Oleh
Kelompok 6 :
Feblimam Al Fairuz Syahrullah 041811233079
Clarisa Rismawati 041811233084
Kiki Rizkia Fitriani 041811233087
Fakhruddin Husna Hidayatulloh 041811233088
Patricho Wedha Hutapea 041811233090
PRODI S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
Bab ini menyimpulkan dengan menyatakan bahwa, meskipun ketiga pendekatan
(Postmodernism, Realism, Complexity) ini berbeda secara signifikan, kesamaan mereka adalah
bahwa mereka membuka prospek bahwa organisasi memiliki pilihan dalam apa yang mereka
lakukan dan bagaimana mereka melakukannya. Alih-alih menjadi tawanan teori atau
kontinjensi organisasi, manajer (berpotensi) memiliki kebebasan yang cukup, meskipun oleh
beberapa orang tidak dibatasi, kebebasan memilih atas struktur, kebijakan dan praktik
organisasi mereka, dan bahkan atas lingkungan tempat mereka beroperasi.
postmodernisme memiliki tiga implikasi penting bagi teori dan praktik organisasi:
2. Reality.Di sebagian besar organisasi, ada pandangan yang bersaing tentang realitas.
Namun, dalam kasus di mana koalisi dominan hadir, mereka mampu menggunakan
kekuasaan dan menggunakan proses politik untuk memastikan konsepsi mereka tentang
realitas menjadi pandangan yang 'sah' dan diterima.
3. Choice. Jika realitas organisasi dibangun secara sosial, maka, setidaknya dalam teori,
terbuka bagi organisasi untuk membangun realitas apa pun yang mereka inginkan. Dari
perspektif ini, organisasi memiliki banyak pilihan tentang apa yang mereka lakukan,
bagaimana mereka melakukannya dan di mana mereka melakukannya.
Pada 1990-an, lima label rekaman menguasai hampir 80 persen pasar musik global
karena kepemilikan kontrak musik independen atas artis, musik, kontrol produksi dan distribusi
(Graham dkk, 2002; Hracs, 2012; Parikh, 1999). Munculnya internet menjadikan dominasi
mereka mulai tergeser oleh perantara baru. Bukan hanya hal tersebut yang menyebabkan
menurunnya musik independen di korea, munculnya pembajakan, munculnya ketersediaan
teknologi perekaman, produksi digital murah, dan kegagalan mereka sendiri untuk memahami
potensi media sosial (BPI, 2014; Griggs dan Leopold, 2013; Hracs, 2012; Robinson, 2010;
Sinha, 2010). Oleh karena itu, para independen menggunakan internet untuk mengembangkan
hubungan yang lebih dekat dan lebih pribadi dengan penggemar musik beserta komunitasnya,
dengan tidak hanya melihat sebagai sumber pendapatan tetapi lebih sebagai pencipta nilai yang
pemenuhannya ingin mereka fasilitasi (Baym, 2011; Busch, 2012; Hracs, 2012).
1. From a postmodern perspective, how would you explain the emergence, operation and
continued existence of the South Korean independent music community?
Dalam operasinya, komunitas ini berkembang karena adanya dukungan dari dalam
komunitas itu sendiri. salah satu ciri dari organisasi postmodernisme adalah tidak adanya
batasan. Hal ini selaras dengan apa yang dijelaskan dalam case bahwa komunitas ini
memungkinkan penggemar untuk berinteraksi dengan para idolanya. Terlihat dari tidak
sedikitnya seorang idola mengikuti penggemarnya di akun twitter pribadi mereka. Bahkan
terkadang berinteraksi melalui komentar dalam postingan mereka. Tidak hanya itu,
Penyebaran musik independen ini memungkinkan penggemar untuk merasakan
keterlibatan nyata dengan komunitas mereka dengan menjadi promotor musik secara aktif.
Keterlibatan seperti itu biasa terjadi dalam komunitas internet, dan orang-orang dapat
sangat senang menginvestasikan waktu, sumber daya, pengetahuan khusus, dan
keterampilan mereka sendiri untuk mempromosikan minat mereka.
Selain itu juga postmodernisme dicirikan dengan organisasi yang dapat mengikuti
sebuah karya untuk kemudian diekspresikan kembali dan dipadukan dengan gaya masing-
masing. Terlihat dari bagaimana anggota komunitas membantu mempromosikan idolanya
dengan mengemas ulang karya idolanya seperti membuat fanzine, blog, ulasan mengenai
konser dan musik idolanya. Eksistensi komunitas ini terus berkembang karena sifat
komunitas yang fleksibel dan tanpa adanya batasan. Sehingga membuat anggota
komunitas ini merasa memiliki satu sama lain, merasa dirinya penting karena dapat ikut
andil dalam kesuksesan komunitas itu sendiri.
2. From a realist perspective, how would you explain the emergence, operation and
continued existence of the South Korean independent music community?
Menurut kami, kemunculan, operasi, dan keberlangsungan South Korean
independent music community dari perspektif realis dikarenakan adanya causal
mechanisms dan causal powers yang beroperasi secara independen dari peristiwa yang
mereka hasilkan. Kemunculannya ini diakibatkan oleh aktivitas yang dilakukan oleh
label atau musisi dengan cara promosi dan menunjukkan kualitas yang bagus untuk
menarik perhatian banyak orang. Ketika ada banyak orang yang menyukai dan
memutuskan untuk menjadi penggemar, maka dengan sendirinya mereka akan
membentuk komunitas dengan sesama penggemar musik yang sama. Dan komunitas
ini pun sebenarnya tidak ada struktur yang jelas tapi mereka tetap ada dan mendukung
band kesukaannya karena mereka memang senang dengan band tersebut. Sehingga
mereka pun secara sukarela mau melakukan banyak hal untuk membuat band yang
disukai semakin terkenal.
Setelah kemunculannya, kemudian pengoperasian dan eksistensi komunitas ini
semakin terbentuk akibat dari dukungan internet atau teknologi yang semakin maju
yang memang menjadi realitas saat ini. Sehingga penyebarluasan berbagai hal
mengenai musik dari musisi yang mereka sukai pun lebih mudah dan cepat.
Penambahan anggota komunitas ini juga secara sadar atau tidak akan semakin
bertambah, akibat dari aktivitas mereka sendiri yang menyebarkan kegiatan band
kesukaan mereka dengan berbagai format yang diinginkan.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perspektif realis ini mengenai perspektif yang
berlandaskan peristiwa dan pola peristiwa yang dihasilkan (disebabkan untuk dibawa)
oleh causal mechanisms dan causal powers yang beroperasi secara independen dari
peristiwa yang mereka hasilkan. Realis berusaha untuk mengidentifikasi generative
structures, yaitu mekanisme sebab akibat yang membawa peristiwa, dan untuk
mengidentifikasi kemampuan mereka, yaitu kekuatan sebab akibatnya (Harré dan
Madden, 1975; Harré dan Secord, 1972). Sementara mekanisme sebab akibat ini
memiliki kemampuan tertentu, kekuatan sebab akibat, hasil aktual dari operasi mereka
akan bergantung, yaitu bergantung, pada keadaan.
3. From a complexity perspective, how would you explain the emergence, operation and
continued existence of the South Korean independent music community?
Berdasarkan complexity perspective, kemunculan (emergence) dari South
Korean Independent Music Community, disebabkan karena adanya banyak sekali jenis
musik dan juga musisi yang disukai oleh khalayak ramai di Korea Selatan. Selain itu,
fans menjadi pembentuk aktif suatu komunitas dalam dunia musik berdasarkan selera
musik mereka masing-masing. Oleh karena itu,
Berdasarkan complexity perspective pada South Korean independent music
community, pengoperasian komunitas ini terbentuk karena setiap komunitas memiliki
kecenderungan untuk mengalami chaos. Semakin besar komunitas tersebut maka chaos
yang terjadi juga tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, dibuatlah suatu order untuk
mengurangi chaos yang terjadi pada komunitas dan membuat kondisi komunitas
menjadi stabil.
Berdasarkan complexity perspective pada South Korean independent music
community, keberlangsungan eksistensi komunitas ini adalah karena kegiatan fans
musik yang selalu aktif dalam membuat suatu musik (atau hal yang berhubungan dalam
musik) menjadi tren, dan karena adanya internet yang berguna untuk memperluas tren
tersebut.