Referat-Syok
Referat-Syok
SYOK
Oleh :
Nurul Hidayah Hasanah Farida 2009730150
Dian Indriyani 2009730012
Nadia Nurfadillah 2009730099
Anggi Purnamasari 2009730126
Pembimbing :
Irwan, dr., Sp.An.
STAGE ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
0
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah suatu keadaan gawat darurat yang harus ditangani segera.
Syok disebabkan karena adanya penurunan perfusi ke jaringan. Penanganan syok
secara tepat akan sangat mempengaruhi prognosis pasien selanjutnya. Untuk
mengetahui terapi terbaik dalam penanganan syok, perlu terlebih dahulu di
ketahui sebelumnya patofisiologi dari terjadinya syok.
Syok adalah keadaan penurunan perfusi jaringan yang mengakibatkan
hipoksia seluler. Hal ini didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang diawali oleh
hipoperfusi akut, sehingga menjadi hipoksia jaringan dan disfungsi organ vital.
Syok adalah gangguan sistemik yang mempengaruhi multiple organ system.
Perfusi mungkin menurun secara global atau terdistribusikan rendah seperti pada
syok septik. Selama syok, perfusi tidak dapat memenuhi permintaan metabolik
jaringan, sehingga terjadilah hipoksia seluler dan kerusakan organ.
Penanggulangan syok pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan
perfusi jaringan kembali ke keadaan normal. Untuk itu selain menemukan
penyebab syok, adalah sangat penting untuk menstabilkan aliran darah sehingga
perfusi jaringan dapat diperbaiki. Terapi cairan seringkali merupakan terapi inisial
pada pasien syok yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, sehingga
diharapkan dapat mengoreksi sistem sirkulasi tubuh.
Dalam memberikan cairan sebagai terapi syok harus pula dipertimbangkan
tentang komposisi elektrolit yang terkandung dalam cairan tersebut. Tubuh
memiliki sistem regulasi yang berfungsi mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat
terlarut. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman dan cairan intravena dan
didistribusikan keseluruh bagian tubuh.
1
BAB II
SYOK
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
Tiga faktor yang mempertahankan tekanan darah normal:
1. Pompa jantung. Jantung harus berkontraksi secara efisien
2. Volume sirkulasi darah
3. Tahanan pembuluh darah perifer
Dengan demikian, syok dapat disebabkan oleh kondisi apapun yang menurunkan
aliran darah termasuk:
1. Penyakit jantung
2. Penurunan volume darah (dapat karena dehidrasi atau perdarahan)
3. Perubahan pada pembuluh darah (seperti pada infeksi maupun reaksi alergi
berat)
2
2.3 KLASIFIKASI
Penyebab syok dapat diklasifikasikan sebagai berikut (LANGE : Current Medical
Diagnosis and Treatment):
1. Syok hipovolemik
a. Kehilangan darah (syok hemoragik) eksternal maupun internal
b. Kehilangan plasma (luka bakar)
c. Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi)
2. Syok kardiogenik
a. Gangguan irama jantung
b. Kegagalan pompa jantung (sekunder terhadap penyakit jantung
iskemik atau kardiomiopati)
c. Disfungsi katup jantung akut
d. Ruptur septum ventricular atau dinding ventrikel
e. Obat-obat yang mendepresi jantung
3. Syok obstruktif
a. Pneumothoraks
b. Kelainan pericardial (tamponade jantung, konstriksi)
c. Kelainan vaskulasi pulmonal (emboli paru masif, HT pulmonal)
d. Tumor kardiak
e. Kelainan katup obstruktif (stenosis aorta atau stenosis mitral)
4. Syok distributif
a. Syok septik
b. Syok anafilaksis
c. Syok neurogenik
d. Cedera medulla spinalis atau batang otak
e. Obat-obatan
f. Insufisiensi adrenal akut
Patofisiologi
1. Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi tepi pada organ yang dapat
bertahan lama terhadap iskemia (kulit, lemak, otot dan tulang. PH arteri
normal. Terjadi vasokonstriksi tepi ringan, bermanifestasi sebagai kulit dingin,
pucat, basah.
2. Pada syok sedang terjadi penurunan perfusi sentral pada organ yang hanya
bertahan terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus dan ginjal) terjadi asidosis
metabolik
3. Pada syok berat, sudah terjadi penurunan perfusi pada jantung dan otak,
asidosis metabolik berat dan mungkin pula terjadi asidosis respiratorik.
Mekanisme kompensasi vasokonstriksi pada organ dan jantung. Sudah terjadi
anuria, penurunan kesaedaran dan sudah ada gejala hipoksia jantung.
Perdarahan massif 50% atau lebih dari volume darah dapat menyebabkan
henti jantung. Pada stadium akhir tekanan darah cepat menurun dan pasien
menjadi koma, lalu disusul masa sekarat (nadi tidak teraba, megap-magap)
dan akhirnya terjadi mati klinis. Henti jantung karena syok hemorhagik ialah
disosiasi electromagnet (kompleks gelombang EKG lasih ada, tetapi tidak
teraba denyut nadi), fibrilasi ventrikel dapat terjadi dengan pasien pada
penyakit jantung yang mendasar.
3.1 PENATALAKSANAAN
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan
untuk memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok.
Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Degera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC.
Prinsip dasar penanganan syok
Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal untuk :
1. Menstabilkan kondisi pasien.
2. Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
3. Mengefisiensikan system sirkulasi darah
4. Setelah pasien stabil , temukan penyebab syok
2. Syok kardiogenik
Semua pasien syok kardiogenik akibat infark miokard akut sebaiknya di
kirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kateterisasi angioplasti dan operasi
kardiovaskuler.
1. Letakkan pasien pada posisi telentang, kecuali bila terdapat oedem paru
berat.
2. Beri oksigen sebanyak 5-10 L/mnt dengan kanul nasal atau sungkup muka
dan ambil darah arteri untuk pemeriksaan analisis gas darah (AGD).
3. Intubasi trachea perlu dipertimbangkan bila terdapat asidosis respiratorik
dan hipoksia berat.
4. Lakukan kanulasi tepi vena dengan kateter no.20 dan berikan infuse
dekstrosa 5 % perlahan-lahan.
5. Keluarkan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, ureum,
kreatinin dan enzim-enzim jantung, seperti CPK, LDH dan SGOT.
6. Buat rekaman EKG dan monitor irama jantung.
7. Beri natrium bikarbonat 1-2 ampul (44 mEq/ampul) perlahan-lahan untuk
mengoreksi asidosis metabolik (> 5 menit) dan mempertahankan PH darah
diatas 7,2. Periksa kembali AGD.
8. Bila klinis maupun radiologist tidak menunjukkan oedem paru, beri cairan
garam fisiologis 100 ml perlahan-lahan untuk mengoreksi hipovolemik.
Bila terdapat tanda-tanda perbaikan fungsi miokardium, teruskan infuse
sehingga syok dapat diatasi.
9. Bila terapi cairan tidak memberi respon yang sesuai berikan dopamine
dengan dosis permulaan < 5 µgr/kgBB/menit. Dengan dosis ini diharapkan
aliran ginjal dan mesenteric meningkat serta memperbanyak produksi urin.
Dosis dopamine 5-10µgr/kgBB/menit akan menimbulkan efek β
adrenergic, sedangkan pada dosis > 10 µgr/kgBB/menit, dopamine tidak
efektif dan yang menonjol adalah efek α adrenergic.
10. Bila terjadi oedem paru, beri furosemid dengan dosis 20 mg intravena dan
bila tidak menunjukkan perbaikan setelah 30 menit, tingkatkan dosis
menjadi 40 mg. Pertimbangkan juga untuk segera memberi salep
nitrogliserin 0.5-1 % sebagai vena dilator sentral yang bermanfaat untuk
menurunkan preload.
3. Syok Obstruktif
Tension pneumothoraks terjadi bila ada udara yang masuk ke rongga
pleura, yang karena suatu mekanisme ventil mencegah aliran keluarnya. Tekanan
intrapleural meningkat, menyebabkan paru-paru kolaps. Untuk sementara, tension
pneumothoraks dapat diatasi dengan menusukkan jarum ke ruang pleura.
Tamponade jantung dapat diatasi dengan menusukkan jarum ke dalam kantung
perikardial. Pada emboli pulmonal masif dapat dilakukan pemberian antikoagulan
atau trombolitik.
4. Syok septik
Merupakan syok yang disertai adanya infeksi. Pada pasien trauma syok
septik bisa terjadi jika pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok
septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritoneum dengan isi usus.
Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan
syok hipovolemia (takikardi, vasokonstriksi perifer, produksi urin <0,5
ml/kgBB/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).
Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal
mempunyai gejala takikardi, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal dan
tekanan nadi yang melebar. Penanggulangannya dengan optimalisasi volume
intravaskuler dan pemberian antibiotik, dopamin serta vasopresor.
Penanganan medikamentosa pada syok septic.
1. Terapi cairan.
Pemberian cairan garam berimbang harus segera diberikan pada saat
ditegakkan diagnosis syok septik. Pemberian cairan ini sebanyak 1-2 liter
selama 30-60 menit dapat memperbaiki sirkulasi tepi dan produksi urin.
Pemberian cairan selanjutnya tergantung pengukuran tekanan vena sentral.
2. Obat-obat inotropik
Dopamin sebaiknya diberikan bila keadaan syok tidak dapat diatasi dengan
pemberian cairan tetapi tekanan vena sentral telah kembali normal. Dopamin
permulaan diberikan kurang dari 5 µgr/kgBB/menit. Dengan dosis ini
diharapkan aliran ginjal dan mesenteric meningkat serta memperbanyak
produksi urin. Dosis dopamine 5-10µgr/kgBB/menit akan menimbulkan efek
β adrenergic, sedangkan pada dosis > 10 µgr/kgBB/menit, dopamine tidak
efektif dan yang menonjol adalah efek α-adrenergic.
3. Antibiotik
Pemberian dosis antibiotik harus lebih tinggi dari dosis biasa dan diberikan
secara i.v. Kombinasi pemberian dua antibiotik spektrum luas sangat
dianjurkan karena dapat terjadi efek yang sinergis.
5. Syok anafilaktik
Penatalaksanaan syok anafilaktik tergantung tingkat keparahan. Namun
yang terpenting harus segera dilakukan evaluasi jalan nafas, jantung dan respirasi.
Bila ada henti jantung dan respirasi, lakukan resusitasi jantung paru. Terapi awal
diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Untuk terapi awal diberikan adrenalin 1:1000 0,3 ml sampai maksimal 0,5
ml s.c atau i.m. Dapat diulang 2-3 kali dengan jarak 15 menit. Pasang tourniquet
pada proksimal dari suntikan infiltrasi dengan 0,1-0.2 ml adrenalin 1:1000.
Lepaskan tourniquet setiap 10-15 menit. Tempatkan pasien dalam posisi
terlentang dengan elevasi ekstermitas bawah (kecuali kalau pasien sesak). Awasi
jalan nafas pasien, periksa tanda-tanda vital setiap 15 menit. Bila efek terhadap
adrenalin kurang, berikan difenhidramin klorida 1mg/kgBB sampai maksimal 50
mg i.m atau i.v secara perlahan-lahan.
Bila terjadi hipotensi segera berikan cairan i.v yang cukup. Bila tidak ada
respon, berikan dopamine 400 µgr (2 ampul) dalam cairan infuse glukosa 5 %
atau RL atau NaCl 0,9 % untuk mempertahankan tekanan darah sistolik 90-100
mmHg.
Bila terjadi bronkospasme persisten berikan oksigen 4-6 liter/menit. Bila
tidak terjadi hipotensi berikan aminophilin dosis 0,5-0,9 mg/kgBB/jam. Berikan
aerosol β2 agonis tiap 2-4 jam.
Untuk mencegah relaps (reaksi fase lambat), berikan hidrokortison 7-10
mg/kgBB i.v lalu dilanjutkan hidrokortison suntikan 5 mg/kgBB i.v setiap 6 jam
sampai 48-72 jam.
Awasi adanya edema laring jika perlu dilakukan trakeostomi. Bila kondisi
pasien stabil, berikan terapi supportif dengan cairan selama beberapa hari, pasien
harus diawasi karena kemungknan gejala berulang minimal selama 12-24 jam.
Kematian dapat terjadi dalam 24 jam pertama.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang terjadi saat tubuh tidak
mendapatkan aliran darah yang adekuat. Hal ini dapar merusak banyak organ.
Syok membutuhkan penaganan segera karena kondisi tubuh dapat memburuk,
dengan amat cepat.
2. Penyebab syok pada kasus gawat darurat biasanya perdarahan (syok
hipovolemik)
3. Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh dan
mempertahankan suhu tubuh. Untuk mengganti cairan yang hilang, infus NaCl
atau RL cukup efektif.
4. Pemberian cairan secara masif beresiko menyebabkan edema paru. Hal ini
dapat dicegah dengan pemberian cairan yang rasional dan memperhatikan
timbulnya gejala klinis edema paru seperti sesak dan bising paru.
DAFTAR PUSTAKA