KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, karunia serta nikmat-Nya kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Seminar Profesi Ners Stase KMB yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. S
dengan ganguan sistem endokrin: Diabetess melitus di rumah sakit bhayangkara jayapura”
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kelompok menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr.Ir Apolo Safanpo,ST,MT selaku Rektor Universitas Cenderawasih.
2. dr. Trajanus L. Jembise, Sp.B selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih
Jayapura.
3. Juliawati, S.Kp,. M.Kep., Sp.Kep.An selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Ners
Universitas Cenderawasih.
4. Hotnida Erlin Situmorang, S.Kep,.Ns,.M.Ng sebagai kordinator stase KMB ini, yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan serta pikiran dengan sabar membimbing mahasiswa profesi
ners.
5. Ns. Ramadhan,M.Kep sebagai pembimbing 1, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
serta pikiran dengan sabar membimbing kelompok dalam menyelesaikan hasil makalah ini.
6. Ns. Novita Elisabeth Daeli, S.Kep.M.Kep sebagai pembimbing II, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan serta pikiran dengan sabar membimbing kelompok dalam menyelesaikan
Kelompok menyadari, bahwa penulis hasil makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan untuk itu kritik dan saran sangatlah kelompok harapkan untuk perbaikan
kedepan, Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok III
Daftar isi
Daftar isi----------------------------------------------------------------------------------3
BAB I PENDAHULUAN--------------------------------------------------------------6
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------6
1.2 Tujuan Penulisan---------------------------------------------------------------------7
1.3 Manfaat Penulisan-------------------------------------------------------------------7
BAB II KONSEP PENYAKIT--------------------------------------------------------9
2.1 Definisi--------------------------------------------------------------------------------9
2.2 Etiologi--------------------------------------------------------------------------------9
2.2.1 Diabetes mellitus tipe I----------------------------------------------------9
2.2.2 Diabetes mellitus tipe II-------------------------------------------------10
2.3 Patofisiologi------------------------------------------------------------------------18
2.3.1 Diabetes mellitus tipe I--------------------------------------------------18
2.3.2 Diabetes mellitus tipe II-------------------------------------------------18
2.3.3 Diabetes mellitus gestasional-------------------------------------------19
Pathway----------------------------------------------------------------------------------21
2.4 Maninfestasi Klinik----------------------------------------------------------------23
2.4 Komplikasi--------------------------------------------------------------------------28
2.5 Diagnosis diabetes mellitus-------------------------------------------------------28
2.6 Pemeriksaan Penunjang-----------------------------------------------------------29
2.7 Penatalaksanaan Medis------------------------------------------------------------30
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN--------------------------------32
3.1 Pengkajian Keperawatan----------------------------------------------------------32
3.1.1 Identitas klien, meliputi :-------------------------------------------------32
3.1.2 keluhan utama-------------------------------------------------------------32
2.8.3 Riwayat kesehatan---------------------------------------------------------32
2.8.4 Pengkajian pola kesehatan-----------------------------------------------33
2.8.5 Pemeriksaan fisik----------------------------------------------------------34
3.2 Perumusan dan Prioritas Diangnosa Keperawatan---------------------------36
3.3 Perencanaan Dan Intervensi Keperawatan Dan Rasional--------------------37
3.4 Implementasi-----------------------------------------------------------------------39
3.5 Evaluasi-----------------------------------------------------------------------------40
3.6 Dokumentasi Keperawatan-------------------------------------------------------40
ASUHAN KEPERAWTAN KASUS KELOLAAN-------------------------------41
3.7 Pengkajian keperawatan----------------------------------------------------------41
3.7.1 Identitas pasien------------------------------------------------------------41
3.7.2 Tindakan yang telah dilakukan------------------------------------------41
3.7.3 Riwayat kesehatan--------------------------------------------------------42
3.7.4 Pengkajian pola gordon---------------------------------------------------43
3.7.5 Pemeriksaan fisik----------------------------------------------------------45
3.8 Pemeriksaan penunjang-----------------------------------------------------------47
3.9 Analisa data-------------------------------------------------------------------------48
3.10 Diagnosa keperawatan -----------------------------------------------------------52
3.11Rencana keperawatan…………………………………………………… 53
3.12 Catatan Perkembangan----------------------------------------------------------58
BAB IV PEMBAHASAN------------------------------------------------------------89
4.1 Proses Keperawatan---------------------------------------------------------------89
4.1.1 Pengkajian Keperawatan-------------------------------------------------89
4.1.2 Pemeriksaan fisik----------------------------------------------------------90
4.2 Diagnosa Keperawatan------------------------------------------------------------93
4.3 Pemeriksaan Diagnostik----------------------------------------------------------93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN--------------------------------------------97
5.1 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------97
5.2 Saran---------------------------------------------------------------------------------97
DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------99
BAB I
PEN DAHULUAN
2. 1 Definisi
Menyatakan bahwa diabetes mellitus menjadi salah satu penyakit kategori
berbahaya yang umumnya dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis.
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara
jangka panjang atau menahun (Kronik) dimana tubuh tidak lagi dapat
menghasilkan hormon insulin atau tubuh tidak dapat melakukan metabolism
insulin secara optimal. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki
gejala khas diabetes mellitus yaitu: poliuria, polidipsia, polifagia, beserta
pemeriksaan glukosa darah ssewaktu (GDS) > 200 mg/dl dan glukosa darah puasa
(GDP) > 126 mg/dl (Kementrian Kesehatan RI 2018).
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit atau disebut etologi diabetes mellitus menurut
(Smeltzer, S.C dan B 2015) yang ditulis dalam bukunya, menjelaskan bahwa
etiologi diabetes mellitus yaitu :
2.2.2.1 Usia
Keadaan resistensi hormone insulin kerap menimpa lansia.
Peningkatan usia yang berkaitan dengan penuaan menjadi
bagian dari factor penyebab penurunan fungsi organ pancreas
sehingga produksi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pancreas
menjadi tidak optimal. Hal ini dapat menybabkan distribusi
glukosa kedalam jaringan menjadi tidak merata dan
menegakibatkan kadar glukosa darah menjadi tinggi
(Hiperglikemia)
2.2.2.2 Obesitas
Obesitas menjadi salah satu factor penyebab kejadian non
insulin dependen diabetes mellitus (NIDDM) dan 80%nya
adalah individu dengan masalah berat badan yang berlebih atau
kegemukan. Dampak dari pada obesitas atau kegemukan
tersebut menyebabkan resistensi insulin sehingg berdampak
pada kegagalan toleansi glukosa darah.
Fungsi eksokrin
Fungsi eksokrin
2.3 Patofisiologi
Defisiensi insulin (tipe I) atau resistensi glukosa (tipe II) Glukosa tdk dpt mask sel ↓
Glukoaa tidak dapat Darah melebihi batas Vaskositas darah ↑ Albumin ↓ Imun ↓
pencernaan, respon Kaki dan tangan lemas, keram dan atrofi otot
2.4 Maninfestasi Klinik
Dalam menegakan diagnosa penyakit diabetes mellitus, dieprlukan tindakan mengkaji aspek
tanda dan gejala diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus menurut (Smeltzer, S.C
dan B 2015) yaitu:
2.4.1 Poliuria
Keadaan dimana frekuansi pengeluaran urin yang melebihi batas normal pada umumnya yang
terjadi pada penderita diabetes mellitus. Pada kejadian diabetes mellitus, kurangnya kadar
insulin yang berfungsi sebagai pengikat glukosa melalui membrane sel mengakibatkan
meningkatnya glukosa dalam darah, menyebabkan serum pada plasma meningkat yang
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam aliran intravaskuler. Sirkulasi darah ke ginjal
mengalmi peningkatan sebagai bagian dari akibat hiperosmolaritas dan diuresis osmotic.
Terbatasnya jaringan otot dan adipose dalam mendapatkan suplai glukosa menyebabkan
glukosa tetap berada di dalam aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia.
Salah satu dampak dari hiperglikemik adalah meningkatnya kada glukosa yang melebihi
ambang batas ginjal dalam melakukan reabsorbsi sehingga menyebabkan glikosuria atau
terdapat glukosa dalam urin. Keadaan tersebut akan menginduksi terjadinya diuresis osmotic
yang berdapak pada kejadian poliuria sehingga pada penderita diabetes mellitus mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit.
Pada penderita dengan obesiats, peningkatan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi yang
dapat menyebabkan terjadinya saturasi protein transport. Hal tersebut menyebabkan ginjal
mengalami peningkatan kapasitas dalam melakukan reabsorbsi glukosa dan mengakibatkan
glukosa lolos dan masuk kedalam urin. Glukosa dalam urin menyebabkan tertariknya air
kedalam urin melalui mekanisme osmosis. Hal tersebutlah yang menyebabkan hiperglikemik
pada penderita diabetes mellitus memproduksi urin yang mengandung glukosa dan dalam
jumlah besar.[ CITATION Med11 \l 1033 ]
2.4.2 Polidpsia
Merupakan tanda dan gejala yang umum ditemukan pada penderita dibetes mellitus. Keadaan
ini merupakan respon tubuh dalam menghindari kurangnya cairan dalam tubuh (dehidrasi)
akibat polyuria. Meningkatnya difusi cairan intrasel ke dalam aliran darah mengaibatkan
penurunan intrasel yang berefek pada dehidrasi sel. Dampak dari dehidrasi sel, keadaan mulut
menjadi kering dan menyebabkan rasa haus yang meningkat, kondisi ini umum terjadi pada
penderita diabetes mellitus.
2.3.3 Polyphagia
Merupakan tanda dan gejala yang dialami oleh penderita diabetes mellitus. Keadaan ini
disebabkan oleh tidak adekuat kadar glukosa dalam tubuh walaupun kadar glukosa dalam
darah cukup tinggi. Glukosa darah tidak dapat memasuki sel akibat menurnnya kadar insulin
yang membawa glukosa masuk kedalam sel sehingga produksi energy dalam tubuh menurun
yang menyebabkan penderita mengalami rasa lapar yang tinggi, keadaan tersebut sangat
umum ditemukan pada penderita diabetes mellitus.
2.3.5 Glukoma
1.Terapi Medikamentosa
3) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakangdan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini
hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutupsebanyak 50%.2)Trabekulotomi
(Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal
dengan iridektom
2.3.6 Manifestasi Klinis Dm Gangren
Penatalaksanaan
a. Diet : Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
1) Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral)
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar
glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
- 5 – 10’ pemanasan
- 15 – 20’ pendinginan
- Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya makan camilan dahulu
- Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk melakukan Latihan fisik
yang terlalu berat
1) Kering
- Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan indikasi yang
sangat jelas
2) Basah
- Debridement
- Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
- Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas
3) Pembedahan
- Amputasi segera
- Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang dapat diambil adalah
amputasi atau skin/arterial graft
d. Obat
- DM gestasional
- DM tipe I
2.4 Komplikasi
Kondisi kadar gluosa yang tinggi yang berangsur lama mengakibatkan kerusakan berbagai
system terutama system syaraf dan pembulu darah. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol
menjadi masalah yang mengancam kehidupan bagi penderita diabetes mellitus. kondisi
ketoasidosis menjadi masalah serius pada diabetes mellitus tipe I dan sering terjadi pada lansia
dan remaja. Beberapa penyakit yang menjadi lanjutan pada diabetes mellitus secara umum
menurut kemenkes (2014) yaitu :
1. Gejala klasik diabetes mellitus disetai kadar Glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl.
Glukosa darah sewaktu adalah hasil pemeriksaan glukosa sesaat tanpa memperhatikan
waktu terahir.
2. Gejala klasik diabetes mellitus disertai Glukosa plasma puasa > 126 mg/dl. Yang
dimaksud dengan puasa adalah penderita tidak mendapat asupan kalori tambahan
selama 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl. TTGO yang dilakukan dengan standar
WHO, menggunakan bahan glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan kedalam air.
HbA1c tidak dapat digunakan dalam memantau kadar glukosa darah darah harian atau
tes rutin glukosa darah. Pemeriksaan Hemoglobin A1c ini akan menggambarkan rata-
rata glukosa darah selama 2 sampai 3 bulan terakhir dan digunakan bersama dengan
pemeriksaan glukosa darah biasa untuk membuat penyesuaian dalam pengendalian
Diabetes Mellitus. Jumlah rata-rata gula dalam darah dapat diketahui dengan mengukur
tingkat HbA1c. Jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi selama beberapa minggu
terakhir, maka pemeriksaan HbA1c akan menunjukkan nilai yang tinggi. Nilai normal
pemeriksaan HbA1c yaitu antara 4% sampai 5,6%. Kadar HbA1c antara 5,7% sampai
6,4% mengindikasikan peningkatan risiko diabetes, dan kadar 6,5% atau lebih tinggi
mengindikasikan Diabetes Mellitus.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,letargi,
disorientasi, koma
3.1.4.2 Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.
3.1.4.4 Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
3.1.4.6 Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon
menurun, kejang.
3.1.4.7 Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia,
krekel, DVJ (GJK)
3.1.4.8 Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
3.1.4.9 Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
3.1.4.12 Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid,
demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus
3.1.5.1 Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat oprasi
3.1.5.2 Mata
pengelihatan adanya kekabburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II)
gangguan dalam memotar bola mata (nervus Iv) dan gangguan dalam menggerakan bola
mata kelateral (nervus VI).
3.1.5.3 Hidung
adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfakorius (nervus I)
3.1.5.4 Mulut
adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, addanya kesulitan
dalam menelan.
3.1.5.5 Dada
Inspeksi : bentuk dada pectus carinum simetris kanan kiri, tidak ada dypsnea, tidak ada
retraksi otot dada, transversal banding antero 2:2 pernapasan dada.
Perkusi : interkosta kanan 1-5 resonan, interkosta 6 redup. Sebelah kiri Interkosta 1-4
resonan, interkosta 5 dan 6 redup
Auskultasi : suara napas vesiculer, auskultasi jantung S1 dan S2 tunggal reguler, tidak
ada mur-mur dan tidak ada bruit.
3.1.5.6 Abdomen
Inspeksi : tidak ada joundis,warna kulit sama dengan warna sekitar, perut tidak
membesar, vena-vena tidak membesar
Perkusi : pada kuadran atas terdengar timpani. Pada kuadran kiri atas terdengan redup,
kuadran kiri bawah dan anan bawah juga terdengar timpani
3.1.5.7 Ekstermitas
pada pasien stroke hemoragik biasanya dditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase,
mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilakukan pengukuran kekuatan otot, normal :
5.
Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi
Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanna pemeriksaan
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Tn S usia 48 tahun datang ke Rumah Sakit Bhyangkar Jayapura dengan diantar istrinya ny m
dengan keluhan luka di tungkai sebelah kanan sejak 2 bulan yang lalu akibat tertusuk kayu saat
berjalan. Luka yang dialami pasien tidak kunjung sembuh namun semakin melebar dengan tekstur
bengkak berair dan terdapat luka berwarna coklat kehitaman pada sekeliling luka yang mengering,
terasa nyeri saat berjalan, keluarga mengatakan pasien sering mengeluh kakinya kesemutan, selain
itu pasien juga mengeluh mudah lelah dan terasa lesu, sering merasakan ngantuk dipagi hari
mnjelang siang, pasien juga mengatakan sering bak dimalam hari dan sering merasakan lapar
sepnjang hari. Keluarga pasien mengatakan pasien bertambah kurus dan mengalami penurunan
jarak pandang, kesehariannya tampak tidak bergairah. Pasien mengatakan sebelm ke rs pasien
memeriksakan diri ke pkm saat di priksa petugas mengatakan gula darah pasien tinggi mencapai
540 mgdl dan dokter mengatakan pasien menderita penyakit gula. Sebelumnya pasien mendapat
terapi metformine yangdiminum 2x sehari, merasa keadaannya tidak kunjung membaik pasien
berobat ke rumah sakit. Saat dilakukan pengakajian pasien tampak lemas, terdapat luka pada
tungkai kanan pasien yang membengkak dan terdapat jaringan nekrotik pada tepi luka pasien,
pemeriksaan vital sign : td 165/90 mmhg, rr 23x/m, n 87x/m, s 37.5oc
Saat sakit : pasien melakukan bak 9-12 x sehali dan lebih sering dimalam hari
Saat sakit : pasien merasa ngantuk pada pagi hari menjelang siang dan pada malam
hari pasien sering terbangun untuk bak, sehinggal optimal tidur pasien kurang lebih
4-5 jam
Saat sakit : interaksi pasien dengan keluarga dan tetanggal dalam keadaan baik
3.7.4.9 Seksualitas
Sebelum sakit : pasien melakukan hubungan seksual 3 hari sekali tanpa mengalami
hambatan
Saat sakit : pasien mengalami kesulitas dalam melakukan hubungan seksua karan
lemas dan terdapat nyeri pada tingkai kaki, pasien selama sakit tidak pernah
melakukan hubungan seksual.
P : perkusi timpani
Pemeriksaan ekstrimitas
Terdapat luka pada tungkai kanan terasa nyeri saat berjalan dan beraktivitas
Pemeriksaan Hasil
Hb 10 g/dl
Hct 33 %
Gdp 255 mgdl
Gdp 2 jp 375 mgdl
Gds 570 mgdl
Hba1c 7.2 %
Choleterol total 340 mgdl
Trigliserida 240 mgdl
Ureum 114 mgdl
Kreatin 10 mgdl
3.9 Analisa data
Polyuria
o hiperglikemik
o kadar koleterol tinggi
o GCS 15 (composmentis)
9 DS hiperglikemik
o pasien mengatakan
Vakositas darah meningkat
mengalami penurunan
jarak pandang Angiopati
DO Mikro angiopati
o pasien tampak kesulitan
melihat objek dan objek Retinopati
Gangguan persepsi
jauhb Penyumbatan sensorik
o GCS 15 (composmentis)
korpus siliris
peningkatan TIO
glaukoma
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati dibuktikan dengan luka tak
kunjung sembuh
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka gangrene, suplai energi tidak adekuat
dibuktikan dengan nyeri saat berjalan, kelemahan otot
3. Perfusi perifer tidak efektuf berhubungan dengan hiperglikemik, neuropati dibuktikan
dengan HB menurun, kebas
4. ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan defisiensi insulin dibuktikan dengan
hiperglikemik
5. Deficit nutris berhubungan dengan retensi glukosa ke jaringan dibuktikan dengan polifagia
penurunan BB, lemas, lesu
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan polyuria dibuktikan dengan BAK pada malam
hari
7. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan fungsi penas dibuktikan
dengan perubahan koping individu
8. Resiko intoleransi aktifitas berhubungan dengan proses penyakit
9. Risiko jatuh berhubungan dengan retinoangiopati dibuktikan dengan penurunan jarak
pandang
3.11 Rencana keperawatan
Rujukan buku (PPNI 2016)
Kolaborasi
S : pasien
1. Melakukan
mengatakan iya
kolaborasi silahkan
O : pasien tampak
pemberian
sedang tidak dalam
metformin 250 mg keadaan tidur
S : pasien menerima
Edukasi proses penyakit
perawat dengan
Observasi
menjawab salam
1. Memastikan pasien
O : pasien tampak
dapat menerima ramah
informasi dengan
baik dengan melihat
keadaan pasien dan
S : pasien
keluarga tidak mengatakan sama
dengan gejala yang
sedang dalam
di alami pasien,
keadaan tidur dan pasien akan
mengubah pola
meminta ijin
dietnya
Trapeutik O : pasien tampak
1. Melakukan kontrak menyimak
penjelasan dengan
waktu dengan
baik da telah
pasien untuk memahami program
diet untuk dirinya
memberikan
A : masalah belum
informasi terkait teratasi
P : edukasi penyakit
penyakit dengan
dihentikan,
cara menyampaikan intervensi
managemen
salam
hiperglikemik
memperkenalkan dilanjutkan
diri, menyampaikan
tujuan dan berapa
lama waktu yang
akan digunakan,
kemudian
mengkonfirmasi
kesediaan pasien.
Edukasi
5. Memberikan
informasi tentang
penyakita dengan
menjelaskan
pengertia,
klasifikasi, tanda
dan gejala,
penyebab,
komplikasi, terapi
pengoatan, program
diet diabetes
mellitus
2 Gangguan Perawatan luka
itegritas kulit Observasi
Kategori : 1. menilai karakteristik S : pasien
lingkungan mengatakan silahkan
dan tingkat infeksi
Sub : O : terdapat puus dan
keamanan dan luka pasien dengan jaringan nekrosisi
proteksi pada permukaan luka
meminta ijin untuk
dan tekstur basah
membuka balutan dan berair
luka pasien
S : pasien
mengatakan selama
ini pasien hanya
Trapeutik mencuci luka dengan
1. menggunakan air biasa dan
mengoleskan betadin
teknik bersih untuk
saja
membuka balutan O : pasien koperatif
sampai dengan ahir
luka, setelah balutan
perawatan luka
terbukan kemudian
membilas luka
dengan cairan RL,
mebilas pus dengan
menggunakan H2O2
setelah itu membilas
kembali, mengganti
S : pasien
hand cun steril, mengatakain iya
O : pasien tampak
menggunakan kasa
mengerti dengan
untuk arahan perawat
A : masalah
membersihakn
gangguan integritas
kotoran dan pus kulit belum teratasi
P : lanjutkan
pada permukaan
intervensi perawatan
luka, membersihkan luka
jaringan nekrotik
dengan gunting
jaringan dan pinset,
membilas luka
dengan RL,
keringkan kembali
permukaan luka,
membasahi kasa
steril dengan madu
kemudian
tempelkan pada
permukaan luka,
setelah itu tutup
luka kembali dengan
verban.
Edukasi
1. menganjurkan
pasien untuk
menjaga luka agar
tidak terkena air
atau basah
3 Perfusi perifer Promosi latihan fisik
tidak efektif Observasi
Kategori : 1. memastikan S : pasien menjawab
fisiologis salam, dan
kesiapan pasien
Sub : respirasi mengatakan bersedia
dengan O : pasien tampak
koperatif
menyampaikan
salam dan S : pasien
mengatakan masih
menyampaikan
merasakan lemas
tujuan perawat, O ; pasien tampak
lemas namun pasien
kemudian
masih mempu
mengkonfirmasi melakukan aktifitas
kecil di temapt tidur,
kesediaan pasien
pasien masih mampu
Trapeutik melakukan
1. menanyakan pergerakan sendi-
sendi tangan dan
keadaan pasien saat
juka kaki
ini dengan S : pasien
mengatakan iya
O ; pasien tampak
koperatif
2. memberikan edukasi
pasien untukk
melakukan
S : pasien
peregangan otot mengatakan tidak
ada
sederhana yang
O : pasien tampak
dapat dilakukan di sudah memahami
penjelasan yang
tempat tidur dimulai
diberikan oleh
dari peregangan perawat
tangan, bahu, leher
hingga peregangan
otot kaki. Untuk
S : pasien bersedia
peregangan jari O : pengisian
sirkulasi perifer CRT
tangan pasien bisa pasien 2 detik pada
ekstrimitas sebelah
melakukan meremas
kanan
botol mineral
S : pasien bersedia
kosong untuk
O : tekanan pada
meregangkan otot – pada kaki sebelah
kanan rendah denga
otot jari tangan dan
interpretasi ABI 0.9
telapk tangan, dan
mengajarkan psien
S : pasien
senam kaki diebetes mengatakan Iya
O : pasien koperatif
3. Mengajak pasien
untuk melakukan
sesering mungkin
S : pasien
dan sesuai dengan mengatakan Iya
O : pasien koperatif
kemampuan pasien
A: masalah belum
Edukasi teratasi
1. Memnanyakan P : intervensi
dilanjutkan
kepada pasien
perawatan
apakah ada hal yang
sirkulasi
belum diphami atau
belum jelas
Perawatan sirkulasi
Observasi
1. Memeriksa
kecepatan pengisina
perifer pasien
dengan mengukur
CRT pasien pada
jari tangan dan kali
pasien
2. Mengukur tekanan
nadi brakial dan
angkel pasien
dengan pemeriksaan
ABI dengan
mengukur tekanan
arteri brakial pada
lengan kiri dan
kanan, mengukur
tekanan arteri
dorsalis pedis dan
tibialis poterior
Terapiutik
1. Memberi tahu
pasien dan keluarga
untuk memberi tahu
petugas untuk tidak
melakukan
pemasangan infus,
dan pengambilan
darah pada are
gangguan perfusi
Edukasi
1. menganjurkan
pasien untuk
melakukan olahraga
rutin dan
menghilangkan
kebiasaan merokok
5 Dukungan mobilitas
Observasi
1. mananyakan kepada S : pasien
mengatakan nyeri
pasien dimana nyeri
timbul ketika
berasal permukaan kulit
pada kaki tertekan
atau saat berjalan
O ; pasien menjawab
pertnayaan perawat
sambil menunjukan
Trapeutik area yang dirasa
1. menyampaikan nyeri oleh pasien
S : keluarga
keluarga untuk
mengatakan ia selalu
bersma –sama mndampingi pasien
dan akan mamanggi
membantu pasien,
petugas jika
ketikan memerluka bantuan
petugas
membuntuhkan
O : pasien tampak
bantuan perawat koperatif
S ; keluarga selalu
meminta keluarga
membantu pasien
untu menghubungi memenuhi
kebutuhan pasien
perawat di nurs
O : keluarga tampak
station perhatian kepada
pasien
Edukasi
1. mengajarkan pasien
S ; pasien
dan keluarga teknik mengatakan dalam
melakukan
ambulasi sederhana
perawatan diri pasien
yang dapat dibantu oelh
keluarga dengan
dilakukan oleh
menuntun ke kamar
pasien dan keluarga mandi
O : tampak pasien
seperti membantu
saat berjalan
pasien duduk, menggngtungkan
kaki yang terdapat
berbalik badan
luka
Dukunga perawatan diri
Observasi S : pasien dan
1. menanyakan keluarga mengatakan
iya
kepada keluarga dan
O : pasien dan
pasien apakah keluarga koperatif
S ; pasien
pasien mampu
mengatakan setia
melakukan pagi dan sore pasien
mandi dan
perawatan diri yang
membersihakn diri
meliputi MCK O ; keadaan hygine
pasien baik
A : masalah
gangguan mobiltas
fisik belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi dukungan
Terapitik
mobilisasi
1. Menganjurkan
keluarga untuk
mendampingi pasien
ketika melakukan
BAB atau BAK dan
membantu
menyiapkan
perlengkapan MCK
Edukasi
1. Anjurkan psien dan
keluarga untuk
melakukan
kebersihan diri
secara rutin dan
konsisten
6 Dukungan tidur
Obsrvasi S : pasien
1. Menanyakan kapada mengatakan sering
sekali terbangun
pasien seberapa
karena merasa BAK
sering pasien bisa sampai 5 X
terbangun
terbangun dialam
O : pasien tampak
hari, apa penyebab kperatif
hingga pasien
S : pasien
terbangun mengatakan iya
O : pasien koperatif
A : masalah
Terapiutik
gangguan pola tidur
1. Menganjurkan
belum teratasi
pasien untuk tidak P : lanjutkan
intervensi dukungan
meminum terlalu
tidur
bnyk pada saat
malam hari dan
menganjurkan
pasien untuk
memanfaatkan
waktu siang untuk
beristirahat tidur
agar jam teidur
pasien tetap efektif
S : pasien
mengatakan iya
O : pasien koperatif
S : pasien bersedia
O : pasien
Trapeutik
koperatif sampai
2. Membersihkan
dengan ahir
luka pasien, perawatan luka
menggunakan
teknik bersih
untuk membuka
balutan luka,
setelah balutan
terbukan
kemudian
membilas luka
dengan cairan
RL, mebilas pus
dengan
S : pasien
menggunakan mengatakain iya
O : pasien tampak
H2O2 setelah itu
mengerti dengan
membilas arahan perawat
A : masalah
kembali,
gangguan
mengganti hand integritas kulit
belum teratasi
cun steril,
P : lanjutkan
menggunakan intervensi
perawatan luka
kasa untuk
membersihakn
kotoran dan pus
pada permukaan
luka, membilas
luka dengan RL,
keringkan
kembali
permukaan luka,
membasahi kasa
steril dengan
madu kemudian
tempelkan pada
permukaan luka,
setelah itu tutup
luka kembali
dengan verban.
Edukasi
2. menganjurkan
pasien untuk
menjaga luka
agar tidak terkena
air atau basah
3 Perfusi Promosi latihan fisik
perifer tidak Trapeutik
efektif 4. menanyakan S : pasien
Kategori : mengatakan lemas
keadaan pasien
fisiologis sudah tidak seperti
Sub : saat ini kemarin
respirasi O ; pasien tampak
lebih bugar
5. menganjurkan
S : pasien
pasien untuk rutin mengatakan iya
O ; pasien tampak
melakukan
koperatif
latihan fisik yang
sudah di ajarkan
S : pasien
kemarin mengatakan tidak
ada
Edukasi
O : pasien tampak
2. Menanyakan
sudah memahami
kepada pasien penjelasan yang
diberikan oleh
apakah ada hal
perawat
yang belum
diphami atau
belum jelas S : pasien bersedia
O : CRT pasien 2
Perawatan sirkulasi detik pada
Observasi ekstrimitas sebelah
3. Memeriksa kanan
kecepatan
pengisina perifer S : pasien
mengatakan Iya
pasien dengan
O : pasien
mengukur CRT koperatif
A: masalah belum
pasien pada jari
teratasi
tangan dan kali P : intervensi
dilanjutkan
pasien
perawatan
Edukasi
sirkulasi
2. menganjurkan
pasien untuk
melakukan
olahraga rutin
dan
menghilangkan
kebiasaan
merokok, dan
mengurangi
makana tinggi
cholesterol
S : pasien bersedia
O : pasien koperatif
Trapeutik
sampai dengan ahir
3. Membersihkan
perawatan luka
luka pasien,
menggunakan
teknik bersih
untuk membuka
balutan luka,
setelah balutan
terbukan
kemudian
membilas luka
dengan cairan
RL, mebilas pus
dengan
menggunakan S : pasien
mengatakain iya
H2O2 setelah itu
O : pasien tampak
membilas mengerti dengan
arahan perawat
kembali,
A : masalah
mengganti hand gangguan integritas
kulit belum teratasi
cun steril,
P : lanjutkan
menggunakan intervensi
perawatan luka
kasa untuk
membersihakn
kotoran dan pus
pada permukaan
luka, membilas
luka dengan RL,
keringkan
kembali
permukaan luka,
membasahi kasa
steril dengan
madu kemudian
tempelkan pada
permukaan luka,
setelah itu tutup
luka kembali
dengan verban.
Edukasi
3. menganjurkan
pasien untuk
menjaga luka
agar tidak
terkena air atau
basah
3 Perfusi perifer Promosi latihan fisik
tidak efektif Trapeutik
Kategori : 6. menanyakan S : pasien
fisiologis mengatakan sudah
keadaan pasien
Sub : respirasi tidak lemas
saat ini O ; pasien tampak
lebih bugar
7. menganjurkan
S : pasien
pasien untuk mengatakan iya
O ; pasien tampak
rutin melakukan
koperatif
latihan fisik
yang sudah di
ajarkan kemarin S : pasien bersedia
O : CRT pasien 2
Perawatan sirkulasi
detik pada
Observasi
ekstrimitas sebelah
4. Memeriksa
kanan
kecepatan
pengisina perifer
S : pasien
pasien dengan mengatakan Iya
O : pasien koperatif
mengukur CRT
A: masalah belum
pasien pada jari teratasi
P : intervensi
tangan dan kali
dilanjutkan
pasien perawatan
Edukasi sirkulasi
3. menganjurkan
pasien untuk
melakukan
olahraga rutin
dan
menghilangkan
kebiasaan
merokok, dan
mengurangi
makana tinggi
cholesterol
Pola oksigenasi Pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas dan
batuk, tidak ada riwayat penyakit saluran nafas, tidak menggunakan alat
bantu nafas dan tidak ada penggunaan otot bantu nafas. Pernapasan pasien
23x/m, suara nafas normal, tidak terdapat sianosis, sputum. Pasien
mempunyai kebiasaan merokok.
Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit : pasien melakukan istirahat tidur
dia siang hari 1 jam dan dimalam hari pasien tidur 6-7 jam Saat sakit :
pasien merasa ngantuk pada pagi hari menjelang siang dan pada malam
hari pasien sering terbangun untuk bak, sehinggal optimal tidur pasien
kurang lebih 4-5 jam
P : perkusi timpani
PEMERIKSAAN HASIL
HB 13 g/dl
HCT 33 %
SGOT 12 LVL
SGPT 14 LVL
GDP 255 mgdl
GDP 2 JP 375 mgdl
GDS 570 mgdl
HBA1C 7.2 %
CHOLETEROL TOTAL 340 mgdl
TRIGLISERIDA 140 mgdl
UREUM 114 mgdl
KREATIN 10 Gdl
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatimah tahun 2015 (Volume 4 (5)
dengan judul Diabetes Militus 2 menjelaskan bahwa keluhan dan gejala yang khas
ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah
puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2
jam setelah beban glukosa. Sekurang- kurangnya diperlukan kadar glukosa
darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan
pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat .
5.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolic dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah ( hiperglikemia) yang
terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Latihan jasmani merupakan salah-satu dari empat pilar utama
penatalaksanaan diabetes mellitus.
Senam diabetes bermanfaat untuk mengontrol Dakar gula darah,
mencegah terjadinya komplikasi lanjut ke jantung, menurunkan berat
badan, menurunkankebutuhan akan pemakaian terhadap obat oral atau
insulin dan mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi yang
mempunyai riwayat keluarga dengan DM.
Individu yang dapat melakukan senam diabetes adalah individu
dengan kadar glukosa darah kurang dari 250 mg/dl, tidak ada gejala
retinopati, neuropati, atau nefropati, tidak ada masalah kardiovaskuler
seperti angina, emboli atau aneurisma.
5.2 Saran
Sebelum melakukan senam diabetes, dianjurkan untuk mengukur
kadar darah, tekanan darah, minuman dan makanan kecil karena bisa
saja terjadi hipoglikemia pada saat melakukan senam.
Perawat harus berperan aktif dalam promosi kesehatan tentang DM
dan memotivasi serta mengajak pasien DM untuk melakukan senam
diabetes sesuai kondisi pasien.
Perawat diharapkan dapat memberikan arahan dan anjuran kepada
penderita diabetes mellitus tipe 2 untuk dapat melakukan pemeriksaan
gula darah secara rutin dengan melakukan secara mandiri ataupun
dengan memeriksakan gula darah di pelayanan kesehatan seperti
puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP BPJS
yang melayani kesehatan pada promotif dan preventif mengenai gula
darah dimana pelayanan bersifat gratis sehingga penderita diabetes
tipe2 dapat memonitoring gula darahnya secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C dan B, G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.