Anda di halaman 1dari 54

BLOK BIOMEDIK 3

LAPORAN PBL 21 Maret 2021

“Oh Bilirubin”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

DOSEN PENGAMPU

Elpira Asmin.SKM, M.Kes

PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON 2021

1
Nama Anggota Kelompok
Nama Ketua :Dian Hermayani NIM : 2020-83-048

Seketaris 1 :Khaerah Umma NIM : 2020-83-051


Seketaris 2 :Muhammad Zaidan Ash Shiddiqie NIM : 2020-83-047
Anggota :Endah Suharni NIM : 2017-83-046

Brigita E. Kabrahanubun NIM : 2017-83-054

Suci A. Reniurnawin NIM : 2017-83-059

Siti Aisyah Heringguhir NIM : 2017-83-063

Natasya Dian Evangeline NIM : 2020-83-042

Azhar Deva Wijaya NIM : 2020-83-043

Ceriana Putri Yulia NIM : 2020-83-044

Alvin Muhammad Faiq Al Faris NIM : 2020-83-045

Sanfia Fella Masahe NIM : 2020-83-046

Betriafely Meria Sunbanu NIM : 2020-83-049

Syarifah Nur Ulfah Abdullah NIM : 2020-83-050

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini memuat hasil diskusi kami selama
tutorial 1 dan tutorial 2 Problem Based Learning (PBL). Skenario yang kami
bahas yaitu berjudul ”Oh Bilirubin”

Laporan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Elpira Asmin.SKM, M.Kes selaku tutor yang telah mendampingi kami
selama diskusi PBL berlangsung.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan PBL ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan PBL ini. Oleh karena itu, kami mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan laporan PBL kami ini selanjutnya. Akhir kata
semoga laporan PBL ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi setiap orang
yang membacanya.

Ambon, 21 Maret 2021

Kelompok 5

3
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Daftar Gambar ------------------------------------------------------------------------------------ 6


1.2 Permasalahan ------------------------------------------------------------------------------------- 8
1.3 Pemecahan Masalah ------------------------------------------------------------------------------ 8
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dari Sistem Hepatobilier

A.Hepar -------------------------------------------------------------------------------------------- 17

B. Vesica fellea ----------------------------------------------------------------------------------- 23

C. Duktus Cysticus, Duktus Choledocus, Spinchter oddi --------------------------------- 24

D. Duodenum ------------------------------------------------------------------------------------- 25

2.2 Histologi

A. Hepar ----------------------------------------------------------------------------------------- 29

B. Vesica fellea ---------------------------------------------------------------------------------- 31

2.3 Fisiologi

A. Mekanisme pembentukan bilirubin ------------------------------------------------------- 32

B. Proses Ekskresi dari bilirubin -------------------------------------------------------------- 36

2.4 Menjelaskan Fungsi

A. Hepar ------------------------------------------------------------------------------------------ 39

B. Vesica fellea ---------------------------------------------------------------------------------- 40

2.5 Definisi +penjelasan lain yang berkaitan dengan skenario

A. Ikterus fisiologis dan Bilirubin------------------------------------------------------------- 41

4
B. Biliverdin dan Urobilin---------------------------------------------------------------------- 44

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------- 52

3.2 Daftar Pustaka ----------------------------------------------------------------------------------- 53

5
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Pembagian Regio Abdomen

Gambar 1.2 facies diaphragma

Gambar 1.3 Ligamentum yang terkait dengan hepar2

Gambar 1.4 hepar tampak viceralis

Gambar 1.5 hepar tampak posterior

Gambar 1.6 Arteri pada hepar

Gambar 1.7 vesicae fellea

Gambar 1.8 Duodenum

Gambar 1.9 Vaskularisasi Duodenum

Gambar 2.1 Hepar

Gambar 2.2 Lobulus Hepar

Gambar 2.3 Vesica fellea

Gambar 2.4 Vesica fellea

Gambar 3. 1 Metabolisme bilirubin


Gambar 3.2 : Pembentukan bilirubin
Gambar 3.3 Pembentukan dan eksresi dari bilirubin

Gambar 5.1 Gambaran Umum metabolisme Urobilin dan Biliverdin

Gambar 5.2 Metabolisme Urobilinogen

Gambar 5.3 Jalur produksi pigmen empedu di kesehatan

Gambar 5.4 Jalur metabolisme dari degradasi heme dan pembentukan bilirubin

6
Gambar 5.5 Struktur Kimia Bilirubin dan Biliverdin

Gambar 5.6 Ekskresi Bilirubin

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan
“Oh Bilirubin”
Pengalaman memiliki anak pertama, membuat A dan B banyak bertanya.
Mereka bingung melihat mata dan wajah anaknya baru berusia 4 hari menjadi
agak kuning. Tinja dan air seni nya pun berubah warna tidak seperti hari pertama.
Mereka memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dikatakan bahwa
anaknya mengalami ikterus fisiologis karena peningkatan bilirubin tak
terkonjugasi.

1.2 Pemecahan Permasalahan

Step 1

Identifikasi kata sukar :

1. Zaidan: ikterus fisiologis= (kak Aisyah) ikterus yang normal yaitu jika
dia muncul setelah 24-72 jam dan menghilang sebelum usia 2 minggu.
Pada kondisi ini bilirubin yang belum terkonjugasi terdeteksi kurang dari
15mg/dl. (Sanfia) merupakan peningkatan pada kadar bilirubin dalam satu
minggu pertama kehidupan. (ceri) ikterus dikenal di masyarakat yaitu
penyakit kuning, kondisi dimana kulit berubah menjadi kuning.
2. Kak brigita: bilirubin= (Alvin) bilirubin adalah pigmen empedu hasil
dari perombakan HEM, jaringan retikuloendotel. Kemudian, diubah sel
hati untuk dikeluarkan melalui empedu. (Ceri) berfungsi untuk
memberikan warna pada feses dan urine. (Sanfia) pigmen empedu yang
dihasilkan melalui pencegahan heme dan reduksi bilivedrin. (Kak Endah)
HEM adalah hasil hemolisis eritrosit dan protein Hem lainnya. Seperti,
sitokrom,mioglobin, peroksidase dan katalase.

8
3. Ceriana: konjugasi= (Ulfa) peristiwa transfer bahan genetik dari satu
individu ke individu lain. (Kak Brigita) peristiwa pertukaran suatu bahan.
(Natasya) dikaitkan dengan bilirubin, maksudnya adalah larut dalam air.
(Kak Suci) jika sudah terkonjugasi di hepar namanya indirect dan jika
belum terkonjugasi namanya direct atau belum melalui hepar.
4. Hera: tinja= (Azhar) hasil sisa akhir dari pencernaan berupa feses. (Dian)
hasil metabolisme setelah melewati proses fisik dan kimiawi yang terjadi
di dalam tubuh.
5. Dian: air seni= (Natasya) hasil sisa metabolisme berupa cairan yang
diekskresikan oleh ginjal.
A. Identifikasi kalimat kunci :
1. Betriafely melihat mata dan wajah anaknya baru berusia 4 hari menjadi
agak kuning.
2. Zaidan Tinja dan air seni nya pun berubah warna
3. Alvin anaknya mengalami ikterus fisiologis karena peningkatan bilirubin
tak terkonjugasi.

Step 2:

Identifikasi masalah
1. Kak Aisyah: Apa saja faktor penyebab ikterus?
2. Azhar: Organ apa saja yang terkait pada permasalahn di skenario?
3. Kak Brigita: hubungan antara usia dengan warna kuning yang diderita anak
pada kulitnya?
4. Kak Suci: Apa fungsi dasar dari bilirubin?
5. Kak Endah: Apa penyebab mata dan wajah anaknya berubah menjadi
kuning?
6. Betriafely: apakah ikterus merupakan penyakit turunan?
7. Kak Endah: Mekanisme peningkatan bilirubin?

9
8. Kak Suci: Poin apa yang membedakan dari ikterus fisiologis dengan ikterus
patologis?
9. Kak Brigita: mengapa tinja pada hari pertama normal dan pada hari keempat
berubah warna?
10. Hera: histologi dari hepar?

Step 3:

A. Hipotesis sementara :
1. Apa saja faktor penyebab ikterus?
Ceriana: pada skenario yaitu bayi, bilirubin jumlahnya banyak karena dari
proses perombakan eritrosit. Sedangkan, organ pada bayi baru lahir belum
berfungsi secara maksimal. Sehingga, bilirubin tersebut menumpuk dan tidak
terproses dengan baik. Maka terjadi ikterus. Kemudian juga ada ikterus
patologis, disebabkan oleh kelainan pada eritrosit yaitu berbentuk bulan sabit.
Zaidan: ada faktor jenis kelamin. Untuk jenis kelamin laki-laki lebih banyak
terjadi sekitar 50%. Faktor selanjutnya, efek samping obat-obatan yang
dikonsumsi ibu. Kemudian, faktor golongan darah, pada golongan darah O
lebih banyak mengidap yaitu sekitar 57%. Selanjutnya, faktor pemberian ASI
yang tidak cukup, sehingga ketika bayi baru lahir di lingkungannya tidak
tercukupi dengan maksimal.
Kak suci: faktor hati yang belum berproses dengan optimal dan faktor
golongan darah, yaitu pada golongan darah yaitu resus negatif dan positif.
Jika terjadi peningkatan bilirubin di bayi itu normal, karena organ hatinya
belum berfungsi dengan normal. Pada saat masih janin, bilirubin berasal dari
plasenta ibu.
Alvin: terjadi penyakit pada empedu. Seperti, penyempitan saluran empedu,
radang atau infeksi pada kantung empedu. Kemudian, kerusakan sel darah
merah seperti anemia sel sabit dan anemia hemolity.

10
Kak brigita: ASI dapat membantu proses metabolisme bilirubin, sehingga
memyebabkan tidak terjadi bilirubin yang berlebihan. Pada kehamilan,
bilirubin dari plasenta ibu ke janin, pada saat bayi lahir memerlukan waktu
untuk beradaptasi terhadap bilirubin.
2. Organ yang terlibat
Dian: hati berfungsi mensekresi hormon, vesica felea terdiri dari ductus
hepaticus communis, cysticus, hepatis dexter dan sinister, kemudian juga ada
lobus hepatis sinister dan dexter, dan juga ada arteri dan vena.
Betriafely: peran vesica felea yaitu sebagai tempat penyimpanan bilirubin.
3. Hubungan antara usia dengan warna kuning yang diderita anak pada kulitnya?
Azhar: penyakit kuning terjadi karena bilirubin yang berlebihan. Jika terjadi
bilirubin yang berlebihan akan menyebabkan kulit dan bola mata menjadi
warna kuning. Hubungan dengan skenario yaitu, karena organ-organ di dalam
belum berfungsi secara optimal, harus beradaptasi. Seperti organ yang terkait
yaitu, hati.
Sanfia: ketika bayi baru lahir pemecah bilirubin oleh ibu. Karena masih
beradaptasi jadi bayi perlu beberapa waktu.
4. Apa fungsi dasar dari bilirubin?
Betriafely: bilirubin adalah zat yang memberikan warna kuning pada tinja
dan urine.
Azhar: untuk menyerap lipid dalam sistem pencernaan. Prosesnya yaitu, pada
bagian ductus biliaris akan menyatu dengan duodenum melalui papilla
duodeni major, cairan bilirubin akan bercampur dengan makanan pada
duodenum. Selain itu, bilirubin juga memberi warna pada feses dan urine.
5. Apa penyebab mata dan wajah anaknya berubah menjadi kuning?
Ulfa: normalnya bilirubin terbentuk karena adanya perombakan sel darah
yang nantinya kan dibawah ke sel dalam hati untuk diolah dan pada akhirnya
akan dibuang bersama urine dan tinja. Bayi pada skenario menderita penyakit
kuning, sehingga proses bilirubin tidak berjalan dengan baik. Akibatnya,

11
bilirubin menumpuk dalam darah sehingga menyebabkan perubahan warna
kuning pada bayi.
Azhar: sama saja seperti pada kulit karena bilirubin yang berlebihan. Jika
kelebihan bilirubin nanti akan terlihat pada yang menjadi berwarna kuning.
6. Apakah ikterus merupakan penyakit turunan?
Kak Aisyah: ikterus bukan penyakit turunan. Terjadi pada bayi baru lahir
atau pada minggu pertama kehidupan dan terjadi akibat peningkatan kadar
bilirubin dalam darah. Dapat membuat warna kulit berubah.
7. Mekanisme peningkatan bilirubin?
Azhar: eritrosit yang sudah tua akan dilisis lebih banyak dibandingkan yang
ekresikan sehingga menyebabkan warna kuning pada bayi tersebut. Juga
terkait dengan skenario homeostasis pada bayi belum optimal.
Zaidan: eritrosit jika telah mati pada usia 120 hari, nantinya dipecah menjadi
hem dan globin. Pada saat bayi, kadar hem didegradasi sangat banyak menjadi
biliverdin. Biliverdin diubah menjadi bilirubin. Kadar hem yang sangat
banyak menyebabkan hiperbilirubin. Bilirubin masuk ke dalam sel darah
terlebih dahulu selanjutnya masuk ke dalam hepar. Kerusakan hepatosit
membuat sekresi bilirubin ke duodenum menjadi berlebihan yang semula
hanyak mewarnai feses menjadi mewarnai sistem integumen dan sistem
indera, pada hal ini terkait dengan skenario yaitu mata.
8. Poin apa yang membedakan dari ikterus fisiologis dengan ikterus patologis?
Kak brigita: ikterus pada bayi muncul pada hari kedua, ketiga dan akan jelas
pada hari keenam. Sedangkan. Patologis yaitu dari 24 jam pertama sampai
lebih dari 2 minggu. Untuk kadarnya pada normal harus kurang dari 10mg/dl.
Natasya: ikterus fisiologis merupakan peristiwa yang normal pada bayi yang
baru lahir dan akan menghilang. Sedangkan, ikterus patologis itu tidak normal
dan nanti akan menjadi penyakit lain.
9. Mengapa tinja pada hari pertama normal dan pada hari keempat berubah
warna?

12
Azhar: hari pertama normalnya 2-3 hari, setelah hari keempat-keenam.
Terkait dengan skenario, ketika kelebihan bilirubin nantinya akan
memyebabkan tinja dan urin berwarna kuning pekat. Homeostasis pada bayi
belum optimal.
Ceriana: ibu yang baru melahirkan jumlah ASI sedikit, sehingga berkaitan
dengan skenario tinja dan urinnya berwarna kuning.
10. Histologi hepar
Ceriana: lobulus klasik bentuknya segi enam, pada bagian tengah ada vena
centralis, kemudia juga ada sel kupfer. Dibagian pinggir, ada trigonum
kiernan yang berisi arteri dan vena.
Kak endah: hepar merupakan kelenjar eksokrin yang berfungsi menghasilkan
cairan empedu. Untuk makroskopis hati, yaitu lobus bagian dekster dan lobus
sinister. Kemudian berwarna coklat. Untuk lobus hepar dexter terletak di regio
hipocondrium kanan sedangkan untuk lobus kiri terletak di regio
hipocondrium kiri. Juga dilapisi oleh kapsula fibrosa. Kapsula fibrosa
merupakan jaringan ikat yang tipis disebut juga dengan kapsula glison.
Bentuk lobus, seperti prisma terdiri dari 6 sudut. Di bagian sudut lobulus ada
segitiga kiernann, berisi arteri hepatica, vena portae hepatis, ductus biliaris
dan kapiler limfe. Ada sel endotel, sel kupfer dan sel fat storaging.

Step 4:

A. Klarifikasi masalah :
Biliverdin
B. Mind mapping:
Alvin :

13
14
Azhar :

A & B memiliki
anak pertama

Mereka bingung melihat mata dan wajah


anaknya yang baru berusia 4 hari menjadi
agak kuning

Ikterus fisiologis Ikterus patologis

Terjadi pada bayi


baru lahir

Organ-organ terkait belum


sepenuhnya bekerja

15
Learning objectives:

1. Kak suci: Anatomi sistem hepatobilier? (Hepar, vesica felea, ductus cysticus,
ductus choledocus, sphincter oddi, dan duodenum)
2. Kak siti: Histologi sistem hepatobilier?
3. Hera: Fisiologi dari mekanisme pembentukan bilirubin dan proses ekskresi
dari bilirubin?
4. Menjelaskan fungsi hepar dan vesica felea?
5. Pengertian ikterus fisiologi, bilirubin, biliverdin dan urobilin?

16
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dari Sistem Hepatobilier

A. Hepar

Hepar merupakan organ kelenjar yang ada di tubuh manusia. Hepar terletak di
regio hypochondrium dextra, regio epigastrium dan meluas ke regio hypochondrium
sinistra.

Gambar 1.1 Pembagian Regio Abdomen


Sumber : Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Gray’s Basic Anatomy. 3rd ed. Philadelphia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2012. 167–171 p.

17
Hepar dibagi menjadi dua pars yaitu facies diafragmatica dan facies viceralis.
Facies diaphragmatica hepar, memiliki permukaan yang halus dan berbentuk kubah,
terletak berhadapan dengan facies inferior diaphragma.1 Pada facies diaphragma
hepar ini dibagi menjadi dua lobus yaitu, lobus dextra dan lobus sisnistra yang
dipisahkan oleh ligamentum falciformes hepatis.

Gambar 1.2 facies diaphragma


Sumber : Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Gray’s Basic Anatomy. 3rd ed. Philadelphia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2012. 167–171 p.

Facies visceralis hepar tertutup peritoneum viscerale, kecuali pada fossa


vesicae billiaris/felleae dan pada porta hepatis (pintu gerbang menuju hepar). Pada
facie viceralis ditemukan struktur-struktur yang berhubungan dengan hepar
diantaranya adalah oesophagus, pars anterior gaster dextra, pars superior duodenum,
omentum minus, vesica fellea, flexura coli dextra, sisi kanan colon transversum, ren
dexter dan glandula suprarenalis dextra.

18
Gambar 1.3 Ligamentum yang terkait dengan hepar2
Sumber : Frank H. Netter M. Atlas Of Human Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. 277 p.

Gambar 1.4 hepar tampak viceralis


Sumber : Frank H. Netter M. Atlas Of Human Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. 277 p.

Pada hepar juga banyak sekali ligamen yang menghubungkan hepar dengan
organ atau struktur yang ada di dekatnya. Ligamen yang berhubungan dengan hepar

19
diantaranya adalah ligamentumm falciforme yang memisahkan lobus hepatis dextra
dan lobus hepatis sinistra, ligamentum hepatogastricum menghubungkan hepar dan
gaster, ligamentum hepatoduodenale yang menghubungkan hepar dengan duodenum,
dan ligamentum triangulare dextrum dan ligamentum triangulare sinistrum dan
ligamentum coronarium dextra dan ligamentum triangulare sinistra yang
menghubungkan hepar dengan diaphragma.

Gambar 1.5 hepar tampak posterior


Sumber : Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Gray’s Basic Anatomy. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier
Churchill Livingstone; 2012. 167–171 p.

Pada facies hepatis viceralis, hepar di pisahkan menjadi lobus hepatis dextra
dan lobus hepatis sinistra oleh fossae vesicaebiliaris dan vena cava inferior. Lobus
dextra mempunyai ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan lobus sinistra.
Pada lobus dextra terdapat dua lobus yaitu lobus quadratus yang terletak dekat
dengan vesicae fellea dan lobus qaudatus yang berada di dekat vena cava inferior.

Lobus quadratus terlihat di pars anterior facies visceralis hepar dan dibatasi
disisi kiri oleh suatu fissura ligamenti teretis dan pada sisi kanan oleh suatu fossa

20
vesicae biliaris. Fungsinya berhubungan dengan lobus sinister hepatis. Lobus
caudatus terlihat pada pars posterior facies visceralis hepar. Struktur ini dibatasi di
sisi kiri oleh suatu fissura ligamenti venosi dan di sisi kanan oleh sulcus vena cavae
(inferior). Fungsinya, berbeda dengan lobus dexter hepatis dan lobus sinister hepatis.

Gambar 1.6 Arteri pada hepar


Sumber : Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Gray’s Basic Anatomy. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier
Churchill Livingstone; 2012. 167–171 p.

Suplai arterial hepar berasal dari arteria hepatica dextra dari arteria hepatica
propria (cabang dari arteria hepatica communis dari truncus coeliacus), dan arteria
hepatica sinistra dari arteria hepatica propria (sebuah cabang dari arteria hepatica
communis dari truncus coeliacus).1

A. Hepar
Hepar merupakan organ viscera terbesar pada tubuh manusia dan
terutama terletak di regio hypochondrium dextra dan epigastrium, meluas ke
dalam regio hypochondrium sinistra (atau di dalam kuadran kanan atas,
terbentang hingga kuadran kiri atas). 1

21
Facies hepar meliputi:
1. Facies diaphragmatica ke arah anterior, superior, dan posterior.
Facies diaphragmatica hepar, yang halus dan berbentuk kubah,
terletak berhadapan dengan facies inferior diaphragm. Facies ini
berhubungan dengan recessus subphrenici dan hepatorenalis. 1
2. Facies visceralis ke arah inferior. Facies visceralis hepar tertutup
peritoneum viscerale, kecuali pada fossa vesicae billiaris/felleae
dan pada porta hepatis (pintu gerbang menuju hepar). Struktur-
struktur yang berhubungan dengan facies ini adalah esophagus,
pars anterior bagian kanan gaster, pars superior duodeni, omentum
minus, vesica fellea (biliaris), flexura coli dextrae, sisi kanan
colon transversum, ren dexter, dan glandula suprarenalis dextra. 1
Hepar melekat pada dinding anterior abdomen oleh suatu ligamentum
falciforme dan, kecuali pada sebagian kecil hepar yang berhadapan langsung
dengan diaphragma (area nuda/bare area), hepar hampir seluruhnya
dikelilingi oleh peritoneum viscerale menghubungkan hepar menuju gaster
(ligamentum hepatogastricum), duodenum (ligamentum hepatoduodenale),
dan diaphragma (ligamenta triangulare dextrum dan sinistrum dan
ligamentum coronarium anterior dan posterior). 1
Hepar dibagi menjadi lobus dexter hepatis dan sinister oleh fossae
vesicaebiliaris dan vena cava inferior. Lobus dexter hepatis adalah yang lebih
besar, sedangkan lobus sinister hepatis yang lebih kecil. Lobus caudatus dan
lobus quadratus terletak di lobus dexter hepatis, tetapi secara fungsi berbeda. 1
1. Lobus quadratus terlihat di pars anterior facies visceralis hepar dan
dibatasi disisi kiri oleh suatu fissura ligament teretis dan pada sisi
kanan oleh suatu fossa vesicae biliaris. Fungsinya berhubungan
dengan lobus sinister hepatis. 1
2. Lobus caudatus terlihat pada pars posterior facies visceralis hepar.
Struktur ini dibatasi di sisi kiri oleh suatu fissure ligamenti venosi

22
dan di sisi kanan oleh sulcus vena cavae (inferior). Fungsinya,
berbeda dengan Lobus dexter hepatis dan lobus sinister hepatis. 1
B. Vesica fellea
Vesica biliaris (fellea)

Gambar 1.7 vesicae fellea


Sumber : Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Gray’s Basic Anatomy. 3rd ed. Philadelphia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2012. 167–171 p.
Vesica biliaris (fellea) adalah suatu kantung berbentuk buah pir yang
terletak pada facies visceralis lobus dexter hepatis di dalam suatu fossa di
antara lobus dexter hepatis dan lobus quadratus. 1Vesicae fellea mempunyai
struktur yaitu, fundus vesicae fellea, fundus ini mempunyai bentuk bulat,
corpus vesicae fellea yang merupakan badan dari vesicae fellea yang
mempunyai bentuk besar, corpus vesicae fellea terletak di depan colon
transversum dan pars superior duodeni, dan yang terakhir adalah collum
vesicae fellea yang merupakan leher dari vesicae fellea, collum ini juga
merupakan bagian sempit dari vesicae fellea.

23
Suplai arterial untuk vesicae biliaris adalah arteria cystica cabang dari
arteria hepatica dextra (ramus dexter arteria hepatica propria).Vesica
biliaris menerima, mengkonsentrasikan, dan menyirnpan empedu dari hepar. 1

Vesica biliaris (fellea) adalah suatu kantung berbentuk buah pir yang
terletak pada facies visceralis lobus dexter hepatis di dalam suatu fossa di
antara lobus dexter hepatis dan lobus quadratus. 1
1. Struktur ini memiliki:suatu ujung yang membulat (fundus vesicae yang
terletak pada margo inferior hepar. 1
2. suatu bagian besar di dalam fossa (corpus vesicae biliaris), yang dapat
terletak di depan colon transversum dan pars superior duodeni. 1
3. suatu bagian yang sempit (collum vesicae biliaris) dengan tunica mucosa
vesicae biliaris yang membentuk lipatan spiral. 1
Suplai arterial untuk vesica biliaris adalah arteria cystica cabang dari
arteria hepatica dextra (ramus dexter arteria hepatica propria). Vesica biliaris
menerima, mengkonsentrasikan, dan menyirnpan empedu dari hepar. 1
C. Duktus Cysticus, Duktus Choledocus, Spinchter oddi
Sistem ductus untuk saluran empedu dirnulai dari hepar, berhubungan
dengan vesica biliaris/fellea, dan bermuara ke dalam pars descendens duodeni.
Penggabungan ductusductus dimulai dari parenchyma hepar dan berlanjut
sampai ke ductus hepaticus dexter dan sinister terbentuk. Ductus-ductus
tersebut mengalirkan masing-masing lobus hepatis. 1
Kedua ductus hepaticus tersebut bergabung membentuk ductus hepaticus
communis, yang berjalan, dekat dengan hepar, bersama arteria hepatica
propria dan vena portae hepatis di dalam tepi bebas omentum minus. 1
Saat ductus hepaticus communis berlanjut ke bawah, struktur ini bergabung
dengan ductus cysticus dari vesica biliaris/fellea. Keduanya membentuk
ductus hiliaris/choledochus. Pada titik ini, ductus biliaris terletak di kanan

24
arteria hepatica propria dan biasanya di sisi kanan dan anterior dari, vena
portae hepatis di dalam tepi bebas omentum minus dihat. Foramen
omentale/epipioicum berada di posterior dari struktur-struktur tersebut. 1
Ductus biliaris berlanjut ke bawah, lewat di posterior pars superior duodeni
sebelum bergabung dengan ductus pancreaticus untuk memasuki pars
descendens duodeni pada papill duodeni major. 1
Ductus pancreaticus dimulai dari cauda pancreatic. Ductus ini melintas ke
kanan melewati corpus pancreatis dan, setelah memasuki caput pancreatis,
berbelok ke inferior. Pada bagian bawah caput pancreatis, ductus pancreaticus
bergabung dengan ductus choledochus. Gabungan dari kedua struktur ini
membentuk ampulla hepatopancreatica (ampulla Vaterii), yang musuk ke pars
descendens duodeni pada papilla duodeni major. Di sekeliling ampulla
terdapat sphincter ampulla (sphincter Oddit), yang merupakan kumpulan otot
polos.1
D.Duodenum

Duodenum merupakan bagian pertama dari intestinum tenue. Struktur ini


berbentuk seperti huruf C. bersebelahan dengan caput pancreas, panjangnya sekitar
20-25 cm dan berada di atas umbilicus. Struktur ini terletak retroperitoneale kecuali
bagian awalnya, yang dihubungkan dengan hepar oleh suatu ligamentum
hepatoduodenale, yang merupakan bagian dari omentum minus. 1

Duodenum terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Pars superior (bagian pertama) terbentang dari ostium pyloricum gaster


sampai collum vesica fellea, berada tepatb di sisi kanan corpus vertebrae
L-1, dan berjalanan di anterior ductus choledochus, arteria
gastroduodenalis, vena porta hepatis, dan vena cava inferior.
2. Pars descendens (bagian kedua) duodeni berada tepat di sisi kanan garis
tengah tubuh dan terbentang dari collum vesica fellea sampai ke tepi

25
bawah vertebra L-3. Permukaan anteriornya disilang oleh colon
transversum, diposteriornya terdapat ren dextra dan di medialnya terdapat
caput pancreas. Bagian duodeni ini berisi papilla duodeni major yang
merupakan pintu masuk bersama oleh ductus choledochus dan ductus
pancreaticus, dan papilla duodeni minor yang merupakan pintu masuk
bagi ductus pancreaticus accessorius, dan pertemuan dari pre-enteron dan
mesenteron tepat di bawah papilla duodeni major.
3. Pars inferior/horizontalis (bagian ketiga) duodeni adalah bagian yang
terpanjang, menyilang vena cava inferior, aorta dan columna vertebralis.
Bagian ini disilang anteriornya oleh arteria mesenterica superior dan vena
mesenterica superior.
4. Pars ascendens (bagian keempat) duodeni berjalan naik di sisi kikir dari
aorta kira-kira tepat pada tepi atas vertebra L-3 dan berakhir sebagai
flexura duodenojejunalis yang dikelilingi oleh suatu lipatan peritoneum
yang berisi sabut-sabut musculus yang disebut sebagai musculus
suspensorius duodeni (ligamentum duodenum dari treitz).1

26
Gambar 1.8 Duodenum
Sumber : Drake RL, Vogle AW, Mitchell AWM. Gray's Anatomy for Students Flash
Card. 3rd ed. Philadelphia: Elseiver; 2011. 155p

Vascularisasi Duodenum

Suplai arterial duodenum meliputi:

• Cabang-cabang arteria gastroduodenalis


• Arteria supraduodenalis dari arteria gastroduodenalis
• Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior anterior
• Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior posterior
• Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis inferior anterior
• Rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis inferior posterior
• Cabang pertama arteria jejunales dari arteria mesenterica superior.1

27
Gambar 1.9 Vaskularisasi Duodenum
Sumber : Drake RL, Vogle AW, Mitchell AWM. Gray's Anatomy for Students
Flash Card. 3rd ed. Philadelphia: Elseiver; 2011. 156p.

28
2.2Histologi Sistem Hepatobilier

A. Histologi Hepar

Gambar 2.1 Hepar


Sumber : Mescher A. Junqueira's Basic Histology. 13th ed. New York: Mc Graw Hill Education;
2013.

Hepar disusun oleh lobulus-lobulus yang memiliki Panjang sekitar 1,5-2mm


dan lebar 1-1,2 mm yang berbentuk poligonal atau seperti sarang lebah. Memiliki
fungsi sebagai sintesa protein, sekresi empedu, penyimpanan metabolit, detoksidikasi.
Hepar terdiri atas sel hepatosit. Hepatosit adalah sel-sel hati yang berfungsi untuk
melepaskan sekresi endokrin ke dalam aliran darah dan sekresi eksokrin, yaitu cairan
empedu ke dalam saluran keluar, yaitu duktus biliaris. Setiap sel hati berbatasan
dengan ruang pembuluh darah, yaitu sinusoid. Sinusoid hati adalah saluran darah
yang melebar dan berliku-liku, dilapisi oleh lapisan tidak utuh sel endotel berfenestra
yang juga menunjukkan lamina basalis yang berpori dan tidak utuh. Sinusoid hati
juga mengandung makrofag yang disebut sel kuppfer. Hepatosit bergabung jadi satu,

29
keduanya dibatasi oleh ruang antarsel kecil, yaitu kanalikuli biliaris, cairan empedu
dialirkan ke dalam saluran ini. Celah Disse terletak di antara hepatosit dan sel
pembatas sinusoid. Dalam celah Disse terdapat mikrovili hepatosit, terkadang sel
penyimpan lemak (sel Ito) dan serat retikulin yang halus membentuk rangka hati.

Gambar 2.2 Lobulus Hepar


Sumber : Mescher A. Junqueira's Basic Histology. 13th ed. New York: Mc Graw Hill Education;
2013.

Lobulus klasik berbentuk prisma poligonal yang tersusun atas hepatosit dan
memiliki vena sentralis yang terletak di pusat dari lobules klasik tersebut. Lobulus
portal terbentuk atas tiga vena sentralis sebagai sudut atau tiga lobulus klasik yang
saling berdekatan dan vena sentralis sebagai tiap-tiap sudutnya.

Sel endothelial pada sinusoid

1. Sel endothelial
Berbentuk gepeng, tersebar, dan terbanyak pada sinusoid. Sifat fagositosisnya
tidak begitu jelas.
2. Sel Kupffer
Bentuknya seperti bintang atau sel stelata karena inti sel lebih menonjol.
Letaknya berada pada bagian dalam sinusoid
3. Sel fat storing

30
Disebut sel intertitiel oleh Satsuki atau liposit oleh Brofenmeyer. Sel ini terletak di
perisinusoid, sel ini mampu menyimpan lemak. Namun, fungsi dari sel ini tidak
diketahui

B. Histologi Vesica Fellea

Gambar 2.3 Vesica fellea


Sumber : Kuehnel W. Color Atlas of Cytology, Histology, adn Microscopic Anatomy. 4th ed.
Stuttgart: Thieme; 2003.

Vesica fellea adalah suatu organ yang memiliki struktur menyerupai kantong.
Fungsi dari Vesica fellea adalah untuk menyimpan serta memekatkan empedu dan
melepaskannya ke dalam duodenum setelah makan. Dindingnya terdiri dari tiga
lapisan, dimulai dari yang paling dalam yaitu tunika mukosa, tunika muskularis, dan
tunika serosa. Pada lamina propria tunika mukosa memiliki lipatan yang lebar
membententuk teluk atau foveolae, dilapisi epitel selapis kolumnair tinggi dengan
pembuluh darah yang banyak, kelenjar mukosa tersebar, jaringan ikat jarang, dan
tidak memiliki muskularis mukosa. Bagian tunika muskularis terdiri atas lapisan otot

31
polos tipis. Pada tunika serosa dilapisi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
dan limfe dengan permukaan luar dilapisi oleh peritoneum.

Gambar 2.4 Vesica fellea


Sumber : Mescher A. Junqueira's Basic Histology. 13th ed. New York: Mc Graw Hill Education;
2013.

Vesica fellea memiliki ciri khas yaitu terdapat Sinus Rockitansky Aschoff
yaitu sinus yang terbentuk karena invaginasi epitel permukaan yang menembus ke
lapisan otot & sampai ke lapisan jaringan ikat perimuskuler pada tunika submucosa
dekat dengan otot.

2.3 Fisiologi

A. Mekanisme pembentukan bilirubin

Bilirubin merupakan produk akhir dari degradasi heme. Heme yang diproduksi
tiap hari (0,2 g-0,3 g) berasal dari degradasi eritrosit tua yang mati di dalam sel
fagosit mononukleus dan sisanya berasal dari daur ulang hemoprotein hati. Dari
manapun asal heme, akan teroksidasi oleh ensim heme oxygenase menjadi biliverdin
yang kemudian oleh ensim biliverdin reduktase akan tereduksi menjadi bilirubin.
Bilirubin yang terbentuk di luar hati yaitu pada sistem sel fagosit mononukleus

32
(termasuk limpa), setelah terlepas akan berikatan dengan albumin serum. Proses
metabolisme dan transpor bilirubin di dalam sistem hepatoseluler mengikuti urutan
tersebut di bawah ini:

1. Bilirubin oleh sistem transpor seluler akan masuk ke dalam hepatosit melewati
membran sinusoid.
2. Protein sitosol di dalam sitoplasma hepatosit akan mengikat dan menghantar
bilirubin ke dalam retikulum endoplasmic.
3. Bilirubin akan dikonjugasikan dengan 1 atau 2 molekul asam glukoronat dengan
bantuan ensim uridine diphosphate-glucoronyl transferase.
4. Selanjutnya terjadi ekskresi bilirubin glucoronida yang tidak toksik dan larut
dalam air ke empedu. Sebagian besar bilirubin menjadi urobilinogen yang tidak
berwarna. Urobilinogen dan sisa pigmen yang masih utuh sebagian besar akan di
ekskresi lewat tinja. Kurang lebih 20% urobilinogen akan di reabsorbsi di ileum
dan kolon kemudian yang selanjutnya dikembalkan ke hati, akan di ekskresi
kembali sebagai empedu. Asam empedu yang terkonjugasi maupun yang tidak
terkonjugasi akan di reabsorbsi oleh ileum yang kemudian kembali ke hati melalui
sirkulasi enterohepatik.3

33
Gambar 3.1 Metabolisme bilirubin
Sumber : Aster KA. Robbins Basic Pathology. 9th ed. Elsevier; 2015. 605 p.

34
Gambar 3.2 : Pembentukan bilirubin
Sumber : Tortora GJ, Derrickson B. Tortora: principles of anatomy and physiology .
Edisi 14.2014

Proses pembentukan bilirubin, antara lain :2


a. Makrofag di fagositosis limpa, hati, atau sumsum tulang merah sel darah
merah pecah dan usang.
b. Bagian globin dan heme hemoglobin terbelah.
c. Globin dipecah menjadi asam amino, yang dapat digunakan kembali
mensintesis protein lain.
d. Besi dihilangkan dari bagian heme dalam bentuk Fe3 +, yang berhubungan
dengan transferin protein plasma transporter untuk Fe3 + di aliran darah.
e. Dalam serat otot, sel hati, dan makrofag limpa dan hati, Fe3 + terlepas dari
transferin dan melekat pada penyimpanan besi protein yang disebut ferritin.
f. Pada rilis dari situs penyimpanan atau penyerapan dari saluran pencernaan,
Fe3 + menempel kembali ke transferin.

35
g. Kompleks Fe3 + –transferrin kemudian dibawa ke sumsum tulang merah, di
mana sel sel prekursor RBC mengambilnya melalui reseptor-mediated
endositosis untuk digunakan dalam sintesis hemoglobin. Zat besi dibutuhkan
untuk bagian heme dari molekul hemoglobin dan asam amino diperlukan
untuk porsi globin. Vitamin B12 adalah juga dibutuhkan untuk sintesis
hemoglobin.
h. Erythropoiesis dalam sumsum tulang merah menghasilkan produksi sel
darah merah, yang memasuki sirkulasi.
i. Ketika besi dihilangkan dari heme, bagian heme non-besi dikonversi
menjadi biliverdin pigmen hijau, dan kemudian menjadi bilirubin, pigmen
kuning-oranye.
j. Bilirubin memasuki darah dan diangkut ke hati.
k. Di dalam hati, bilirubin dilepaskan oleh sel-sel hati ke empedu, yang mana
masuk ke usus kecil dan kemudian ke usus besar. Di usus besar, bakteri
mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
l. Beberapa urobilinogen diserap kembali ke dalam darah, dikonversi ke
pigmen kuning yang disebut urobilin dan dikeluarkan di air seni.
B.Proses Ekskresi dari bilirubin

Pembentukan empedu oleh hati dan fungsi garam empedu dalam proses
pencernaan serta proses absorpsi dalam saluran pencernaan banyak zat diekskresi ke
dalam empedu dan kemudian dikeluarkan dalam feses. Salah satunya adalah pigmen
bilirubin yang berwarna kuning kehijauan. Bilirubin merupakan hasil akhir
pemecahan hemoglobin yang utama. Namun, bilirubin juga merupakan suatu alat
yang sangat bernilai dalam mendiagnosis penyakit darah hemolitik maupun berbagai
jenis penyakit hati. Oleh sebab itu, sambil melihat Gambar 1(pementukan dan
ekskresi bilirubin), ikutilah penjelasan berikut.

Singkatnya, bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya (rata-rata 120
hari) dan menjadi terlalu rapuh untuk bertahan dalam sistem sirkulasi, membran

36
selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh jaringan makrofag
(disebut juga sistem retikuloendotelial) di seluruh tubuh. Hemoglobin mula-mula
dipecah menjadi globin dan heme, dan cincin heme dibuka untuk melepaskan (1) besi
bebas yang ditranspor ke dalam darah oleh transferin, dan (2) suatu rantai lurus terdiri
atas empat inti pirol yaitu substrat yang nantinya akan dibentuk menjadi pigmen
empedu. Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin, tetapi pigmen ini dengan
cepat direduksi menjadi bilirubin bebas, juga disebut bilirubin tidak terkonjugasi,
yang secara bertahap dilepaskan dari makrofag ke dalam plasma. Bentuk bilirubin ini
dengan segera bergabung sangat kuat dengan albumin plasma dan ditranspor dalam
kombinasi ini melalui darah dan cairan interstisial. Dalam beberapa jam, bilirubin
tidak terkonjugasi diabsorbsi melalui membran sel hati. Sewaktu memasuki sel hati,
bilirubin dilepaskan dari albumin plasma dan segera setelah itu sekitar 80 persen
berkonjugasi dengan asam glukuronat untuk membentuk bilirubin glukuronida, kira-
kira 10 persen berkonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan sekitar 10
persen berkonjugasi dengan berbagai zat lainnya. Dalam bentuk ini, bilirubin
dikeluarkan melalui proses transpor aktif ke dalam kanalikuli empedu dan kemudian
masuk ke usus.

37
Gambar 3.3 Pembentukan dan eksresi dari bilirubin
Sumber: Hall JE. Guyton and Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Amerika Serikat:
Elseiver; 2011.

38
2.4Menjelaskan Fungsi :

A. Hepar

Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh; organ ini dapat
dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan
adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

Hepar menghasilkan empedu setiap harinya. Empedu penting dalam proses


absorpsi dari lemak pada usus halus. Setelah digunakan untuk membantu absorpsi
lemak, empedu akan di reabsorpsi di ileum dan kembali lagi ke hepar. Empedu dapat
digunakan kembali setelah mengalami konjugasi dan juga sebagian dari empedu tadi
akan diubah menjadi bilirubin. 1,2

Metabolisme lemak yang terjadi di hepar adalah metabolisme kolesterol,


trigliserida, fosfolipid dan lipoprotein menjadi asam lemak dan gliserol. Selain itu,
hepar memiliki fungsi untuk mempertahankan kadar glukosa darah selalu dalam
kondisi normal. Hepar juga menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen.1,2

Metabolisme protein di hepar antara lain adalah albumin dan faktor


pembekuan yang terdiri dari faktor I, II, V, VII, VIII, IX, X. Selain metabolisme
protein tadi, juga melakukan degradasi asam amino, yaitu melalui proses deaminasi
atau pembuangan gugus NH2.1,2

Hepar memiliki fungsi untuk menskresikan dan menginaktifkan aldosteron,


glukokortikoid, estrogen, testosteron dan progesteron.1,2

Bila terdapat zat toksik, maka akan terjadi trasnformasi zat-zat berbahaya dan
akhirnya akan diekskresi lewat ginjal. Proses yang dialami adalah proses oksidasi,
reduksi, hidrolisis dan konjugasi. Pertama adalah jalur oksidasi yang memerlukan
enzim sitokrom P-450. Selanjutnya akan mengalami proses konjugasi glukoronide,
sulfat ataupun glutation yang semuanya merupakan zat yang hidrofilik. Zat-zat
tersebut akan mengalami transport 11 protein lokal di membran sel hepatosit melalui

39
plasma, yang akhirnya akan diekskresi melalui ginjal atau melalui saluran
pencernaan.1,2

Fungsi hepar yang lain adalah sebagai tempat penyimpanan vitamin A, D, E,


K, dan vitamin B12. Sedangkan mineral yang disimpan di hepar antara lain tembaga
dan besi.1,2

B. Vesica Felea

Fungsi Kantung Empedu

Fungsi kandung empedu yaitu sebagai berikut:

1. Menyimpan dan mengkonsentrasikan cairan empedu yang berasal dari


hati di antara dua periode makan.
2. Berkontraksi dan mengalirkan garam empedu yang merupakan turunan
kolesterol, dengan stimulasi oleh kolesistokinin,ke duodenum
sehingga membantu proses pencernaan lemak.3
Cairan empedu dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 mL per hari, terdiri dari
air, elektrolit, garam empedu, kolesterol, fosfolipid, bilirubin, dan senyawa organik
terlarut lainnya. Kandung empedu bertugas menyimpan dan menkonsentrasikan
empedu pada saat puasa. Kira-kira 90 % air dan elektrolit diresorbsi oleh epitel
kandung empedu, yang menyebabkan empedu kaya akan konstituen organik.3
Di antara waktu makan, empedu akan disimpan di kandung empedu dan
dipekatkan. Selama makan, ketika kimus mencapai usus halus, keberadaan makanan
terutama produk lemak akan memicu pengeluaran kolesistokinin (CCK). Hormon
ini merangsang kontraksi dari kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi,
sehingga empedu dikeluarkan ke duodenum dan membantu pencernaan dan
penyerapan lemak. Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan
akhirnya disekresikan bersama dengan konstituen empedu lainnya ke dalam
duodenum. Setelah berperan serta dalam pencernaan lemak, garam empedu
diresorpsi ke dalam darah dengan mekanisme transport aktif khusus di ileum

40
terminal. Dari sini garam empedu akan kembali ke sistem porta hepatika lalu ke
hati, yang kembali mensekresikan mereka ke kandung empedu. Proses
pendaurulangan antara usus halus dan hati ini disebut sebagai sirkulasi
enterohepatik. Dalam keadaan dimana kandung empedu tidak berfungsi dengan
baik, garam empedu yang telah melalui sirkulasi enterohepatik sebagian besar akan
disimpan di usus halus.3

2.5. Definisi +penjelasan lain yang berkaitan dengan skenario

A. Ikterus fisiologis

Ikterus fisiologis adalah kondisi kuning yang dialami bayi pada usia 2-3 hari.
Ikterus dapat terlihat di wajah bayi ketika kadar dalam serum mencapai sekitar 5
mg/dl. Ikterus ini juga bisa terlihat pada abdomen tengah jika kadar bilirubin kurang
lebih 15 ml/dl, dan di tumit kaki jika kadarnya sekitar 20 ml/dl. Pada hari kelima
hingga ketujuh, kadarnya berkurang menjadi sekitar 2 mg/dl. Kadar bilirubin serum
pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 ml/dl dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke-14.4

Faktor penyebab ikterus pada bayi baru lahir dikarenakan fungsi usus dan hati
yang belum bekerja secara sempurna sehingga banyak bilirubin yang tidak
terkonjugasi dan tidak terbuang dari tubuh. Selain itu, ikterus dapat terjadi
dikarenakan kurangnya ASI pada 2-3 hari pertama setelah kelahiran.4

B. Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah
merah usang. Rentang usia tipikal sel darah merah di dalam sistem sirkulasi adalah
120 hari. Sel darah merah yang telah usang dikeluarkan dari tubuh oleh makrofag
yang melapisi bagian dalam sinusoid hati dan di tempat-tempat lain di tubuh.
Bilirubin adalah produk akhir penguraian bagian hem (yang mengandung besi)

41
hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah merah usang ini. Hepatosit
mengambil bilirubin dari plasma, sedikit memodifikasi pigmen tersebut untuk
meningkatkan kelarutannya, dan kemudian secara aktif mengekskresikannya ke
empedu. Bilirubin bukan merupakan sama sekali produk sisa yang tidak ada gunanya.
Para peneliti akhir-akhir ini menemukan bahwa bilirubin merupakan antioksidan
poten tetapi berdurasi singkat. Karena bilirubin bersifat larut lemak sedangkan
antioksidan alami lainnya dalam tubuh bersifat larut air, bilirubin mungkin berperan
dalam melindungi membran lipid dari cedera radikal bebas.5

Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning.


Di dalam saluran cerna, pigmen ini dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri,
menghasilkan warna tinja yang cokelat khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin,
seperti ketika duktus biliaris tersumbat total oleh batu empedu, tinja berwarna putih
keabuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil bilirubin direabsorpsi oleh usus
kembali ke darah, dan ketika akhirnya diekskresikan di urine, bilirubin ini berperan
besar menyebabkan warna urine menjadi kuning. Ginjal tidak dapat mengekskresikan
bilirubin hingga bahan ini telah dimodifikasi ketika mengalir melalui hati dan usus.5

Apabila bilirubin bebas atau terkonjugasi menumpuk dalam darah, warna


kulit, sklera, dan membran mukosa menjadi kuning. Warna kuning ini dikenal
sebagai ikterus (jaundice) dan biasanya dapat terdeteksi apabila bilirubin plasma total
lebih besar daripada 2 mg/dL (34 mmol/L). Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh
(1) pembentukan bilirubin berlebihan (anemia hemolitik, dan sebagainya); (2)
penurunan ambilan bilirubin oleh sel-sel hati; (3) gangguan konjugasi atau pengikatan
protein intrasel; (4) gangguan sekresi bilirubin terkonjugasi ke dalam kanalikulus
biliaris; atau (5) sumbatan duktus biliaris intra- atau ekstrahati. Apabila disebabkan
oleh salah satu dari 3 proses pertama, yang meningkat adalah bilirubin bebas. Apabila
disebabkan oleh gangguan sekresi bilirubin terkonjugasi atau sumbatan ductus
biliaris, bilirubin glukuronida akan tumpah kembali ke dalam darah, dan di dalam
plasma yang terutama meningkat adalah bilirubin terkonjugasi.6

42
Jika bilirubin dibentuk terlalu cepat daripada laju ekskresinya, bahan ini
menumpuk di tubuh dan menyebabkan ikterus. Pasien dengan penyakit ini tampak
kekuningan, dengan warna ini paling mudah terlihat di bagian putih mata. Ikterus
dapat ditimbulkan oleh tiga cara:

1. Ikterus prahepatik (masalah terjadi hemolitik, disebabkan oleh pemecahan


(hemolisis) berlebihan sel darah merah, yang menyebabkan hati mendapat
lebih banyak bilirubin daripada kemampuan mengekskresikannya.
2. Ikterus hepatik (masalah terletak di "hati") terjadi ketika hati mengalami
penyakit dan tidak dapat menangani bilirubin bahkan dalam jumlah normal.
3. Ikterus pascahepatik (masalah terjadi "setelah hati"), atau obstruktif, terjadi
ketika saluran empedu tersumbat misalnya oleh batu empedu sehingga
bilirubin tidak dapat dieliminasi di tinja.5

43
C. Biliverdin dan Urobilin

Gambar 5.1 Gambaran Umum metabolisme Urobilin dan Biliverdin


Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper. 31st ed. Sukiman dr. M, Hafiarni dr. K, Elsa Yuli
Astrid SK, Iskandar dr. M, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020.

44
Gambar 5.2 Metabolisme Urobilinogen
Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper. 31st ed. Sukiman dr. M, Hafiarni dr. K, Elsa Yuli
Astrid SK, Iskandar dr. M, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020.

45
Gambar 5.3 Jalur produksi pigmen empedu di kesehatan
Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper. 31st ed. Sukiman dr. M, Hafiarni dr. K, Elsa Yuli
Astrid SK, Iskandar dr. M, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020.

46
Gambar 5.4 Jalur metabolisme dari degradasi heme dan pembentukan bilirubin
Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper. 31st ed. Sukiman dr. M, Hafiarni dr. K, Elsa Yuli
Astrid SK, Iskandar dr. M, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020.

Konversi dari satu mol pada heme-Fe3+ untuk biliverdin, karbon monoksida, dan
Fe3+ mengkonsumsi tiga mol dari O2, ditambah tujuh elektron yang disediakan oleh
NADH dan NADPH sitokrom P450 reduktase:

• Fe3+-Heme + 3 O2 + 7 e-→ biliverdin + CO + Fe3+

47
Gambar 5.5 Struktur Kimia Bilirubin dan Biliverdin
Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper. 31st ed. Sukiman dr. M, Hafiarni dr. K, Elsa Yuli
Astrid SK, Iskandar dr. M, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020.

Pada saat bilirubin terkonjugasi mencapai ileum terminal dan usus besar, gugus
glukuronosil dikeluarkan oleh enzim bakteri khusus β- glukuronidase (EC 3.2.1.31).
Kemudian direduksi oleh flora feses menjadi sekelompok senyawa tetrapirol tak-
berwarna yang disebut urobilinogen. Di ileum terminal dan usus besar, sebagian kecil

48
urobilinogen direabsorpsi dan diekskresi ulang melalui hati sehingga membentuk
siklus urobilinogen enterohepatik.

Pada keadaan abnormal, terutama jika terbentuk pigmen empedu dalam jumlah
berlebihan atau terdapat penyakit hati yang mengganggu siklus intrahepatik ini,
urobilinogen juga dapat diekskresikan dalam urine. Sebagian besar urobilinogen yang
tak-berwarna dan dibentuk di kolon oleh flora feses mengalami oksidasi di tempat
yang sama menjadi urobilin berwarna dan diekskresikan di tinja. Bertambah gelapnya
tinja ketika terkena udara disebabkan oleh oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi
urobilin.

pada mamalia, suatu enzim larut dinamai biliverdin reduktase (EC 1.3.1.24)
mereduksi jembatan metilen pusat biliverdin untuk gugus metilen, menghasilkan
bilirubin, suatu pigmen kuning: Biliverdin + NADPH + H+ → bilirubin + NADP+

Biliverdin adalah senyawa pigmen empedu dari keluarga porpirin hasil lintasan
katabolik gugus heme dari hemoglobin yang terdapat di dalam eritrosit, oleh enzim
heme oksigenase.

Urobilinogen, merupakan hasil metabolisme bilirubin di usus oleh bakteri-bakteri


usus. Urobilinogen akan bereaksi dengan reagens Ehrlich dan membentuk zat warna
merah. Untuk pemeriksaan urobilinogen harus digunakan urin segar atau urin
berpengawet, karena urobilinogen akan cepat dioksidasi menjadi urobilin.

49
Gambar 5.6 Ekskresi Bilirubin
Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper. 31st ed. Sukiman dr. M, Hafiarni dr. K, Elsa Yuli
Astrid SK, Iskandar dr. M, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020.

Urobilin, merupakan hasil oksidasi urobilinogen, sehingga di dalam urin segar,


praktis tidak didapatkan urobilin, oleh sebab itu untuk pemeriksaan urobilin pada urin
segar, ditambahkan larutan lugol (larutan iodium + kalium iodida) untuk
mengoksidadi urubilinogen menjadi urubolin. Untuk memeriksa urubilin di dalam
urin digunakan cara Sclesinger.

Kemudian bilirubin diglukuronida akan dikeluarkan ke usus dan oleh bakteri usus
akan diubah menjadi urobilinogen. Urubilinogen sebagian akan dieluarkan bersama
feses dalam bentuk urobilin, dan sebagian akan kembali ke hepar (siklus
enterohepatik) dan diekskresikan oleh hepar ke usus.

50
Pada saat bilirubin terkonjugasi mencapai ileum terminal dan usus besar, gugus
glukuronosil dikeluarkan oleh enzim bakteri khusus β- glukuronidase (EC 3.2.1.31).
Kemudian direduksi oleh flora feses menjadi sekelompok senyawa tetrapirol tak-
berwarna yang disebut urobilinogen. Di ileum terminal dan usus besar, sebagian kecil
urobilinogen direabsorpsi dan diekskresi ulang melalui hati sehingga membentuk
siklus urobilinogen enterohepatik.

Pada keadaan abnormal, terutama jika terbentuk pigmen empedu dalam jumlah
berlebihan atau terdapat penyakit hati yang mengganggu siklus intrahepatik ini,
urobilinogen juga dapat diekskresikan dalam urine. Sebagian besar urobilinogen yang
tak-berwarna dan dibentuk di kolon oleh flora feses mengalami oksidasi di tempat
yang sama menjadi urobilin berwarna dan diekskresikan di tinja. Bertambah gelapnya
tinja ketika terkena udara disebabkan oleh oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi
urobilin.

51
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan beberapa bahan materi yang kami gunakan untuk mencari solusi
terkait skenario dapat kami simpulkan bahwa si X pada skenario mengalami warna
kulit serta feses menguning yang disebut dengan ikterus. Dimana ikterus pada bayi
baru lahir dominan mengalami ikterus fisiologis, ikterus fisioligis ini biasanya
disebabkan produksi ASI yang belum banyak pada hari-hari pertama kelahiran. Bayi
yang kekurangan asupan makanan sehingga bilirubin direk yang sudah mencapai
usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus bersama
makanan. Apabila tidak ada makanan di dalam usus, bilirubin direk ini akan
diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam air susu ibu (ASI),
yaitu Beta-Glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali dari
dalam usus ke dalam aliran darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi
enterohepatik. Ketika sirkulasi enterohepatik yang terus menerus meningkat tanpa
adanya asupan atau pemberian minum ke bayi yang tidak adekuat menyebabkan
menurunnya kemampuan hati untuk memproses bilirubin dan akhirnya terjadi
ikterus.

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Gray’s Basic Anatomy. 3rd ed.
Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2012. 167–171 p.
2. Frank H. Netter M. Atlas Of Human Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Elsevier;
2015. 277 p.
3. Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. 1th ed. Hankim
MH editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. Hal.164-170
4. Drake RL, Vogle AW, Mitchell AWM. Gray's Anatomy for Students Flash
Card. 3rd ed. Philadelphia: Elseiver; 2011. 155-156p.
5. Kuehnel W. Color Atlas of Cytology, Histology, adn Microscopic Anatomy.
4th ed. Stuttgart: Thieme; 2003.
6. Mescher A. Junqueira's Basic Histology. 13th ed. New York: Mc Graw Hill
Education; 2013.
7. Tortora GJ, Derrickson B. Tortora: principles of anatomy and physiology .
Edisi 14.2014.
8. Hall JE. Guyton and Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Amerika
Serikat: Elseiver; 2011.
9. Guyton & Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 11 ed. Jakarta: EGC;
2008.
10. Cox, C., 2004, Pesticide Factsheet, Boric Acid and Borates, Journal if
Pesticide Reform, Vol. 24, No. 2, 10-15.
11. Sherwood, L. 2014. Sistem Pencernaan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
12. Sherwood L. FISIOLOGI MANUSIA : DARI SEL KE SISTEM. 9th ed.
Suyono dr. YJ, Iskandar dr. M, Isella dr. V, Susanti dr. F, Michael D,
Sanjaya dr. N, et al., editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2019.
888–889 p.
13. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Ganong. 24th ed. Jakarta: EGC; 2012.

53
14. Ardhiyanti Y. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. N DENGAN
IKTERUS FISIOLOGIS. J Komun Kesehat. 2019;X(2):22–8.
15. Rodwell VW. Biokimia Harper. 31st ed. Sukiman dr. M, Hafiarni dr. K, Elsa
Yuli Astrid SK, Iskandar dr. M, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2020.

54

Anda mungkin juga menyukai