Praktikum Pneumatik
Praktikum Pneumatik
LAPORAN
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pneumatic hidrolik yang dibimbing oleh Gumono,
ST., MMT pada semester ganjil 2015
Oleh :
David Subangkit
NIM : 1441220066 – 2C
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Rangkaian Pneumatic” dengan tepat waktu.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi. Dengan demikian kritik dan saran yang membangun
senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan tugas berikutnya.
Penulis mengharapkan laporan ini berguna bagi Pembaca pada umumnya serta bagi
penulis sendiri khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui SAC & DAC secara langsung maupun tidak
langsung
Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja SAC & DAC secara langsung maupun
tidak langsung
Mahasiswa dapat menggambar rangkain SAC & DAC secara langsung maupun
tidak langsung
Mahasiswa dapat merangkai alat alat pneumatik yang sudah dijelaskan
Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing komponen peralatan pneumatik
yang digunakan dalam praktikum.
Mampu memahami prinsip kerja dari rangkaian alat ladel penuang, pembuka dan
penutup jendela dan mesin penanda mistar sorong.
Mahasiswa mampu membuat dan memahami Displacement Step Diagram, Notasi,
penyelesaian rangkaian dengan menggunakan metode intuisife, cascade dan step
counter dari suatu rangkaian Pneumatik.
BAB II
TEORI DASAR
Sistem pneumatik
A. Pengertian Pneumatik
Istilah pneumatik berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘pneuma’ yang berarti napas
atau udara. Istilah pneumatik selalu berhubungan dengan teknik penggunaan udara
bertekanan, baik tekanan di atas 1 atmosfer maupun tekanan di bawah 1 atmosfer
(vacum). Sehingga pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara
bertekanan (udara kempa). Jaman dahulu kebanyakan orang sering menggunakan udara
bertekanan untuk berbagai keperluan yang masih terbatas, antara lain menambah tekanan
udara ban mobil/motor, melepaskan ban mobil dari peleknya, membersihkan kotoran, dan
sejenisnya. Sekarang, sistem pneumatik memiliki apliaksi yang luas karena udara
pneumatik bersih dan mudah didapat. Banyak industri yang menggunakan sistem
pneumatik dalam proses produksi seperti industri makanan, industri obat-obatan, industri
pengepakan barang maupun industri yang lain. Belajar pneumatik sangat bermanfaat
mengingat hampir semua industri sekarang memanfaatkan sistem pneumatik.
D. Efektifitas Pneumatik
Sistim gerak dalam pneumatik memiliki optimalisasi/efektifitas bila digunakan
pada batas-batas tertentu. Adapun batas-batas ukuran yang dapat menimbulkan
optimalisasi penggunaan pneumatik antara lain: diameter piston antara 6 s/d 320 mm,
anjang langkah 1 s/d 2.000 mm, tenaga yang diperlukan 2 s/d 15 bar, untuk keperluan
pendidikan biasanya berkisar antara 4 sampai dengan 8 bar, dapat juga bekerja pada
tekanan udara di bawah 1 atmosfer (vacuum), misalnya untuk keperluan mengangkat
plat baja dan sejenisnya melalui katup karet hisap flexibel
Pneumatik
Gambar. Kompressor
Piston kompressor
Diaphragma kompressor
Pipa Distributor
Fungsi :
1). Mendistribusikan udara.
2). Menjaga air tidak masuk keperalatan.
Peralatan pneumatik
Searah
Actuator – actuator gerak rotasi = motor
Bolak balik
Simbol – simbol
Bagian supply
kompressor
adalah mesin untuk memampatkan udara tekan atau gas kompressor udara biasanya
menghisap udara dari atmosfir namun ada yang menghisap udara atau udara gas yang
bertekanan tinggi hal ini kompressor sebagai BOOSTER sebaliknya ada pula
kompressor yang menghiasp gas yang bertekanan rendah daripada tekanan atmosfir
kompressor ini disebut POMPA VACUM
bagian penggerak
Single Acting Cylinder ( SAC )
N
Dengan P = Tekanan ( ¿
m2
A = Luasan ( m 2 ¿
N
K = Koerfisien pegas ( ¿
M
X = Deflesi ( mm)
Double Acting Cylinder ( DAC )
Gerakan = gerak maju dan mundurnya
oleh udara tekan
Lmax = 2000 mm
Gaya maju = (N)
Fmaju = Pmaju . Amaju
Gaya mundur =
Fmundur = Pmundur . Amundur (N)
N
Dengan P = Tekanan ( ¿
m2
A = Luasan ( m 2 ¿
Penutup aliran
T
Posisi switch :
1 0 B A C
A B
P R
Contoh :
A
Shuttle valve
A
X Y
MEKANIS
Dengan penggerak tangan ( manual ) / manual control
GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
General
Tangkai (Lever )
Pedal
Pegas (Spring)
Roller Lever
P R
3
Way valve normally closed push bottom, spring return
2
Working Elemen
1.1 A B
Output Elemen
( Contoh Elemen )
P R
1.2 A 1.3 A
P R P R Input Elemen
( Signal Elemen )
Pressure Eemen
0.1 A
0.2 P
Working Elemen
Untuk mengubah udara tekan menjadi gerak translasi atau gerak rotasi
Control Elemen
Mengatur pengoperasian dari elemen kerja dan buang atau mengatur jarak kerja
Signal Elemen
Memberikan perintah ke kontrol limit untuk mengatur elemen kerja dan mengubah
posisi switch contoh
Pressure Elemen
Untuk memberikan udara tekan pada signal maupun contoh elemen
Methode penyelesaian
1. methode intuitif
2. methode cascade
3. methode step counter
4. methode shift resister
5. methode logic
6. methode electric
7. methode PLC
1. Methode Intuitif
methode ini adalah cara yang paling sederhana. Tetapi hanya gerakaan sederhana
yang bisa memakai methode ini. Methode intuitif yaitu memecahkan persoalan
dengan cara coba-coba dimana urutan kerja silinder dibagi dalam kronologisnya
dengan kata lain agar tidak panjang lebar dalam menuliskan tata kerja maka dibuat
tabular dari langkah-langkah kerja silinder
Gerakan silinder
2. methode cascade
yaitu memecahkan masalah/persoalan dengan aturan sbb:
A+ B+ | B- A-
b) memberi masing-masing kelompok
contoh:
A+ B+ | B- A-
I | II
3. Masing-masing kelompok diberi jalan pembekalan ( supply link )
4. Jumlah katup yang membalik sama dengan jumlah kelompok dikurangi
satu K p= n
5. Batas peralihan ditulis dengan notasi singkat
6. Jika mengubah kelompok, batas peralihan harus ditarik dibawah supply link
7. Jika dalam bata peralihan ditarik
8. Transposisi kedalam kelompok sirkuit
9. Contoh:
A+ B+ | B- A+
I | II
Jadi terdapat 2 kelompok oleh sebab itu harus ada 2 jalan dan 1 katup yang
membalik
Pembagian daerah
4
Katup yang berfungsi sebagai pembalik ( pemindah ) daerah adalah katup way
2
valve
Contoh :
2 saluran
S1
S2
A B
Z Y
S P R S
A A
P R P R
( 2-1 )
( 1-2 )
3 Saluran
S1
S2
S3
A B
Z Y
S A P R
P R
A B
( 2-3 )
Z Y
S
A
S A P R
P R
P R
( 3-1 )
( 1-2 )
4 Saluran
A B
Z Y
S A P R
P R
A B
( 3-4 )
Z Y
S A P R
P R
( 2-3 ) A B
Z Y
P R S
S A A
P R P R
( 4-1 )
( 1-2 )
Contoh:
Rangkaian pneumatik
SILINDER A SILINDER B
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1
1.1 2.1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R
NOTASI:
4 5
A
1 Z Y
P R
A
X Y
2
1) Prepartion signal from previous module
2) Feed back signal from previous step
3) Switching signal to power valve
4) Reset signal to previous module
5) Prepartion signal to next module
6) Reset signal from next module
Switching
Reset Prepare
A
Z Y
Prepare Reset
P R
A
X Y
Conferm
A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R
A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y
A
START
P R
Contoh displacement step diagram
B0 B1
A0 A1
A B
A B
Z Y
Z Y
P R
P R
A
A A A
P R
P R P R P R
A A
A A
X Y X Y
X Y X Y
A A A
A
B0 B1 A0
A1
P R P R P R
P R
A
P R
Fth = A . P (N)
Dengan
Dalam kenyataan gaya efektif piston tidak demikian kita harus memperhitungkan tahanan
gesek ( untuk SAC ditambah gaya balik pegas ) pada tekanan operasi normal ( 400 – 800 Kpa
atau 4 – 8 bar, gaya gesek diambil berkisar antara 3% : 20% dari gaya teoritis
Langkah mundur
(N)
Fn mundur = Amundur . Pmundur – Fr mundur
Dengan
Fn = gaya efektif
Fn maju = luasan penampang piston
Fn mundur = luasan penampang piston rod
Fr = gaya gesek
Fp = gaya pegas ( N )
Contoh
Diketahui = Tekanan operasional = 6 bar
= Diameter piston ( D ) = 50mm
= Diameter piston rod ( d ) = 12mm
= Gaya gesek = 10% x gaya teoritis
Hitung berapa besar gaya efektif maju dan mundur
Konsumsi udara
Untuk mengetahui besar konsumsi udara dari sistem harus
Diketahui = Tekanan operasi
= Diameter piston dll
Rumus digunakan untuk menghitung konsumsi udara
SAC
π 2 ( L/menit )
V=S.n 4
D x perbandingan kompresi
DAC
π 2 π
V=n[S. 4
D +S. 4 ( D - d ) ] x perbandingan kompressi
2 2
( L/menit )
Dengan
V = konsumsi udara ( L/menit )
S = panjang langkah ( cm, mm )
n = jumlah langkah ( langkah/menit )
A B
Z Y
P R
A0 A1
Gaya teoritis
Fmaju
A B Fth maju = Amaju x Pmaju
π 2
Z Y = D x Pmaju
4
π
P R = ( 502 ) x 6.10−1
4
= 1178,57 ( N )
= 1178,57 ( N ) – 117,857 ( N )
= 1060,713 ( N )
Fth mundur
Fth mundur = Amundur x Pmundur
π
= ( D2 – d 2 ) x Pmundur
4
π
= ( 502 - 122 ) x 6.10−1
4
= 1110,68 ( N )
BAB III
PEMBAHASAN
P R
a. Direct DAC
Prinsip kerja: silinder kerja dapat bergerk maju jika push button yang digunakan
untuk mengontrol gerekan maju ditekan, begitu pula untuk gerakan mundur.
R R
P R P R
1.1 A
P R
1.2 A
P R
0.1 0.2
b. Indirect DAC
Prinsip kerja : saat push button untuk kontrol maju ditekan maka akan membuka
katup 4/2 sehingga silinder kerja akan bergerak maju, begitu pula gerakan
1.0
1.1 A B
P R
1.2 R 1.3 R
P R P R
0.1 0.2
1. 1.1 Redaksional
3
Batang torak dari SAC bergerak maju bila katup tombol tekan beropersi dn
2
kembali bergerak cepat.
1.2 Rangkaian Pneumatik
A
P
3
A
P R
2 A Quick Exhaust 1
P
Valve
3
3 R 3 1
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
4 Air Servis 1
Unit
2 2.1 Redaksional
Gerak maju dari SAC ( Single Acting Cylinder ) dilakukan dengan cara menekan
3
katup tombol tekan dari dua arah yang bergantian kemudian kembalinya bergerak
2
cepat
2.2 Rangkaian Pneumatik
A
P
3
A
P Y
A A
P R P R
2 A Quick Exhaust 1
P
Valve
3
3 1
2
1 1 Shuttle Valve
4 R 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
6. Selang
7. --- T Join
2.4 Rangkaian Praktikum
3 3.1 Redaksional
Piston rod dari Single Acting Cylinder ( SAC ) dapat bergerak maju secar pelan-pelan
3
apabila katup push bottom beropersi secara persamaan
2
3.2 Rangkaian Pneumatik
A
P
A
P Y
Katup A A
Katup
A B
P R P R
2 One Way 1
Control valve
3 1
A
Two Pressure
P Y
Valve
4 R 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
6. Selang
7. --- T Join
3
perlahan bila kedua katup push bottom A dan B ditekan bersamaan. Begitu juga
2
3
bila push bottom C ditekan piston rod bergerak maju perlahan-lahan.
2
A
P Y
A
P Y
Katup Katup Katup
A B C
A A A
P R P R P R
2
1 1 Shuttle Valve
4 1
A
Two Pressure
P Y
Valve
5 R 3 2
Way Valve
2
With Push Bottom
P R
Controlled And
Spring Return
12
7 Selang
8 --- T Join
4.4 Rangkaian Pneumatik
TUGAS II
1. Distribusi Bola
1.1 Redaksional
Bola – bola dari lubang gravity feed magazine harus didistribusikan ke lubang bisa
ditur pelan-pelan. Signal untuk menggunakan piston diberikan oleh salah satu dari dua
3
push bottom . Langkah /mundur setelah piston menjatuhkan bila ke lubang I dan
2
luabang II gerakan piston dihasilkan selama masih ada dalam magazine
Gambar.Ilustrasi
A A
P P
1.1 A B
P R
A
X Y
2 One Way 2
Control valve
P A
3 A B 4 1
way valve
2
P R
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 R 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled
And Spring
Return
6 A
3 1
Way Valve
2
With
P R Roller
Controled And
Spring Return
7 Air Servis 1
Unit
14
8 Selang
9 --- T Join
10 Compressor 1
11 Distamce rules 2
3
menginjak pedal (penurunan secara perlahan-lahan). Sedangkan, gerakan
2
mengangkatnya kembali dengan cara otomatis dengan pelan-pelan
Gambar 1. Ilustrasi gambar
2.2 Gambar Rangkaian Pneumatik
1.0 A0
A A
P P
1.1 A B
P R
A
X Y
1 Double Acting 1
Cylinder
P A
valve
3 A B 4 1
way valve
2
P R
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 R 3 2
Way Valve
2
P R With Push
Bottom
Controlled And
Spring Return
6 A 3 1
Way Valve
2
With
P R Roller Controled
And Spring
Return
7 Air Servis Unit 1
14
8 Selang
9 --- T Join 2
10 Compressor 1
A B
P R
A
A X Y
X Y
A A A A
P R P R P R P R
2 One Way 2
P A
Control Valve
3 A B 4 1
Way Valve
2
P R
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 A 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
8 Selang 14
2
9 --- T Join
10 Compressor 1
RANGKAIAN PRAKTIKUM
4 Penandaan pada Mistar Sorong
4.1 Redaksional
Dengan bantuan DAC (Double Acting Cylinder) dapat dibuat skala pada mistar
sorong. Signal gerakan maju pada silinder hanya mungkin ketika benda kerja
sudah ada pada posisinya. Signal gerakan maju dapat dilayani dengan menekan
3
salah satu dari dua pushbutton , Gerakan kembali secara otomatis jika
2
penekanan maksimal dari piston telah tercapai (sensor berupa katup yang memberi
informasi sehingga silinder maju).
A B
P R
A
X Y
A
X Y
A A A A
A1
P R P R P R P R
P A
Valve
3 A B 4 1
Way Valve
2
P R
4 1
A
Two Pressure
P Y
Valve
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 R 3 2
Way Valve With
2
Push Bottom
P R
Controlled And
Spring Return
6 A
3 1
Way Valve With
2
Roller Controled
P R And Spring Return
14
8 Selang
2
9 --- T Join
10 Compressor 1
5 Pembuka/Penutup Pintu
5.1 Redaksional
3
Dengang menekan tombol tekan dari atau dalam ruangan, maka pintu aka.
2
Dengan menekan push bottom dari luar/dalam maka pintu akan
terbuka/tertutup
1.0 2.0
1.1 A B 2.1 A B
P R P B
A A
X Y X Y
A Close Dalam 1.3 A Open Dalam 2.2 A Close Luar 2.3 A Open Luar
P R P R P R P R
4 1
A
Shuttle
X Y
Valve
5 R 3 2
Way
2
Valve With
P R
Push
Bottom
Controlled
And Spring
Return
7 Air Servis 1
Unit
14
8 Selang
9 --- T Join 2
10 Compressor 1
1.1 2.1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R
B0 B1 A1
A0
P R P R P R
P R
1.4 A
P R
0.1 0.2
4. methode cascade
2.1 Redaksional
yaitu memecahkan masalah/persoalan dengan aturan sbb:
A+ B+ | B- A-
d) memberi masing-masing kelompok
contoh:
A+ B+ | B- A-
I | II
12. Masing-masing kelompok diberi jalan pembekalan ( supply link )
13. Jumlah katup yang membalik sama dengan jumlah kelompok dikurangi
satu K p= n
14. Batas peralihan ditulis dengan notasi singkat
15. Jika mengubah kelompok, batas peralihan harus ditarik dibawah supply link
16. Jika dalam bata peralihan ditarik
17. Transposisi kedalam kelompok sirkuit
18. Contoh:
A+ B+ | B- A+
I | II
Jadi terdapat 2 kelompok oleh sebab itu harus ada 2 jalan dan 1 katup yang
membalik
Pembagian daerah
4
Katup yang berfungsi sebagai pembalik ( pemindah ) daerah adalah katup way
2
valve
Contoh :
2 saluran
S1
S2
A B
Z Y
S P R S
A A
P R P R
( 2-1 )
( 1-2 )
3 Saluran
S1
S2
S3
A B
Z Y
S A P R
P R
A B
( 2-3 )
Z Y
S
S P R A
A
P R
P R
( 3-1 )
( 1-2 )
4 Saluran
A B
Z Y
S A P R
P R
A B
( 3-4 )
Z Y
S A P R
P R
( 2-3 ) A B
Z Y
P R S
S A A
P R P R
( 4-1 )
( 1-2 )
Contoh:
SILINDER A SILINDER B
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1
1.1 2.1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R
NOTASI:
4.2 Displacement step diagram
4.3 rangkaian pneumatik
4.3.1 TUGAS INDIVIDU
DRILLING AND REAMING 4 SILINDER 3 SALURAN
Silinder A 1.2 2.2 Silinder B 3.2 2.3 Silinder C 1.3 4.2 Silinder D 3.3 4.3
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1 3.0 C0 C1 4.0 D0 D1
A 1.3 2.2 A
A 3.2 A 3.3 4.2 A
C0 A1 B0 D0 C1
P R P R P R P R P R
Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3
A B
4.3 Z Y
A
D1 (2-3) P R
P R
A B
Z Y
2.3 2
A 1.2
B1 (1-2) P R (3-1) A0
P R 0.1
P R
Start
P R
2.3.2 TUGAS REMIDI 3 SILINDER 4 SALURAN
SILINDER A SILINDER B SILINDER C
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1 3.0 C0 C1
A A A A
X Y X Y X Y X Y
1.2
A
A
A0
B1
P R
P R
SALURAN 1
SALURAN 2
SALURAN 3
SALURAN 4
A B
Z Y
A
X Y
(3-4) P R
A B
1.3 Z Y
A
(2-3) P B
A
C1 A B C0
P R
Z Y P
A
R
A
X Y
(1-2) P R (4-1)
B0
P R
A
A
A1
P R
P R
5. Methode step counter
Pneumatic step counter circuit design
4 5
A
1 Z Y
P R
A
X Y
Switching
Reset Prepare
A
Z Y
Prepare Reset
P R
A
X Y
Conferm
Step counter for five squance steps
A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R
A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y
A
START
P R
B0 B1
A0 A1
A B
A B
Z Y
Z Y
P R
P R
A
A A A
P R
P R P R P R
A A
A A
X Y X Y
X Y X Y
A A A
A
B0 B1 A0
A1
P R P R P R
P R
A
P R
2.2 Rangkaian Pneumatik
2.2.1 Methode Step Counter Drilling And Reaming
A+ A B A- B+ A B B- C+ A B C- D+ A B D-
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R
P R
A
A A A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y
P R
P R P R P R P R P R P R P R
A
X Y
A A A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y
A A A A A A A
A
A1 B1 B0 C1 D1 D0 C0
A0
P R P R P R P R P R P R P R
P R
A
START
P R
A B A B A B
Z Y Z Y Z Y
A P R P R P R
A A A
X Y
X Y X Y X Y
A A A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R P R P R
A A A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y
B0
P R A A A A A A
X Y X Y
A B1 A1 A0 C1
P R P R P R P R
C0
P R
START
P R