Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
HANA MARSHADITA YOWANDA SARI
NIM: P27820720093
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................ii-iii
BAB I PENDAHULUAN
3.2.1. Nyeri…………………............................................………10-13
ii
BAB IV PROSEDUR PENATALAKSANAAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................37
B. Saran................................................................................................38
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul“ KONSEP, ASKEP,
DAN PROSEDUR PENATALAKSANAAN TINDAKAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN ”.Pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah membimbing saya dalam proses penyusunan makalah ini.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
dan nyaman.
1
Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman kepada
pasien secara rinci.
Untuk mengetahui askep pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman.
Untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan tindakan pemenuhan
kebutuhan aman dan nyaman.
1.4. Manfaat
2
BAB II
KONSEP TEORI
3
perawatan kesehatan dan publik untuk mempromosikan keselamatan pasien.
Misalnya, NQF yang menerbitkan "Praktik Aman untuk Perawatan Kesehatan
yang Lebih Baik — Pembaruan 2011," yang mencakup 29 praktik aman dan 12
praktik aman baru yang diusulkan yang telah terbukti efektif dalam mengurangi
terjadinya kejadian buruk Organisasi perawatan kesehatan memupuk budaya
keselamatan yang berpusat pada pasien dengan terus berfokus pada upaya
peningkatan kinerja dan temuan manajemen risiko dan laporan keselamatan,
menyediakan teknologi yang andal saat ini; mengintegrasikan praktik berbasis
bukti (EBP) ke dalam prosedur, merancang lingkungan dan suasana kerja yang
aman, dan memberikan kesempatan pendidikan staf yang memadai sebagai bagian
dari tim perawatan kesehatan. Seorang perawat bertanggung jawab untuk terlibat
dalam aktivitas yang mendukung budaya keselamatan yang berpusat pada pasien.
Berpusat pada pasien didefinisikan oleh Quality and Safety Education for Nurses
(QSEN) sebagai pengakuan pasien sebagai sumber kontrol dan mitra penuh dalam
memberikan perawatan yang penuh kasih dan terkoordinasi berdasarkan
penghormatan terhadap preferensi, nilai, dan kebutuhan pasien. Ada penekanan
pada peningkatan pendidikan perawat mahasiswa sehingga mereka menjadi lebih
kompeten dalam mempromosikan praktik perawatan kesehatan yang aman.
Proyek QSEN dikembangkan untuk memenuhi tantangan dalam mempersiapkan
perawat masa depan yang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
(KSA) yang diperlukan untuk terus meningkatkan kualitas dan keamanan sistem
perawatan kesehatan tempat mereka bekerja.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan
kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan dimana telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan telah memberikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman
bebas dari rasa nyeri, dan hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri
dan hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
4
pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien. Sifat
nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu.
5
tenaga kesehatan lain mungkin perlu melindungi klien dari kemungkinan jatuh
dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. (Potter&Perry, 2005).
b. Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami
apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesional
pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus mengetahuai apa yang diharapkan
dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam
lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis
pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal. (Potter&Perry,2005).
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan
keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi
perawatan kesehatan. Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih renta
untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosinya, sehingga intervensi yang
dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi mereka dari bahaya.
(Potter&Perry, 2005).
Lingkup Kebutuhan Keamanan atau keselamatan
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien.
Kebutuhan Fisiologi
Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat
dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh.
Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak dapat berpengaruh
terhadap kebutuhan lainnya. Kebutuhan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang
mengancam tubuh dan kehidupan seseorang misalnya; dapat menimbulkan
penyakit, nyeri, cemas, depresi, dan sebaginya. Kebutuhan Fisiologi terdiri dari :
1. Oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia
demi kelangsungan hidup.
2. Cairan tubuh manusia sebanyak 50-60 (. Oleh karena itu tubuh
membutuhkan keseimbangan antara pemasukkan dan pengeluaran
cairan.
3. Nutrisi merupakan kebutuhan esensial pada tubuh manusia yang
6
apabila tidak mendapat pasukan makanan dalam waktu cukup lama
akan mengalami kerusakkan pada sel dan jaringan tubuh yang
berakibat fatal bagi fungsi tubuh itu sendiri.
4. Temperatur berfungsi secara optimal bila suhu jika tubuh berada diluar
rentang itu maka dapat menimbulkan kerusakkan bagi sel tubuh.
5. Eliminasi merupakan suatu proses untuk mengeluarkan sampah
metabolisme ke luar tubuh melalui paru-paru, ginjal, kulit, dan
pencernaan.
6. Istirahat atau tidur dibutuhkan oleh manusia untuk memberikan
kesempatan bagi tubuh untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang
terganggung atau rusak.
7. Hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan
berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami,
tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami
orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu
kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman.
pedoman keselamatan khusus yang berpusat pada pasien:
1. Ketika pengekangan diperlukan, klarifikasi artinya kepada pasien dan
keluarganya. Misalnya, beberapa keluarga Asia memandang pengekangan
terhadap orang dewasa yang lebih tua sebagai tindakan yang tidak sopan.
Demikian pula, beberapa penyintas perang atau penganiayaan memandang
pengekangan sebagai pemenjaraan atau hukuman.
2. Bekerja sama dengan anggota keluarga dalam mengakomodasi perspektif
budaya pasien tentang pengekangan. Melepas pengekang saat anggota
keluarga hadir menunjukkan rasa hormat dan perhatian terhadap pasien.
3. Pahami protokol pengekangan badan. Identifikasi area potensial untuk
bernegosiasi dengan preferensi pasien dan keluarga seperti menggunakan
jaket versus pengekangan lengan.
4. Jika tindakan pencegahan kejang diperlukan, jelaskan dan tunjukkan
rejimen terapeutik kepada pasien / keluarga. Beberapa budaya mengamati
praktik perawatan yang berbeda untuk orang yang mengalami kejang.
7
Panduan Keamanan
1. Identifikasi pasien yang akurat sangat penting untuk keselamatan sebelum
prosedur apa pun.
2. Keamanan dimulai dari lingkungan terdekat pasien. Sistem kontrol lampu
panggilan atau tempat tidur memungkinkan pasien menyesuaikan posisi
tempat tidur dan pemberi sinyal. Jelaskan kepada pasien dan anggota
keluarga yang berkunjung bagaimana mengoperasikan sistem panggilan
dengan benar.
3. Selalu waspada terhadap kondisi di dalam lingkungan pasien yang
menimbulkan risiko cedera pasien (misalnya: bahaya di sepanjang jalur
berjalan kaki, cairan tumpah di lantai, peralatan yang tidak berfungsi dengan
baik) .
4. Komunikasikan rencana perawatan dengan jelas kepada penyedia layanan
kesehatan lainnya, termasuk prosedur yang akan dilakukan, prosedur
diselesaikan, dan respons pasien. Komunikasikan hasil tes penting kepada
staf yang tepat secara tepat waktu.
2. Kebutuhan Rasa Nyaman
Ketentraman
Ketentraman yaitu suatu keadaan yang aman dan teratur yang tidak
menimbulkan kekacauan yang membuat hati dan pikiran tenang.
Contoh : Mendapatkan nilai yang baik pada saat ujian.
Kelegaan
Lega atau rileks yaitu suatu kadaan yang membuat seseorang merasa
senang tidak gelisah (khawatir) karena kebutuhan telah terpenuhi.
Contoh : Merasa senang ketika menyelesaikan tugas kuliah dengan baik
dan benar.
8
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
9
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Askep Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri dan
Luka)
3.2.1. Nyeri
A. DEFINISI NYERI.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Berikut adalah
pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang
tersebut pernah mengalaminya.
10
2. Wolf Weifsel Feurst (1974), nyeri merupakan suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bias menimbulkan ketegangan.
3. Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
B. FISIOLOGI NYERI.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor , secara anatomis
reseptor nyeri (nociceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin
dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nociceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul
juga memiliki sensasi yang berbeda. Nociceptor kutaneus berasal dari kulit dan
sub kutan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu
reseptor A delta dan serabut C.
1. Reseptor A Delta
a. Merupakan serabut bermyelin
b. Mengirimkan pesan secara cepat
c. Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya
d. Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti,
otot tendon, dll.
e. Biasanya sering ada pada injury akut.
f. Diameternya besar.
2. Serabut C
a. Tidak bermyelin.
b. Diameternya sangat kecil.
c. Lambat dalam menghantarkan impuls.
d. Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten.
e. Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan
11
halus.
f. Reseptor terletak distruktur permukaan.
C. KLASIFIKASI NYERI.
1. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus / superficial,
Yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning
(seperti terbakar). Contoh: terkena ujung pisau atau gunting.
b. Deep somatic / nyeri dalam,
Yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri
menyebar & lbh lama daripada cutaneus. Contoh: sprain sendi.
c. Visceral (pada organ dalam),
Stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya
terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.
2. Berdasarkan penyebab
a. Fisik.
Bisa terjadi karena stimulus fisik. Contoh: fraktur femur.
b. Psycogenic.
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi
atau psikis dan biasanya tidak disadari. Contoh: orang yang marah-marah, tiba-
tiba merasa nyeri pada dadanya.
3. Berdasarkan lama / durasinya.
a. Nyeri akut.
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang
tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.
b. Nyeri kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam
waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
12
D. STIMULUS NYERI.
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat
mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold).
Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan
jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
2). Lembaga pelayanan kesehatan Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien
di dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah terjadi kecelakaan yang
disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur, dan kecelakaan yang
menyebabkan penggunaan alat.
b. Kenyaman
13
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat
subyektif dan hanya yang menerimanya yang dapat menjelaskannya. Tanda-tanda
yang menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri:
1). Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang memberikan
rasa nyaman
2). Ekspresi umum
Tampak meringis, merintih
Cemas, wajah pucat
Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
Keluar keringat dingin
Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam
posisi menggenggam
Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
3). Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
Lokasi nyeri
Waktu timbulnya nyeri
Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
Karakteristik nyeri
Faktor pencetus timbulnya nyeri
Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
c. Komponen-komponen Pemeriksaan Nyeri menurut identifikasi
Donovan dan Girton (1984)
1. Penentuan ada tidaknya nyeri.
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat
tidak menemukan adanya cedera.
a. Karakteristik nyeri
1). Faktor Pencetus (P: Provocate),
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-
bagian tubuh yang mengalami cedera.
14
2). Kualitas (Q: Quality),
Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien. Misal kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut,
berpindah-
pindah, seperti tertindih, perih, dan tertusuk.
3). Lokasi (R: Region),
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman
oleh klien.
4). Keparahan (S: Severe),
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri
sedang atau berat.
Gambar Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10)
15
visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif
karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian
daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire,
1984).
Gambar Skala Deskriptif Verbal
16
sebelah kanan yang digunakan pada anak-anak yang lebih kecil.
Gambar Skala Nyeri Wajah yang Dikembangkan Wong dan Baker
17
· Nafas cepat dan irregular.
· Nausea dan vomitus.
· Kelelahan dan keletihan.
2. Respon Perilaku.
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain:
merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang
sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan
alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.
3. Respon Afektif.
Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian
terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
4. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.
Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan sehari-
hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam
program aktivitas pasien. Perubahan-perubahan yang dikaji: perubaha pola tidur,
pengaruh nyeri pada aktivitas, serta perubahan pola interaksi pada orang lain.
5. Persepsi Klien Tentang Nyeri.
Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan proses
penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.
6. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri.
Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk
menurunkan nyeri yang ia alami.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a). Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma.
b). Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat.
c). Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional.
d). Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e). Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif, tidak
cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen.
f). Resiko Trauma berhubungan dengan faktor resiko eksternal yang berasal
dari lingkungan sekitar dan internal yang berasal dari diri sendiri
18
g). Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik
patologi intracranial dan ketidaksadaran
3. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
Jaringan.
Definisi : Suatu perasaan yang tidak menyenangkan atau disebabkan oleh
stimulus spesifik seperti mekanik atau elektrik pada ujung syaraf.
Tujuan : Penurunan tingkat nyeri
Perubahan dalam rasa nyaman.
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga.
Rasional : Agar pasien dan keluarganya lebih kooperatif dalam tindakan
Keperawatan.
2. Kaji tingkat nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri.
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
Rasional : Untuk memberikan ketenangan kepada pasien.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan analgesik.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
4. IMPLEMENTASI
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan :
melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini
perawat siap melaksanakan intervensi dan aktivitas yang dicatat dalam rencana
tindakan keperawatan. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas keperawatan
klien, kemudian bila perawatan tekah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini
kepada penyediaan perawatan lainnya. Kemudian dengan menggunakan data
dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.
19
5. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya :
1. Hilangnya perasaan nyeri
2. Menurunnya intensitas nyeri
3. Adanya respon fisiologis yang baik
4. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
3.2.3. Luka
A. DEFINISI LUKA
Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain (Menurut Kozier, 1995). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (Menurut R. Sjamsu
Hidayat, 1997). Luka adalah cidera fisik yang merusak kulit, biasanya disebabkan
20
oleh suatu tindakan yang disengaja atau kecelakaan atau penyakit. (Menurut
Mosby’s: Medical, Nursing & Allied Health Dictionary Fifth Edition ). Menurut
Koiner dan Taylan luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari
kulit dan jaringan di bawahnya. Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau
disengaja, luka dapat tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial
atau dalam.
Sedangkan Walff dkk mengatakan dengan istilah cidera atau trauma. Cidera pada
jaringan dapat terjadi karena bermacam-macam sebab seperti tekanan pada tubuh,
kekerasan, suhu yang ekstrim (terlalu panas atau dingin), atau zat kimia. Luka
mungkin terbuka atau tertutup dan terjadi karena disengaja ataupun tidak
disengaja. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
2. Respon stres simpatis.
3. Perdarahan dan pembekuan darah.
4. Kontaminasi bakteri.
5. Kematian sel.
B. KLASIFIKASI LUKA
1. Menurut status susunan kulit
• Superficial : luka hanya mengenai epidermis karena gesekan pada
permukaan kulit yang mengakibatkan aliran darah terganggu
• Luka tembus : Mengenai dermis, epidermis jaringan yang lebih dalam atau
organ, benda asing dapat masuk ke dalam organ
• Luka operasi : luka yang terjadi akibat bocornya suatu organ yang
mengakibatkan gangguan sekunder
2. Menurut kemungkinan derajat kontaminasi
• Luka bersih : tidak ditemukan organisme pathogen , misalnya insis luka
operasitanpa traktus
• Luka bersih terkontaminasi : luka dibuat dalam keadaan tidak aseptik, tetapi
mengenai bagian tubuh yang secara normal mengandung mikro organisme
( luka pembedahan )
• Luka terkontaminasi / terinfeksi : di temukan kira –kira 100.000; mikro
organisme yang sama pada jaringan dan terpapar tanda – tanda infeksi
21
3. Menurut penyebabnya luka dibagi menjadi :
• Mekanik ( tajam, tumpul, ledakan/tembak )
a. Vulnus Scissum (luka sayat) : pinggirnya rapi karena tersayat benda tajam
b. Vulnus Contusum (luka memar) : cidera pada jaringan di bawah kulit
karena terbentur benda tumpul
c. Vulnus Laceratum (luka robek) : jaringan yang rusak dengan luka
terkoyak misalnya tergilas mesin
d. Vulnus Punctum (luka tusuk) : luka yang di bagian luarnya (mulut luka)
kecil tetapi bagian dalamnya dapat melukai organ lain, dikarenakan benda
runcing.
e. Vulnus Seloferadum (luka tembak) : daerah pinggir luka tampak
kehitaman, karena tembakan peluru
f. Vulnus Morcum (luka gigitan) : luka dengan bentuk contur gigi
tergantung dari gigi
g. Vulnus Abracio (luka terkikis) : luka yang menghilangkan/mengikis
lapisan kulit bagian atas tetapi belum mengenai pembuluh darah.
• Non Mekanik
a. Luka akibat zat kimia
b. Luka akibat suhu yang panas
c. Luka akibat radiasi
d. Luka karena listrik
e. Luka akibat alergi
C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Tahap Inflamasi
Tahap ini di mulai beberapa menit setelah terjadi injuri dan berlangsung kurang
lebih tiga hari, pada tahap ini terjadi kontrol perdarahan, aliran darah kedaerah
injuri meningkat dan terjadi pembentukan sel epitel didaerah injuri. Jaringan yang
rusak akan mengeluarkan histamin yang menyebabkan vasodilatasi kapiler dan
mengeluarkan serum serta “ Sel Darah Putih “ dan hal ini akan mengakibatkan
keadaan di daerah injuri merah, panas, bengkak, dan kersakan jaringan. Fungsi
dari sel darah putih adalah memakan bakteri dan membersihkan luka dari kotoran,
sel-sel yang mati dan dari bakteri. Setelah luka bersih sel epitel mulai tumbuh
22
pada sisi dan dasar luka membentuk lapisan tipis untuk menutup luka dan
menjaga mikroorganisme masuk yang dapat menginfeksi luka
2. Tahap Destruktif
Tahap ini berlangsung tiga sampai empat belas hari. Semua lapisan sel epitel
beregenerasi selengkapnya dalam waktu satu minggu, pada tahap ini luka mudah
sekali berdarah karena jarigan baru tersebut memiliki sangat banyak pembuluh
darah.
3. Tahap Proliferasi
Pada tahap ini kolagen terus bertumpuk, ini akan menekan pembuluh darah baru
dan arus darah menurun. Luka terlihat berwarna merah jambu yang luas, pasien
harus menjaga untuk tidak menggunakan otot yang terkena, tahap ini berlangsung
kira-kira dari minggu kedua sampai minggu ke enam setelah injuri.
4. Tahap Maturasi
Berlangsung beberapa bulan setelah injuri, pasien akan mengeluh gatal sekitar
luka. Walaupun kolagen terus menumpuk luka menciut dan tegang. Karena
penciutan luka terjadi jaringan parut yang berlapis putih, bila luka dekat
persendihan dapat terjadi kontraktur.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
1. Faktor Lokal
Kerusakan/berkurangnya suplay darah ke daerah luka
Deficit oksigen
Hipoksia menstimulasi angiogenesis, tetapi oksigen yang adekuat
dibutuhkan pada tepi luka. Penurunan oksigen menghambat sintesa kolagen
dan pertumbuhan epitel dan menghambat aktivitas pagositosis dari leukosit.
Aktivitas pembelahan sel berlangsung dengan baik pada suhu tubuh
normal. Perubahan suhu secara ekstrim menyebabkan kerusakan jaringan.
Posisi luka mempengaruhi vaskularisasi dan dapat menentukan pergerakan
sisi luka. Luka pada persendian akan sembuh dengan lambat.
Stress mekanik menghambat penyembuhan dan memperlama kerusakan
jaringan. Tekanan dan gesekan dapat disebabkan oleh perawatan yang
buruk dan tehnik pembalutan yang jelek.
23
Luka yang dalam dan lebar dengan kehilangan jaringan yang besar akan
sembuh dengan lambat. Penyembuhan sekunder memerlukan lebih banyak
regenerasi jaringan daripada penyembuhan secara primer atau tertier.
Adanya jaringan nekrosis yang menghambat migrasi epitel dan
menghambat suplay nutrisi pada dasar luka.
Tehnik pembedahan yang tidak steril dan drainase luka yang tidak adekuat
dapat menyebabkan infeksi yang menghambat penyembuhan.
Adanya benda asing menyebabkan iritasi jaringan, memperpanjang respon
radang dan beresiko untuk terjadinya infeksi.
2. Faktor General
Status nutrisi; protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral semuanya
memainkan peranan penting dalam proses penyembuhan luka dan
diperlukan untuk produksi kolagen dan jaringan conective.
Dehidrasi dan adanya ketidakseimbangan elektrolit menghambat fungsi sel
dan dapat meningkat secara drastis pada luka bakar atau fistule.
Bangun/bentuk tubuh yang ekstrim dapat mengganggu tahapan
penyembuhan. Obesitas dapat menurunkan tegangan luka, menurunkan
efek kontraksi dan meningkatkan resiko dehiscene.
Infeksi sistematik memperkuat reaksi radang dan mengganggu aktivitas
fibroblast.
Kecemasan (stress) menyebabkan release glukokortikoid yang mempunyai
efek antiinflamasi dan menginhibisi fibroblast, sintesis kolagen dan
pembentukan jaringan granulasi.
Konsekuensi dari radiotherapy dan kemotherapy diantaranya menghambat
pembelahan dan pertumbuhan sel. Sel yang diradiasi akan kehilangan
vaskularisasi, mengalami ulcerasi dan atropi.
Obat anti inflamasi, agen sistotoksik, agen imunosupresive dan
antikoagulan dapat menurunkan kecepatan penyembuhan dengan
menghambat pembelahan sel dan proses pembekuan.
Penyembuhan luka memerlukan kondisi turunnya stress fisik dan psikis
yang didapat saat istirahat/tidur.
3. Faktor psikologis
24
Motivasi pasien yang rendah akan menurunkan kemampuan pasien
mengikuti pengobatan/perawatan. Motivasi dipengaruhi oleh kecemasan,
perasaan bersalah dan penolakan.
Perhatian positif terhadap pasien dalam perawatan lukanya dapat berarti
banyak dalam penyembuhan.
Kurangnya pengetahuan pasien mengganggu penerimaan pasien terhadap
luka yang dideritanya dan menghambat pengobatan/perawatan terhadap
luka.
4. Faktor Gaya hidup
Keadaan lingkungan
Lingkungan yang tidak sehat atau kotor akan mempermudah terjadinya
infeksi sehingga proses penyembuhan luka secara fisiologis terhambat.
Keadaan ekonomi
Ekonomi rendah akan membatasi kemampuan pasien didalam perawatan
terhadap lukanya.
Adat dan kepercayaan
Beberapa adat dan kepercayaan menghambat proses penyembuhan luka
seperti ; pemakaian getah kayu untuk pengobatan luka, bebat yang kuat,
tidak boleh mengkomsumsi makanan tinggi protein tanpa alasan yang jelas.
Kebiasaan merokok, alkohol dan ketergantungan obat
E. KOMPLIKASI SPESIFIK KARENA ADANYA LUKA
Komplikasi luka meningkatkan angka kesakitan dan kematian pot operatif dan
juga meningkatkan biaya perawatan di rumah sakit. Komplikasi luka diantaranya
infeksi, perdarahan, dehiscene dan eviscerasi.
1. Perdarahan (hemorrhage)
Perdarahan dapat diindikasikan oleh robeknya jahitan, bekuan yang keluar karena
tegangan dari bagian yang dioperasi, infeksi atau erosi pembuluh darah keluar
tubuh.
2. Infeksi
Invasi bakteri dapat terjadi pada waktu trauma, saat pembedahan atau saat
postoperative. Dikatakan terinfeksi bila terdapat nanah dengan atau tanpa hasil
positif terhadap kultur specimen.
25
3. Dehiscene
Adalah robek/pecahnya luka sebagian atau seluruhnya. Beberapa faktor resiko
pasien terhadap terjadinya dehiscene meliputi : kegemukan, kekurangan nutrisi,
multiple trauma, batuk yang berlebihan, muntah-muntah, dehidrasi
4. Eviceration
Adalah menonjolnya organ-organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui incisi.
Bila dehiscene dan eviscerasi terjadi maka tutup daerah tersebut dengan gaas steril
yang dibasahi dengan cairan steril dan jaga agar jaringan selalu lembab.
Luka baru
1. Kaji keadaan umum pasien
2. Kaji tempat kejadian ( emergensi atau stabil )
3. Kaji Tandi Vital ( Tensi, suhu, nadi, pernapasan )
4. Kaji keadaan luka ( luas, lokasi, jenis, )
5. Kaji adanya tanda – tanda infeksi luka
6. Kaji hal –hal yang berhubungan dengan luka, fraktur, perdarahan, injuri,
dan cedera kepala
7. Kaji perdarahan yang keluar ( ada atau tidak, Jumlah, warna , bau )
26
• Insisi operasi
• Penekanan yang lama
• Injury
• Imobilisasi
2. Nyeri berhubungan dengan
• Cedera Termal
• Insisi operasi
• Kerusakan jaringan
• Immobilisasi
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
• Hilangnya sebagian jaringan
• Luka terbuka
• Malnutrisis
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
• Nyeri
• Imobilisasi
• Kelemahan fisik
3. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Gangguan rasa aman dan nyaman (luka) berhubungan dengan
kerusakan jaringan tubuh.
Definisi : Luka adalah cidera fisik yang merusak kulit, biasanya disebabkan
oleh suatu tindakan yang disengaja atau kecelakaan atau penyakit.
Tujuan : Perawatan luka, kecepatan penyembuhan luka
Perubahan dalam rasa nyaman.
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga.
Rasional : Agar pasien dan keluarganya lebih kooperatif dalam tindakan
Keperawatan.
2. Kaji tingkat keseriusan luka.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keseriusan luka.
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
Rasional : Untuk memberikan ketenangan kepada pasien.
27
4. Kaji / catat keadaan luka ( ukuran, warna, kedalaman luka) perhatikan
jaringan nekrotik.
Rasional : Memberikan informasi dasar adanya kemungkinan
kebutuhan tentang sirkulasi
5. Kaji kulit luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan dan
perubahan warna
Rasional : Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnnya
6. Anjurkan pasien untuk merubah posisis miki / mika setiap 4 jam
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi jaringan dengan
mencegah tekanan yang lama
7. Lakukan perawatan luka secara aseptik dan steril 2 kali sehari
Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan kulit lebih lanjut
8. Pertahankan tempat tidur dalam keadaan bersih dan kering
Rasional : Menghindari kulit lecet dan terkontamionasi
mikroorganisme
9. Tempatkan bantalan air / bantalan lain di bawah siku/ tumit sesuai
dengan indikasi
Rasional : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan beresiko
terjadinya kersakan kulit
10. Gunakan baby oil / krim kulit 2-3 kali dan setelah mandi
Rasional : Melicinkan kulit dan menghindari gatal
11. Kolaborasi dengan dokter untuk therapi anti inflamasi
Rasional : Menghindari infeksi
4. IMPLEMENTASI
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan :
melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini
perawat siap melaksanakan intervensi dan aktivitas yang dicatat dalam rencana
tindakan keperawatan. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas keperawatan
klien, kemudian bila perawatan tekah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini
28
kepada penyediaan perawatan lainnya. Kemudian dengan menggunakan data
dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.
5. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan luka diantaranya :
1. Klien akan mempertahankan keutuhan kulit selama perawatan
2. Jaringan tampak menyatu
3. Kulit tidak lecet
4. ntegritas kulit bebas dari luka tekan
5. Kilen tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi selama masa perawatan
6. Luka tampak kering dan bersih
7. Tidak ada cairan atau darah yang kelar atau merembes
8. Penyembuhan luka rapat dan baik
9. Klien dapat melakukan aktifitas mandiri selama masa perawatan
10. Pasien tampak rileks
29
BAB IV
PROSEDUR PENATALAKSANAAN
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan peralatan
B. Tahap orientasi
3. Kontrak waktu
dan keluarga
C. Tahap kerja
30
2. Tanyakan keluhan pasien
a. Bernafas pelan-pelan
e. Menonton TV
tersebut
D. Tahap terminasi
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
31
3. Paraf dan nama perawat jaga.
32
8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau
menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi
pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10. Buka set steril
11. Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai
mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain
gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk
memegang drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset
dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset
dijauhkan
dari daerah steril.
15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas
dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah
daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari
insisi kearah drain :
a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari
tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16. Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19. Amankan balutan dengan plester atau pembalut
20. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat
dan buang sampah dengan baik.
22. Cuci tangan
23. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang
33
bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon
pasien. Membersihkan Daerah drain dibersihkan sesudah insisi.
Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi
karena
drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah
drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka
insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain.
Gunakan kapas yang lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan
antiseptik.
4.1.3. Prosedur Penatalaksanaan Mencuci Tangan
1. Basahi tangan dan tuangkan atau oleskan produk sabun di telapan tangan.
2. Tangkupkan kedua telapak tangan dan gosokkan produk sabun yang telah
dituangkan.
3. Letakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari
yang terjalin dan ulangi untuk sebaliknya.
4. Letakkan telapak tangan kanan ke telapak tangan kiri dengan jari saling
terkait.
5. Tangan kanan dan kiri saling menggenggam dan jari bertautan agar sabun
mengenai kuku dan pangkal jari.
6. Gosok ibu jari kiri dengan menggunakan tangan kanan dan sebaliknya.
7. Gosokkan jari-jari tangan kanan yang tergenggam di telapak tangan kiri
dan
sebaliknya.
8. Bilas dan keringkan. Setelah kering, tangan Anda sudah aman dari bakteri
dan kotoran.
1. Mencuci tangan
2. Memberi tahu pasien maksud perawat memakai masker
3. Memasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian mengikat tali-
talinya, tali bagian atas diikat ke belakang kepala melewati bagian atas
telinga sedangkan tali bagian bawah diikat di belakang leher.
34
4. Menanggalkan masker, dengan melepaskan ikatan tali-talinya kemudian
masker dilipat dengan bagian luar di dalam.
5. Masker direndam dalam larutan lysol (masker disposible langsung
dibuang).
6. Hal-hal yang harus diperhatikan:
o Masker hanya dipakai satu kali, kemudian dicuci atau dibuang.
Jika masker sudah lembab berarti tidak efektif lagi dan harus
diganti.
o Jangan menggulung masker di leher dan kemudian dipakai lagi.
o Mencuci tangan.
4.1.5. Prosedur Penatalaksanaan Mengenakan Gaun Steril
1. Ambil gaun steril dengan hati-hati
2. Pegang bagian dalam leher gaun
3. Pertahankan posisi tersebut sehingga anda menghadap bagian belakang
gaun yang terbuka. Masukkan tangan dan lengan anda secara hati-hati
pada
lengan gaun.
4. Berbaliklah ke belakang pada teman anda yang akan memegang bagian
dalam gaun. Minta teman anda mengikatkan pita yang ada di leher dan
pinggang bagian belakang.
4.1.6. Prosedur Penatalaksanaan Disinfeksi dan Sterilisasi
1. Desinfeksi dengan cara mencuci
a. Tangan
Cuci tangan dan bersihkan dengan sabun, kemudian siram atau basahi
dengan alcohol.
b. Luka
Cuci luka khususnya luka bakar dengan betadine
c. Kulit
Cuci kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan larutan
alcohol 70% adan dilanjutkan betadine 10%
d. Vulva
Cuci vulva dengan larutan larutan sublimate 1: 1000 atau PK 1 : 1000
35
2. Desinfeksi dengan cara mengoleskan
Misalnya :
Mercurochrom pada luka
Alcohol 70 % bethadine dan lain-lain pada bekas jahitan.
3. Desinfeksi dengan cara meredam
Misalnya:
Meredam tangan dengan larutan savlon 0,5%
Meredam peralatan perawatan atau kedokteran setelah dipakai
dalam larutan clorine 0,5% 10 menit.
Meredam alat tenun setelah dipakai oleh klien yang berpenyakit
menular dalam larutan klorine 0,5 % 10 menit.
4. Desinfeksi dengan cara menjemur dibawah sinar matahari
Misalnya :
Menjemur kasur, bantal, tempat tidur dan lain-lain sekurang
kurangnya 2 jam setiap permukaan
Menjemur peralaan perawatan misalnya : urinal, pot, dll
4.3.7. Prosedur Penatalaksanaan Perawatan Klien Isolasi
1. Persiapan sarana
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan.
Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki.
Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril
ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih ukuran lengan yang
sesuai
dengan ukuran tangan. Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup
kepala yang bersih. Masker N95 dan kaca mata pelindung Lemari
berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang – barang pribadi.
2. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi
Lakukan hal sebagai berikut:
Lepaskan cincin, jam atau gelang
Lepaskan pakaian luar
Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
36
Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang-
barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci yang telah
disediakan.
3. Mencuci tangan
4. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan
5. Kenakan gaun luar/jas operasi
6. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan
7. Kenakan masker
8. Kenakan masker bedah
9. Kenakan celemek plastik/apron
10. Kenakan penutup kepala
11. Kenakan alat pelindung mata (goggles / kacamata)
12. Kenakan sepatu boot karet
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep dan prinsip kebutuhan rasa aman dan nyaman yaitu perencanaan
dan pedoman bagaimana cara agar kebutuhan keamanan dan kenyamanan
seseorang dapat terpenuhi karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
untuk menjalani kehidupannya secara normal. Nyeri didefinisikan sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik atau gigitan hewan.
37
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan rasa aman dan nyaman (luka) berhubungan dengan
kerusakan jaringan tubuh.
Definisi : Luka adalah cidera fisik yang merusak kulit, biasanya disebabkan
oleh suatu tindakan yang disengaja atau kecelakaan atau penyakit.
Tujuan : Perawatan luka, kecepatan penyembuhan luka
Perubahan dalam rasa nyaman.
Intervensi : Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga.
4. Implementasi merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan,
melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini
perawat siap melaksanakan intervensi dan aktivitas yang dicatat dalam rencana
tindakan keperawatan.
5. Evaluasi yaitu mengevaluasi terhadap suatu masalah penyakit dan dilakukan
dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangannya.
B. Saran
Untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan kenyamanan di perlukan pengetahuan
tentang konsep dan prinsip kebutuhan rasa aman dan nyaman agar kebutuhan
tersebut dapat terpenuhi. Untuk membuat askep kita harus memahami beberapa
hal seperti : pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
38