Anda di halaman 1dari 34

AGAMA DAN

MANUSIA
Wardoyo, Drs. M. M
Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, IAIN SURAKARTA
Abstract : The paper is aimed
to know the religion as the
need in
human life, religion as the
basic of human need, and
religion is
functioning as the need for
human. People need religion as
guidance to
live in the world. Religion can be
interpreted as a guide of life.
Islam is
religion and it has a holly book
called Al Qur‟an. It leads
people how
to live in the world properly. It
also leads people how to do good
seeds
or to avoid bad seeds.
Keyword: Religion, people
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan mausia
beragam. Macam-macam
kebutuhan
ada kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier. Kebutuhan primer
adalah
suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi sekarang juga dan
harus ada
tidak boleh diabaikan.
Dengan demikian juga
termasuk kedalam agama
sebagai
kebutuhan mutlak yang harus
ada dalam kehidupan manusia
adalah
agama sebagai kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang
harus ada,
jadi tidak bisa tidak ada,
merupakan kebutuhan yang
tidak bisa
ditinggalkan sehingga
kebutuhan itu harus dipenuhi,
maka selalu
melekat dalam kehidupan
manusia.

AGAMA DAN
MANUSIA
Wardoyo, Drs. M. M
Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, IAIN SURAKARTA
Abstract : The paper is aimed
to know the religion as the
need in
human life, religion as the
basic of human need, and
religion is
functioning as the need for
human. People need religion as
guidance to
live in the world. Religion can be
interpreted as a guide of life.
Islam is
religion and it has a holly book
called Al Qur‟an. It leads
people how
to live in the world properly. It
also leads people how to do good
seeds
or to avoid bad seeds.
Keyword: Religion, people
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan mausia
beragam. Macam-macam
kebutuhan
ada kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier. Kebutuhan primer
adalah
suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi sekarang juga dan
harus ada
tidak boleh diabaikan.
Dengan demikian juga
termasuk kedalam agama
sebagai
kebutuhan mutlak yang harus
ada dalam kehidupan manusia
adalah
agama sebagai kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang
harus ada,
jadi tidak bisa tidak ada,
merupakan kebutuhan yang
tidak bisa
ditinggalkan sehingga
kebutuhan itu harus dipenuhi,
maka selalu
melekat dalam kehidupan
manusia.

AGAMA DAN
MANUSIA
Wardoyo, Drs. M. M
Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, IAIN SURAKARTA
Abstract : The paper is aimed
to know the religion as the
need in
human life, religion as the
basic of human need, and
religion is
functioning as the need for
human. People need religion as
guidance to
live in the world. Religion can be
interpreted as a guide of life.
Islam is
religion and it has a holly book
called Al Qur‟an. It leads
people how
to live in the world properly. It
also leads people how to do good
seeds
or to avoid bad seeds.
Keyword: Religion, people
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan mausia
beragam. Macam-macam
kebutuhan
ada kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier. Kebutuhan primer
adalah
suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi sekarang juga dan
harus ada
tidak boleh diabaikan.
Dengan demikian juga
termasuk kedalam agama
sebagai
kebutuhan mutlak yang harus
ada dalam kehidupan manusia
adalah
agama sebagai kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang
harus ada,
jadi tidak bisa tidak ada,
merupakan kebutuhan yang
tidak bisa
ditinggalkan sehingga
kebutuhan itu harus dipenuhi,
maka selalu
melekat dalam kehidupan
manusia.

AGAMA DAN
MANUSIA
Wardoyo, Drs. M. M
Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, IAIN SURAKARTA
Abstract : The paper is aimed
to know the religion as the
need in
human life, religion as the
basic of human need, and
religion is
functioning as the need for
human. People need religion as
guidance to
live in the world. Religion can be
interpreted as a guide of life.
Islam is
religion and it has a holly book
called Al Qur‟an. It leads
people how
to live in the world properly. It
also leads people how to do good
seeds
or to avoid bad seeds.
Keyword: Religion, people
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan mausia
beragam. Macam-macam
kebutuhan
ada kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier. Kebutuhan primer
adalah
suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi sekarang juga dan
harus ada
tidak boleh diabaikan.
Dengan demikian juga
termasuk kedalam agama
sebagai
kebutuhan mutlak yang harus
ada dalam kehidupan manusia
adalah
agama sebagai kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang
harus ada,
jadi tidak bisa tidak ada,
merupakan kebutuhan yang
tidak bisa
ditinggalkan sehingga
kebutuhan itu harus dipenuhi,
maka selalu
melekat dalam kehidupan
manusia.
MAKALAH

Pengertian iman kepada Sang Pencipta (proses munculnya iman=Syak, dzan, dan ilmu),
Esensi Rukun Iman dan Implementasinya, Hablun minallah dan hablun minanas dan
Hakikat dan dampak Iman kepada Allah.

Kelompok 2
Nama Kelompok :
1. RIADLUS AL MAHDI
2.ALESSANDRE SETYAWAN PURNAMA
3.DIMAS ADI PRATAMA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................      ii
DAFTAR ISI ….............................................................................................................     iii

BAB    I      PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2  TujuanPenulisn.................................................................................. 1
1.3  Rumusan Masalah............................................................................. 1

BAB    II    TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian iman kepada Sang Pencipta (proses munculnya iman=Syak,
dzan, dan ilmu)………………...................................................... 2
2.2 Esensi Rukun Iman dan Implementasinya……............................ 3
2.3 Hablun minallah dan hablun minanas……….............................. 4
2.4 Hakikat dan dampak Iman kepada
Allah………................................................................................ 5

BAB   III   PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………................... 14

KATA PENGANTAR
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian iman kepada Sang Pencipta (proses munculnya iman=Syak,


dzan, dan ilmu)

Pengertian Iman secara bahasa Arab adalah percaya, pengertian secara Istilah, iman kepada adalah
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Jadi, pengertian Iman Kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan di dunia nyata.
Iman seseorang bisa dikatakan bagus dengan salah satunya beriman kepada Allah dari 3 aspek tadi.
Unsur iman merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan

Proses Terbentuknya Iman


Pada dasarnya, proses pembentukan iman, diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat
menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman
kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak
harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak
nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah
laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak
saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali
secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan
sikap sikap mental tersebut

Konsep Iman Menurut Al- Qur’an Kata Iman di dalam Al- Qur’an digunakan untuk arti yang
bermacam- macam. Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata
iman didalam Al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di bibir saja
padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang Iman digunakan untuk arti yang hanya
terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman
terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dalam perbuatan sehari- hari.Iman dalam arti semata- mata ucapan dengan lidah tanpa
dibarengi dengan hati dan perbuatan.

Hal ini dapat dilihat dari arti QS. Al- Baqarah, 2 : 8-9,yaitu:
َ‫ين َءا َم ُنو ْا َو َما َي ۡخ َد ُعون‬
َ ‫خـٰ ِد ُعونَ ٱللَّ َه َوٱلَّ ِذ‬ َ ِ‫م ۡؤ ِمن‬
َ ‫ين ُي‬ ُ ِ‫هم ب‬ ِ َ ‫ه َوبِ ۡٱليَوۡ ِم ٱأۡل‬
ُ ‫خ ِر َو َما‬ ِ َّ‫ل َءا َم َّنا بِٱلل‬
ُ ‫اس َمن َي ُقو‬
ِ ‫ن ٱل َّن‬
َ ‫َو ِم‬
َ‫ش ُع ُرون‬ َ ‫إِٓاَّل أَن ُف‬
ۡ َ‫س ُه ۡم َو َما ي‬

Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan : “Kami beriman kepada Allah dan hari
Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang- orang yang beriman. Mereka hendak
menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang sebenarnya mereka menipu diri
sendiri dan mereka tidak sadar”. Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi
ucapan dan hatinya tidak beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142: َ‫خـٰ ِد ُعون‬ َ ‫ين ُي‬ ُ ‫إِنَّ ۡٱل‬
َ ‫م َنـٰ ِف ِق‬
۬ ‫اس َواَل يَ ۡذكُرونَ ٱللَّ َه إاَّل َقلِي‬
ً ‫ال‬ ٰ َ‫ُسال‬
َ ‫ى ُي َرٓا ُءونَ ٱل َّن‬ َ ‫صلَوٰ ِة َقا ُمو ْا ك‬
َّ ‫خـٰ ِد ُع ُه ۡم َوإِذَا َقا ُم ٓو ْا إِلَى ٱل‬ ُ ‫ٱللَّ َه َو‬
َ ‫ه َو‬
ِ ُ
“Sesungguhnya orang-orang munafik (beriman palsu) itu hendak menipu mereka.
Apabila mereka berdiri mengerjakan sembahyang, mereka berdiri dengam malas, mereka ria
(mengambil muka) kepada manusia dan tiada mengingat Allah melainkan sedikit sekali”. Iman
dalam arti yang ketiga adalah tashdiqun bi al-qalb wa amalun bi al-jawatih, artinya keadaan dimana
pengakuan dengan lisan itu diiringi dengan pembenaran hati, dan mengerjakan apa yang
diimankannya dengan perbuatan anggota badan. Contoh iman model ini dapat dilihat dalam QS. Al-
Hadid, 57:19, yang Artinya : “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
mereka itu adalah orang- orang yang Shiddiqien”.
3.Tanda-tanda Orang yang Beriman Dalam QS. Al-Anfal ayat 2-4 tanda-tanda orang beriman
adalah sebagai berikut : Bergetar Hatinya bila disebutkan nama Allah. Artinya: “Sesungguhnya
orang –orang yang beriman adalah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka”(QS. Al-anfal : 2). Karena hati yang bergetar ketika mendengar nama, janji, dan ancaman
Allah juga melahirkan rasa takut untuk berbuat maksiat, dan membangun semangat untuk
melakukan ketaatan kepada Allah. Bertambah Imannya ketika Ayat Al-Qur’an di bacakan.
Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayatnya, bertambahlah iman mereka ( karenanya )” (QS. Al-
anfal : 2). Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al- Qur’an di baca. baik oleh dirinya
ataupun oleh orang lain, ia dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya rasa iman. Tawakal
hanya kepada Allah. Artinya: “dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakal”( QS. Al-anfal:2 ).
Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada yang
lain. Akan tetapi mereka juga melakukan sebab agar terwujudnya suatu hal, disamping bertawakal
kepada Allah. Karena mereka yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak
Allah. Mendirikan Sholat.

Artinya: “ ( Yaitu ) orang orang yang mendirikan sholat” (QS. Al-anfal:3 ). Sholat adalah Tiang
Agama,Orang yang beriman akan mendirikan sholat secara sempurna, baik sholat yang hukumnya
wajib maupun yang sunnah. Senang Berinfak atau bersodaqoh. Artinya: “ dan orang yang
menginfakkan rizki yang kami berikan kepada mereka” ( QS. Al-anfal : 3 ). Rizki yang dimaksud
di sini tidak hanya berupa harta. Tapi termasuk di dalamnya harta, ilmu, kedudukan, dan kesehatan.
Orang beriman menginfakkan kesemua itu sebagai bukti iman dan taatnya kepada Allah Ta’ala.
Infaq di sini bisa mencakup yang wajib maupun yang sunnah. Karena Ibadah kepada Allah dengan
harta (‘ibadah maliyah) memiliki ragam bentuk, seperti zakat, infaq, sedekah, waqaf, hibah, hadiah,
dan memberipinjaman. Menurut Syahrur Iman dapat diartikan sebagai kepercayaan kepada
Nabi Muhammad SAW. dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, yang akan menuntun
pengikutnya kepada pelaksanaan syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad, seperti: shalat, puasa,
zakat, haji, syura dan jihad. Sedangkan Menurut Imam al-Ghazali Iman adalah membenarkan dan
mempercayai apa saja yang telah Rasulullah SAW. beritahukan kepada manusia. Sedangkan secara
terminologi adalah mem percayai dengan hati, mengikrarkannya dengan lisan dan meng
implementasikannya dengan perbuatan. Menurut pemahaman mayoritas Umat Islam, Iman
dalam arti khusus adalah rukun Iman. Jumlah rukun Iman sebagaimana yang terhadapat dalam al-
Hadits ada enam. Sedangkan Rukun Iman dalam pengertian yang luas adalah adanya enam puluh
sembilan sila, tingkatan atau cabang. Sila atau cabang-cabang tersebut memberi kesimpulan bahwa
semua itu berarti agama Islam. Dengan kata lain, Islam dan Iman secara luas dipahami sebagai
Agama Islam, dan sama sekali tidak mengidentifikasi agama lain. Maka ikrar keberislaman tidak
mungkin bila tidak disertai dengan mengikuti seluruh syari’at Nabi.
SYAK
Syak adalah melihat dua perkara dan tidak ada yang menguatkan salah satunya dibandingkan
satunya lagi.\
Sebelumnya Imamul Haromain telah menyebutkan diantara tingkatan-tingkatan ilmu yang paling
tinggi adalah ilmu, dan ilmu terbagi dua, dhoruri dan nadhori, kemudian lawannya adalah jahil,
dimana jahil sendiri terbagi menjadi dua, jahil murokab dan jahil basith. Kemudian dalam matan
diatas, mualif menyebutkan tingkatan ilmu lainnya yaitu dzhon dan syak.

SYAK secara bahasa adalah lawan dari yakin, namun dalam pengertian ini yang dimaksud syak
adalah jika kedua perkara tersebut bagi seseorang tidak ada yang menguatkan salah satunya alias
seimbang.

DZAN

Dalam konteks pengetahuan Tuhan dzann adalah lawan kata 'ilm, haqq dan yaqin. Tetapi dalam
tempat lainnya yaitu "Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan
kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya
kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku
turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu
menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku
dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. (yaitu) orang-orang
yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-
Nya". QS 2 : 40-46 dzann orang-orang beriman berdasarkan petunjuk pengetahuan wahyu dapat
mencapai arti yaqin (pengetahuan yang pasti).
Kepositifan dzann dapat terlihat pada proses ijtihad yaitu proses pengerahan daya intelektual yang
dilakukan oleh orang-orang yang berkualitas.
(https://www.academia.edu/29551339)

Pengetahuan dan spiritualitas


Sifat pengetahuan dalam Islam terutama dalam Al-Qur'an adalah holistik dan menyeluruh. Hal
sebagai bukti pandangan dunianya yaitu tauhid dan monoteistik, yang tak kenalkompromi.
Persoalan-persoalan epistemologis harus dikaitkan dengan etika dan spiritualitas.
Imam Al-Ghazaly mengemukakan konsep tentang integritas dalam Al-Qur'an. Ia menyebutkan
bahwa ayat-ayat berkenaan dengan bintang dan kesehatan hanya sepenuhnya dapat dipahami
masing-masing dengan pengetahuan astronomi atau kesehatan.
Demikian juga Ibnu Rusyd yang menyatakan : ada keterkaitan antara agama dan filsafat misalnya
di bidang penciptaan alam. Dengan hal ini maka Al-Qur'an memberikan dorongan kepada setiap
manusia untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini membentuk kajian sejarah, arkeologi,
perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya scara utuh.

QS 41 : 53

disebutkan bahwa ada keterkaitan antara ayat-ayat Tuhan di alam semesta dan di kedalaman batin
manusia merupakan bagian dan bidang semua alasan berkaitan dengan kebenaran pengetahuan
wahyu yang menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait. Contoh-contoh disiplin
pengetahuan, keutuhan dan kecocokan terbukti dari kenyataan beberapa nabi yang memperoleh ilu
pengetahuan yang berasal dari wahyu Tuhan, misalnya Yusuf mengerti tafsir mimpi 12 : 6-101
Daud bisa membuat baju besi 20 : 20, Sulaeman mengerti bahasa burung dan Jin 27 : 16-20

ILMU
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwasanya Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis. Maka ilmu
‘aqliah ini masuk dalam jenis golongan ilmu yang kedua. Ilmuilmu ini tidak berfokus pada satu agama,
tetapi semua agama juga mendalami ilmu ini. Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa ilmu ini terdiri dari
4,antara lain: 1. Ilmu manthiq: ilmu yang melindungi akal dari kesalahan berpikir atau kesalahan mengambil
kesimpulan agar dapat mengetahui yang benar dari yang salah dengan cara berpikir yang sistematis. 2. Ilmu
alam (thabî’i): ilmu ini berkenaan dengan segala sesuatu yang dapat diindera dari hewan, tumbuhan atau
zat yang lain. 3. Ilmu ketuhanan (ilâhy): berkebalikan dengan ilmu kedua yang mendalami alam, ilmu
ketuhanan ini menelaah tentang sesuatu di luar ranah alam yang termasuk di dalamnya ruh dan
sebagainya. 4. Ilmu telaah ruang dan bangun. Ilmu ini terbagi menjadi 4: a. Ilmu teknik (handasah): ilmu ini
mempelajari segala sesuatu yang mempunyai ukuran secara umum. b. Ilmu aritmatika c. Ilmu seni musik:
mempelajari jenis-jenis suara dan mengekspresikannya dalam bilangan. d. Ilmu astronomi (hai`ah):
mengungkap tentang pergerakan benda-benda langit dan sejenisnya. Maka inilah asas ataupun pokok dari
jenis ilmu yang kedua menurut Ibnu Khaldun yang ada 7 yaitu: mantiq, aritmatika, teknik, astronomi, seni
musik, ilmu thabi’iyyât, ilmu ilâhiyyât. Dari setiap pokok ilmu itu mempunyai cabangnya masing-masing.
Misal: termasuk dari cabang ilmu thabi’iyyât adalah ilmu kedokteran, termasuk cabang ilmu bilangan
adalah ilmu hisab dan termasuk dalam ilmu astronomi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus
tentang kedudukan bintang-bintang
(Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman,)

2. Keimanan

Definisi iman dalam terminologi Bahasa merupakan musytad (pecahan) kata dari kalimat Al-Aman
(keamanan) yang merupakan lawan kata dari Al-khauf (ketakutan) maka iman akan dijadikan pemiiknya
merasakan keamanan dan ketakutan.
ٰۤ ُ ْ ُ
َ ‫اْل‬ َ َ ab‫اَلَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا َولَ ْم يَ ْلبِس ُْٓوا اِ ْي َمانَهُ ْم ِبظل ٍم اول ِٕٕى‬
‫ك لهُ ُم ا ْم ُن َوهُ ْم ُّم ْهتَ ُد ْو َن‬

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-
orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am:28)

Seorang mukmin bukanlah seorang yang merasa hina putus asa lagi memperlihatkan tanda tanda
penderitaandalam kehisupan namun dia adalah seorang tenang hati. Sebab dia mengetahui bahwa segala
sesuatu yang luput darinya tidak akan menimpanya dan sesuatu yang menimpanya tidak akan bisa luput
darinya.

Makna rukun iman menurut Syar’i

Yaitu keimana hakiki yang akan menyelamatkan pemiliknya pada hari kiamat dari api neraka. Makna iman
tersebut mayoritas Mu’tazilah adalah Al-I’tiqad bil jinan (keyakinan dalam hati) Al-Iqrar bin lisan (di
tegaskan oleh lisan) serta di praktikkan oleh anggota badan. Allah tidak akan menerima suatu amalan
perbuatan melainkan jika amalan tersebut benar” iklas karenanya.

Secara kesimpulan ada tiga pendapat ulama dalam memberi pengertian tentang iman. Yaitu:

1. Pendapat para mu’tazilah. Iman adalah yang mencakup dari tiga bagian yaitu amalan perbuatan,
ucapan , lisan dan I,tiqad dengan hati.
2. Pendapat abu Hanafi dan satu golongan dari Asya-irah iman adalah nama bagi dua amal hati dan
amal lisan membenarkan dengan hati menggucapkan dengan lidah.
3. Pendapat mayoritas muhaqqiqin Asya-irah, maturudiyah dan Sebagian muktazilah. Iman adalah
tashdid (membenarkan ) dengan hati. Adpun ucapan lidah merupakan syarat untuk kesempurnaan
iman.

ِ َّ‫ن الل‬
3. Hubungan dengan Allah sering disebut Hablum Minallah (‫ه‬ ْ ‫ِم‬
ِّ ‫ل‬
ٍ ‫ح ْب‬َ ).
Hubungan dengan sesama manusia sering disebut Hablum Minannas ( ‫ن‬ َ ‫ِم‬
ِّ ‫ل‬ٍ ‫ح ْب‬
َ
‫اس‬
ِ ‫)ال َّن‬.
Secara bahasa, hablum minallah artinya adalah hubungan dengan Allah dan hablum minan-nas adalah
hubungan dengan manusia. 

Kedua istilah ini tercantum dalam Al-Qur'an surat Ali Imron: 112

‫ن‬ ْ ‫ِم‬ِّ ‫ل‬ٍ ‫ح ْب‬ َ ِ‫ما ُث ِق ُفو ْا إِال َّ ب‬َ ‫ن‬َ ‫الِذلَّةُ أَ ْي‬ِّ ‫م‬ ِ ‫ت عَ لَ ْي‬
ُ ‫ه‬ ْ َ‫ض ِرب‬ ُ
‫ه‬ ِ َّ‫ن الل‬ َ ‫ِم‬ِّ ‫ب‬ ٍ ‫ض‬ َ ‫غ‬ َ ِ‫اس َوبَآؤُوا ب‬ِ ‫ن ال َّن‬ َ ‫ِم‬ ِّ ‫ل‬ ٍ ‫ح ْب‬َ ‫ه َو‬ ِ َّ‫الل‬
‫م كَا ُنو ْا‬ ْ ‫ك بِأَنَّ ُه‬ َ ِ ‫ذل‬َ ُ‫ك َنة‬ َ ‫س‬ْ ‫م‬ َ ‫م ا ْل‬ ُ ‫ه‬ِ ‫ت عَ لَ ْي‬ ْ َ‫ض ِرب‬ُ ‫َو‬
‫ٍق‬
ٍّ ‫ح‬ َ ‫غ ْي ِر‬ َ ِ‫ُون األَن ِبيَاء ب‬ َ ‫ه َويَ ْق ُتل‬ ِ َّ‫ون بِآيَاتِ الل‬ َ ‫ك ُف ُر‬ ْ َ‫ي‬
َ ‫وكَا ُنو ْا يَ ْع َت ُد‬
‫ون‬ َّ ‫صوا‬ َ َ‫ما ع‬ َ ِ‫ك ب‬ َ ِ‫ذل‬ َ
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka
diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi
tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas."

Dalam ayat di atas, hablum minallah maknanya perjanjian dari Allah, yaitu masuk Islam atau beriman-
Islam dan siap melaksanakan rukun iman dan Islam. 

Hablum minan-nas  bermakna erjanjian dari kaum Mukminin dalam bentuk jaminan keamanan bagi orang
kafir dzimmi dengan membayar upeti bagi kaum Mukminin melalui pemerintahnya untuk hidup sebagai
warga negara Islam dari kalangan minoritas non-Muslim. (Tafsir At-Thabari , Tafsir Al-Baghawi , dan
Tafsir Ibnu Katsir).

Pengertian Hablum Minallah: 'Ubudiyah

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah. 

Namun, dalam pengertian syariah, makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir
At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk
Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat" 

Hablum minallah dilaksanakan dengan ibadah. Dengan kata lain, hablum minallah adalah


aspek 'ubudiyah (‫ )عبودية‬atau ritual ibadah kita kepada Allah SWT.

"Ibadah" atau "ubudiyah" sering diartikan sebagai "penghambaan" dengan melaksanakan perintah
Allah SWT, menghambakan diri kepada-Nya, atau menyembah Allah

(refrensi tekan buku MENJAGA IMAN MENGGAPAI SURGA)


4.Hakikat Iman Kepada Allah
Iman dari segi bahasa menurut banyak kalangan adalah membenarkan. Aku membenarkan dan aku
beriman memiliki makna yang sama. Namun, pendapat ini tidak shahih. Yang benar, iman menurut
bahasa adalah menetapkan sesuatu karena membenarkannya. Buktinya, kita sering berkata, “Aku
beriman” atau “Aku menetapkan ini” atau “Aku membenarkan ini”, tapi kita tidak mengatakan, “Aku
beriman kepada fulan”.

Dengan demikian, iman mengandung makna yang lebih sempurna dari sekedar membenarkan. Iman
adalah pengakuan dengan konsekuensi menerima berita dan tunduk pada hukum. Inilah iman, kalau
sekedar kita beriman kepada Alla bahwa Allah itu ada, maka ini bukanlah iman.
Akan tetapi iman haruslah berkonsekuensi dengan sikap menerima berita dan tunduk kepada hukum.

Beriman kepada Allah mencakup 4 perkara:

1. Beriman kepada adanya Allah

2. Beriman kepada rububiyah Allah, yaitu Dia-lah yang satu-satunya yang menyandang hak
rububiyah (menciptakan, mengatur dan memberi rezeki kepada seluruh mahluk-Nya)

3. Beriman kepada uluhiyah-Nya, yakni Dialah satu-satunya yang berhak diibadahi

4. Beriman kepada asma dan sifat-Nya (nama dan sifat Allah)

Barangsiapa yang tidak beriman kepada adanya Allah, maka dia bukanlah seorang mukmin. Siapa
yang beriman kepada adanya Allah, tapi tidak beriman bahwa satu-satunya yang menyandang hak
rububiyah adalah Allah, maka dia bukanlah seorang mukmin. Barangsiapa beriman bahwa satu-
satunya pemilik rububiyah adalah Allah akan tetapi tidak beriman bahwa satu-satunya yang berhak
diibadahi adalah Allah, maka ia bukan seorang mukmin. Barangsiapa yang beriman bahwa satu-
satunya pemilik uluhiyah dan rububiyah adalah Allah, akan tetapi tidak beriman kepada asma dan sifat
Allah, maka ia bukanlah seorang mukmin, meskipun yang terakhir ini bisa menghilangkan iman secara
total, dan bisa pula hanya menghilangkan kesempurnaan iman.

Disarikan dari terjemahan Syarah ‘Aqidah Wasithiyyah Lisyaikhil Islam Ibni Taimiyyah karya Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Penerbit Darul Haq cetakan ke-6 tahun 2012 hal. 85- 86.

PENGARUH/DAMPAK BERIMAN KEPADA ALLAH DALAM KEHIDUPAN

Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Usus Fi Ath-Thashawwur Al-Islami
menyebutkan delapan dampak iman kepada Allah. Berikut ini akan disebutkan secara ringkas.

1. Terbebasnya jiwa manusia dari takut mati.

Hal itu karena seorang mukmin yakin bahwa manusia pasti mati, dan kematian itu ada di tangan Allah.
Kalau ajal manusia telah tiba, maka ajal itu tidak bisa ditunda sesaatpun juga, dan ia tidak bisa lari dari
kematian itu walaupun, ia berada di benteng yang sangat kuat. Firman Allah :

‫ﻭﻟﻦ ﻳُﺆﺧﺮ ﺍﻟﻠ ُﻪ ﻧﻔﺴﺎ ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀ ﺃﺟ ُﻠﻬﺎ‬

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya”. (QS.Al-Munafiqun :11)

Firman Allah juga :

‫ﺸﻴﺪﺓ‬ ‫ﻨ ُﺘﻢ ﻓﻲ ُﺮﻭ‬ ‫ﻭﻟﻮ‬ ‫ﺍﻟﻤﻮ‬ ‫ﺃﻳﻨﻤﺎ ﺗ ﻮ ُﻧﻮﺍ ﺪﺭ ُﻛ‬


‫ﺝ‬
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng
yang tinggi lagi kokoh “ ( QS. An-Nisa’/4 : 78 )

Apabila keyakinan ini telah melekat pada hati seorang muslim, maka ia tidak akan pernah merasa takut
dan hina dalam mempertahankan dan menegakkan agama pada kondisi bagaimanapun juga, lebih-lebih ia
yakin bahwa keberaniannya tidak akan mengurangi umurnya sedikit pun juga dan bahwa pengecut tidak
akan menambah umurnya sedikitpun juga.

2. Terbebasnya jiwa manusia dari takut tidak mendapatkan rizki.

Seorang mukmim yakin bahwa rizki ada di tangan Allah. Seseorang betapapun tinggi jabatannya dan
kedudukannya tidak bisa mengurangi rizki siapapun juga. Firman Allah :

‫ﻕ ُﺫﻭ ﺍﻟ ُﻘﻮﺓ ﺍﻟﻤﺘﻴ‬


ُ ‫ﻮ ﺍﻟﺮﺯﺍ‬ ‫ﺇﻥ ﻪﻠﻟﺍ‬

" Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh “. (QS.
Adz-Dzariyat/51 : 58 ).

Dalam ayat lain Allah berfirman :

‫ﻭﻣﺎ ﻣﻦ ﺩﺍﺑﺔ ﻓﻲ ﺍﺄﻟﺭﺽ ﺇﻟﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻪﻠﻟ ﺭﺯ ُﻗﻬﺎ‬

" Dan tidak ada suatu binatang melatapun ( makhluk yang bernyawa ) melainkan Allah-lah yang
memberi rizkinya “. (QS. Hud/11 : 6 )

Dewasa ini banyak orang yang tidak berani melaksanakan ajaran agamanya atau menyatakan
hak dan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar lantaran ambisi terhadap sesuap nasi, dengan
anggapan komitmennya melaksanakan ajaran Islam dan konsistemnya mengerjakan kebenaran akan
mengancam makannya. Mereka lupa bahwa yang maha pemberi rizki itu adalah Allah SWT. Orang–orang
yang mereka takutkan mengancam adalah seperti mereka juga, tidak bisa memberikan manfaat dan
bahaya, tidak bisa memberikan rizki sedikitpun kecuali yang ditentukan Allah.

Sikap yang benar adalah bahwa keberanian menegakkan kebenaran pada diri sendiri dan orang lain
tidak akan mengurangi rizki sedikitpun juga. Sebagaimana takut menegakkan kebenaran tidak akan
menambah rizki sedikitpun juga.

3. Terbebasnya jiwa manusia dari sifat egois, kikir dan rakus.

Tabi’at manusia sangat mencintai harta , ia kikir dan rakus. Firman Allah :

‫ﻭ ُﺗﺤ ُﺒﻮﻥ ﺍﻟﻤﺍﻝ ﺒﺎ ﺟﻤﺎ‬

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan “ ( QS. Al-Fajr/89 : 20) Allah

juga berfirman :
‫ﻗ ُﺘﻮﺭﺍ‬ ‫ﻭﻛﺎﻥ ﺍﺈﻟﻧﺴﺎ‬

“Dan adalah manusia itu sangat kikir “ (QS. Al-Isra’/17 : 100)

Tabi’at manusia semacam ini adalah tabia’t manusia yang tidak tersentuh aqidah. Jika aqidah Islam
telah merasuk ke dalam lubuk hati seorang manusia , maka ia akan terbebas dari sifat cinta harta,
egois, kikir, dan semacamnya, bahkan ia akan mengutamakan orang lain dalam kesenangan, dan mau
berkorban untuk membela orang lain .

Seorang mukmin yakin bahwa harta yang ada di tangannya, pada dasarnya milik Allah, ia akan senang
hati melaksanakan perintah Allah pada hartanya seperti zakat, infak dan shadaqah.
Seorang mukmin yakin bahwa mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah merupakan sebab mendapatkan
ridho Allah. Pada waktu yang bersamaan ia yakin bahwa zakat, infaq, shadaqah tidak akan mengurangi
harta, bahkan akan menyebabkan harta itu menjadi berkah dan berkembang.

Firman Allah :

‫ﻢ ﻭﺃﻧﻔ ُﻘﻮﺍ ﻟ ُﻬﻢ ﺃﺟ ٌﺮ ﻛﺒﻴ ٌﺮ‬ ‫ﺴﺘﺨﻠﻔﻴﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣ ُﻨﻮﺍ ﻣﻨ‬ ‫ﻮﻟﻪ ﻭﺃﻧﻔﻘُﻮﺍ ﻣﻤﺎ ﺟﻌﻠ ﻢ‬ ‫ﺁﻣ ُﻨﻮﺍ ﺏﻪﻠﻟﺍ ﻭﺭ‬

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. Al-Hadid/57 : 7)

‫ﻮ ﺧﻴ ُﺮ ﺍﻟﺮﺍﺯﻗﻴﻦ‬
‫ﻭﻣﺎ ﺃﻧﻔﻘ ُﺘﻢ ﻣﻦ ﺷﻲﺀ ﻓ ُﻬﻮ ﺨﻠُﻔ ُﻪ ﻭ‬
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki
yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’/34 : 39)

Sabda Rasulullah saw. :

‫ ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳ‬: ‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ‬. ُ‫ﻪﻠﻟ ﺇﺎﻟ ﺭﻓﻌ ُﻪ ﻪﻠﻟﺍ‬ ‫ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣ‬، ‫ ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﺭ ﺎﻠ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﺎﻟ ﻋﺰﺍ‬، ‫ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗ ﻣﻦ ﻣﺍﻝ‬
‫ﺻﺤﻴ ٌﺢ‬ ‫) ﺣﺴ‬

" Shadaqah tidak akan mengurangi harta, Allah tidak akan menambah seorang hamba lantaran
memaafkan kecuali kemuliaan, dan seseorang tidaklah tawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan
mengangkat derajatnya.” (HR. Tirmidzi, dan ia mengatakan : hadits hasan shahih).

4. Hati yang selalu ingat kepada Allah.

Seorang muslim yakin bahwa Allah selalu mengetahui dan mengawasi tingkah laku hamba-Nya, baik
yang dilakukan terang-terangan ataupun secara sembunyi. Orang yang hatinya selalu ingat kepada Allah
yang selalu mengawasinya akan meninggalkan larangan-larangan Allah; ia tidak mencuri, menipu,
berkhianat dan sebagainya. Ia tidak akan mengambil sedikitpun harta yang bukan miliknya sekalipun
harta itu melimpah ruah, dan sekalipun ia seorang fakir miskin.

Jadi , orang yang kuat imannya akan selalu meninggalkan maksiat, karena ia yakin bahwa Allah selalu
melihatnya walaupun tidak seorangpun yang melihatnya. Orang yang melakukan maksiat menunjukan
bahwa hatinya sedang lemah. Firman Allah :

‫ُﻬﻢ ﻭﺎﻟ ﺃﺩﻧﻰ‬


‫ﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﺄﻟﺭﺽ ﻣﺎ ﻳ ﻮ ﻣﻦ ﻧﺠﻮﻯ ﺛﺎﻠﺛﺔ ﺇﺎﻟ ﻮ ﺭﺍﺑ ُﻌ ُﻬﻢ ﻭﺎﻟ ﺧﻤﺴﺔ ﺇﺎﻟ ﻮ ﺳﺎﺩ‬ ‫ﺃﻟﻢ ﺗﺮ ﺃﻥ ﻪﻠﻟﺍ ﻳﻌﻠ‬
‫ﻨﺒُﺌ ُﻬﻢ ﺑﻤﺎ ﻋﻤ ُﻠﻮﺍ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺇﻥ ﻪﻠﻟﺍ ﺑ ﻞ ﺷﻲﺀ ﻋﻠﻴ‬ ‫ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﺎﻟ ﺃﻛﺜﺮ ﺇﺎﻟ ﻣﻌ ُﻬﻢ ﺃﻳﻦ ﻣﺎ ﻛﺎ ُﻧﻮﺍ ﻢ ﻮ‬

“Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhanya Allah mengetahui apa yang ada di di langit dan
apa yang ada di bumi ? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang
keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara ) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya dan
tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia
ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala
sesuatu “ (QS. Al-Mujadalah/58 : 7 )

Jika seandainya pada suatu waktu melakukan maksiat karena lalai, seorang muslim yang hatinya selalu
ingat kepada Allah akan segera menghindari kelalaiannya , dia akan segera taubat dan mohon ampun
kepada Allah.

Firman Allah :

‫ﺼ ُﺮﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﻌ ُﻠﻮﺍ‬ ‫ُﻧﻮﺏ ﺇﺎﻟ ﺍﻟﻠ ُﻪ‬ ‫ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺇﺫﺍ ﻓﻌ ُﻠﻮﺍ ﻓﺎﺣﺸﺔ ﺃﻭ ﻇﻠ ُﻤﻮﺍ ﺃﻧ ُﻔﺴ ُﻬﻢ ﺫﻛ ُﺮﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺎﺳﺘﻐﻔ ُﺮﻭﺍ ﻟ ُ ﻧﻮﺑﻬﻢ ﻭﻣﻦ ﻳﻐﻔ ُﺮ ﺍﻟ‬
‫ﻭﻟﻢ‬
) ‫)ﻭ ﻢ ﻳﻌﻠ ُﻤﻮﻥ‬135
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui. (QS. Ali Imran/3 : 135)

5.Terbebasnya manusia dari penghambaan terhadap nilai–nilai jahiliyah.

Islam membagi masyarakat kepada dua bagian : masyarakat Islam dan masyarakat jahiliyah. Masing-
masing masyarakat ini mempunyai standar nilai dan cirri yang berbeda-beda.

Di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah punya sangkaan atau pandangan yang tidak benar terhadap
Allah (QS. Ali-Imron/3 : 154), seperti keyakinan orang-orang musyrikin jahiliyah bahwa malaikat anak
Allah. Dalam urusan kehidupan manusia, masyarakat jahiliyah tidak berhukum kepada hukum Allah,
tetapi berhukum kepada hukum manusia ( QS. Al-Maidah/5 : 50
). Di antara ciri masyarakat jahilyah juga adalah berprilaku jahiliyah, seperti prilaku kaum wanitanya
yang memamerkan aurat dan dandanannya ( QS. Al-Ahzab/33 : 33). Begitu juga di antara ciri masyarakat
jahiliyah adalah menjadikan ikatan kesukuan (hubungan darah), nasionalisme (hubungan tanah air) atau
hubungan kepentingan bersama sebagai dasar ikatan berkumpul dan berserikat, bukan atas dasar
kebenaran ( QS. Al-Fath/48 : 26).

Islam membangun masyarakat atas dasar pandangan atau keyakinan yang benar, Allah-lah yang
menciptakan dan mengatur alam ini. Allah-lah satu-satunya ilah yang berhak diibadahi dan ditaati, dan
hanya Allah-lah yang memiliki segala sifat keagungan dan kesempurnaan. Islam menetapkan hanya
Allah yang berhak memutuskan aturan dan hukum, orang yang membuat aturan yang bertentangan
dengan aturan Allah berarti ia telah merampas hak Allah. Dan orang yang mentaati aturan yang
bertentangan dengan aturan Allah tersebut berarti telah memberikan salah satu bentuk ibadah kepada
selain Allah. Islam menghendaki tingkah laku yang baik dan akhlak yang lurus mendominasi
masyarakat. Untuk itu Islam melarang wanita memamerkan aurat dan dandanannya, lemah lembut
dalam berbicara sehingga mendorong laki-laki untuk berbuat jahat terhadap mereka. Islam melarang
pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita yang akan membawa menyebarnya perbuatan yang tercela.
Islam menjadikan ikatan aqidah dan agama sebagai dasar dalam bermasyarakat, berkumpul dan
bersatu, bukan ikatan hubungan darah, tanah air atau kepentingan bersama.

6. Sabar dalam menghadapi kesulitan dan cobaan.

Seorang mukmin ketika meyakini bahwa segala urusan ada di tangan Allah, dan tidak seorangpun yang
mampu memberikan manfaat dan bahaya, ia akan menghadapi segala kesulitan dengan lapang dada
penuh kerelaan dan pasrah diri, sehingga ia bersikap sabar serta mengharapkan pahala dari Allah.
Pada waktu yang sama keimanan dapat meringankan rasa sakit dan kesedihan.

Firman Allah :
‫ﺏﻪﻠﻟﺍ ﻳﻬﺪ ﻗﻠﺒ ُﻪ ﻭﺍﻟﻠ ُﻪ ﺑ ﺆﻣﻦ ﻞ ﺷﻲﺀ ﻋﻠﻴ‬ ‫ﺼﻴﺒﺔ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻥ ﻪﻠﻟﺍ ﻭﻣﻦ‬ ‫ﻣﺎ ﺃﺻﺎﺏ ﻣﻦ‬

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghabun/64 : 11)

Sabda Rasulullah saw. :


‫ﻟﻠ ُﻤﺆﻣﻦ ‪ ،‬ﺇﻥ ﺃﺻﺎﺑﺘ ُﻪ ﺳﺮﺍ ُﺀ ﺷﻜﺮ ﻓﻜﺎﻥ ﺧﻴﺮﺍ ﻟ ُﻪ ‪،‬‬ ‫ﺣﺪ ﺇﻻ‬ ‫ﻷ‬ ‫ُﻪ ﻟ ُﻪ ﺧﻴ ٌﺮ ‪ ،‬ﻭﻟﻴﺲ ﺫﻟﻚ‬ ‫ﻣﺮ ﺍﻟﻤ ﻣﻦ ﺇﻥ ﺃﻣﺮ ُﻩ‬ ‫ﻷ‬ ‫ﻋﺠﺒﺎ‬
‫ﻭﺇﻥ‬ ‫ﻠ‬
‫‪ .‬ﺃﺻﺎﺑﺘ ُﻪ ﺿﺮﺍ ُﺀ ﺻﺒﺮ ‪ ،‬ﻓﻜﺎﻥ ﺧﻴﺮﺍ ﻟﻪُ‬
“Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin itu. Perkaranya semua baik, dan itu tidak ada pada
seorangpun selain orang mukmin. Jika mendapatkan kegembiraan bersyukur, itu baik baginya. Dan
jika ditimpa kesusahan bersabar, itupun baik baginya “. (HR. Muslim ).

7. Terbebasnya jiwa manusia dari sikap zalim.

Islam mewajibkan umatnya bersikap adil dan sekaligus melarang mereka bersikap zalim, serta
memerintahkan mereka untuk mencegah kezaliman dari orang lain. Misi umat Islam dalam setiap
ekspansi (futuhat) adalah mengeluarkan umat manusia dari sempitnya dunia kepada luasnya akhirat dan
dari zalimnya agama-agama kepada adilnya Islam. Dalam menegakkan keadilan, Islam tidak membeda-
bedakan kerabat atau keturunan seperti tekad Rasulullah yang akan memotong tangan putrinya Fatimah
jika mencuri.

8. Terbebasnya akal manusia dari segala bentuk khurafat.

Jika seorang mukmin meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah yang mengetahui hal- hal yang
ghaib, memiliki manfaat dan bahaya, maka sudah barang tentu ia akan terbebas dari anggapan-
anggapan bahwa ada kekuatan selain Allah yang dapat mengetahui hal-hal yang ghaib serta dapat
memberikan manfaat kepada seseorang dan dapat menghindarkannya dari bahaya. Dengan demikian
ia tidak akan meminta pertolongan kepada tukang sihir, dukun, paranormal atau siapapun juga, karena
mereka tidak mengetahui hal-hal yang ghaib dan tidak memiliki manfaat dan bahaya untuk dirinya dan
orang lain. Meminta pertolongan kepada mereka untuk mendapatkan manfaat seperti mendapatkan
pekerjaan, naik jabatan, mendapatkan jodoh dan sebagainya; atau agar terhindar dari bahaya seperti
sembuh dari penyakit, aman dari orang yang memburunyan dan semacamnya, dengan keyakinan
mereka itu bisa memberikan manfaat dan menghindarkan dari bahaya yang mengancamnya adalah
merupakan perbuatan syirik yang dapat mengeluarkannya dari keimanan.

Anda mungkin juga menyukai