Anda di halaman 1dari 21

POLA KEKUASAAN DALAM ORGANISASI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Organisasi dan Administrasi

Dosen Pengampu : M. Chazienul Ulum, S.sos., M.AP

Oleh:

Kelompok 6

Lazuardi Hadinata (185030101111067)


Millenia Tercia Manurung (185030101111059)
Safira Utami Nugraheny (185030107111005)
Monica Henny Tresnasetia (185030101111073)
Nabila Indah Ramadhani C. (185030101111081)

Kelas H

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

Malang

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
limpahan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah ini hingga selesai.
Makalah yang berjudul “Pola Kekuasaan Dalam Organisasi” ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Organisasi dan Administrasi yang diampu oleh
M. Chazienul Ulum, S.Sos., M.AP
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon kiranya apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan mohon untuk dimaafkan. Sebagai penulis,
kami juga sangat menerima kritik dan saran yang ingin disampaikan oleh pembaca
di kemudian hari. Semoga dapat bermanfaat untuk semua mahasiswa dan menjadi
inspirasi bagi pembaca. Akhir kata, kami berharap makalah Teori Organisasi dan
Administrasi memberi manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Malang, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II : KAJIAN PUSTAKA 3
2.1 Kekuasaan 3
A) Pengertian Kekuasaan 3
B) Sumber Kekuasaan 4
C) Pola Kekuasaan 6
D) Taktik Kekuasaan 8
2.2 Organisasi 9
A) Pengertian Organisasi 9
2.3 Pola Kekuasaan Dalam Sebuah Organisasi 11
A) Pengaruh Pola Kekuasaan Dalam Organisasi 11
B Taktik Politik Dalam Organisasi 12
BAB III : STUDI KASUS 13
BAB IV : PENUTUP 16
Simpulan 16
Saran 17
DAFTAR RUJUKAN 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekuasaan dan wewenang dalam hidup bermasyarakat tentu saja


menjadi bagian penting untuk dapat menjalankan pola kehidupan dengan
baik. Kekuasaan yang diberikan kepada seseorang dapat diperoleh dari
hasil kinerjanya sendiri ataupun karena keturunan. Namun keduanya tetap
memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjalankan tugas dan
memanfaatkan kekuasaannya dengan baik. Max weber mengatakan bahwa,
kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang-
orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri,
dengan sekaligus menterapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan
dari orang-orang atau golongangolongan tertentu.

Setiap unsur dalam organisasi memiliki tugas dan peran masing –


masing guna mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaannya,
dibutuhkan pengkoordinasian oleh pihak yang berwenang agar dapat
menghasilkan kinerja dan hasil kerja yang memuaskan untuk kebaikan
organisasi. Pihak berwenang yang dimaksud yaitu orang – orang yang
berada dipuncak kekuasaan organisasi, memiliki kekuasaan lebih besar
diantara yang lain seperti manajer, kepala divisi, kepala cabang, direktur.

Keterampilan untuk memimpin anggotanya harus dimiliki oleh


para pemegang kekuasaan. Memberikan motivasi, contoh dan arahan
dalam bekerja merupakan adalah salah satu contoh pemimpin yang baik.
Antara pemimpin atau penguasa dengan anggota pekerja biasa harus saling
bekerja sama, menjalin kelancaran berkomunikasi satu sama lain sehingga
tujuan organisasi dan manfaat dari organisasi tersebut tidak hanya
dinikmati oleh pihak tertenut saja melainkan dapat dinikmati bersama.

Namun, sering kali ditemukan dalam praktek nyata di masyarakat


bahwa para pemilik kekuasaan menyalahgunakan apa yang mereka miliki.

1
Pemerintahan di Indonesia masa sebelum reformasi belum dapat
menerapkan sistem demokrasi dengan pola kekuasaan dan wewenang yang
jelas. Masyarakat awam masih tabu tentang hal tersebut dikarenakan
minimnya tingkat pendidikan di masa itu.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan pola kekuasaan?


2) Apa yang dimaksud dengan organisasi?
3) Bagaimana pola kekuasaan dalam sebuah organisasi ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian pola kekuasaan


2) Untuk mengetahui pengertian organisasi
3) Untuk menjelaskan pentingnya kekuasaan dalam sebuah organisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian atau makalah ini dibuat bertujuan untuk memberikan


referensi baru mengenai topik tentang pola kekuasaan yang terdapat dalam
organisasi, sehingga setiap orang dapat mengerti hakikat dasar kekuasaan
dan ketika suatu saat diberikan kekuasaan atau kepercayaan untuk
mempimpin suatu organisasi atau perusahaan ia dapat bekerja sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh seluruh anggota.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kekuasaan

A. Pengertian Kekuasaan

Konsep kekuaaan erat sekali kaitannya dengan konsep kepemimpinan.


Apabila seseorang memiliki kekuasaan, maka pemimpin memiliki alat untuk
mempengaruhi pengikutnya. Inti dari kepemimpinan adalah pengambilan sebuah
keputusan. Seorang pemimpin harus mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat, dalam hubungan organisasi diperlukan seseorang pemimpin yang mampu
mengambil sebuah keputusan tanpa melalui seluruh konsensus. Sementara itu,
kekuasaan merupakan sebuah proses yang wajar dalam sebuah kelompok.
Kekuasaan merupakan kewenangan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
dalam mencapai sebuah tujuan dengan mempergunakan jabatan, kepintaran,
kharisma, kewibawaan maupun kekuatan secara fisik (Rivai, 2009:341).

Sebelum membahas secara lengkap makna dari kekuasaan, perlu diketahui


arti dari kekuasaan itu sendiri menurut berbagai tokoh, menurut Max Weber
(dalam Rivai, 2009:342) kekuasaan adalah sebuah kemungkinan yang membuat
seorang aktor di dalam suatu hubungan social berada dalam suatu jabatan untuk
melaksanakan keinginannya sendiri dan yang mampu menghilangkan rintangan.
Menurut Russel (dalam Rivai, 2009:342) kekuasaan dipergunakan jika tujuan
tujuan tersebut paling sedikit mengakibatkan perselisihan satu sama lain,
kekuasaan adalah suatu produksi dari akibat yang diinginkan, sementara itu
menurut Budiarjo, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain
sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan
tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. Menurut Dahl (dalam Rivai,
2009:342) kekuasaan adalah jika orang A mempunyai kekuasaan atas orang B,
maka A bisa meminta B untuk melaksanakan sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan
oleh B terhadap A.

3
Menurut Maria (2011: 46) kekuasaan bermakna sebuah potensi/kemampuan
yang belum tentu efektif jika dilaksanakan, dan suatu hubungan ketergantungan.
Bisa saja seseorang memiliki suatu kekuasaan tertentu namun tidak bisa
menggunakannya secara maksimal. Kekuasaan diperoleh menurut kepribadian,
potensi, aktivitas, serta situasi dimana seseorang beroperasi. Jadi kekuasaan
merupakan suatu kemampuan atau potensi yang tidak akan terjadi jika tidak
digunakan oleh orang yang memilikinya. Kekuasaan merupakan suatu fungsi akan
ketergantungan. Semakin besar ketergantungan A kepada B, maka semakin besar
pula kekuasaan B dalam suatu hubungan tersebut. Sebuah kekuasaan seseorang
dapat terlihat apabila ia dibutuhkan oleh orang lain, sehingga apabila ia dapat
mempengaruhi sesuatu yang diinginkan oleh orang lain tersebut. Contoh: Orang
tua mempunyai sebuah kekuasaan yang sangat besar atas anaknya, pada saat anak
tersebut masih bersekolah, anak tersebut masih dibiayai oleh orang-tuanya.
Namun, ketika anak tersebut telah lulus, dan memiliki pendapatan dan kehidupan
sendiri, maka kekuasaan orang-tua atas dirinya akan semakin berkurang.

B. Sumber Kekuasaan

Menurut Miftah (2015) Sumber kekuasaan biasanya dibagi menjadi dua


kelompok besar yaitu:

1. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).


a) Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan
pada posisi individual dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini dapat berasal dari:
i) Kemampuan untuk memaksa (coercive power).
ii) Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power).
iii) Kekuatan formal (legitimate power).
b) Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal
dari karakteristik unik yang dimiliki seorang individu. Kekuasaan ini dapat berasal
dari:
i) Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
ii) Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)

4
2. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power).
Kekuasaan ini juga dikenal dengan istilah inter-group atau inter-
departmental power yang merupakan sumber kekuasaan kelompok. Sumber dan
penggunaan kekuasaan pada tingkat kelompok, khususnya departemen yang ada
di dalam suatu organisasi memiliki nilai yang tinggi dalam studi tentang perilaku
organisasi. Kekuasaan lebih ditentukan oleh struktur organisasi. Struktur
organisasi merupakan sebuah mekanisme dalam mengatur sebuah organisasi dan
juga membentuk pola pertukaran informasi melalui komunikasi. Kekuasaan
structural mengkhususkan orang untuk melaksanakan tugas dan mengambil
keputusan dengan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya (Miftah, 2015:332).
Saunders (dalam Maria, 2011) mengatakan bahwa kekuasaan pada tingkat
departemen atau kelompok dapat berasal dari 5 sumber yang potensial, yang
mungkin saja saling tumpang-tindih (overlap), yaitu:
1. Ketergantungan (Dependency). Jika departemen A bergantung pada departemen
B untuk informasi atau kerjasama lainnya untuk dapat mengerjakan tugasnya
dengan efektif, maka departemen B memiliki sumber kekuasaan terhadap
departemen A.
2. Kesentralan (Centrality). Ini adalah ukuran tingkat pentingnya suatu
departemen bekerja untuk tujuan utama organisasi. Secara alternatif dapat
dianggap sebagai suatu ukuran seberapa besar departemen tersebut tidak
dibutuhkan oleh organisasi tersebut. Semakin penting departemen tersebut bagi
organisasinya, maka akan semakin besar kekuasaannya.
3. Sumber Dana (Financial Resources).Departemen yang menghasilkan sumber
dana sendiri, khususnya jika mereka mampu menghasilkan pendapatan lebih besar
dibandingkan departemen lainnya, akan mendapatkan keuntungan dari sumber
kekuasaan ini.
4. Ketidak-berlanjutan (Non-sustainability). Berhubungan dengan tingkat
pentingnya departemen tersebut. Keberlanjutan adalah suatu ukuran seberapa
mudah fungsi dari departemen tersebut digantikan oleh yang lain. Departemen
yang mudah ditutup karena dapat digantikan fungsinya, akan memiliki kekuasaan
yang rendah.

5
5. Menghadapi ketidak-pastian (Copying with uncertaint). Departemen yang
memilikikemampuanmenurunkanketidak-pastianbagidepartemenyanglain,akan
memiliki kekuasaan yang lebih besar.

C. Pola kekuasaan
Menurut French dan Raven (dalam Komang, 2013;126), ada lima tipe kekuasaan,
yaitu :
a. Kekuasaan memberi imbalan (Reward power)
Kekuasaan yang bersumber pada kemampuan untuk menyediakan
penghargaan atau hadiah bagi orang lain, seperti gaji, promosi, atau
penghargaan jasa lainnya seperti meningkatkan kenyamanan kondisi kerja.
Kekuasaan ini muncul pada diri seseorang akibat dia memiliki kemampuan
untuk mengendalikan sumber daya yang dapat mempengaruhi orang lain,
misalnya: ia dapat menaikkan jabatan, memberikan bonus, menaikkan gaji,
atau hal-hal positif lainnya.Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada
kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau
tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui
suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan
kepuasan. Dalam deskripsi konkrit adalah ‘jika anda dapat menjamin atau
memberi kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda dapat
menggunkan reward power anda kepada saya’. Pernyataan ini
mengandung makna, bahwa seseorang dapat melalukan reward power
karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain. (Maria, 2011:48)
b. Kekuasaan memaksa (Coercive power)
Kekuasaan diperoleh atau bersumber dari rasa takut dengan
membuat para pengikut memiliki rasa takut, misalnya apabila tidak
mengikuti perintah atasan maka bisa dipecat, atau dipindah tugaskan.
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan
kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Kekuasaan ini
timbul pada diri seseorang karena orang tersenut merasa memiliki
kemampuan dalam memberikan sanksi atau hukuman (akibat negatif).
Pada suatu organisasi, biasanya seseorang tunduk pada atasannya karena

6
takut dipecat, atau diturunkan dari jabatannya. Kekuasaan ini juga dapat
dimiliki seseorang karena ia mempunyai informasi yang sangat penting
mengenai orang lain, yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
orang tersebut Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa
atasannya yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-
tugas yang sulit, mencaci maki sampai kekuasaannya memotong gaji
karyawan. Menurut David Lawless, jika tipe kekuasaan yang poersif ini
terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan
melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang
dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan
akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. (Maria,
2011, 48)
3. Kekuasaan karena pantas dijadikan contoh (Referent power)
Kekuasaan yang bersumber karena sifat pribadi yang disenangi
atau dikagumi. Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia
memiliki sumber-daya, kepribadian yang menarik, atau karisma tertentu.
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking,
dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai
kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang
lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para
bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab
atas pekerjaan yang diberikan atasannya. Kekuasaan ini dapat
menimbulkan kekaguman pada orang tersebut, dan membuat orang yang
mengaguminya ingin menjadi seperti orang tersebut. Misalnya seorang
dengan kepribadian menarik, sering dijadikan contoh atau model oleh
orang lain dalam berperilaku. (Maria, 2011, 48)
4. Kekuasaan karena ahli (Expert power)
Kekuasaan ini bersumber atau diperoleh karena punya pengetahuan
dan keahlian yang mana keahlian tersebut tidak dimiliki oleh orang lain.
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diripada suatu
keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia
memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam

7
suatu persoalan. Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena dia
memiliki keahlian, ketrampilan atau pengetahuan khusus dalam
bidangnya. Misalnya seorang ahli akutansi yang bekerja pada sebuah
perusahaan, atau seorang karyawan yang memiliki kemampuan
menggunakan bahasa internasional dengan lancar, akan memiliki expert
power karena sangat dibutuhkan oleh perusahaannya. Seorang atasan akan
dianggap memiliki expert power tentang pemecahan suatu persoalan
tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut
dan menerima jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi
dari munculnya expert power. (Maria, 2011, 48)
5. Kekuasaan legal/resmi (Legitimate power)
Kekuasaan yang bersumber pada jabatan/ wewenang/ posisi yang
dimiliki oleh seseorang pemimpin. Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan
yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu
persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan
perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini timbul pada diri
seseorang karena ia memiliki posisi sebagai pejabat pada struktur
organisasi formal. Orang ini memiliki kekuasaan resmi untuk
mengendalikan dan menggunakan sumber daya yang ada dalam organisasi.
Kekuasaannya meliputi kekuatan untuk memaksa dan memberi imbalan.
Anggota organisasi biasanya akan mendengarkan dan melaksanakan apa
yang dikatakan oleh pemimpinnya, karena ia memiliki kekuasaan formal
dalam organisasi yang dipimpinnya. Tipe kekuasaan ini bersandar pada
struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai kultur.
Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki
senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan
orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
(Maria, 2011, 48)
D. Taktik Kekuasaan
Taktik kekuasaan adalah cara yang ditempuh oleh seseorang untuk
menerjemahkan dasar dasar kekuasaan menjadi tindakan-tindakan yang spesifik.

8
Robbins (dalam Komang dkk, 2013:129) berpendapat bahwa ada tujuh dimensi
taktik atau strategi dalam menggunakan kekuasaan yaitu sebagai berikut :
a. Nalar (reason) : memakai fakta-fakta dan data-data untuk menyajikan ide-
ide secara logis dan rasional.
b. Keramahan (friendlisness) : dengan ramah, kemauan baik, merendahkan
hati sebelum bertindak dalam melakukan sesuatu.
c. Koalisi (coation) : dengan meminta dukungan orang lain dalam organisasi
dalam menunjang permintaan.
d. Tawar menawar (bargaining) : melalui negosiasi, pertukaran keuntungan
usaha.
e. Ketegasan (assertiveness) : dengan menggunakan pendekatan langsung
serta paksa seperti menuntut kepatuhan bawahan, memberi peringatan
kepada bawahan untuk taat.
f. Otoritas atasan (higher authority) : dengan meminta bantuan pimpinan
yang lebih tinggi untuk mendukung perintahnnya.
g. Sanksi (sanctions) : menggunakan imbalan dan hukuman, yaitu dengan
memberi hadiah seperti janji kenaikan gaji, promosi, dan lain-lain.

2.2 Organisasi
A. Pengertian Organisasi
Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup manusia memerlukan manusia
lain. Usaha dalam memenuhi kebutuhan dengan orang lain dapat dilakukan
dengan membuat sebuah kelompok yang selanjutnya dapat disebut organisasi.
Pengertian dari organisasi menurut para ahli (dalam Jimmy, 2015) anatara lain:
1. Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui orang-
orang di bawah pengarahan atasan untuk mengejar tujuan utama bersama.
2. James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama.

9
3. Stephen P. Robbins
Organisasi adalah suatu kekuasaan (entity) social yang dikoorninasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan.
4. Sondang P. Siagian
Organisasi ialah setiap bentuk persatuan antara dua orang atau lebih yang
bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian
suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat
seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seseorang/kelompok
yang disebut dengan bawahaan.
5. Melayu S.P Hasibuan
Organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan
terkoorninasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.
6. Pradjudi Armosudiro
Organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan
kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama secara
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
7. Cheseter L. Bernard
Organisasi adalah suatu sintem kerja sama antara dua orang atau lebih.
8. Paul Preston dan Thomas Zimmerer
Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang disusun dalam
kelompok-kelompok. Yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Dapat disimpulkan organisasi sebagai suatu unit terkoordinasi yang terdiri


dari setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau
serangkaian sasaran. Dalam organisasi perlu adanya sekelompok anggota
(manusia), karena manusia merupakan pendukung utama setiap organisasi apapun
bentuk dari orgnanisasi tersebut. Pada dasarnya, individu secara sendiri akan sulit
untuk mewujudkan tujuannya dibandingkan dengan apabila secara kelompok.

10
2.3 Pola Kekuasaan Dalam Sebuah Organisasi

A. Pengaruh pola kekuasaan dalam organisasi


Kemampuan dalam berorganisasi agar dapat berjalan dengan baik sangat
tergantung pada struktur kekuasaan dan kewenangan yang terdapat di dalam tubuh
organisasi itu sendiri, karena kekuasaan dan kewenangan dalam persfektif
organisasi merupakan dasar dalam setiap kegiatan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh seluruh anggota organisasi. Pengambilan keputusan yang tidak
rasional, kepentingan yang berbeda-beda membuat kekuasaan memungkinkan kita
untuk merangkum pandangan pengendallian kekuasaan tentang bagaimana proses
pelimpahan kewenangan dalam organisasi. Pengendalian kekuasaan pada struktur
organisasi merupakan proses dari pemegang kekuasaan untuk memilih struktur
puncak sampai tingkat yang maksimal, kemudian mempertahankan dan
meningkatkan pengendalian kekuasan mereka sampai pada tingkat puncak
kekuasaan. Para pendukung pengendali kekuasaan melihat struktur organisasi
sebagai hasil dari suatu pertarungan kompetisi kekuasaan antara koalisi yang
mempunyai kepentingan tertentu, masing-masing menganjurkan pengaturan
structural yang paling dapat memenuhi kebutuhan mereka, bukan kepentingan
organisasi yang luas, dengan mengajukan argumentasi dan kriteria yang disukai
dalam hubunganya dengan keefektifan organisasi. (Dani, 2015, https://surya-
sisteminformasi.blogspot.com/peran-kekuasaan-dan kewenangan-dalam.html/, 22
Oktober 2018)
Menurut Weber (dalam Rivai, 2009) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis
kekuasaan dan kewenangan yang berpengaruh terhadap pola pengambila
keputusan dalam suatu organisasi, yaitu;

(1) otoritas rasional legal, yaitu otoritas yang muncul karena kepercayaan
karyawan terhadap legalitas aturan, pembagian kerja dan hak dari orang yang
ditempatkan sebagai pemimpin untuk memberikan perintah;

(2) otoritas tradisional, yaitu otoritas yang muncul karena kepercayaan orang
kepada tradisi, termasuk status seseorang yang karena tradisi atau memiliki
keturunan pemimpin mempunyai hak untuk memerintah;

11
(3) otoritas karismatik, yaitu otoritas yang muncul pada diri seseorang yang
mempunyai karakteristik pribadi yang luar biasa, yang menyebabkan orang
tersebut dianggap mempunyai hak untuk memerintah orang lain. Kegiatan internal
organisasi tetap mengacu kepada otoritas rasional legal, walaupun karena alasan
eksistensi organisasi bisa saja berlaku otoritas tradisional maupun otoritas
karismatik.

B. Taktik Politik Dalam Organisasi

Ada beberapa taktik politik yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
adalah menurut R.W. Allen (dalam Komang, 2013:131) yang mendapatkan
delapan taktik politik sebagai berikut :

a. Menyerang/mengalahkan orang lain


b. Memakai informasi
c. Membangun citra/manajemen yang menarik
d. Mengembangkan dasar dukungan
e. Memuji yang lain
f. Koalisi kekuasaan
g. Bekerjasama dengan yang berpengaruh
h. Menciptakan obligasi/pertukaran

Robbins (dalam Komang, 2013:131) menawarkan delapan sasaran untuk


memperbaiki keefektifan berpolitik dalam organisasi, yaitu:

a. Bingkai-bingkai argument dalam bentuk tujuan organisasional seperti


argument tentang manfaatyang diperoleh organisasi.
b. Kembangkan citra yang benar
c. Dapatkan kendali atas sumberdaya organisasional
d. Buat diri sendiri tampak diperlukan
e. Jadikan diri terlihat, seperti dengan cara tampil dalam fungsi social, aktif
dalam profesi tertentu.
f. Mengembangkan koalisi/sekutu dengan orang yang berkuasa.
g. Hindari anggota yang tercemar
h. Mendukung atasan

12
BAB III
STUDI KASUS

Lapindo Brantas Inc. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


pertambangan. Perusahaan ini memperoleh izin dari negara untuk melakukan
penambangan minyak dan gas di daratan (onshore) di Desa Porong Kabupaten
Sidoharjo. Tragedi Lumpur Lapindo dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa
ini menjadi suatu tragedi ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal
persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan industri. Hal ini wajar mengingat
volume lumpur diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu meter kubik perhari
(setara dengan muatan penuh 690 truk peti kemas berukuran besar). Akibatnya,
semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar
maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur:

1. Genangan hingga setinggi 6 meter pada pemukiman

2. Total warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa.

3. Rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit

4. Areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 ha

5. Lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi dan


merumahkan lebih dari 1.873 orang

6. Tidak berfungsinya sarana pendidikan

7. Kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi

8. Rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)

9. Terhambatnya ruas jalan tol MalangSurabaya yang berakibat pula terhadap


aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini
merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur

Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak sosial


banjir lumpur tidak bisa dipandang remeh. Setelah 28 lebih dari 100 hari tidak
menunjukkan perbaikan kondisi, baik menyangkut kepedulian pemerintah,
terganggunya pendidikan dan sumber penghasilan, ketidakpastian penyelesaian,

13
dan tekanan psikis yang bertubi-tubi, krisis sosial mulai mengemuka. Perpecahan
warga mulai muncul menyangkut biaya ganti rugi, teori konspirasi penyuapan
oleh Lapindo,6 rebutan truk pembawa tanah urugan hingga penolakan
menyangkut lokasi pembuangan lumpur setelah skenario penanganan teknis
kebocoran 1 (menggunakan snubbing unit) dan 2 (pembuatan relief well)
mengalami kegagalan. Akhirnya, yang muncul adalah konflik horisontal. Setelah
bertahun-tahun berjalan, bahkan hingga kini semburan itu tidak dapat dihentikan
dan menjadi ancaman serius bagi orang-orang yang tinggal di sekitar wilayah itu.
Tidak ada yang dapat memprediksi kapan semburan ini berhenti. Sampai saat ini,
usaha pemerintah dan/atau Lapindo belum menunjukkan keberhasilan untuk
menghentikan semburan ataupun mengelola dampak sosial dan lingkungan dari
luberan lumpur itu. Melihat bencana ini sebagai bencana kemanusiaan yang
terkait dengan isu-isu pembangunan, negara, kapital dan ruang publik. Relasi
pemerintah dan Lapindo cukup rumit, karena pemilik saham terbesar Lapindo
adalah juga seorang menteri dalam periode 2004 -2009, Aburizal Bakrie. Wacana
yang berkembang dalam kasus ini adalah adanya usaha menggunakan legitimasi
kekuasaan dalam segala tindakan taktis pemerintah untuk menangani dampak
pasca-bencana yang cenderung melindungi satu pihak dan menegasikan yang lain
(Elmaghfira, 2017)

Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya
ke dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu
organisasi tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan organisasi tercapai, maka
orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Kekuasaan yang
dimiliki oleh para petinggi Lapindo Brantas juga mempengaruhi jalannya kasus
dan tuntutan yang mengarah pada kasus lumpur lapindo. Hal tersebut merupakan
gambaran kekuasaan dan poliitk dalam kaitannya dengan elemen lingkungan di
luar organisasi. Adapun hubungan dominant coalition dengan anggota dalam
organisasi pasti sangat ditentukan oleh direktur dan pemegang saham di Lapindo
Brantas sebagai pihak yang menguasai sumber daya dari Lapindo Brantas Inc.
Penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi sangat
menentukan arah dari organisasi yang bersangkutan. Kaitan antara organisasi,

14
politik, dan kekuasaan dalam kasus Lapindo menunjukkan adanya pengaruh kuat
dari politik, kekuasaan dari dominant coalition di Lapindo Brantas Inc yang
menjadikan kasus dan masalah yang menghalangi Lapindo Brantas terkait lumpur
lapindo dapat diatasi (Tuti, 2015).

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan seorang pemimpim. Pemimpin


ini lah yang akan mengatur bawahannya untuk mencapai tujuan bersama suatu
organisasi. Tentunya dalam memimpin suatu organisasi pemimpim ini memiliki
kekuasaan. Setiap pemimpin memiliki pola kekuasaan masing-masing. Ada
kekusaan yang bertipe paksaan dan ada juga yang mengklasifikasi bawahan
berdasarkan keahliannya masing-masing. Seorang pemimpin harus mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat, dalam hubungan organisasi diperlukan
seseorang pemimpin yang mampu mengambil sebuah keputusan tanpa melalui
seluruh konsensus. Sementara itu, kekuasaan merupakan sebuah proses yang
wajar dalam sebuah kelompok. Kekuasaan merupakan kewenangan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai sebuah tujuan dengan
mempergunakan jabatan, kepintaran, kharisma, kewibawaan maupun kekuatan
secara fisik

Organisasi sebagai suatu unit terkoordinasi yang terdiri dari setidaknya


dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran.
Dalam organisasi perlu adanya sekelompok anggota (manusia), karena manusia
merupakan pendukung utama setiap organisasi apapun bentuk dari orgnanisasi
tersebut.

Jadi pola kekuasaan ini memengauhi jalannya suatu organisasi.


Kemampuan organisasi untuk dapat berkembang dan berjalan secara lancer sesuai
tujuan sangat bergantung pada pola kekuasaan dan kewenangan dalam organisasi,
karena kekuasaan dan kewenangan dalam perspektif organisasi merupakan dasar
dalam setiap kegiatan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seluruh
anggota organisasi.

16
4.2 Saran

Pola kekuasaan sangatlah penting dalam organisasi untuk itu pemimpin


harus bisa menentukan tujuan dari organisasi melalui pengembangan cara-cara
tertentu agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Pemimpin harus bisa
mengorganisasikan bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan apa yang
organisasi telah tetapkan sejak awal. Apabila kekuasaan organisasi dikelola
dengan benar maka tujuan dari sebuah organisasi akan dapat tercapai.

17
DAFTAR RUJUKAN

Ardana, Komang. dkk. 2013. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Elika, Elmaghfira. dkk. 2017. “Bencana Sosial Kasus Lumpur Pt. Lapindo
Brantas Sidoarjo, Jawa Timur”. Jurnal Penelitian & PKM. Vol 4, No: 2
hal: 129 - 389. 2017.

L, Jimmy. 2015. Keandalan dan Sukses Sekretaris Perusahaan dan Organisasi.


Diambil dari
https://books.google.co.id/books?id=Ok9JDwAAQBAJ&pg=PA39&dq=p
engertian+organisasi+menurut+para+ahli&hl=id&sa=X&ved=0ahUKE
wi_w4fboZreAhVFeisKHfPcDIUQ6AEIMTAC#v=onepage&q=pengertian
%20organisasi%20menurut%20para%20ahli&f=false.

Marianti, Maria Merry. 2011. “Kekuasaan dan Taktik Mempengaruhi Orang Lain
Dalam Organisasi”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.7, No.1: hal. 45–58,
2011.

Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku


Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sriendarwati, Tuti. 2015. Tugas Perilaku Organisasi


(http://tutisriendrawati.blogspot.com/2015/06/tugas-perilaku-organisasi-
perilaku.html?m=1). Diakses pada 7 Desember 2018.

Thoha, Miftah. 2015. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.


Jakarta: Rajawali Pers.

Yoga, Dani. 2015. Peran Kekuasaan dan Kewenangan dalam Organisasi


(https://surya-sisteminformasi.blogspot.com/peran-kekuasaan-dan
kewenangan-dalam.html/). Diakses pada 22 Oktober 2018.

18

Anda mungkin juga menyukai