Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN HACCP DALAM PROSES PRODUKSI MENU DAGING

RENDANG DI INFLIGHT CATERING

Implementation of HACCP in Beef Rendang Production at Inflight Catering

Ardanisworo Lintang Wicaksani1, Retno Adriyani2


1Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email:lintangwicaksani17@gmail.com

ABSTRAK
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan salah satu sistem keamanan pangan dengan cara
analisis terhadap bahan, proses, dan produk pangan. Analisis HACCP dapat digunakan sebagai upaya pengawasan
kualitas produk akhir agar memenuhi syarat produk makanan yang sehat, aman, dan halal. PT X merupakan perusahaan
catering untuk pengguna layanan pesawat terbang (inflight catering). Perusahaan ini telah menerapkan HACCP
dalam setiap produksi makanan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode observasi pada proses produksi
menu daging rendang. Penerapan HACCP dalam proses produksi menu daging rendang di PT.X adalah dengan
mengontrol suhu dan waktu selama proses produksi untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam makanan. Dari
sepuluh penerapan HACCP menurut SNI No. 01-4852-1998 tentang sistem HACCP hanya satu poin penerapan saja
yang belum sesuai dengan SNI, yaitu pada monitoring. Kegiatan monitoring tidak dilakukan secara rutin saat proses
blast chilling dan dishing. Potongan kemasan santan masuk ke dalam panci ketika proses pemasakan karena
pemotongan kemasan santan dilakukan di atas panci pemasak. Sembilan penerapan HACCP yang lainnya yaitu
penetapan tim HACCP, deskripsi produk, pembuatan diagram alir, identifikasi bahaya, penentuan titik kritis,
penentuan batas kritis tiap CCP, tindakan koreksi, verifikasi mikrobiologi, dan dokumentasi telah diterapkan sesuai
dengan SNI.

Kata kunci: HACCP, inflight catering, rendang daging

ABSTRACT
HACCP is one of the food safety systems which is done by analyzing materials, processes, and food products.
HACCP analysis can be used as an effort to control the quality of the final product in order to meet the requirements
of healthy, safe and halal food products. PT X is a catering company for aircraft service users (inflight catering). This
company has implemented HACCP in every food production. This is a descriptive research by observing the process
of rendang meat production. The application of HACCP in PT. X is done by controlling temperature and time during
production process to prevent microbes growth. From ten application of HACCP according to SNI No. 01-4852-1998
about HACCP there is a point that has not been accordance with SNI monitoring. Monitoring activities are not
routinely performed on blast chilling and dishing process. Pieces of coconut milk’s pack fall in to the pan when
cooking process because the cutting of coconut milk pack is done on the cooking pan. Other HACCP principles like
HACCP team determination, product description, flow chart reaction, hazard identification, critical point
determination, critical boundary determination of each CCP, corrective action, microbiological verification, and
documentation are well implemented.

Keywords: HACCP, inflight catering, beef rendang

PENDAHULUAN bandara yang dikelolanya secara signifikan, yaitu


Pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin sebesar 10,3%. Pada penerbangan dengan jarak
meningkat disertai pula dengan mobilitas tempuh cukup jauh, pihak maskapai menyediakan
masyarakat yang semakin tinggi. Pada tahun makanan bagi penumpang dan awak.
2010, PT. Angkasa Pura II menyatakan adanya Perusahaan pengolahan makanan harus
peningkatan penumpang pesawat pada seluruh menjamin kualitas produknya agar layak dan
aman

88
Ardanisworo Lintang Wicaksani, dkk., Penerapan HACCP dalam 89
Proses...

dikonsumsi oleh konsumen. Keamanan Pangan pengendalian titik kritis untuk menjamin produk
(food safety) menurut Peraturan Pemerintah yang dikonsumsi aman dari bahaya fisik, kimia
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 (pestisida), dan mikrobiologi (Dewi, 2015).
tentang keamanan, mutu dan gizi pangan adalah Konsep HACCP dapat diterapkan dalam seluruh
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk proses pengolahan makanan. Aplikasi HACCP
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran pada umumnya dilakukan dengan analisis kendali
biologis, kimia dan benda lain yang dapat kritis pada proses penerimaan bahan baku, proses
mengganggu, merugikan, dan membahayakan produksi, sampai dengan penyimpanan sebelum
kesehatan manusia. produk dipasarkan (Sadek, 2010).
Industri katering, termasuk inflight catering
mempunyai risiko penularan penyakit melalui METODE
makanan (foodborne disease) yang tinggi jika
penanganan makanannya tidak dilakukan dengan Penelitian ini dilakukan di bagian inflight
baik (Handayani, 2012). Rendang merupakan catering PT X yang berlokasi di Surabaya dengan
salah satu makanan khas Padang yang banyak jenis penelitian evaluatif dengan metode
digemari masyarakat dan terbuat dari bahan yang observasi terhadap proses produksi menu daging
berpotensi tercemar secara biologis, kimia, dan rendang. Hasil observasi dideskripsikan dalam
fisik (Puspitasari, 2015). Menu daging rendang bentuk narasi, tabel, dan diagram alir. Hasil
menjadi menu yang diproduksi dalam jumlah penelitian dianalisis dengan membandingkan
besar oleh PT. X karena permintaan dari proses produksi menu daging rendang dengan
maskapai pemesan tinggi. Di sisi lain, bahan SNI No. 01-4852-1998 tentang sistem analisis
pangan asal ternak seperti daging serta olahannya bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP)
merupakan media pertumbuhan yang sangat baik serta pedoman penerapannya.
bagi mikroba, sehingga mudah rusak. Pengolahan
yang benar dapat menekan pertumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN
mikroba tersebut (Gustiani, 2009).
PT. X telah menerapkan sistem keamanan
Sumber kontaminasi yang potensial yaitu
pangan HACCP dalam setiap produksinya.
penjamah makanan, peralatan pengolahan dan
Penerapan HACCP dalam proses produksi
peralatan makan, serta adanya kontaminasi silang
inflight catering menu daging rendang meliputi
(Ratnaningsih, 2010). Kontaminasi mikrobiologi
10 langkah penerapan dengan 7 prinsip HACCP.
pada industri katering penerbangan dapat
Langkah penerapan HACCP adalah penetapan
mengakibatkan keracunan pada penumpang
tim HACCP, deskripsi produk, penentuan
pesawat. Masalah ini menjadi sangat serius jika
diagram alir, identifikasi bahaya, penentuan
keracunan terjadi saat pesawat berada jauh dari
Critical Control Point (CCP), penetapan batas
bandara sehingga tidak terjangkau oleh pelayanan
kritis tiap CCP, monitoring, tindakan koreksi,
medis (Fitriana, 2012). Kasus keracunan makanan
verifikasi mikrobiologi, dan dokumentasi.
pada penumpang pesawat terjadi pada tahun 2013
yang menimpa penumpang China Air setelah Penetapan tim HACCP
makan pancake yang disediakan pesawat. Tahun
2016, penumpang Air Asia rute Kuala Lumpur- Susunan tim HACCP di PT. X adalah sebagai
Serawak menemukan adanya bangkai cicak di berikut :
dalam makanan nasi lemak di pesawat (Huda, Manajer : Ketua umum
2016). Manajer K3LH : Anggota I
Sistem keamanan pangan seperti HACCP Manajer Produksi : Anggota II
(Hazard Analysis Critical Control Point) Manajer Operasional : Anggota III
diperlukan untuk menjamin produk aman dari Kepala Teknisi : Anggota
potensi bahaya. HACCP merupakan suatu sistem IV
pengawasan untuk mencegah kemungkinan Manajer SDM : Anggota V
terjadinya keracunan atau foodborne disease. Manajer Rumah Tangga : Anggota
HACCP meliputi analisis bahaya dan VI
Susunan tim y mengatakan
HACCP sesuai a bahwa tim
dengan pernyataan n HACCP
Afrianto (2008) g terdiri dari
90 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 1 Januari –Juni 2017: hlm. 88–
97

berbagai disiplin k Deskripsi


Makanan
ilmu. Anggota tim o produk yang
yang telah
HACCP adalah m dilakukan oleh tim
dikemas
individu yang p HACCP sebagian
M ditempatk
berkompeten di o besar sudah sesuai
e an pada
bidang teknik, s dengan SNI 01-
t tray dan
produksi, sanitasi, i 4852-1998 yang
o dimasukk s
jaminan kualitas, menyebutkan bahwa
d an di i
dan mikrobiologi deskripsi produk
e dalam :
makanan. Pelibatan merupakan
holding l
para manajer sebagai penjelasan lengkap
d chiller e
orang yang paling dari produk
i kemudian n
berpengaruh ke mengenai
s diisi g
dalam tim HACCP komposisi, struktur
t dengan k
ini dapat fisika/kimia,
r dry ice u
meningkatkan perlakuan-perlakuan,
i bila akan a
kesadaran penerapan pengemasan, kondisi
b dikirim ke s
HACCP secara penyimpanan, dan
u pesawat ,
s dengan daya tahan serta
k
i mengguna u metode
kan n pendistribusiannya.
kendaraan y Namun PT.X tidak
hi-lift i mencantumkan
truck/ t struktur
kijang , fisika/kimia menu
box. j daging rendang.
menyuluruh. Hal ini p a Struktur fisika dapat
sudah sesuai dengan i h berupa rasa, bentuk,
SNI No. 01-4852- , e dan tampilan secara
1998. Tim HACCP b , organoleptik lainnya.
melibatkan semua u c Struktur kimia
komponen yang m a termasuk Aw, pH,
terlibat dalam b b dll. juga belum
produksi pangan u e
yang aman r ,
(Handayani, 2012). e Ko pengawetan bawang merah,
n mpo bawang putih),
Deskripsi produk d sisi penyedap rasa /
a Konsumen
Deskripsi menu monosodium
daging rendang n glutamate (MSG),
adalah sebagai g santan, garam,
berikut: i Pen minyak, air.
n ggu Dipanaskan lagi
Nama produk s naa
Daging rendang jika akan
t n dikonsumsi
D a pro
Dikemas dalam
a n duk
aluminium foil, plate,
g (
d china ware dan box
i Ke
e yang disediakan
n mas
g n airline.
an
g Pendinginan dan
s a Met pembekuan
a n ode
Ardanisworo Lintang Wicaksani, dkk., Penerapan HACCP dalam 91
Proses...

Ma dideskripsik HACCP dalam


an. proses distribusi
syar melaksanakan (IFSA, 2010). Identifikasi bahaya
akat Diagram tugasnya dan Usia adalah 48
um Alir berfungsi sebagai sim Prinsip pertama
jam. Waktu
um Proses pedoman proses pan HACCP adalah
maksimal
khu Produksi verifikasi. identifikasi bahaya
dari
sus Menu Diagram alir yang mungkin
portioning
pen Daging harus diverifikasi muncul selama
hingga
um Rendang oleh tim HACCP proses produksi
delivery
pan untuk menguji menu daging
Diagra adalah 24
g ketepatan diagram rendang. Identifikasi
m alir jam.
pes yang alir proses tersebut.
awa menggamb Apabila ada yang
t, arkan kurang tepat,
pen seluruh diagram alir harus
um proses dimodifikasi
pan produksi (Handayani, 2012).
g disusun Proses produksi
yan oleh tim makanan
g HACCP. penerbangan
me yang dilakukan pada
Diagram suhu rendah dimulai
mb alir dapat dari
utu memperm
hka udah tim
n
penerimaan bahan,
penyimpanan,
makanan khusus pengemasan,
Instr T pengaturan
uksi i dalam baki
d (meal tray set
pada a
k up), dan
a
d
a
label sa
W k
a a
k n
t hi
u n
m g
a g
k a
s p
i o
m rt
a io
l ni
d n
a g
ri
p
e
m
a
Tabel 1. Identifikasi Bahaya pada Proses Produksi Menu Daging PT. X
Analisis bahaya
Tahap Tipe Bahaya Jenis Bahaya Sebab
LH SV SF
Penerimaan minyak, Bahan asing (benang, kerikil,
bumbu rendang, Fisik rambut, dll.) Kontaminasi dari kemasan L M NS
santan, penyedap - L M NS
rasa, dan garam Biologi - - L H NS
Kimia - Fisik Bahan asing (kerikil) Kontaminasi dari kemasan L M NS
Kontamansi dari sumber air,
Kimia Logam berat, residu pestisida L M NS
pengolahan yang tidak tepat
Penerimaan air
Kontaminasi dari kemasan,
Biologi Bakteri patogen (E.coli) pengolahan dan penyimpanan yang L H NS
tidak tepat
Kontaminasi dari kemasan dan
Fisik Bahan asing (plastik, kerkil) L H NS
lingkungan
Penerimaan daging Proses pengawetan tidak sesuai
Kimia Formalin standar L H NS
Biologi Pertumbuhan mikroba patogen Suhu pengiriman di atas -8oC L H S
Fisik -
Penyimpanan daging
Kimia -
beku
Biologi Pertumbuhan mikroba patogen Suhu penyimpanan ≤ (-18oC) L H S
Fisik -
Thawing Kimia -
Suhu dan waktu thawing tidak
Biologi Pertumbuhan mikroba patogen L H S
mencapai 5oC selama 24 jam
Bahan asing (potongan plastik,
Fisik rambut) Kemasan bahan baku, peralatan, chef. L M NS

Cooking BTP yang melebihi kadar yang


Kimia Bahan tambahan pangan (BTP) L M NS
dianjurkan
Salmonella, E.coli, Listeria Suhu tidak mencapai 74oC, prilaku
Biologi monocytogenes L H S
penjamah yang tidak mematuhi SOP
Fisik - - - - -
Kimia - - - - -
Blast chilling Suhu makanan tidak mencapai 5oC
Bacillus cereus, Clostridium
Biologi selama maksimal 6 jam L H S
perferingens
Fisik - - - - -
Storage Cooked Kimia - - - - -
Food Salmonella, E.coli, Listeria
Biologi Suhu tidak mencapai 5oC L H S
monocytogenes
Bahan asing (potongan plastik,
Kemasan bahan baku, peralatan, chef. L M NS
Fisik rambut)
Dishing
Kimia - - - - -
Suhu ruangan tidak mencapai 15oC-
Salmonella, E.coli, Listeria
Biologi 21oC waktu dishing lebih dari 45 M H S
monocytogenes
menit
Fisik - - - - -
Kimia - - - - -
MTSU Salmonella, E.coli, Listeria
Biologi Suhu tidak sesuai M H S
monocytogenes
Fisik - - - - -
Kimia - - - - -
Storage/final Salmonella, E.coli, Listeria
holding
Biologi
Suhu tidak mencapai 5oC M H S
monocytogenes
Keterangan :
LH : Likelihood (Peluang kejadian) M : Medium (Sedang)
SV : Severity (Keparahan) H : High (Tinggi)
SF : Significance (Tingkat S : Significant
signifikansi) L : Low (Rendah) NS : Not Significant
bahaya pada proses menu daging rendang secara E. coli yang dihitung dengan metode TPC (Total
keseluruhan sudah sesuai dengan SNI No. 01-4852- Plate Count). Apabila jumlah bakteri ini melebihi
1998. Bahaya yang diidentifikasi pada daging standar, maka akan meningkatan resiko timbulnya
sapi adalah mikroba alami pada daging yaitu penyakit lainnya (Kuntoro dkk., 2012). Potensi
jumlah bahaya biologi pada daging sapi berupa bakteri
Salmonella, Y. enterolitica, L. monocytogenes, S. Tabel 2. Penentuan CCP dan batas kritisnya
aureus, dan C. perferingens. Bahaya kimia pada
daging dapat berupa formalin, dan bahaya fisik CCP Proses Batas Kritis
berupa kerikil (Puspitasari, 2015). CCP 1 Receiving Suhu daging -8oC atau dalam
Identifikasi bahaya penting dilakukan bentuk frozen
Suhu bumbu rendang jadi 5oC
pada setiap tahapan proses produksi. Bahaya
(Chilled)
yang signifikan dan tindakan pencegahan harus
CCP 2 Storing Suhu freezer ≤ -18oC
diidentifikasi. Bahaya yang signifikan akan
Suhu chiller 0oC – 5oC
dijadikan pertimbangan dalam penentuan CCP
CCP 3 Cooking Suhu inti daging 74oC
(Handayani, 2012).
CCP 4 Blast Suhu blast chiller -5oC- 0oC
Penentuan CCP dan Batas Kritisnya chilling selama 4 jam hingga suhu
makanan 5oC.
Prinsip HACCP yang kedua adalah Jika belum mencapai 5oC,
penentuan CCP (Critical Control Point). ditambah 2 jam
Penentuan CCP dapat dilakukan dengan CCP 5 Dishing/ Suhu ruangan ≤ 5oC maka
menggunakan pohon keputusan. Batas kritis portioning proses kontrol berlaku seperti
adalah sebuah titik kendali yang dilakukan untuk untuk penyimpanan chiller.
Jika suhu ruang > 5oC dan
menghilangkan bahaya atau menurunkannya ≤ 15oC maka proses dishing
hingga batas aman (Afrianto, 2008). Batas kritis dilakukan maksimal 90 menit
harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi dan suhu ruang dikontrol
minimum 2 kali sehari.
terlebih dahulu. Kriteria yang sering digunakan
Corrective action dilakukan
sebagai batas kritis adalah hasil pengukuran suhu, jika suhu ruangan > 15oC.
waktu, tingkat kelembaban, pH, Aw, kandungan Jika suhu ruangan > 21oC
klorin, tekstur, dan kenampakan visual. maka proses dishing dilakukan
maksimal 45 menit dan suhu
(Afrianto, 2008). Penentuan CCP dan batas permukaan tidak melebihi
kritis pada tiap CCP nya ditunjukkan pada Tabel 15oC
2.
Receiving ditetapkan sebagai CCP 1 karena
daging dan bahan lainnya mengalami mobilisasi dikembalikan kepada pemasok. Penggunaan
dari pemasok dan tidak ada kendali dari pemasok. checklist, penyortiran, dan penanganan bahan
Daging sapi berpotensi mengalami kontaminasi yang tepat dapat mengurangi adanya risiko
mikrobiologi yang berasal dari pekerja dan bahaya (Andonie, 2012).
lingkungan yang tidak higienis (Pupitas, dkk., Batas kritis receiving yang harus dipenuhi
2016). PT. X telah menggunakan checklist terkait bahan beku (frozen) di PT. X adalah -8 o C,
spesifikasi yang harus dipenuhi, yaitu suhu, sedangkan untuk bumbu rendang adalah 5oC
kenampakan fisik, dan kandungan TPC harus (Chilled). Suhu penyimpanan daging beku harus
sesuai dengan SNI karkas daging. Pengujian dipertahankan pada suhu ≤-18oC (Afrianto,
kandungan TPC dilakukan sebelum kerjasama 2008). Karkas daging beku yang disimpan pada
dengan pemasok dilakukan. Jika daging tidak suhu -6oC hingga -17oC dapat bertahan selama 3–
memenuhi spesifikasi tersebut, maka daging 12 bulan (Gustiani, 2009). Bumbu rendang instan
harus dan santan dalam kemasan disimpan di dalam
chiller dengan suhu 0oC–5oC. Bahan lainnya
seperti minyak goreng, bumbu serba guna, dan
garam disimpan di gudang dengan suhu ruang.
Sehari sebelum dimasak, daging sapi yang
masih beku harus di thawing terlebih dahulu.
Thawing dilakukan untuk mencairkan daging.
Thawing dilakukan dengan mendiamkan daging
di chiller bersuhu 1°C–4°C selama 12–24 jam Langkah pertama pemasakan daging rendang
(Andonie, 2012). Setelah itu, daging dipotong adalah dengan menumis bumbu rendang instan di
dadu dan dimasukkan ke dalam chiller jika tidak dalam minyak panas. Setelah bumbu berubah
langsung digunakan. Daging yang telah dipotong warna dan tercium bau harum, ditambahkan air,
dan dimasukkan ke dalam chiller harus segera diaduk, dan dibiarkan hingga mendidih. Setelah
dimasak. mendidih, potongan daging dan santan dimasukkan,
lalu panci ditutup selama 30 menit. Saat daging yang menguntungkan, bakteri akan mengalami
hampir matang, ditambahkan monosodium fase log atau pertumbuhan yang sangat cepat
glutamate (MSG) dan garam, kemudian dimasak (Hamdiyati, 2011).
lagi hingga matang. Terdapat potensi bahaya Proses pengemasan (dishing) pangan
yang signifikan yang dapat dihilangkan selama siap santap dianggap sebagai CCP karena
proses pemasakan bahan baku beku, sehingga proses pengemasan ini sangat sensitif terhadap
ditetapkan sebagai CCP (Afrianto, 2008). Daging pertumbuhan mikroba (Afrianto, 2008). Daging
sapi dimasak pada suhu 74°C selama 2 jam. rendang yang telah di dishing selanjutnya diberi
Proses cooking dimulai dengan merebus daging label. Setelah itu, makanan dibawa ke MTSU
Perebusan ditujukan untuk membunuh mikroba (Meal Tray Set Up) untuk kemudian dilakukan
mesotermik. Lama pemasakan di atas 15 menit holding atau pengiriman menu ke bandara dengan
dapat mengurangi risiko pencemaran kembali menggunakan truck container. Suhu holding
oleh mikroba setelah proses pengolahan makanan room maksimal 5°C, jika lebih harus ditambah
selesai (Dewi, 2015). Pemasakan daging pada suhu dry ice. Standar suhu holding room telah sesuai
70oC selama 2 menit dapat membunuh dengan suhu penyimpanan dingin yang baik,
kandungan bakteri E. coli dan patogen lain yaitu
(Afrianto, 2008). Rendang yang telah matang -1°C– 5°C (Afrianto, 2008).
dimasukkan ke dalam blast chiller dengan suhu
-5°C sampai 0°C selama maksimal 4 jam, hingga Monitoring dan Tindakan Koreksinya
suhu makanan tercapai 5°C, jika suhu daging
Prinsip yang keempat dan kelima adalah
rendang belum mencapai 5°C, penyimpanan di
monitoring dan tindakan koreksi. Pemantauan
dalam blast chiller ditambah 2 jam. Daging
merupakan kegiatan rutin berupa pengukuran
rendang yang telah memiliki suhu 5°C
atau pengamatan pada tiap CCP dan
dimasukkan ke dalam chiller dengan suhu 0°C
dibandingkan dengan batas kritisnya. Tindakan
sampai 5°C yang disusun di loyang lebar. Masa
koreksi harus dilakukan ketika terdapat
simpan makanan di dalam chiller sebelum
penyimpangan atau proses yang melampaui
melalui tahap dishing adalah maksimal 2 hari.
batas kritis (Wardani, 2015). Kegiatan
Wadah yang akan digunakan untuk proses
monitoring dilakukan agar CPP berada di bawah
dishing harus sudah disanitasi. Kondisi
batas kritis (Renosori, dkk., 2012).
kebersihan yang ketat harus diterapkan pada
Tindakan koreksi dilakukan jika proses
tahapan dishing. Daging rendang dikeluarkan
produksi tidak sesuai standar. Berdasarkan hasil
dari chiller dan dikemas bersama dengan nasi
observasi, monitoring suhu kematangan daging
sesuai dengan golden sampel atau contoh makanan
rendang tidak dilakukan dengan mengukur suhu
yang sesuai dengan standar. Dishing dilakukan
inti daging menggunakan termometer probe.
selama maksimal 45 menit dengan suhu ruang
Juru masak memonitoring tingkat
16°C dan suhu makanan maksimal 15°C. Hal ini
kematangan daging secara organoleptik.
dilakukan karena setelah 45 menit berada pada
Pemasakan daging rendang dilakukan selama ±
medium atau lingkungan
45 menit hingga tekstur dagingnya empuk,
sehingga secara otomatis suhu inti pemasakan
daging telah tercapai. Juru masak membuka
kemasan santan kemasan di dekat panci
sehingga potongan kemasan santan masuk ke
dalam panci dan diambil dengan tangan yang
pada saat itu tidak memakai sarung tangan.
Sebaiknya santan disiapkan terlebih dahulu di
wadah tersendiri. Pembukaan kemasan dilakukan
jauh dari panci masak untuk mencegah adanya
foreign object yang masuk ke dalam makanan.
Karena foreign object dapat menjadi sumber
kontaminasi.
Tabel 3. Monitoring Suhu dan Tindakan Koreksi pada Proses Produksi Menu Daging Rendang

Proses Jenis Standar Tindakan koreksi

Daging sapi Suhu -8°C atau dalam Daging ditolak dan dikembalikan ke supplier dengan
(Frozen) bentuk frozen menyertakan BAP (Berita Acara Penolakan)
Receiving
Bumbu
Bumbu rendang jadi ditolak dan dikembalikan ke supplier
rendang jadi Suhu 5°C (Chilled)
dengan menyertakan BAP (Berita Acara Penolakan)
(chilled)

Jika suhu chiller lebih dari 5°C selama lebih dari 4 jam, maka
periksa makanan secara random.
Chiller 0°C – 5°C Jika rata- rata suhu makanan > 8°C maka pindahkan makanan
ke chiller lain yang masih memiliki suhu sesuai dengan standar.
Segera perbaiki chiller tersebut.

Jika suhu freezer lebih dari -15°C selama lebih dari 4 jam maka
Storing cek suhu makanan
Jika makanan masih keras dan beku serta tidak ada tanda-
tanda thawing, pindahkan makanan ke freezer lain yang masih
Freezer ≤ -18°C memiliki suhu sesuai dengan standar. Segera perbaiki freezer
tersebut.
Jika makanan telah lunak atau menunjukkan tanda- tanda
thawing, maka makanan harus segera di thawing dan digunakan
sesuai prosedur thawing.

Jika suhu inti daging belum tercapai, dilakukan pemasakan lagi


Cooking Suhu inti daging 74°C hingga suhu standar tercapai.
Suhu inti daging rendang Jika setelah penambahan 2 jam suhu inti daging rendang tidak
Blast chilling 5°C
mencapai 5°C, maka daging rendang harus dibuang.
Suhu ruangan antara
Dishing/portioning
5°C-15°C Jika suhu ruangan >15°C, maka AC harus segera diperbaiki.

Suhu chiller tidak boleh lebih dari 8°C, karena di dalam daging telah mati atau berkurang pada
pada suhu di atas 8°C, bakteri akan mengalami tingkat yang aman (IFSA, 2010).
pertumbuhan yang paling cepat. Penyimpanan
karkas pada suhu chilled (≤ 3°C) dapat Verifikasi Mikrobiologi Pangan
mendormankan bakteri dan mengurangi jumlah
Prinsip HACCP yang keenam adalah verifikasi.
bakteri patogen di dalam karkas daging (Sutrisno,
Kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh PT.X
2013). Suhu penyimpanan makanan yang aman
sudah sesuai dengan SNI No. 01-4852-1998,
adalah pada suhu ≤ 5°C atau ≥ 60°C. Suhu
yaitu mencakup peninjauan kembali sistem
5°C– 60°C merupakan danger zone, yaitu suhu
pencatatan HACCP, peninjauan kembali
yang memungkinkan mikroba berkembang biak
penyimpangan dan disposisi produk, dan
dengan cepat dan menyebabkan kebusukan atau
memastikan CCP memenuhi batas kritisnya
keracunan pangan (Handayani, 2012).
(BSN, 1998). Verifikasi dilakukan untuk
Blast chilling merupakan penurunan suhu
memastikan sistem HACCP telah berjalan dengan
makanan secara cepat dari 70°C ke 3°C selama
benar sehingga mampu menghasilkan mutu produk
90 menit yang bertujuan untuk membunuh
yang berkualitas (Sutrisno, 2013). Kegiatan
bakteri yang tahan di suhu dingin dan suhu panas
verifikasi terdiri dari empat kegiatan, yaitu
sekaligus sebelum bakteri berkembang biak lebih
validasi HACCP, meninjau hasil pemantauan,
banyak lagi. Suhu inti pemasakan daging adalah
pengujian produk, dan auditing (Renosori, dkk.,
74°C untuk memastikan bahwa kandungan
2012).
mikroba
Kegiatan verifikasi mikrobiologi menu
daging rendang di PT.X dilakukan secara internal
oleh
Dikembalikan ke supplier dengan menyertakan Berita Acara Penolakan (BAP)

Receiving Bahan baku


Suhu: -8oC (Frozen) dan suhu 5oC (chill)

Storing
Daging Bumbu rendang Air (kemasan Minyak Santan Penyedap
(Frozen) instan (Chilled) galon) goreng kemasan rasa (MSG)

Thawing (5oC selama 24 jam)

Dipotong dadu Chiller (Maks 1 hari)

Cooking dengan suhu 74oC

Jika suhu rendang tidak mencapai 5oC, maka dibuang


Blast Chilling suhu -5oC- 0oC selama 4 jam hingga suhu makanan 5 C. jika belum mencapai 5oC, ditambah 2 jam
o

Chilling (Maks selama 2 hari sebelum di dishing)

Jika waktu pemorsian >45 menit€cek suhu rendang


Dishing/Portioning degan suhu ruangan 15oC-21 oC selama maks 45 menit. Daging rendang di dishing bersama nasi
MTSU (Meal Tray Set Up)

Storage (Final Holding) Suhu Holding room maks 5oC. Makanan dikeluarkan dari holding room maks 3 jam sebelum ETD

Jika suhu rendang ≤ 15oC


€rendang
Jika suhu rendang >15oC dimasukkan kembali ke chiller
€rendang dibuang
Jika suhu
>5oC€ tambah dry ice
Transportasi

Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Menu Daging Rendang di PT. X

departemen QHSE. Kegiatan verifikasi dilakukan


sebelum menu daging rendang dikirim ke maskapai aureus, Salmonella sp, Bacillus cereus, dan lainnya
pemesan. Menu rendang yang telah di dishing dengan metode TPC. Apabila hasil pemeriksaan
diambil satu porsi sebagai sampel kemudian menunjukkan keberadaan bakteri patogen tertentu
diuji kandungan bakterinya. Jenis bakteri yang atau jumlahnya melebihi ambang batas, maka
diuji adalah enterobacter, E. coli, Staphylococcus segera dilakukan tindakan perbaikan berupa
penarikan dan pemusnahan produk.
Dokumentasi dan Pencatatan pemeriksaan ulang dalam periode waktu tertentu
(Wardani, 2015). Penerapan sistem HACCP pada
Prinsip HACCP yang ketujuh adalah
menu daging rendang didokumentasikan mulai dari
dokumentasi dan pencatatan. Dokumentasi
receiving bahan baku, penyimpanan bahan, proses
HACCP meliputi pendataan tertulis semua langkah
pemasakan, pemorsian, dan penyimpanan akhir.
HACCP yang dilakukan agar dapat dilakukan
Pada dokumen HACCP terdapat form Hazard pencatatan waktu dan suhunya maka dapat
Analysis Checksheet untuk menu rendang yang memungkinkan waktu pemorsian lebih dari 45
berisi analisis bahaya fisika, kimia, dan biologi menit dan suhunya > 5°C. Dishing merupakan
pada setiap proses produksi daging rendang. CCP 5, sehingga apabila suhu dan waktunya tidak
Analisis lain yang harus dicatat yaitu penyebab tercapai, harus dilakukan tindakan koreksi.
bahaya, tingkat keparahan, dan tindakan kontrol Sebaiknya pembukaan kemasan bahan masak
atau pencegahan. Pencatatan pada tindakan dilakukan di tempat yang jauh dari panci untuk
verifikasi dilakukan dengan mencatat hasil menghindari adanya kontaminasi foreign object
kandungan bakteri dalam menu daging rendang berupa potongan kemasan yang masuk ke dalam
dan hasil meal check yang dilakukan setiap hari panci saat proses pemasakan.
sebelum makanan dikirim, yaitu meliputi berat,
rasa, dan tekstur.
DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN Afrianto, E. (2008). Pengawasan mutu bahan/


produkpangan. Jakarta: Departemen
PT. X telah menerapkan sistem keamanan Pendidikan Nasional.
pangan HACCP sesuai dengan SNI No. 01- Andonie, R. (2012). Kajian pelaksanaan
4852-1998 tentang sistem analisis bahaya dan keamanan makanan berdasarkan HACCP di
pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman MV. Samudera 02 Milik PT Karya Jaya
penerapannya. Penerapan HACCP dalam proses Samudera (Skripsi yang tidak dipublikasi),
Universitas Indonesia, Depok. Diakses dari
produksi menu daging rendang di PT.X adalah
http://lib.ui.ac.id/abstrakp df?
dengan mengontrol suhu dan waktu selama
id=20314741&lokasi=lokal.
proses produksi untuk mencegah pertumbuhan Badan Standardisasi Nasional.(1998). SNI Nomor
mikroba dan mencegah kerusakan makanan, 01-4852-1998 tentang Sistem Analisis Bahaya
sehingga menu daging rendang yang diproduksi dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta
oleh PT. X aman dikonsumsi. pedoman penerapannya. Jakarta: Badan
Saran yang dapat diberikan kepada PT. X Standardisasi Nasional.
adalah sebaiknya monitoring dan pencatatan suhu Dewi, L.M. (2015). Evaluasi bahaya
makanan pada proses blast chilling perlu dilakukan mikrobiologi pada ayam goreng laos
secara rutin untuk mengetahui apakah suhu melalui prinsip- prinsip HACCP di
pendinginan telah tercapai. Proses blast chilling Instalasi Gizi RS PKU Muhammadiyah
Surakarta. (Skripsi yang tidak dipublikasi),
merupakan CCP 4, sehingga apabila suhu dan
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
waktu yang telah ditentukan tidak tercapai, harus
Diakses dari http://eprints.ums.
dilakukan tindakan koreksi. ac.id/39010/1/PUBLIKASI%20KARYA%20
Pencatatan waktu dan suhu awal dan akhir ILMIAH.pdf.
pada proses dishing perlu dilakukan secara rutin Fitriana, F.I. (2012). Pengaruh kenaikan suhu
untuk memantau apakah waktu dan suhu yang makanan terhadap kenaikan jumlah TPC
ditentukan telah tercapai. Jika tidak dilakukan pada makanan penerbangan (Skripsi, yang
tidak dipublikasikan), Universitas Indonesia,
Depok. Diakses dari lib.ui.ac.id/ file?
file=digital/20318948-S-PDF.
Gustiani, E. (2009). Pengendalian cemaran
mikroba pada bahan asal ternak (daging dan
susu) mulai peternakan sampai dihidangkan.
Jurnal Litbang Pertanian, 28(3), 96-100.
Diakses dari library.
um.ac.id/majalah/printmajalah.php/41369.
html
Hamdiyati, Y. (2011). Petumbuhan dan
pengendalian mikroorganisme II. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Handayani, T. (2012). Kajian sistem keamanan http://repository.ipb.ac.id/jspui/bit
pangan untuk industri jasa boga, studi kasus stream/123456789/59440/1/2012tha.pdf.
pada PT. ELN, Jakarta (Tesis yang tidak Huda, S.E. (2016). Santap nasi lauk cicak,
dipublikasikan), Institut Pertanian Bogor, penumpang pesawat keracunan. Diakses dari
Bogor. Diakses dari https://www.dream.co.id/news/santap-nasi-
lauk-cicak-penumpang-airasia-keracunan- id=90955&mod=penelitian_detail&sub=Penel
160408w.html itianDetail&typ=html
International Flight Service Association. (2010). Ratnaningsih, N. (2010). Mikrobiologi Pangan.
World food safety guideline for airline Yogyakarta: Jurusan PTBB, FT UNY.
catering 3rd version. Atlanta, GA: Renosori, P., Ceha, R., & Utari, R. (2012). Upaya
International Flight Services Association. meningkatkan pengendalian kualitas
Kuntoro, Bambang, Maheswari, Rarah, R.A., & keamanan pangan UKM melalui penerapan
Nuraini, H. (2012). Hubungan penerapan hazard analysis critical control point
SSOP terhadap mutu daging ditinjau dari (HACCP). Prosiding SNaPP 2012: Sains,
tingkat cemaran bakteri. Jurnal Ilmiah Teknologi, dan Kesehatan. Diakses dari
Ilmu- Ilmu Peternakan, 15(2), 70-80. Diakses http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/
dari https:// online- index.php/Sains/article/view/315/pdf.
journal.unja.ac.id/index.php/jiip/article/ Sadek, N.F. (2010). Penerapan sistem HACCP
view/1794/1178. (hazard analysis critical control point)
Pupitas, D., Santosa, V., Rahardjo, M., Tjahyono, pada warung tegal dan pembuatan modul
J. D., 2, Sirenden, M.T., & Seilatuw M.M. pelatihannya sebagai salah satu bentuk
(2016). Penerapan sistem HACCP dan GMP CSR (corporate social responsibility) PT
pada proses pembuatan abon di Industri Bintang Toedjoe Jakarta (Skripsi yang tidak
ABON45 di Kabupaten Semarang. Seminar dipublikasikan), Institut Pertanian Bogor,
Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/
363-372. Diakses dari bitstream/handle/123456789/59853/F10nfs.
http://docplayer.info/46596563- Penerapan- pdf?sequence=1&isAllowed=y
sistem-haccp-dan-gmp-pada- proses- Sekretaris Negara RI. (2004). Peraturan
pembuatan-abon-di-industri-abon45- di- pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang
kabupaten-semarang.html keamanan, mutu, dan gizi pangan. Jakarta:
Puspitasari, F.D. (2015). Tinjauan HACCP Kementrian Sekretariat Negara RI.
makanan rendang pada salah satu rumah Sutrisno, A. (2013). Analisis strategi penerapan
makan padang di Kentungan, Depok, Sleman sistem manajemen keamanan pangan haccp
(Skripsi yang tidak dipublikasi), Universitas di PT. Sierad produce tbk. Parung (Skripsi
Gajah Mada, Yogyakarta. Diakses dari yang tidak dipublikasikan), Institut Pertanian
http://etd.repository. ugm.ac.id/index.php? Bogor, Bogor. Diakses dari
act=view&buku_ http://repository.ipb.ac.id/
handle/123456789/63844.
Wardani, A.K. (2015). Efektivitas pelaksanaan
quality control pada bagian produksi di PT.
Indohamafish di Pengambengan. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Undiksha, 5(1). Diakses
dari http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/
JJPE/article/view/5092.

Anda mungkin juga menyukai