ABSTRAK
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan salah satu sistem keamanan pangan dengan cara
analisis terhadap bahan, proses, dan produk pangan. Analisis HACCP dapat digunakan sebagai upaya pengawasan
kualitas produk akhir agar memenuhi syarat produk makanan yang sehat, aman, dan halal. PT X merupakan perusahaan
catering untuk pengguna layanan pesawat terbang (inflight catering). Perusahaan ini telah menerapkan HACCP
dalam setiap produksi makanan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode observasi pada proses produksi
menu daging rendang. Penerapan HACCP dalam proses produksi menu daging rendang di PT.X adalah dengan
mengontrol suhu dan waktu selama proses produksi untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam makanan. Dari
sepuluh penerapan HACCP menurut SNI No. 01-4852-1998 tentang sistem HACCP hanya satu poin penerapan saja
yang belum sesuai dengan SNI, yaitu pada monitoring. Kegiatan monitoring tidak dilakukan secara rutin saat proses
blast chilling dan dishing. Potongan kemasan santan masuk ke dalam panci ketika proses pemasakan karena
pemotongan kemasan santan dilakukan di atas panci pemasak. Sembilan penerapan HACCP yang lainnya yaitu
penetapan tim HACCP, deskripsi produk, pembuatan diagram alir, identifikasi bahaya, penentuan titik kritis,
penentuan batas kritis tiap CCP, tindakan koreksi, verifikasi mikrobiologi, dan dokumentasi telah diterapkan sesuai
dengan SNI.
ABSTRACT
HACCP is one of the food safety systems which is done by analyzing materials, processes, and food products.
HACCP analysis can be used as an effort to control the quality of the final product in order to meet the requirements
of healthy, safe and halal food products. PT X is a catering company for aircraft service users (inflight catering). This
company has implemented HACCP in every food production. This is a descriptive research by observing the process
of rendang meat production. The application of HACCP in PT. X is done by controlling temperature and time during
production process to prevent microbes growth. From ten application of HACCP according to SNI No. 01-4852-1998
about HACCP there is a point that has not been accordance with SNI monitoring. Monitoring activities are not
routinely performed on blast chilling and dishing process. Pieces of coconut milk’s pack fall in to the pan when
cooking process because the cutting of coconut milk pack is done on the cooking pan. Other HACCP principles like
HACCP team determination, product description, flow chart reaction, hazard identification, critical point
determination, critical boundary determination of each CCP, corrective action, microbiological verification, and
documentation are well implemented.
88
Ardanisworo Lintang Wicaksani, dkk., Penerapan HACCP dalam 89
Proses...
dikonsumsi oleh konsumen. Keamanan Pangan pengendalian titik kritis untuk menjamin produk
(food safety) menurut Peraturan Pemerintah yang dikonsumsi aman dari bahaya fisik, kimia
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 (pestisida), dan mikrobiologi (Dewi, 2015).
tentang keamanan, mutu dan gizi pangan adalah Konsep HACCP dapat diterapkan dalam seluruh
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk proses pengolahan makanan. Aplikasi HACCP
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran pada umumnya dilakukan dengan analisis kendali
biologis, kimia dan benda lain yang dapat kritis pada proses penerimaan bahan baku, proses
mengganggu, merugikan, dan membahayakan produksi, sampai dengan penyimpanan sebelum
kesehatan manusia. produk dipasarkan (Sadek, 2010).
Industri katering, termasuk inflight catering
mempunyai risiko penularan penyakit melalui METODE
makanan (foodborne disease) yang tinggi jika
penanganan makanannya tidak dilakukan dengan Penelitian ini dilakukan di bagian inflight
baik (Handayani, 2012). Rendang merupakan catering PT X yang berlokasi di Surabaya dengan
salah satu makanan khas Padang yang banyak jenis penelitian evaluatif dengan metode
digemari masyarakat dan terbuat dari bahan yang observasi terhadap proses produksi menu daging
berpotensi tercemar secara biologis, kimia, dan rendang. Hasil observasi dideskripsikan dalam
fisik (Puspitasari, 2015). Menu daging rendang bentuk narasi, tabel, dan diagram alir. Hasil
menjadi menu yang diproduksi dalam jumlah penelitian dianalisis dengan membandingkan
besar oleh PT. X karena permintaan dari proses produksi menu daging rendang dengan
maskapai pemesan tinggi. Di sisi lain, bahan SNI No. 01-4852-1998 tentang sistem analisis
pangan asal ternak seperti daging serta olahannya bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP)
merupakan media pertumbuhan yang sangat baik serta pedoman penerapannya.
bagi mikroba, sehingga mudah rusak. Pengolahan
yang benar dapat menekan pertumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN
mikroba tersebut (Gustiani, 2009).
PT. X telah menerapkan sistem keamanan
Sumber kontaminasi yang potensial yaitu
pangan HACCP dalam setiap produksinya.
penjamah makanan, peralatan pengolahan dan
Penerapan HACCP dalam proses produksi
peralatan makan, serta adanya kontaminasi silang
inflight catering menu daging rendang meliputi
(Ratnaningsih, 2010). Kontaminasi mikrobiologi
10 langkah penerapan dengan 7 prinsip HACCP.
pada industri katering penerbangan dapat
Langkah penerapan HACCP adalah penetapan
mengakibatkan keracunan pada penumpang
tim HACCP, deskripsi produk, penentuan
pesawat. Masalah ini menjadi sangat serius jika
diagram alir, identifikasi bahaya, penentuan
keracunan terjadi saat pesawat berada jauh dari
Critical Control Point (CCP), penetapan batas
bandara sehingga tidak terjangkau oleh pelayanan
kritis tiap CCP, monitoring, tindakan koreksi,
medis (Fitriana, 2012). Kasus keracunan makanan
verifikasi mikrobiologi, dan dokumentasi.
pada penumpang pesawat terjadi pada tahun 2013
yang menimpa penumpang China Air setelah Penetapan tim HACCP
makan pancake yang disediakan pesawat. Tahun
2016, penumpang Air Asia rute Kuala Lumpur- Susunan tim HACCP di PT. X adalah sebagai
Serawak menemukan adanya bangkai cicak di berikut :
dalam makanan nasi lemak di pesawat (Huda, Manajer : Ketua umum
2016). Manajer K3LH : Anggota I
Sistem keamanan pangan seperti HACCP Manajer Produksi : Anggota II
(Hazard Analysis Critical Control Point) Manajer Operasional : Anggota III
diperlukan untuk menjamin produk aman dari Kepala Teknisi : Anggota
potensi bahaya. HACCP merupakan suatu sistem IV
pengawasan untuk mencegah kemungkinan Manajer SDM : Anggota V
terjadinya keracunan atau foodborne disease. Manajer Rumah Tangga : Anggota
HACCP meliputi analisis bahaya dan VI
Susunan tim y mengatakan
HACCP sesuai a bahwa tim
dengan pernyataan n HACCP
Afrianto (2008) g terdiri dari
90 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 1 Januari –Juni 2017: hlm. 88–
97
Daging sapi Suhu -8°C atau dalam Daging ditolak dan dikembalikan ke supplier dengan
(Frozen) bentuk frozen menyertakan BAP (Berita Acara Penolakan)
Receiving
Bumbu
Bumbu rendang jadi ditolak dan dikembalikan ke supplier
rendang jadi Suhu 5°C (Chilled)
dengan menyertakan BAP (Berita Acara Penolakan)
(chilled)
Jika suhu chiller lebih dari 5°C selama lebih dari 4 jam, maka
periksa makanan secara random.
Chiller 0°C – 5°C Jika rata- rata suhu makanan > 8°C maka pindahkan makanan
ke chiller lain yang masih memiliki suhu sesuai dengan standar.
Segera perbaiki chiller tersebut.
Jika suhu freezer lebih dari -15°C selama lebih dari 4 jam maka
Storing cek suhu makanan
Jika makanan masih keras dan beku serta tidak ada tanda-
tanda thawing, pindahkan makanan ke freezer lain yang masih
Freezer ≤ -18°C memiliki suhu sesuai dengan standar. Segera perbaiki freezer
tersebut.
Jika makanan telah lunak atau menunjukkan tanda- tanda
thawing, maka makanan harus segera di thawing dan digunakan
sesuai prosedur thawing.
Suhu chiller tidak boleh lebih dari 8°C, karena di dalam daging telah mati atau berkurang pada
pada suhu di atas 8°C, bakteri akan mengalami tingkat yang aman (IFSA, 2010).
pertumbuhan yang paling cepat. Penyimpanan
karkas pada suhu chilled (≤ 3°C) dapat Verifikasi Mikrobiologi Pangan
mendormankan bakteri dan mengurangi jumlah
Prinsip HACCP yang keenam adalah verifikasi.
bakteri patogen di dalam karkas daging (Sutrisno,
Kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh PT.X
2013). Suhu penyimpanan makanan yang aman
sudah sesuai dengan SNI No. 01-4852-1998,
adalah pada suhu ≤ 5°C atau ≥ 60°C. Suhu
yaitu mencakup peninjauan kembali sistem
5°C– 60°C merupakan danger zone, yaitu suhu
pencatatan HACCP, peninjauan kembali
yang memungkinkan mikroba berkembang biak
penyimpangan dan disposisi produk, dan
dengan cepat dan menyebabkan kebusukan atau
memastikan CCP memenuhi batas kritisnya
keracunan pangan (Handayani, 2012).
(BSN, 1998). Verifikasi dilakukan untuk
Blast chilling merupakan penurunan suhu
memastikan sistem HACCP telah berjalan dengan
makanan secara cepat dari 70°C ke 3°C selama
benar sehingga mampu menghasilkan mutu produk
90 menit yang bertujuan untuk membunuh
yang berkualitas (Sutrisno, 2013). Kegiatan
bakteri yang tahan di suhu dingin dan suhu panas
verifikasi terdiri dari empat kegiatan, yaitu
sekaligus sebelum bakteri berkembang biak lebih
validasi HACCP, meninjau hasil pemantauan,
banyak lagi. Suhu inti pemasakan daging adalah
pengujian produk, dan auditing (Renosori, dkk.,
74°C untuk memastikan bahwa kandungan
2012).
mikroba
Kegiatan verifikasi mikrobiologi menu
daging rendang di PT.X dilakukan secara internal
oleh
Dikembalikan ke supplier dengan menyertakan Berita Acara Penolakan (BAP)
Storing
Daging Bumbu rendang Air (kemasan Minyak Santan Penyedap
(Frozen) instan (Chilled) galon) goreng kemasan rasa (MSG)
Storage (Final Holding) Suhu Holding room maks 5oC. Makanan dikeluarkan dari holding room maks 3 jam sebelum ETD