dengan
lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.

Adaptasi harus menjadi kekuatan untuk memahami, bahwa sebuah lembaga pendidikan harus
menghadirkan anak zaman, mereka yang beribukan waktu berayahkan zaman, menari bersama zaman
untuk menarikan zaman.
“Dalam konteks pendidikan, dinamika zaman hari ini adalah kebutuhan kita terhadap penguasaan
teknologi, dan ini menjadi bagian penting untuk kemudian menari bersama zaman untuk menarikan
zaman,” terang Dhani.

Terakhir adalah Nationality. Dhani mengingatkan, lembaga pendidikan Islam harus mengajarkan
kecintaan pada tanah air. Itu adalah bagian dari batang tubuh seorang manusia dan lembaganya.

Kemudian, Dirjen Pendis kembali mengingatkan tentang salah satu prinsip moderasi beragama, yakni
menghargai perbedaan. “Bahwa dari perbedaan itulah yang membuat kita tumbuh dan berkembang.
Sehingga produk dari moderasi beragama adalah toleran dan prosesnya adalah komunikasi yang baik,”
tandas Dirjen.

Pada akhir acara, Dirjen Pendis mengajak para peserta agar komitmen moderasi beragama ini bisa
diinjeksikan pada ruang pendidikan dan pengajaran melalui berbagai metodologi dan ruang-ruang
penelitian. “Bagaimana kita mengajarkan di kelas dengan selalu tangan terbuka dan menerima pendapat
orang lain secara nyaman agar ilmu kita lebih terbuka,” tutup Dirjen.

Anda mungkin juga menyukai