Anda di halaman 1dari 21

Makalah Komunikasi Dalam Keperawatan

Helping Relationship & Tujuan Komunikasi Terapuotik

Disusun Oleh :
Dira Septa Kamudi (2118012)
Adrianus Du’e (2118002)
Desriana Bili (2118000)
Rahmatia Pakaya (2118004)
Rein Rahman (2118000)
Lisa Reyk (2118007)

Jurusan S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Gema Insan Akademik
Makassar
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Helping Relationship”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun mengalami
banyak permasalahan. Namun, berkat arahan dan dukungan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
Komunikasi Dalam Keperawatan yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari
isi maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, penyusun berterima
kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
rekan-rekan seperjuangan.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Helping Relationship...................................................3
B. Ciri-Ciri Helping Relationship........................................................4
C. Karakteristik Helping Relationship................................................4
D. Fase-Fase Helping Relationship...................................................7
E. Dimensi Hubungan Helping Relationship.....................................8
F. Faktor Dasar Mengembangkan Helping Relationship..................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................12
B. Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesi
dipengaruhi oleh sebagai perkembangan keperawatan profesional
seperti: adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan. Oleh sebab itu jaminan pelayanan
keperawatan yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga
keperawatan yang profesional. Dalam konsep profesi terkait erat tiga
nilai sosial yaitu: pengetahuan yang mendalam dan sistematis,
keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama
dan teliti, dan pelayanan/angsuran kepada yang memerlukan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis tersebut
dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini, yaitu etika
profesi serta konsep-konsep dalam berkomunikasi. Kata komunikasi
berasal dari bahasa latin “Coomunicare” yang berarti berpartisipasi
atau memberitahukan. Komunikasi dapat dipahami sebagai suatu
konsep serba makna tergantung pada konteks penggunaan
kalimatnya.
Travelbee (1971) menyebutkan hubungan ini sebagai “a human
to human relationship”. Kelemahan yang ada pada perawat dan klien
akan menjadi hilang ketika masing-masing pihak yang terlibat interaksi
mencoba memahami kondisi masing-masing. Perawat menggunakan
ketrampilan komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan
hubungan dengan klien yang akan menghasilkan pemahaman tentang
klien sebagai  manusia yang utuh. Hubungan semacam ini bersifat
terapeutik yang dapat meningkatkan iklim psikologis yang kondusif
dan menfasilitasi perubahan dan perkembangan positif pada diri klien.
Hubungan ini juga di fokuskan pada tujuan utama untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien. Peran utama perawat adalah meyakinkan
bahwa kebutuhan fisiologi pasien benar-benar terpenuhi. Misalnya

1
perawat mengatur posisi pasien agar dapat bernafas dengan  normal
dan tidur dengan nyaman tanpa gangguan.
Helping Relationship antara perawat-klien tidak dapat begitu saja
terjadi, namun harus dibangun secara cermat dalam melakukan tehnik
komunikasi yang terapeutik.
Carl Rogers (1961) adalah orang yang secara intensif melakukan
penelitian tentang komunikasi terapeutik. Rogers berpendapat bahwa
komunikasi terapeutik bukan tentang apa yang dilakukan seseorang,
tetapi bagaimana seseorang itu melakukan komunikasi dengan orang 
lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen pelayanan kesehatan ?
2. Bagaimana konsep wawasan pelayanan kesehatan ?
3. Bagaimana karakteristik pelayanan kesehatan ?
4. Bagaimana manajemen pengelolaan pelayanan kesehatan
masyarakat ?
5. Apa tujuan dari komunikasi terpeutik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian manajemen
pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep wawasan pelayanan
kesehatan
3. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik pelayanan
kesehatan
4. Untuk mengetahui dan memahami manajemen pengelolaan
pelayanan kesehatan masyarakat
5. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik

BAB II

2
PEMBAHASAN
A. Helping Relationship
1. Pengertian
Hubungan perawat-klien disebut sebagian orang sebagai
hubungan interpersonal, oleh sebagian lain disebut sebagai
hubungan terapeutik, dan sebagian lagi menyebutnya
hubungan saling bantu. Membantu merupakan proses yang
memfasilitasi pertumbuhan untuk mencapai dua tujuan dasar
(Egan,1998):
a. Membantu klien mengatasi berbagai masalah yang mereka
hadapi dalam hidup dengan lebih efektif dan
mengembangkan peluang yang tidak atau kurang digunakan
secara lebih utuh.
b. Membantu klien menjadi lebih baik dalam menolong diri
sendiri pada kehidupan mereka sehari-hari.
c. Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara
dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling
memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
d. Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud
adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan
antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong
(helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan
pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia klien.
e. Helping relationship dapat terjalin setelah merawat klien
selama beberapa minggu, atau beberapa menit. Kunci untuk
mencapai hubungan trsebut adalah:
f. Tumbuhnya rasa percaya dan penerimaan antara perawat
dan klien
g. Keyakinan yang mendasari bahwa perawat peduli dan ingin
membantu klien

3
Helping relationship dipengaruhi oleh karakteristik personal
dan profesional perawat dan klien. Usia, jenis kelamin,
penampilan, diagnosis, pendidikan, nilai-nilai, latar belakang
etnik dan budaya, kepribadian, harapan, dan tempat dapat
mempengaruhi perkembangan helping relationship antara
perawat-klien. Dengan mempertimbangkan semua faktor
diatas, disertai kemampuan komunikasi yang baik serta minat
yang tulus terhadap kesejahteraan klien, perawat dapat
menciptakan helping relationship.
2. Ciri-Ciri Helping Relationship
a) Hubungan helping adalah penuh makna, dan
bermanfaat.
b) Afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping.
c) Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan
helping.
d) Hubungan helping terbentuk melalui kesepakatan
bersama individu-individu yang terlibat.
e) Saling-Hubungan yang terjalin karena individu yang
hendak dibantu membutuhkan informasi, pelajaran,
advis, bantuan, pemahaman dan perawatan dari orang
lain.
f) Hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi
dan interaksi.
g) Struktur hubungan helping jelas atau gamblang.
h) Upaya-upaya yang bersifat kerjasama menandai
hubungan helping.
i) Orang-orang dalam helping dapat dengan mudah
ditemui atau didekati dan terjamin ajeg sebagai pribadi.
j) Perubahan merupakan tujuan hubungan helping
3. Karakteristik Helping Relationship

4
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa
karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi
tumbuhnya hubungan yang terapeutik,yaitu:
a) Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya
kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya.
Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan
bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak
dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan
bicara yang terlalu halus sehingga sering
menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan
kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat,
J.,1996 dalam Suryani,2005).
Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran
saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal
tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri,
merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga
berpura-pura patuh terhadap perawat.
b) Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat
sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat
yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus
cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena
ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi
klien.
c) Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan
disampaikan lewat komunikasi nonverbal sangat penting
baik dalam membina hubungan saling percaya maupun
dalam membuat rencana tindakan bersama klien.

5
Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat,
penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien.
Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam
hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan
yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien
akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat
klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan
perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison
P,1991 dalam Suryani,2005).
d) Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan
mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien
seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien
(Brammer,1993 dalam Suryani,2005).
Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan
alternative pemecahan masalah karena perawat tidak
hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak
berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut
berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
e) Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis dan Le Mone,
1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk
melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari
sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini
perawat harus memahami dan memiliki kemampuan
mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti
mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan
perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar
(perawat) tidak sekedar mendengarkan dan

6
menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara
(klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara.
Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan
sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara
atau menyampaikan perasaannya.
f) Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan
untuk menerima klien apa adanya. Jika seseorang
merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam
menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam
Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang
diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya
tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi
maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien
apa adanya.
g) Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan
klien untuk dapat menciptakan hubungan terapeutik
yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap
sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat
terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang
menyinggung privasi ataupun perasaan klien.
h) Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun
diri perawat sendiri.
Perawat harus mampu memandang dan menghargai
klien sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas
masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
4. Fase –Fase Helping Relationship
Stuart dan Sundeen (1995) mengenalkan empat fase
“helping relationships” yang berkembang secara berurutan dan
tiap fase mempunyai tugas yang berbeda. Fase hubungan
tersebut adalah sebagai berikut:

7
1. Fase prainteraksi. Pada fase prainteraksi, tugas
keperawatan adalah:
a. Menggali perasaan, fantasi, dan rasa takut dalam
diri sendiri
b. Menganalisis kekuatan dan keterbatasan
profesional diri sendiri
c. Mengumpulkan data tentang klien jika
memungkinkan
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien
2. Fase orientasi dan perkenalan. Tugas keperawatan
pada fase ini adalah
a. Menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan
b. Membina rasa saling percaya, penerimaan dan
komunikasi terbuka
c. Menggali pikiran, perasaan dan tindakan klien
d. Mengidentifikasikan masalah klien
e. Merumuskan bersama kontrak termasuk nama,
peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tempat
pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk
terminasi, dan kerahasiaan
3. Fase kerja. Menurut Stuart dan Sundeen (1995) pada
fase kerja, keperawatan bertugas:
a. Menggali stressor yang berhubungan
b. Meningkatkan pengembangan penghayatan klien
dan penggunaan mekanisme koping yang
konstruktif
c. Membahas dan mengatasi perilaku resisten
1. Fase terminasi. Dalam fase terakhir ini, keperawatan
bertugas:
a. Membina kenyataan tentang perpisahan
b. Meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan

8
c. Menggali bersama perasaan ditolak, kehilangan,
kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang
terkait lainnya.

5. Dimensi Hubungan Helping Relationship


Bentuk umum dari hubungan membantu adalah rasa percaya,
empati, perhatian, autonomi dan mutualisme. Sifat-sifat tersebut
esensial jika perawat ingin menetapkan hubungan yang positif dan
suportif dengan klien.
a) Rasa Percaya
Rasa Percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan
bahwa orang lain akan memberi bantuan ketika membutuhkan
dan tertekan. Hubungan yang mempercayai ini tidak dapat
berkembang kecuali jika klien percaya  bahwa perawat ingin
merawat demi kebaikan klien itu sendiri. Rasa percaya akan
membentuk komunikasi terapeutik terbuka. Untuk meningkatkan
rasa percaya, perawat harus bertindak secara konsisten, dapat
dipercaya dan kompeten. Kejujuran dalam memberikan informasi
kepada klien juga membantu terciptanya rasa percaya. Tanpa
rasa percaya, hubungan antara klien dan perawat tidak akan
memiliki kemajuan lebih dari interaksi sosial dan hanya untuk
memenuhi kebutuhan superfisial.
b) Empati dan Simpati
Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis
dalam hubungan yang membantu. Defenisi empati merefleksikan
pengaruh psikoterapis Carl Rogers, yang yang terkenal karena
hasil karyanya dalam mengidentifikasi dan mendiskripsikan
karakteristik hubungan membantu. Empati adalah kemampuan
untuk mencoba memahami dan memasuki kerangka referensi
klien (Haber et al, 1994). Empati adalah merasakan, memahami
dan membagi kerangka referensi klien dimulai dengan masalah

9
yang dihadapi klien. Sangat adil, sensitif dan objektif untuk melihat
pengalaman yang dimiliki orang lain.
Kebalikan dari empati adalah simpati. Simpati adalah
ekspresi perasaan seseorang mengenai keadaan sulit yang lain.
Simpati merupakan perasaan perhatian, kesedihan atau rasa
kesedihan yang ditunjukkan oleh perawat kepada klien dimana
kebutuhan klien dilihat sebagai kebutuhan perawat. Hal ini dapat
menyebabkan kesulitan karena mencegah berkembangnya
hubungan membantu yang efektif. Misalnya, perawat
menggunakan kemempuan komunikasi ketika menunjukkan rasa
belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan kerabatnya “
Saya turut berduka cita karena ayah anda meninggal sedemikian
cepat. Ayah saya juga meninggal seperti itu. Jika ada sesuatu
yang dapat saya lakukan, jangan ragu untuk mencari saya”.
Dengan pesan seperti itu, perawat menggunakan baik konsep
simpati maupun empati dengan menawarkan pertolongan dan
berbagi kerangka referensi klien.
c) Perhatian
Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap
orang lain, merupakan dasar untuk hubungan yang membantu.
Sebagian besar klien klien secara secara lansung ataupun tidak
langsung menunjukkan keinginan untuk diperhatikan pada waktu
tertentu. Perawat menunjukkan perhatian dengan menerima klien
sebagaimana mereka adanya dan menghargai mereka secara
individu. Ketika klien merasa diperhatikan, mereka merasa aman
dari ancaman atau situasi yang menyebabkan kecemasan.
Perhatian juga meningkatkan rasa percaya dan mengurangi
kecemasan. Penghilangan kecemasan dan stress akan
meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu penyembuhan.
d) Autonomi dan Mutualitas
Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri.
Mutualitas meliputi perasan untuk berbagi dengan sesama.

10
Keduanya sangat penting dalam hubungan yang saling
membantu. Perawat dan klien bekerja sebagai tim yang ikut serta
dalam perawatan. Perawat menawarkan kesempatan untuk
mengambil keputusan, sekalipun untuk hal-hal yang sepele seperti
menentukan waktu untuk mandi. Ketika klien menjadi lebih
mandiri, perawat menawarkan lebih banyak kesempatan untuk
mengambil keputusan. Perawat juga bertindak sebagai penasehat
untuk memberitahu klien tentang alternatif perawatan kesehatan
dan untuk memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan.
A. Faktor Dasar Mengembangkan Helping Relationship
Rogers mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam
mengembangkan hubungan yang saling membantu (Helping
Relationship), yaitu :
1. Pembantu harus benar-benar ikhlas dan memahami tentang
dirinya
2. Pembantu harus menunjukkan rasa empati
3. Individu yang dibantu hatrus merasa bebas untuk mengeluarkan
segala sesuatunya tentang dirinya dalam menjalin hubungan.
Dengan demikian ada tiga hal mendasar dalam
pengembangan Helping Relationship, yaitu : Genuineness
(keikhlasan), empathy(empati), dan warmth (kehangatan).
a. Genuineness
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang
nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang dipikirkan
dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan siapa dia
berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal
maupun nonverbal. Perawat yang mampu menunjukkan rasa
ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai
klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikannya
secara tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk
perasaan neatif yang dipunyai klien bahkan ia akan berusaha
berinteraksi dengan klien, hasilnya, perawat akan mampu

11
mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara yang
tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien.
b. Empathy
Empathy merupakan perasaan, “pemahaman” dan
“penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien, dan
kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empathy merupakan
sesuatu yang jujur, sensitive, dan tidak dibuat-buat (objektif) yang
didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Simpati merupakan
kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang
dilakukan atau dirasakan oleh klien. Karenanya simpati lebih
bersifat subyektif dengan melihat “dunia orang lain” untuk
mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada
tentang isu-isu yang dialami seseorang. Sebagai perawat empatik,
perawat harus berusaha kerasuntuk mengetahui secara pasti apa
yang sedang dipkirkan dan dialami klien.
c. Warmth
Hubungan yang saling membantu (Helping Relationship)
dilakukan untuk memberikan  kesempatan klien mengeluarkan
“uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas. Dengan
kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk
mengekspresiakan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk
perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Suasana
yang hangat, permisif , dan tanpa adanya ancaman menunjukkan
adanya rasa penerimaan perawat terhadap klien.
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik menurut Stuart & Laraia
(2005) adalah kesadaran diri, penerimaan diri, dan
meningkatnya kehormatan diri; identitas pribadi yang jelas dan
meningkatnya integritas pribadi; Hubungan Komunikasi Terapeutik...,
METRI WIDYA PANGESTIKA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling


ketergantungan, hubungan interpersonal, dengan kapasitas

12
memberi dan menerima cinta; mendorong fungsi dan
meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang
memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistic.
Seperti telah disinggung sebelumnya, komunikasi terapetik
bertujuan untuk mengembangkan pribadi pasien agar mencapai
kondisi yang adaptif dan positif. Komunikasi terapetik diarahkan
pada pertumbuhan pasien. Secara lebih rinci, berikut ini
pemaparan tujuan komunikasi terapeutik:
1. Realisasi dan penerimaan diri serta peningkatan
penghormatan diri pasien
Pasien yang memiliki penyakit berat kadangkala
mengalami perubahan terkait gambar dirinya. Ia tidak
mampu menerima keadaanya, mengalami penurunan
harga diri, hingga merasa tidak berarti dan mengalami
depresi. Dengan komunikasi terapetik, perawat dapat
mengembangkan pribadi pasien dengan
mengarahkannya pada pertumbuhan pasien yang
meliputi realisasi diri, penerimaan diri, serta peningkatan
penghormatan diri. Dengan demikian, diharapkan
terjadinya perubahan dalam diri pasien.
2. Pasien mampu membina hubungan interpersonal dan
saling bergantung dengan orang lain.
Komunikasi terapetik dilakukan agar pasien dapat
belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dalam hal ini perawat perlu melakukan komunikasi yang
jujur, terbuka, dan menerima pasien apa adanya.
Dengan begitu, perawat dapat membantu pasien
meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya.
Hubungan mendalam yang digunakan perawat
dalam berinteraksi dengan pasien merupakan area untuk
mengekpresikan kebutuhan, memecahkan masalah, dan

13
meningkatkan kemampuan pasien dalam membina
hubungan
3. Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien untuk
memuaskan kebutuhannya serta mencapai tujuan yang
realistis.
Terkadang pasien menetapkan ideal diri atau tujuan
yang terlalu tinggi atau malah terlalu rendah, tanpa
mengukur kemampuan dirinya. Seseorang yang merasa
kenyataan dirinya mendekati ideal, akan memiliki harga
diri yamg tinggi. Sebaliknya seseorang yang merasa
kenyataan hidupnya jauh dari ideal akan merasa rendah
diri.
Dengan komunikasi terapetik, perawat akan
membantu pasien mengetahui batasan serta
kemampuan dirinya, sehingga dapat menetapkan ideal
diri atau tujuan yang tepat
4. Pasien memiliki rasa identitas yang jelas dan
peningkatan integritas diri
Rasa identitas menyangkut status, peran, serta jenis
kelamin seseorang. Pasien yang mengalami gangguan
identitas diri biasanya memiliki integritas diri yang rendah
serta perasaan rendah diri. Dengan komunikasi
terapetik, perawat dapat membantu pasien
meningkatkan integritas diri serta identitas diri yang
jelas. Untuk melakukannya, perawat perlu menggali
semua aspek kehidupasn pasien, baik di masa sekarang
ataupun masa lalu
5. Membantu pasien mengurangi beban perasaan dan
pikirannya
Dengan komunikasi terapetik, perawat dapat
membantu pasien untuk memperjelas beban perasaan

14
serta pikiran yang dialaminya, kemudian membantu
menguranginya.
6. Membantu pasien mencapai tingkat kesembuhan yang
diharapkan.
Komunikasi terapetik mempermudah perawat dalam
menjalin hubungan saling percaya dengan pasien,
dengan begitu pencapaian tujuan asuhan keperawatan
akan lebih efektif dan memberikan kepuasan secara
profesional.
7. Membantu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
bagi pasien
Kualitas hubungan antara perawat dengan
pasiennya sangat mempengaruhi kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Komunikasi
terapetik berbeda dengan hubungan sosial biasa.
Komunikasi terapetik harus memberi dampak
percepatan kesembuhan pasien. Perawat harus
menyadari hal ini dalam melakukan komunikasi dengan
pasien.
8. Membantu pasien mengambil tindakan untuk mengubah
situasi
Bila pasien percaya pada hal yang diperlukan,
perawat dapat membantu pasien dalam mengambil
tidakan untuk mengubah situasi yang ada (baca juga:
prinsip komunikasi terapeutik).

Tujuan Lainnya:
a) Mendorong dan menganjurkan terjalinnya kerjasama
antara perawat dengan pasien
b) Mengidentifikasi, mengungkap, mengkaji serta
melakukan evaluasi tindakan intervensi keperawatan.
c) Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik
serta diri pasien sendiri.

15
d) Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
e) Memperbaiki pengalaman emosional pasien

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua
(atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan dan
menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya sepanjang kehidupan.
Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah
hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat
dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu klien
sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai
tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien.

B. Saran
Sebagai perawat seharusnya mengantisipasi gangguan dalam
proses komunikasi yang akan berpengaruh dalam keefektifan
seseorang untuk berkomunikasi. Pada akhirnya juga akan
mengganggu pemahaman seseorang tentang informasi yang
disampaikan oleh perawat (komunikator

17
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika


Blais, K., K., Hayes, J., S., Kozier, B., & Erb, G. (2007) . Praktik
Keperawatan Professional: Konsep & Perspektif, Ed. 7. Jakarta:
EGC
Gunarsa, Singgih, D. 2004. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia
Iyer, P., W. (2004) . Dokumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan. Ed. 3. Jakarta: EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010) . Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Ed. 7. Jakarta: EGC
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin & Mubarak, W., I. (2011). Komunikasi dalam
Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

18

Anda mungkin juga menyukai