Askep - Asmatikus Trianda
Askep - Asmatikus Trianda
DISUSUN OLEH
NIM : 17.11.203
LUBUK PAKAM
T.A 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang
telah memberikan limpahan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan baik yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan
dengan Status Asmatikus”, pada Program Studi Ilmu Keperawatan di Institut
Kesehatan Medista Lubuk Pakam.
Dalam penulisan makalah ini tentunya kami berterimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yang telah membimbing,memotivasi dan
mendampingi penulis dalam pembelajaran.kami menyadari bahwa sepenuhnya
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
kalimat maupun penyusunannya.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun,akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang sudah turut serta dalam penyusunban
makalah,dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................5
B. Etiologi...................................................................................................................5
C. Manifestasi Klinis..................................................................................................6
D. Patofisiologi...........................................................................................................6
E. Komplikasi.............................................................................................................7
F. Pemeriksaan penunjang..........................................................................................7
G. Penatalaksanaan Medis...........................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................11
Airway Management......................................................................................................16
Respiratory Monitoring.................................................................................................16
Airway Management......................................................................................................17
Pain Management..........................................................................................................18
BAB IV..............................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................22
ii
A. Kesimpulan..........................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status Asmatikus adalah asma yang berat dan peristen yang tidak
merespons terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung 24 jam. Infeksi,
kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer,
dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang
episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap
penisilin (Smeltzer dan Bare 2002). Status Asmatikus merupakan kedaruratan
yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu :
1. Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan di utamakan
terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran pernafasan
2. Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi
saluran pernafasan, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin dan
lain-lain).
Asma adalah penyakit saluran udara yang di tandai oleh peradangan
saluran nafas dan hyper reactivity (meningkat terhadap berbagai pemicu). Hyper
reactivitas mengarah kesaluran napas karena onset akut kejang otot pada otot
polos dari tracheobronchial obstruksi pohon, sehingga mengarah ke lumen
menyempit. Selain kejang otot, terdapat pembengkakan mukosa, yang
menyebabkan edema. Terakhir, kalenjar lendir peningkatan jumlah, hipertrofi, dan
mengeluarkan lender tebal.
3
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Status Asmatikus?
2. Bagaimana etiologi dari Status Asmatikus ?
3. Bagaimana patofisiologi dan Phatway dari Status Asmatikus?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Status Asmatikus ?
5. Apa komplikasi dari Status Asmatikus ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Status Asmatikus?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan dari Status
Asmatikus ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Penyakit Status Asmatikus
2. Untuk mengetahui etiologi dari Penyakit Status Asmatikus
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan Pathway dari Penyakit Status
Asmatikus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Penyakit Status Asmatikus
5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Status Asmatikus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Penyakit Status
Asmatikus
7. Dapat mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan penyakit
Status Asmatikus
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
B. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan
oleh :
1. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2. Pembengkakan membran bronkus.
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
5
6
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang menonjol,sukar bernafas, yang timbul intermiten dan
wheezing pada waktu inspirasi, lebih sering terutama pada malam hari.
1. Batuk-batuk dengan lendir yang lengket : kesulitan pada ekspektoransi
2. Gelisah, usaha bernafas dengan keras.
3. Bernafas melalui sela-sela bibir
4. Sianosis
5. Takipnea
6. Nadi cepat
D. Patofisiologi
Karakteristik dasar dari asma (konstriksi otot polos bronchial,
pembengkakan mukosa bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter
bronchial dan nyata pada status asmatikus. Abnormalitas ventilasi – perfusi yang
mengakibatkan hipoksemia dan respirasi alkalosis pada awalnya, diikuti oleh
respiratori asidosis.Terhadap penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan
penurunan PaCO2 dan peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status
asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH turun, mencerminkan respirasi asidosis.
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-
otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh
berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan
ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi
darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa
yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat
penyakit atopik seperti eksim, dermatitis (radang kulit), demam tinggi dan klien
dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik)
sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang
spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma
7
PATHWAY ASMATIKUS
E. Komplikasi
1. Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi).
2. Kontraksi otot polos.
3. Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan) mukusa.
4. Hipersekresi (sekresi yang berlebih).
5. Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi).
6. Hipoventilasi (keadaan nafas yang lambat dan dangkal).
7. Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
8. Gangguan difusi gas di alveoli
9. Hipoxemia (keadaan kadar oksigen yang menurun dalam darah).
10. Hiperkarpia
F. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
1. Spirometri (pengukuran kapasitas udara paru) :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2. Tes provokasi :
Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
a) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri
8
G. Penatalaksanaan Medis
Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit memperlihatkan keadaan
obstruktif jalan napas yang berat. Perhatian khusus harus diberikan dalam
perawatan, sedapat mungkin dirawat oleh dokter dan perawat yang
berpengalaman. Pemantauan dilakukan secara tepat berpedoman secara klinis, uji
faal paru ( APE ) untuk dapat menilai respon pengobatan apakah membaik atau
justru memburuk.
Perburukan mungkin saja terjadi oleh karena konstriksi bronkus yang lebih
hebat lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasiseperti infeksi,
pneumothoraks, pneumomediastinum yang sudah tentu memerlukan pengobatan
lainnya. Efek samping obat yang berbahaya dapat terjadi pada pemberian drips
aminofilin. Dokter yang merawat harus mampu dengan akurat menentukan kapan
penderita meski dikirim ke unit perawatan intensif.
Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim
dari UGD dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut.
1. Pemberian terapi oksigen dilanjutkan
Terapi oksigen dilakukan megnatasi dispena, sianosis, danhipoksemia.
Oksigen aliran rendah yang dilembabkan baik dengan masker Venturi atau
10
2. Aminofilin
Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 – 0,9 mg/kg BB / jam.
Pemberian per drip didahului dengan pemberian secara bolus apabila
belum diberikan. Dosis drip aminofilin direndahkan pada penderita dengan
penyakit hati, gagal jantung, atau bila penderita menggunakan simetidin,
siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada perokok.
Gejala toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan. Bila terjadi mual,
muntah, atau anoreksia dosis harus diturunkan.
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi intraveni diberikan setiap 2 – 8 jam tergantung
beratnya keadaan serta kecepatan respon. Preparat pilihan adalah
hidrokortison 200 – 400 mg dengan dosis keseluruhan 1 – 4 gr / 24 jam.
Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai alternative adalah
triamsiolon 40 – 80 mg, dexamethason / betamethason 5 – 10 mg. bila
tidak tersedia kortikosteroid intravena dapat diberikan kortikosteroid per
oral yaitu predmison atau predmisolon 30 – 60 mg/ hari.
BAB III
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA
Pengkajian Primer Asma
a. Airway
1. Peningkatan sekresi pernafasan
2. Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
1. Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
2. Menggunakan otot aksesoris pernafasan
3. Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
1. Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
2. Sakit kepala
3. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
4. Papiledema
5. Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri
individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai
kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
11
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan
gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi,
12
Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan
atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang
lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan
otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta
adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama
pernafasan serta frekwensi peranfasan.
Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing
13
4) Sistem pernafasan
a. Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
b. Frekuensi pernapasan meningkat
c. Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d. Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
e. Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f. Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-
otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
5) Sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
b. Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: takhikardi makin
hebat disertai dehidrasi.
c. Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
N DIAGNOSA
KRITERIA INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN
HASIL (NOC)
1 Bersihan jalan nafas tidakSetelah dilakukanNIC :
efektif berhubungantindakan Airway Management
dengan tachipnea,keperawatan selama
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
peningkatan produksi3 x 24 jam, pasienthrust bila perlu
mukus, kekentalanmampu : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
sekresi dan
Respiratory status Identifikasi
: pasien perlunya pemasangan alat jalan
bronchospasme. Ventilation nafas buatan
Respiratory status Pasang
: mayo bila perlu
Airway patency Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Aspiration Control, Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Dengan kriteria
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
hasil : Lakukan suction pada mayo
Mendemonstrasikan Berikan bronkodilator bila perlu
batuk efektif dan
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
suara nafas yang
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
bersih, tidak adakeseimbangan.
15
sianosis dan
Monitor respirasi dan status O2
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah
factor yang dapat
menghambat jalan
nafas
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Status Asmatikus adalah asma yang berat dan peristen yang tidak
merespons terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung 24 jam. Infeksi,
kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer,
dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang
episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap
penisilin (Smeltzer dan Bare 2002).
Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang
terdapat pada asma hebat – pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi,
perbesaran vena leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan
keparahan serangan. Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang
sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.
B. Saran
Saat melaksanakan pengkajian pada klien status asmatikus untuk
mempertahankan keluhan yang dirasakan oleh klien, dan yang paling penting
adalah terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dan
keluarga klien. Dan sebelum membuat perencanaan hendaknya perawat
memperhatikan aspek perawatan yaitu bio, psiko, sosio, dan spiritual.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
23