0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut merupakan identifikasi peraturan perlindungan hukum perempuan dan anak serta penjelasan mengapa perempuan dan anak rentan terhadap kekerasan. Dokumen tersebut menyebutkan berbagai peraturan perlindungan hukum perempuan dan anak serta menjelaskan bahwa budaya patriarki dan kurangnya pemahaman hak-hak membuat perempuan dan anak rentan terhadap kekerasan.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
SASAKI AJINEGARA Tugas Perlindungan Anak dan Wanita kelas C2
Dokumen tersebut merupakan identifikasi peraturan perlindungan hukum perempuan dan anak serta penjelasan mengapa perempuan dan anak rentan terhadap kekerasan. Dokumen tersebut menyebutkan berbagai peraturan perlindungan hukum perempuan dan anak serta menjelaskan bahwa budaya patriarki dan kurangnya pemahaman hak-hak membuat perempuan dan anak rentan terhadap kekerasan.
Dokumen tersebut merupakan identifikasi peraturan perlindungan hukum perempuan dan anak serta penjelasan mengapa perempuan dan anak rentan terhadap kekerasan. Dokumen tersebut menyebutkan berbagai peraturan perlindungan hukum perempuan dan anak serta menjelaskan bahwa budaya patriarki dan kurangnya pemahaman hak-hak membuat perempuan dan anak rentan terhadap kekerasan.
NIM : D1A017291 Kelas : Hukum Perlindungan Anak dan Wanita (C2) Dosen Pengampu : Dr. RR. Cahyowati, SH., MH.
1. Identifikasi peraturan apa saja yang mengatur perlindungan hukum
perempuan dan anak? Jawab: a. Pasal 27 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 b. UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan c. UU No.7 Tahun 1984 tentang Pengahapusan Diskriminasi Perempuan dalam Segala Bentuk (Konvensi CEDAW) d. UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia e. UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga f. UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia g. UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Orang h. UU No.2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 2008 tentang Partai Politik i. UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum j. UU No. 10 Tahun 2012 tentang Konvensi Anak k. UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak l. UU No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak m. UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilu n. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. o. Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender (PUG) p. Kerpres No. 181 Tahun 1998 tentang Pembentukan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan yang diubah dengan Perpres Nomor 65 Tahun 2005 q. Permen PPPA Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pedoman Perlindungan Anak dari Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme. 2. Identifikasi mengapa perempuan mereka rentan atau rawan terhadap masalah kekerasan (seksual, diskriminasi, human trafficking, konflik sosial, perang, bencana alam, dan lain-lain)? Jawab: Kekerasan diartikan sebagai violence. Violence adalah tindakan yang membawa kekuatan untuk melakukan paksaan atau tekanan fisik maupun non fisik. Pengertian sempit, kekerasan adalah penyerangan fisik terhadap seseorang atau serangan penghancuran perasaan yang sangat keras, kejam dan ganas.
Kekerasan sering terjadi terhadap anak dan perempuan rentan. Disebut
rentan karena kedudukan anak dan perempuan yang kurang menguntungkan. Anak dan perempuan rentan (children and women at risk) merupakan anak dan perempuan yang mempunyai resiko besar mengalami gangguan atau masalah dalam perkembangannya, baik secara psikologis (mental), sosial maupun fisik. Anak dan perempuan rawan dipengaruhi oleh kondisi internal maupun kondisi eksternalnya, diantaranya ialah anak dan perempuan yang “economically disadvantaged” (anak dan perempuan dari keluarga miskin); culturally disadvantaged (anak dan perempuan dari daerah terpencil); study disadvantaged (anak dan perempuan dari pendidikan kurang) cacat, yang berasal dari keluarga broken home (keluarga retak).
Lebih lanjut budaya patriarki yang masih merajalela ditengah masyarakat
juga menyebabkan wanita dan anak rentan terhadap kekerasan. Budaya patriarki merupakan istilah dimana pria lebih berkuasa daripada wanita. Selain budaya yang terjadi dalam masyarakat, kekerasan terjadi karena masih banyak wanita yang percaya kalau semua pria memiliki sifat perlindungan dan kasih sayang. Dan bila terjadi kekerasan dalam hubungan pacaran, wanita sering berharap kalau setelah menikah pasangannya akan berubah.
Padahal semakin seorang wanita pasrah mendapatkan perlakuan tidak
menyenangkan dari kekasihnya, semakin berkuasalah pasangannya itu. Maka jika saat pacaran sudah menjadi korban kekerasan dan tetap bertahan karena berbagai alasan, lama kelamaan perempuan menjadi tak berdaya.
Maka disini wanita dan anak perlu untuk diberikan brainstorming to
upgrade mindset about has rights at social circles. Jadi wanita dan anak perlu untuk diberikan suatu wawasan mengenai hak-hak seorang wanita dan anak di lingkungan sosial tempat tinggalnya