Anda di halaman 1dari 18

BUKU PANDUAN SENAM OTAK PADA LANSIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12:

1. Selviana Ulik Wardani (11300017137)

2. Lukmanul Hakim (1130017156)

3. Nadjunda Sari (1130017163)

DOSEN PEMBIMBING :
RAHMADANIAR AP S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep
NPP. 19051256

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Panduan Senam Otak
pada Lansia. Buku Panduan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan Buku Panduan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan Buku Panduan ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dan segi kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga pada Buku Panduan Senam Otak
Lansia dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 10 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Bakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI..................................................................................... 3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke


atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mangakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh. (Kholifah, 2016).

Menurut Azizah (2011) Usia lanjut dalam perjalanan hidupnya akan


mengalami segala keterbatasannya dalam masalah kesehatan. Hal tersebut
diperkuat lagi dengan pernyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak
menderita penyakit yang menyebabkan menurunnya kemampuan dalam
melakukan aktivitas di banding dengan orang yang masih muda. Penurunan
kondisi fisik dan aktivitas pada lansia menyebabkan banyak lansia yang
mengalami stress yang dapat juga berpengaruh pada status kesehatan lansia.
Apabila stres tidak diatasi maka akan berdampak bagi kesehatan dan kualitas
hidup lansia. Stres dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan terapi non
farmakologis. Terapi farmakologis penanganan stres berupa obat antidepresan
dan anti cemas golongan benzodiazepam seperti alprazolam, yang dalam
penerapannya menyebabkan ketergantungan yang cukup besar. Terapi
nonfarmakologis penanganan stres salah satunya adalah senam otak. Senam
otak dapat dilakukan oleh segala usia, mulai dari anak-anak hingga lansia.
Senam ini berupa gerakan silang atau gerakan saling bergantian. Seseorang
yang mengalami peningkatan stres akan mengalami peningkatan adrenalin.
Gerakan senam otak dalam keadaan ini dapat mengurangi pelepasan adrenalin
dan memberikan keadaan rileks (Sari, Utama & Suarnata, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian senam otak


2. Apakah manfaat senam otak
3. Apakah tujuan senam otak
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya Terapi kognitif senam otak diharapakan dapat
mempertahankan daya ingat dan konsentrasi lansia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi kognitif senam otak selama 30 menit diharapkan
audiens dapat :
a. Mengetahui pengertian senam otak
b. Mengetahui manfaat senam otak
c. Mampu melakukan senam otak
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mangakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
(Kholifah, 2016). Seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat
yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga
jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia
pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa.

2.1.1 Batasan Lansia

1. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :


a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
b. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
2. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga katagori, yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
2.1.2 Ciri-Ciri Lansia

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

1. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia


sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik
pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai
akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa
kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut
dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala
hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya
lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW
karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk
terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep
diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang
buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki
harga diri yang rendah.
2.1.3 Tipe-Tipe Lansia

Tipe lansia di bagi menjadi 5 yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe
tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung (Nugroho,2017).

1. Tipe arif yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, penyesuaian diri


dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.

2. Tipe mandiri yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan
memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas konflik lahir batin menantang proses penuaan


sehingga menjadi pemarah,tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pangkritik, dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti


kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung yaitu kaget, kehilangan, kepribadian, mengasingkan


diri, minder.

2.1.4 Perubahan Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
profesional (Nugroho,2017).

Proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada


lansia. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan fisik, psikososial,
dan kognitif (Ratnawani,2010).

a. Kardiovaskular : Kemampuan memompa darah menurun, elstis


pembuluh darah menurun, serta resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
b. Respirasi : Elastisitas paru menurun, kapisat residu meningkat
sehingga menarik nafas lebih berat, dan terjadinya penyempitan
bronkus.
c. Persyarafan : Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun dan lambat dalam merespon dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stress.
d. Muskuloskeletan : Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bengkak (kifosis), persendiaan membesardan
menjadi kaku.
e. Gastrointensial : Esofagus membesar, asam lambung menurun,
lapar menurun, dan paristaltik menurun.
f. Vesika urinaria : Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan
retensi urine.
g. Kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, elastisitas
menurun, rambut memutih (uban), dan kelenjar keringat mneurun.

2.1.5 Perubahan Sosial

Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya fungsi


indra pendengaran, pengelohan, gerak fisik dan sebaginya
menyebabkan gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia,
misalnya bahu membungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur sehinggasering menimbulkan keterasingan.
Keterasingan ini akan menyebabkan lansia semakin depresi, lansia akan
menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain (Ratnawati,2010).

2.1.6 Perubahan Fungsi Kognitif

Kognitif adalah suatu konsep yang komplek yang melibatkan aspek


memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan psikomotor,
pengalaman, dan lain-lain. Pada umumnya, setelah orang memasuki
masa lansia, ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin
tidak seoptimal pada saat muda. Fungsi psikomotor (kognitif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan, seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang aktif dari
waktu muda (Priyoto,2015).

2.1.7 Perubahan Dan Konsekuensi Patologis Usia Lanjut

Padila (2013) mengatakan secara umum, menjadi tua di tandai oleh


kemunduran biologis yang terlihat pada gejala kemunduran fisik di
samping itu, juga kemunduran kognitif lain antara lain :

1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik


2. Ingatan terhadap hal-hal dimasa mudalebih baik dari pada hal-hal
baru saja terjadi
3. Seing terjadinya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru.

2.2 Definisi Kognitif

Kognitif merupakan istilah ilmiah untuk proses berfikir. Kognitif adalah


kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir
tentang seseorang atau sesuatu (Romadhani,2008). Sedangkan, menurut ahli
lain berpendapat kognitif merupakan kepercayaan seseorang tentang sesuatu
yang di dapatkan dari proses berfikir dan memperoleh pengetahuan melalui
aktifitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, membayangkan dan
berbahasa (Johnson,2005). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kognitif merupakan proses berfikir seseorang untuk memperoleh
pengetahuan dengan cara mengingat, memahami, dan menilai sesuatu.

2.2.2 Fungsi Kognitif

Pada lanjut usia mengalami kemunduran fisik juga sering


mengalami kemunduran fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif.
Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa mudah luka (forgetfulness)
bentukgangguan kognitif yang paling ringan diperkirakan dikealuhkan
oleh 29% lanjut usia yang bersuia 50-59 tahun, meningkat menjadi
lebih dari 85% pada usia lebih dari 0 tahun. Mudah lupa ini bisa
berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan (mild cognitive
impraiment-MCI) sampai ke demensi sebagai bentuk klinis yang berat
(jurnal arini dkk,2012)

Fungsi koknotifmerupakan bagian dari fungsi kortikal, dimana


pengetahuan fungsi kognitif luhur mengikat tingkah laku manusia
dengan sistem saraf. Fungsi kognitif terdiri dari kemampuan atensi,
bahasa memori, visuospasial dan fungsi eksekusif (Jurnal Arini
dkk,2012).

2.2.3 Aspek-Aspek Kognitif

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut :

a. Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan
waktu. Orientasi terdapat personal (kemampuan menyebutkan
namanya sendiri ketika ditanya) menunjukkan informasi yang
overlearned. Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering
merefleksikan negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau
gangguan penerimaan bahasa. Orientasi tempat dinilai dengan
menyanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam
gedung. Sdangkan orientasi waktu dinilain dengan menanyakan
tahun, musim, bulan, hari, dan tanggalk. Karena perubahan waktu
leboih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks yang
paling sensitif untuk disorientasi.
b. Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter,
yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.
1) Kelancaran
Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan
kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu
metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah
dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara spontan.
2) Pemahaman
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami
suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mempunya
seseorang untuk melakukan perintah tersebut.
3) Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan
atau kalimat yang diucapkan seseorang
4) Naming
Naming merujuk padfa kemampuan seseorang untuk
menamai objek beserta bagian-bagiannya.
c. Atensi
Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon
stimulus spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain diluar
lingkungannya.
1) Mengingat segera
Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk
mengingat sejumlah kecil informasi selama < 30 detik dan
mampu untuk mengeluarkannya kembali
2) Konsentrasi
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan
seseorang untuk memusatkan perhatiannya pada satu hal. Fungsi
ini bisa dimulai dengan meminta orang tersebut untuk
mengurangkan 7 secara berturut-turut dimulai dari angka 100
atau dengan memintanya mengeja kata secara terbalik
(priyoto,2015).
d. Memori
1) Memori variabel yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali informasi yang diperolehnya.
a) Memori baru
Kemmapuan seseorang untuk mengingat kembali informasi
yang diperoleh pada beberapa menit atau hari yang lalu.
b) Memori lama
Kemampuan untuk mengingat informasi yang diperolehnya
pada beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu
(priyoto,2015).
2) Memori visual yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali informasi berupa gambar.
e. Fungsi konstruksi
Fungsi konstruksi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan
meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi
balok atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah
dirusak sebelumnya.
f. Kalkulasi
Yaitu kemampuan seseorang untuk menghitung angka.
g. Penalaran
Yaitu kemampuan seseorang uintuk membedakan baik buruknya
suatu hal, serta berpikir abstrak.

2.2.4 Gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia

Penurunan fungsi kognitif memiliki tiga tingkatan dari yang paling


ringan hingga yang paling berat, yaitu mudah lupa (forgetfulness), Mild
Cognitive Impairment (MCI) dan Demensia (Lumbantobing,2017).

1. Mudah Lupa (Forgetfulness)


Mudah lupa merupakan tahap paling ringan dan sering
dialami pada orang usia lanjut. Berdasarkan data statistik 39%
orang pada usia 50-60 tahun mengalami mudah lupa dan angka ini
menjadi 85% pada usia di atas 80 tahun. Mudah lupa sering
diistilahkan benign senescent forgetfulness (BSF) atau age
associated memory impaiment (AAMI). Ciri-ciri kognitifnya
adalah proses berfikir melambat, kurang menggunakan strategi
memori yang tepat, kesulitan memusatkan perhatian, mudah beralih
pada hal yang kurang perlu, memerlukan waktu yang lama untuk
belajar sesuatu yang baru ndan memerlukan lebih banyak petunjuk
atau isyarat untuk mengingat kembali (Hartono,2006).
Adapun kriteria diagnosis muda lupa berupa :
a. Mudah lupa nama benda, nama orang
b. Memanggil kembali memori (recall) terganggu
c. Mengingat kembali memori (retrieval) terganggu
d. Bila diberi petunjuk (cue) bisa mengenal kembali
e. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk daripada
menyebutkan namanya (Hartono,2006).
2. Mild cognitive impairment (MCI)
Mild cognitive impairment merupakan gejala yang lebih
berat dibandingkan mudah lupa. Pada mild cognitive impairment
sudah mulai muncul gejala gangguan fungsi memori yang
menganggu dan dirasakan oleh penderita. Mild cognitive
impaiment merupakan perantaran antara gangguan memori atau
kognitif terkait usia (Age Associated memori impairment/AAMI)
dan demensia. Sebagian besar pasien dengan MCI menyadari akan
adanya defisit memori. Keluhan pada umumnya berupa frustasi,
lambat dalam menemukan benda atau mengingat nama oran, dan
kurang mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari yang kompleks.
Gejala MCI yang dirasakan oleh penderita tentunya mempengaruhi
kualitas hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
separuh (50-80%) orang yang mengalami MCI akan menderita
demensia dalam waktu 5-7 tahun mendatang. Oleh sebab itu,
diperlukan penanganan diri untuk mencegah menurunnya fungsi
kognitif (Lumbantobing,2007).

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Kognitif

Perubahan kognitif pada lansia dapat berupa sikap yang semakin


egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran,
kemampuan motorik terpengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan kognitif (ratnawati,2011).

a. Kesehatan umum
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Tingkat pendidikan
e. Pekerjaan

2.2.6 Pencegahan Lansia Dalam Mempertahankan Fungsi Kognitif

Beberapa cara mempertahankan fungsi kognitif pada lansia antara lain :

a. Berolahraga
b. Membaca
c. Tidur yang cukup
d. Pola hidup sehat.

2.2.7 Karakteristik Demografi Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia

a. Status kesehatan
Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan
kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis
dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi
reduksi substansia putih dan abu-abu di lobus prefrotal, penurunan
hipokampus, meningkat hiperintensitas substansia putih di lobus
frontalis. Angin pektoris, infark miokardium, penyakit jantung
koroner dan penyakit vaskular lainnya juga di kaitkan dengan
memburuknya fungsi kognitif (Briton & Mamot, dalam
Myers,2008).
b. Faktor usia
suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lansia menunjukkan
skor di bawah cutt off skrining adalah sebesar 16% pada kelompok
umur 60-69. 21% pada kelompok 70-74, dan 40%pada kelompok
usia 80 tahun ke atas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya
hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif (Scanlon
et,2007).
c. Suatu pendidikan & pekerjaan
Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah baik di
bandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Sacnlod et,
2007. Seseorang yang memilikiaktifitas yang rendah berisiko fungsi
kognitif mengalami penurunan 30-50% dari pada yang aktif, karena
dengan adanya aktifitas pasti seperti pekerjaan yang pasti dilakukan
lansia disetiap harinya maka akan memberikan stimulus pada otak
akan selalu bekerja untuk berfikir
d. Jenis kelamin
wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal
ini diosbabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam
penurunan fungsi kognitif. Reseoror estrogen telah di temukan dalam
area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti
hipokampus. Rendahnya level estradional dalam tubuh telah
dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori
verbal. Estradional di perkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat
membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai
protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien alzeimer
(Yeffe dkk,2007 dalam Myers,208).

2.3 Definisi Senam Otak


Senam otak atau lebih dikenal dengan Brain Gym adalah gerakan-gerakan
ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan
rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus
itulah yang dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan menunda
penuaan dini dalam arti menunda pikun atau perasaan kesepian yang biasanya
menghantui para manula (Gunadi, 2009).

Senam otak sendiri termasuk jenis senam ringan yang bisa dilakukan oleh
siapapuntermasuk kaum lansia. Gerakan pada senam otak juga merupakan
gerakan menyilang dengan tujuan supaya terjadi harmonisasi serta
optimalisasi kinerja otak kanan dan otak kiri. Dengan melakukan senam otak,
suplai darah, oksigen, dan energi akan lancar sampai ke otak seta bisa
memenuhi kebutuhan otak sehingga secara jangka panjang struktur otak dapat
terpelihara secara optimal.

2.3.1 Manfaat Senam Otak

Senam ini berguna untuk melatih otak kerja dengan melakukan gerakan
pembaharuan (repatting), latihan ini juga berguna untuk membuka
bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Dari
beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara aktifitas
fisik seperti brain gym dengan fungsi kognitif yaitu aktifitas fisik
menjaga dan mengatur vaskularisasi keotak dengan menurunkan
tekanan darah, meningkatkan kadar lipoprotein, meningkatkan produksi
endhotelial nitric oxide dan menjamin perfusi jaringan otak, efek
langsung keotak yaitu memelihara struktur saraf dan meningkatkan
perluasan serabut saraf, sinap – sinap dan kapilaris (Weuve et al, 2004).
Namun yang utama adalah untuk meningkatkan kinerja otak dan daya
fikir, selain itu juga bermanfaat untuk menambah semangat belajar atau
bekerja tanpa stress, menurunkan emosi seseorang, pikiran lebih jernih,
meningkatkan daya ingat, meningkatkan kepercayaan diri,
memandirikan seseorang dalam mengaktifkan seluruh potensi diri dan
ketrampilan yang dimilki. (Widianti, 2010). Menurut (Dennison, 2009)
fungsi gerakan Brain Gym terkait dengan 3 dimensi otak diantaranya
yaitu : (1) menstimulasi dimensi lateralitas; (2) meringankan dimensi
pemfokusan; dan (3) merelaksasikan dimensi pemusatan.

2.3.2 Tujuan Senam Otak

1. Memperlambat kepikunan
2. Menghilangkan stress
3. Meningkatkan konsentrasi
4. Membuat emosi lebih tenang

Anda mungkin juga menyukai