Ontologi Dalam Filsafat Sains Modern
Ontologi Dalam Filsafat Sains Modern
MAKALAH
PROGRAM PASCASARJANA
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.Ontologi membahas realitas atau suatu entitas
dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu
realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar
pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan
melakukan pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut
operasional.Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan
PEMBAHASAN
Istilah ontologi muncul sekitar pertengahan abad ke 17. Menurut akar kata
yunani, ontologi berarti ‘teori mengenai ada yang berada’.Aristoteles, yang kemudian
disebut sebagai metafisika. Beberapa ahli filsafat mempunyai banyak pengertian yang
berbeda satu sama lain. ada beberapa hubungan yang hampir sama bahwa ontologi
adalah ilmu tentang “yang ada” sebagai bagian cabang filsafat yang sama. Baumgarten
mendefinisikan ontologi sebagai studi tentang predikat-predikat yang paling umum atau
abstrak dari semua hal pada umumnya. Heidegger memahami ontologi sebagai analasis
konstitusi “yang ada dari eksistensi”. Ontologi menemukan keterbatansan eksistensi dan
inti yang termuat dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang ada meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya. Ontologi adalah teori atau pengetahuan tentang
wujud,tentang hakikat yang ada ontologi tidak terlalu berdasar pada alam nyata tetapi
Objek formal ontologi Adalah hakikat seluruh realitas Bagi pendekatan kuantitatif,
realitas tampil dalam kuantintas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif.
b. Dasar ontologi ilmu
Dasar ontologi ilmu berbicara tentang apakah yang ingin diketahui ilmu? Atau apa
yang bisa dirumuskan secara eksplisit yang menjadi bidang tentang ilmu ?berbeda
dengan agama atau bentuk pengetahuan yang lainnya, maka ilmu membatasi diri
hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. secara sederhana objek kajian ilmu
ontologi, yaitu 3
2. abstraksi bentuk yaitu mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua
yang sejenis.
3. abstraksi metaphisik yaitu prinsip umum yang menjadi dasar dari semua
realitas.
keberadaan atau eksistensi sesuatu. Ontologi berupaya mencari struk- tur dasar dalam
ontologi adalah apa hakikat eksistensi atau keberadaan itu? 5 Dalam konteks sains,
dimensi ontologi sains adalah alam semesta dengan segala perkakasnya. Dalam
perspektif Mehdi Golshani, dalam al-Qur’an terdapat lebih dari tujuh ratus lima puluh
ayat yang merujuk kepada fenomena alam semesta. Sedangkan dalam pengamatan Agus
Purwanto, dalam al-Qur’an ternyata terdapat sekitar 1108 (seribu seratus delapan) ayat
penjelajahan saintifik terhadap keragaman fenomena alam semesta baik yang berada di
menjadikannya di kali lain (yakni setelah penciptaan yang pertama itu). Sesungguhnya
hatikan, mengamati, dan meneliti secara saintifik seluruh fenomena yang ada pada
wajah alam semesta. Jika bumi (arḍ) merupakan representasi seluruh fakta kehidupan
yang berada di atas kehidupan bumi yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan
representasi semua fenomena di luar bumi (langit) yang mencakup matahari, rembulan,
saintifik. Sebab tidak mungkin Allah telah memerintahkan hamba-Nya untuk menelaah
alam semesta, kalau kita sebagai hamba-Nya tidak mampu mengungkap misterinya
alam semesta beserta isinya adalah kesadaran kita bahwa alam semesta itu merupakan
tanda-tanda (āyāt) dari Sang Pencipta. Dalam tilikan al- Qur’an, alam semesta tidak
berdiri sendiri, melainkan sebagai tanda sekaligus simbol tentang makna-makna yang
berada di baliknya. Berikut beberapa ayat al-Qur’an yang melukiskan bahwa alam
serta perbedaan lidah (bahasa dan dialek) kamu dan warna kulit kamu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) bukti-bukti bagi orang yang dalam
kepada kamu kilat (untuk menimbul- kan) ketakutan dan harapan (bagi turunya hujan),
dan Dia menurunkan air dari langit, lalu denganya Dia menghidupkan (menyuburkan
bumi sesudah mati/kering-nya). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ter-
dapat bukti-bukti bagi kaum yang berakal (yakni yang memikirkan dan
merenungkannya)”.10
para ilmuwan Muslim era klasik telah memandang alam semesta se- bagai simbol.
Dalam paradigma tradisional Islam, simbol merupakan “refleksi” pada tingkat eksistensi
yang lebih rendah, dari sebuah realitas yang datang dari status ontologis yang lebih
tinggi. Alam yang lebih tinggi yang disimbolkan oleh simbol-simbol alamiah adalah
alam spiritual. Sebagai contoh, matahari me- nyimbolkan Akal Ilahi; ruang angkasa
yang luas menyimbolkan Keserba- mungkinan Ilahi dan juga Kekekalan Ilahi; seekor
Dalam perspektif Osman Bakar, ada pertalian batin antara simbol dan yang
disimbolkan. Pertalian ini bersifat metafisik, bukan fisik. Pengetahuan me- ngenai
makna sebuah simbol atau tentang pertalian batin itu tidak dapat diper- oleh melalui
analisis logika atau matematika atau melalui investigasi empiris. Pengetahuan ini
merupakan sains yang secara tradisional disebut sains tentang simbolisme, yang bersifat
Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir 5 aliran dalam filsafat yaitu:
2.2.1 Naturalisme
Dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari 2 kata, yaitu Natural (Alami)
dan Isme (Paham) Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai
pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak
bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia,
sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah
dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme
dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas
knowledge reported by man’s sense” Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau,
diberikan orang dewasa, justru dapat merusak pembawaan baik anak itu,
2.2.2 Materialisme
aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
di dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah
satu. Pada abad pertama masehi faham ini tidak mendapat tanggapan yang
serius, dan pada abad pertengahan orang masih menganggap asing terhadap
mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat. Pada abad
mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama di mana-mana.
Hal ini disebabkan bahwa faham ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya
Tuhan (ateis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini,
sebagai berikut:
dari chaos (kacau balau). Kata Hegel, kacau balau yang mengatur bukan
alam. Padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan ruhani
juga.
benda itu sendiri. Padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar
(1804-1877 M), Spencer (1820- 1903 M), dan Karl Marx (1818-1883 M). 8
2.2.3 Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Aliran ini ditemui dalam ajaran plato (428-348SM) dengan teori idenya.
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh. Istilah idealisme
diambil dari kata idea, yakni seseuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme
yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas ruh-ruh (sukma) atau jiwa,
ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran
mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari
sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa
bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat keruhanian
dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah
faham idealisme hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-
satunya pendapat yang disepakati oleh semua alat pikir adalah dasar
idelaisme ini.
seperti Descartes dan Spinoza, yang mengenal dua pokok yang bersifat
yang mendalam. Puncak zaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19, yaitu
1881 M), J. Fichte (1762-1814 M), F.Schelling (1755-1854 M), dan G. Hegel
(1770-1831 M) 8
2.2.4 Hylomorfisme,
Yaitu ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini
terdiri atas dua unsur utamanya yaitu materi (al-hayula) dan bentuk (ṣūrah).
Dalam sejarah filsafat, ajaran ini dirumuskan dengan jelas oleh Aristoteles,
sebagai hasil reformasi terhadap ajaran gurunya, Plato, yang mengatakan
bahwa apa yang ada di dunia ini tidak lain dari pada bayang-bayang dari ide-
ide yang ada di dunia atas –yang kemudian biasa disebut ide-ide Plato. Ide-ide
sebagai materi. Tetapi yang dimaksud dengan bentuk di sini bukanlah bentuk
adalah bahan, yang tidak akan mewujud (atau muncul dalam bentuk
2.2.5 Positivisme
suatu aliran filsafat yang berpangkal pada sesuatu yang pasti, faktual, nyata,
pengetahuan yang benar jika didasarkan pada pengalaman aktual fisikal. Jadi,
positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa ilmu alam
benar bisa dipercaya kehandalan dan dan akurasinya dalam kehidupan dan
keberadaan masyarakat. 7
terkenal sekaligus pendiri dari aliran ini dan sering disebut Bapak
menerima adanya "das Ding an Sich" atau objek yang tidak dapat diselidiki
yang terjadi pada perjalanan ilmu ketika pemikiran manusia beralih dari fase
teologis, menuju fase metafisis, dan terakhir fase positif. Fase teologis
yang terjadi merupakan kehendak Tuhan. Fase ini dibagi menjadi tiga yaitu
Dan yang terakhir yaitu fase positif (tahap positivisme) menjelaskan tentang
manusia yang telah dapat membatasi diri pada fakta yang tersaji dan
terhadap pemikiran. Oleh karena itu filsafat bukanlah teori, filsafat adalah
filsafat karena filsafat bukanlah ilmu. Filsafat diartikan sebagai sesuatu yang
lebih tinggi atau lebih rendah dari ilmu eksakta. Penjelasan dari hal ini adalah
bahwa tugas utama dari sebuah ilmu adalah untuk memberi tafsiran terhadap
materi yang menjadi obyek ilmu tersebut. Seperti halnya tugas dari ilmu
eksakta adalah memberi tafsiran terhadap segala sesuatu yang terjadi di alam
dan sebab terjadinya. Sementara tugas ilmu sosial adalah memberi tafsiran
terhadap hubungan yang terjadi pada manusia, baik sebagai individu maupun
oleh masing-masing ilmu yang berhubungan, maka tidak ada lagi obyek yang
perlu ditafsirkan oleh filsafat. Oleh karena itulah dapat disimpulkan bahwa
PENUTUP
Filsafat merupakan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada yang diperoleh
dari ikhtiar secara radikal.Filsafat memiliki beberapa aliran dan salah satunya adalah
aliran naturalism aliran ini beranggapan bahwa manusia lahir dengan pembawaan yang
baik, aliran ini dicetusakan oleh J.J Rosseau pada abad ke-17.Cara berfikir aliran ini
yang abstrak menjadikan peranan keluarga menjadi yang paling penting dalam
membekali dan membimbing seorang anak untuk menjadi lebih baik khususnya dalam
mengamati, dan meneliti secara saintifik seluruh fenomena yang ada pada wajah alam
semesta. Jika bumi (arḍ) merupakan representasi seluruh fakta kehidupan yang berada
semua fenomena di luar bumi (langit) yang mencakup matahari, rembulan, bintang-
rahasia hukum-hukum kehidupan bumi sekaligus alam semesta secara saintifik. Sebab
tidak mungkin Allah telah memerintahkan hamba-Nya untuk menelaah alam semesta,
kalau kita sebagai hamba-Nya tidak mampu mengungkap misterinya secara ilmiah 6
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagus Loren, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
2006.
Yogya, 2004.
6. Issawi Charles, Filsafat Islam tentang Sejarah Cet. II; Jakarta: Tintamas,
1976
Oktober 2009