Anda di halaman 1dari 101

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN :


DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAYAPURA

Oleh Kelompok III


Nama Nim
Andi Tiyo Wijaya Marsella Korwa
2020086026013 2020086026052
Anita Wafumilena Maria Martha Noriwari
2020086026064 2020086026057
Emilia Hosana Juli Astuti Ratna Wijayaputri Rumadan
2020086026043 2020086026071
Erna Julianty Simanjuntak Putri Prima Bita Sari
2020086026045 2020086026004
Lowisa Rumbarar Pithein Tanawani
2020086026053 2020086026039
Matheis Parnu
2020086026058 2020086026008
Martina Ugipa Phampilia Kakyarmabin
2020086026023 2020086026032

Di Ketahui Oleh Pembimbing


Ns. Ramadhan,M.Kep
Ns. Novita Elisabeth Daeli, S.Kep.M.Kep
PROGRAM STUDI PENDIIDKAN NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN AJARAN
2020 / 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, karunia serta nikmat-Nya kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Seminar Profesi Ners Stase KMB yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. S
dengan ganguan sistem endokrin: Diabetess melitus di rumah sakit bhayangkara jayapura”
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kelompok menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr.Ir Apolo Safanpo,ST,MT selaku Rektor Universitas Cenderawasih.

2. dr. Trajanus L. Jembise, Sp.B selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

Jayapura.

3. Juliawati, S.Kp,. M.Kep., Sp.Kep.An selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Ners

Universitas Cenderawasih.

4. Hotnida Erlin Situmorang, S.Kep,.Ns,.M.Ng sebagai kordinator stase KMB ini, yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan serta pikiran dengan sabar membimbing mahasiswa profesi

ners.

5. Ns. Ramadhan,M.Kep sebagai pembimbing 1, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan

serta pikiran dengan sabar membimbing kelompok dalam menyelesaikan hasil makalah ini.

6. Ns. Novita Elisabeth Daeli, S.Kep.M.Kep sebagai pembimbing II, yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan serta pikiran dengan sabar membimbing kelompok dalam menyelesaikan

hasil makalah ini.

Kelompok menyadari, bahwa penulis hasil makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan dan untuk itu kritik dan saran sangatlah kelompok harapkan untuk perbaikan

kedepan, Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jayapura, 20 Februari 2021

Kelompok III
Daftar isi
Daftar isi----------------------------------------------------------------------------------3
BAB I PENDAHULUAN--------------------------------------------------------------6
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------6
1.2 Tujuan Penulisan---------------------------------------------------------------------7
1.3 Manfaat Penulisan-------------------------------------------------------------------7
BAB II KONSEP PENYAKIT--------------------------------------------------------9
2.1 Definisi--------------------------------------------------------------------------------9
2.2 Etiologi--------------------------------------------------------------------------------9
2.2.1 Diabetes mellitus tipe I----------------------------------------------------9
2.2.2 Diabetes mellitus tipe II-------------------------------------------------10
2.3 Patofisiologi------------------------------------------------------------------------18
2.3.1 Diabetes mellitus tipe I--------------------------------------------------18
2.3.2 Diabetes mellitus tipe II-------------------------------------------------18
2.3.3 Diabetes mellitus gestasional-------------------------------------------19
Pathway----------------------------------------------------------------------------------21
2.4 Maninfestasi Klinik----------------------------------------------------------------23
2.4 Komplikasi--------------------------------------------------------------------------28
2.5 Diagnosis diabetes mellitus-------------------------------------------------------28
2.6 Pemeriksaan Penunjang-----------------------------------------------------------29
2.7 Penatalaksanaan Medis------------------------------------------------------------30
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN--------------------------------32
3.1 Pengkajian Keperawatan----------------------------------------------------------32
3.1.1 Identitas klien, meliputi :-------------------------------------------------32
3.1.2 keluhan utama-------------------------------------------------------------32
2.8.3 Riwayat kesehatan---------------------------------------------------------32
2.8.4 Pengkajian pola kesehatan-----------------------------------------------33
2.8.5 Pemeriksaan fisik----------------------------------------------------------34
3.2 Perumusan dan Prioritas Diangnosa Keperawatan---------------------------36
3.3 Perencanaan Dan Intervensi Keperawatan Dan Rasional--------------------37
3.4 Implementasi-----------------------------------------------------------------------39
3.5 Evaluasi-----------------------------------------------------------------------------40
3.6 Dokumentasi Keperawatan-------------------------------------------------------40
ASUHAN KEPERAWTAN KASUS KELOLAAN-------------------------------41
3.7 Pengkajian keperawatan----------------------------------------------------------41
3.7.1 Identitas pasien------------------------------------------------------------41
3.7.2 Tindakan yang telah dilakukan------------------------------------------41
3.7.3 Riwayat kesehatan--------------------------------------------------------42
3.7.4 Pengkajian pola gordon---------------------------------------------------43
3.7.5 Pemeriksaan fisik----------------------------------------------------------45
3.8 Pemeriksaan penunjang-----------------------------------------------------------47
3.9 Analisa data-------------------------------------------------------------------------48
3.10 Diagnosa keperawatan -----------------------------------------------------------52
3.11Rencana keperawatan…………………………………………………… 53
3.12 Catatan Perkembangan----------------------------------------------------------58
BAB IV PEMBAHASAN------------------------------------------------------------89
4.1 Proses Keperawatan---------------------------------------------------------------89
4.1.1 Pengkajian Keperawatan-------------------------------------------------89
4.1.2 Pemeriksaan fisik----------------------------------------------------------90
4.2 Diagnosa Keperawatan------------------------------------------------------------93
4.3 Pemeriksaan Diagnostik----------------------------------------------------------93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN--------------------------------------------97
5.1 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------97
5.2 Saran---------------------------------------------------------------------------------97
DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------99
BAB I
PEN DAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer, S.C dan B 2015)

Penyakit tidak menular (PTM) yang salah satunya adalah penyakit


Diabetes Mellitus merupakan masalah yang serius di Indonesia saat ini. Angka
kejadian penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan dan menjadi
ancaman di usia muda. terjadinya transisi epidemologi penyakit tidak menular
yang signifikan menjadi beban baru ditengah-tengah permasalahan penyakit
menular yang juga terus mengalami peningkatan.(Kementrian Kesehatan RI 2018)

Berdasarakan (Federation 2019) Diabetes Mellitus menjadi salah satu


prioritas penyakit tidak menular yang diderita oleh masyarakat didunia. Sebanyak
463 juta orang menderita Diabetes Mellitus pada tahun 2019, angka kejadian
Diabetes Mellitus terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tercatat pada
tahun 2015 penderita Diabetes Mellitus sebanyak 415 juta penderita, pada tahun
2017 mengalami peningkatan menjadi 425 juta penderita dan pada tahun 2019
jumlahnya meningkat menjadi 463 juta penderita . Diperkirakan angka penderita
Diabetes Mellitus akan terus mengalami peningktan hingga 700 juta penderita
pada tahun 2045.

Berdasarakan (Federation 2019), Indonesia berada pada peringkat ke 6


dengan presentase penderita Diabetes Mellitus sebanyak 10,7 % atau lebih dari
10 juta penderita Diabetes Mellitus di Indonesia. Word health organization
(WHO) memprediksikan pada tahun 2030 angka kejadian Diabetes Mellitus di
Indonesia akan meningkat lebih dari 21 juta penderita, berdasarkan laporan
Perkeni (2018), menyatakan bahwa penderita Diabetes Mellitus didominasi oleh
usia rata-rata di atas 15 tahun. Sebanyak 2/3 dari keseluruhan penderita Diabetes
Mellitus di Indonesia tidak menyadari bahwa dirinya menderita penyakit Diabetes
Mellitus dan sudah dengan gejala komplikasi baru menyadari bahwa dirinya
menderita Diabetes Mellitus.

kehidupan bagi penderita diabetes mellitus. ketoasidosis menjadi masalah serius


pada diabetes mellitus tipe I dan sering terjadi pada lansia dan remaja.

I.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan penulis dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan keperawatan
yang bermutu pada pasien diabetes melitus.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis setelah pelaksaan asuhan
keperawatan adalah :

1. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada pasien


diabete melitus
2. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus
3. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes
melitus
4. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
melitus
5. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada
pasien diabetes melitus
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
diabetes melitus
7. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien diabetes melitus
8. Mampu melakukan pembahasan asuhan keperawatan pada pasien
diabetes melitus
1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi penulis


Bagi penulis sendiri dapat memberikan pengetahuan, pengalaman dan
mengembangkan kemampuan dalam menyusun laporan

1.3.2 Pelayanan Rumah sakit


Sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya dalam mengambil
keputusan dibidang pelayanan kesehatan khususnya promosi kesehatan
mengenai Diabetes melitus.

1.3.3 Institusi Pendidikan


Hasil kelompok ini dapat dipergunakan sebagai bahan reverensi bagi
kemajuan pendidikan selanjutnya.

1.3.4 Bagi Mahasiswa


Hasil laporan ini dapat menjadi referensi dan rujukan dalam
pembuatan ataupun pengaplikasian asuhan keperawatan dengan pasien
diabetes melitus
BAB II
KONSEP PENYAKIT

2. 1 Definisi
Menyatakan bahwa diabetes mellitus menjadi salah satu penyakit kategori
berbahaya yang umumnya dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis.
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara
jangka panjang atau menahun (Kronik) dimana tubuh tidak lagi dapat
menghasilkan hormon insulin atau tubuh tidak dapat melakukan metabolism
insulin secara optimal. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki
gejala khas diabetes mellitus yaitu: poliuria, polidipsia, polifagia, beserta
pemeriksaan glukosa darah ssewaktu (GDS) > 200 mg/dl dan glukosa darah puasa
(GDP) > 126 mg/dl (Kementrian Kesehatan RI 2018).

Diabetes mellitus adalah suatu keadaan berlebihnya kadar glukosa darah


yang disertai dengan gangguan metabolisme akibat dari gangguan hormonal yang
berakibat pada berbagai komplikasi yang bersifat kronik. Penyakit diabetes
mellitus menjadi penyakit jangka panjang yang tidak dapat disembuhkan namun
komplikasinya dapat dicegah. Menurut (Federation 2019) diabetes mellitus
adalah keadaan kronis dimana terjadi peningkatan kadar glukosa darah yang
disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh dalam menghasilkan insulin atau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin secara optimal.

2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit atau disebut etologi diabetes mellitus menurut
(Smeltzer, S.C dan B 2015) yang ditulis dalam bukunya, menjelaskan bahwa
etiologi diabetes mellitus yaitu :

2.2.1 Diabetes mellitus tipe I


Diabetes mellitus tipe I disebut sebagai insulin dependent diabetes
mellitus (IDDM). Disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pancreas.
Hal tersebut di sebabkan oleh faktor genetik, faktor imunitas dan
faktor lingkungan yan enyebabkan terjadinya destruksi sel beta pada
pancreas dan umunya terjadi pada rentan usia 30 tahun.

2.2.1.1 Faktor Genetika


Pada penderita diabetes mellitus tidak hanya menurunkan diabetes tipe
I saja tetapi mewariskan suatu predisposisi genetic yang mengarah
pada terjadinya diabetes mellitus tipe I. hal ini ditentukan oleh individu
yang mempunyai antigen dengan tipe Human Leucocyte Antigen
(HLA) yang merupakan kelompok genetik yang berperan atas antigen
transplatasi dan proses imunitas lainnya. Hal ini memberikan bukti
keterkaitan genetik diabetes tipe I dengan dengan tipe
histokompatibilitas Human Leucocyte Antigen (HLA) yang spesifik.
Genetik tipe ini berhubungan dengan kejadian penyakit diabtes
mellitus tipe I yaitu dengan memberikan isyarat pada protein yang
berperan terhadap interaksi monisit limfosit. Protein ini berperan
sebagai pengatur sel-T yang menjadi bagian normal dari respon
imunitas. Jika terdapat kelainan, fungsi dari limfosit-T yang
mengalami masalah akan bertindak dalam proses pathogenesis
perusakan sel lobus langerhans yang ditujuakn terhadap komponen
antigen dari sel beta.

2.2.1.2 Faktor Imunologi


Pada diabetes mellitus tipe I terdapat indikasi adanya respon autoimun.
Hal tersebut merukapakan suatu abnormalitas dimana anti body
merespon jaringan yang normal seolah-oleh sebagai jaringan yang
asing. Autoimun terhadap sel lobus langerhans dan insulin internal
terdeteksi saat diagnosis ditegakan dan bahkan beberapa tahun
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes type I.

2.2.2 Diabetes mellitus tipe II


Diabetes mellitus tipe II disebut sebagai non insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM). Mikroorganisme dan antigen tipe Human
Leucocyte Antigen (HLA) tidak beperan pada proses terjadinya
diabetes mellitus tipe II. Namun factor hereditas yang justru bermian
sangat baik. Terdapat factor tertentu yang berkaitan dengan kejadian
tipe II seperti usia, keadaan obesitas, status riwayat keluarga dan juga
kelompok etinis tertentu.

2.2.2.1 Usia
Keadaan resistensi hormone insulin kerap menimpa lansia.
Peningkatan usia yang berkaitan dengan penuaan menjadi
bagian dari factor penyebab penurunan fungsi organ pancreas
sehingga produksi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pancreas
menjadi tidak optimal. Hal ini dapat menybabkan distribusi
glukosa kedalam jaringan menjadi tidak merata dan
menegakibatkan kadar glukosa darah menjadi tinggi
(Hiperglikemia)

2.2.2.2 Obesitas
Obesitas menjadi salah satu factor penyebab kejadian non
insulin dependen diabetes mellitus (NIDDM) dan 80%nya
adalah individu dengan masalah berat badan yang berlebih atau
kegemukan. Dampak dari pada obesitas atau kegemukan
tersebut menyebabkan resistensi insulin sehingg berdampak
pada kegagalan toleansi glukosa darah.

Keadaan kegemukan membutuhkan banyak insulin untuk proses


metabolisme dalam tubuh. Keadaan glukosa darah yeng tinggi
disaat pancreas tidak optimal dalam memproduksi insulin yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh atau disaat reseptor sebagai
akses masuk glukosa yang diikat oleh insulin mengalami
kelainan. Keadaan ini apabila berlangsung lama dan secara terus
menerus dalam waktu yang cukup lama akan berdampak pada
kejadian resistensi insulin.

2.2.2.3 Faktor Lingkungan


Factor lingkungan disebabkan oleh infeksi virus dan zat toxin.
Infeksi seperti virus coxackie B4, rubella, stimogelovirus,
gundongan dan racun tertentu seperti nitrosamine yang
ditemukan pada daging awetan yang memicu terjadinya proses
autoimun dan menyebabkan destruksi sel beta pada pancreas.
Keadaan infeksi seprti infeksi yang disebabkan oleh virus dapat
memberikan dampak terhadap system imunitas tubuh, kedaan
tersebut menyebabkan terganggunya fungsi organ pancreas
pada diabetes mellitus tipe I.

Anatomi fisiologi pankreas

Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang lambung


dalam abbdomen, panjangnya kira-kira 20-25 cm, tebal ± 2,5 cm
dan beratnya 80 gram, terbentang dari atas sampai kelengkungan
besar dari abdomen dan di hubungkan oleh saluran ke duodenum.
Struktur organ ini lunak dan berlobus, tersusun atas:
1) Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling lebar,
terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan didalam
lekukan duodenum yang praktis melingkarinya.
2) Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ ini,
letaknya di belakang lambung dan di depan
vertebratalumbalis pertama.
3) Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri dan
berdekatan /menyentuh limpa.
Kelenjar penkreas tersusun atas dua jaringan utama yaitu
Asini yang merupakan penyusun terbanyak (80 %) dari
volume pankreas, jaringan ini menghasilkan getah
pencernaan dan pulau-pulau langerhans (sekitar 1 juta pulau)
yang menghasilkan hormon. Pulau langerhans merupakan
kumpulan sel terbentuk ovoid dan tersebar diseluruh penkreas
tetapi lebih banyak pada ekor (kauda)(Tarwoto, Wartono
2012).
Kelenjar pankreas mempunyai hubungan ke depan dari kanan
ke kiri : kolon transversum dan perlekatan mesocolon
transversum, bursa omentalis dan gaster sedangkan ke bagian
belakang dari kanan ke kiri ductus choleduchus, vena portae
hepatis dan vena lienalis, vena cava inferior, aorta, pangkal
arteri mesenterica superior, muskulus spoas majir sinistra,
glandula suprarenalis.
Pankreas mempunyai dua saluarn utama yang menyalurkan
sekresi ke dalam duodenum yaitu:
1) Duktus wrisung atau duktus pankreatikus, duktus ini mulai
dari ekor / cauda pankreas dan berjalan sepanjang kelenjar,
menerima banyak cabang dari perjalanannya. Ductus ini
yang bersatu dengan ductus koledukus, kemudian masuk
kedalam doedenum melalui spingter oddi.
2) Duktus sarotini atau penkreatikus asesori, duktus ini
bermuara sedikit di atas duktus pankreatikus pada
duodenum.
Aliran darah yang memperdarahi pankreas adalah arteria
lienalis dan arteria pankreatikoduodenalis superior dan
inferior. Sedangkan pengaturan.

persarafan berasal dari serabut-serabut saraf simpatis dan


parasimpatis saraf vagus.
 Fungsi pankreas
Kelenjar pankreas mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi
eksokrin dan fungsi endokrin.

 Fungsi eksokrin

Kelenjar pankreas hampir 99 persen terdiri dari sel asini


yang merupakan penghasil kelenjar penkreas yang
menghasilkan 1200-1500 ml cairan. Cairan pankreas jernih
dan tidak berwarna, mengandung air, beberapa garam,
sodium bikarbonat dan enzim-enzim. pH cairan pankreas
alkali (Ph: 7.1–8.2) karena mengandung sodium bikarbonat.
Keadaan pH ini akan menghambat gerak pepsin dari lambung
dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim-
enzim dalam usus halus.
Enzim-enzim pada pankreas di hasilkan oleh sel-sel asinar,
fungsinya membantu pemecahan protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim-enzim yang berperan dalam pencernaan protein
atau preolitik diantaranya tripsin, kimotripsin dan
karboksipeptidae. Enzim-enzim ini di produksi di dalam sel-
sel pankreas dalam bentuk tidak aktif yaitu tripsingen,
kimotripsinogen dan pokarboksipeptidae. Setelah di sekresi
kedalam saluran pencernaan, zat tersebut diaktifkan,
tripsinogen di aktifkan oleh enzim untuk pencernaan
enterokinase diaktifkan oleh tripsin menjadi kemotripsin,
demikian juga terjadi pada prokarbonksipeptidase
9

Pengaturan produksi dari cairan pankreas dilakukan oleh


pengaturan saraf dan pengaturan hormonal. Pengaturan saraf
terjadi bila adanya stimulus dari fase sefalik dan sekresi
lambung terjadi maka impuls parasimpatis secara serentak
dihantarkan sepanjang nervus vagus ke pankreas dan
mengakibatkan produksi cairan pankreas. Sedangkan
pengaturan hormonal terjadi akibat stimulasi hormon sekretin
dan kolesistokonin yang menyebabkan peningkatan sekresi
enzim
 Fungsi endokrin
kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau langerhans
yang menghasilkan hormon. Hormon merupakan zat organik
yang mempunyai sifat khusus untuk pengaturan fisiologis
terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau sistem. Sel-sel
pulau langerhans tersususn atas sel Alfa yang menghasilakn
hormon glukagon, sel-sel beta yang menghasilkan insulin, sel
delta yang menghasilkan somastostatin atau growh hormon-
inhibiting hormone (GH-IH) dan sel F yang menghasilkan
polipeptida pankreatik.
a. Hormon glukagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus
yang mengandung residu asam amino. Sasaran utama
glukagon adalah hati, yaitu dengan mempercepat konversi
glikogen dalam hati dari nutrisi lainnya seperti asam
amino, gliserol dan persarafan berasal dari serabut-serabut
saraf simpatis dan parasimpatis saraf vagus.
 Fungsi pankreas
Kelenjar pankreas mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi
eksokrin dan fungsi endokrin.

 Fungsi eksokrin

Kelenjar pankreas hampir 99 persen terdiri dari sel asini


yang merupakan penghasil kelenjar penkreas yang
menghasilkan 1200-1500 ml cairan. Cairan pankreas jernih
dan tidak berwarna, mengandung air, beberapa garam,
sodium bikarbonat dan enzim-enzim. pH cairan pankreas
alkali (Ph: 7.1–8.2) karena mengandung sodium bikarbonat.
Keadaan pH ini akan menghambat gerak pepsin dari
lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
enzim-enzim dalam usus halus.
Enzim-enzim pada pankreas di hasilkan oleh sel-sel asinar,
fungsinya membantu pemecahan protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim-enzim yang berperan dalam pencernaan
protein atau preolitik diantaranya tripsin, kimotripsin dan
karboksipeptidae. Enzim-enzim ini di produksi di dalam sel-
sel pankreas dalam bentuk tidak aktif yaitu tripsingen,
kimotripsinogen dan pokarboksipeptidae. Setelah di sekresi
kedalam saluran pencernaan, zat tersebut diaktifkan,
tripsinogen di aktifkan oleh enzim untuk pencernaan
enterokinase diaktifkan oleh tripsin menjadi kemotripsin,
demikian juga terjadi pada prokarbonksipeptidase.
Pengaturan produksi dari cairan pankreas dilakukan oleh
pengaturan saraf dan pengaturan hormonal. Pengaturan saraf
terjadi bila adanya stimulus dari fase sefalik dan sekresi
lambung terjadi maka impuls parasimpatis secara serentak
dihantarkan sepanjang nervus vagus ke pankreas dan
mengakibatkan produksi cairan pankreas. Sedangkan
pengaturan hormonal terjadi akibat stimulasi hormon
sekretin dan kolesistokonin yang menyebabkan peningkatan
sekresi enzim
 Fungsi endokrin
kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau langerhans
yang menghasilkan hormon. Hormon merupakan zat organik
yang mempunyai sifat khusus untuk pengaturan fisiologis
terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau sistem. Sel-
sel pulau langerhans tersususn atas sel Alfa yang
menghasilakn hormon glukagon, sel-sel beta yang
menghasilkan insulin, sel delta yang menghasilkan
somastostatin atau growh hormon-inhibiting hormone (GH-
IH) dan sel F yang menghasilkan polipeptida pankreatik.
b. Hormon glukagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus
yang mengandung residu asam amino. Sasaran utama
glukagon adalah hati, yaitu dengan mempercepat
konversi glikogen dalam hati dari nutrisi lainnya
seperti asam amino, gliserol dan asam laktat menjadi
glukosa (glukoneogenesis). Sekresi glukagon secara
langsung di kontrol oleh kadar gula darah melalui
system feed back negative. Ketika gula darah menurun
maka akan merangsang sel-sel alfa untuk mensekresi
glukagon juga disebabkan karena hormon
somastostatin.

Secara umum fungsi glukagon adalah merombak


glikogen menjadi glukosa, mensintesis glukosa dari
asam lemak dan asam amino (glukoneogenesis ) serta
pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati.
c. Hormon insulin
Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans
pada pankreas, merupakan hormon peptida yang
tersususn oleh dua rantai asam amino yaitu rantai A
dan rantai B yang di hubungkan melalui jembatan
disulfida. Insulin di bentuk di retikulum endoplasma
sel B, kemudian di pindahkan ke aparatus golgi
selanjutnya kemembran plasma dan akan melintasi
lamina basalis sel B serta kapiler dan endotel apiler
yang berpori untuk mencapai aliran darah. Insulin
diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika
makanan di cerna. Pada orang dewasa rata-rata di
produksi 40-50.
Insulin berfungsi memfasilitasi dan mempromosikan
transport glukosa melalui membran plasma sel dalam
jaringan tertentu/targetnya seperti otot dan adiposa.
Tidak adanya insulin maka glukosa tidak dapat
menembus sel. Glukosa sendiri digunakan untuk
kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam
bentuk glikogen. Insulin juga berfungsi untuk
mendorong glukosa masuk ke dalam sel lemak
jaringan adiposa untuk di jadikan gliserol. Gliserol
bersama asam lemak membentuk trigliserida, suatu
bentuk lemak yang disimpan. Insulin juga berperan
dalam menghambat perombakan glikogen menjadi

glukosa dan konversi asam amino atau asam lemak


menjadi glukosa. Peningkatan kadar insulin
mempunyai afek pada penurunan kadar glukosa darah
(hipoglikemia) (normal kadar gula darah 70-110 mg
/dl). Jika kadar insulin menurun menyebabkan
peningkatan kadara gula darah (hiperglikemia) seperti
yang terjadi pada diabetes militus.
1) Transport dan metabolisme glukosa untuk energi.
2) Menstimulus penyimpanan glukosa dalam hati
dan otot dalam bentuk glikogen.
3) Memberi peringatan pada hati untuk berhenti
memecahkan glukogen menjadi glikogen.
4) Membantu penyimpanan lemak dalam jaringan
adiposa.
5) Mempercepat transport asam amino ke dalam sel.
6) Insulin juga bekerja untuk menghambat
pemecahan cadangan glukosa, protein dan lemak.
Sekresi insulin di kontrol oleh mekanisme kimia,
hormonal dan persarafan, produksi insulin
meningkat oleh adanya peningkatan kadar gula
darah, asam amino (seperti arginin dan lysisne ),
serum lemak bebas. Peningkatan hormon-hormon
gastrointestinal juga memicu peningkatan insulin,
disamping adanya stimulus saraf parasimpatik.
Sedangkan yang menghambat produksi insulin
adalah rendahnya kadar gula darah
(hipoglikemia), keadaan kadar gula yang tinggi
yang sudah ada, stimulasi saraf simpatis dan
prostaglandin.
d. Somastostatin atau growh hormone–
inhibiting hormon (GH-IH)
Somastostatin diproduksi oleh sel delta, yang
merupakan hormon yang penting dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein (keseimbangan
pencernaan) Hormon ini juga diproduksi oleh
hypothalamus. Produksi somastostatin menghambat
produksi hormon pertumbuhan, sekresi gastrin dalam
lambung serta menghambat produksi hormon- hormon
yang dihasilkan oleh pankreas seperti glukagon dan
insulin sehingga mencegah terjadinya kelebihan
sekresi insulin. Sekresi somastostatin dari pulau
langerhans meningkat oleh glukosa, asam amino
tertentu
e. Polipeptida pankreatik
Hormon ini dihasilkan sel F, mempunyai efek
penghambat kontraksi kandung empedu, pengaturan
enzim-enzim pankreas dan berpengaruh terhadap laju
absorbsi nutrien oleh saluran cerna

2.2.3 Pengaturan glukosa

Glukosa merupakan unsur nutrien utama yang langsung dapat di


gunakan untuk metabolisme sel. Pada keadaan normal gula
darah di pertahankan antara 70-110 mg/dl. Selama periode
puasa pankreas secara terus-menerus mensekresi insulin
dalam jumlah yang sedikit, sementara hormon glukagon di
lepaskan ketika kadar gula darah menurun dan menstimulasi
hati untuk melepaskan cadangan glukosanya. Sehingga
hormon insulin dan glukagon sama-sama berperan dalam
mempertahankan kadar gula darah. Setelah 8-12 jam tanpa
makanan, hati memecah glikogen dari nonkarbohidrat,
termasuk asam amino menjadi glukosa, yang kemudian di
manfaatkan sel untuk metabolisme dan energi sel (Tarwoto,
2012).
2.2.4 Metabolisme glukosa
Glukosa dari karbohidrat tersusun atas unsur karbon,
hidrogen dan oksigen, merupakan unsur untuk energi.
Metabolisme glukosa melibatkan proses kimia dan
tergantung adanya hormon insulin, glukagon,
adrenokortikotropik hormon (ATCH) dan glukokortiroid.
Hormon adrenokortikotropik (ATCH) dan glukokortiroid
dihasilkan oleh korteks adrenal dan berperan dalam
menstimulasi konversi dari protein ke glukosa. Seperti pada
metabolisme yang lain, metabolisme karbohidrat juga
terdapat fase penguraian (katabolisme) dan fase sintetis
(anabolisme). Katabolisme glukosa adalah proses
pemecahan glukosa menjadi molekul-molekul kecil yang
digunakan untuk energi. Ada tiga proses katabolisme
glukosa yaitu:
1) Glikolisis merupakan proses awal dari katabolisme glukosa,
merupakan pemecahan glukosa menjadi komponen yang
lebih kecil untuk cadangan energi.
2) Siklus krebs, melalui proses ini glukosa akan di pecah
menjadi karbon dioksida, air dan energi.
3) Glikogenelisis yaitu proses dimana glikogen diubah menjadi
glukosa dihati, proses ini akan meningkatkan kadar glukosa
dalam darah.
Sedangkan proses metabolisme terjadi melalui proses:
1) Glikogenesis atau sintesis glikogen merupakan proses
pembentukan glikogen dari glukosa, fruktosa atau galaktosa.
Mekanisme proses ini sangat tergantung adanya insulin.
2) Glukoneogenesis adalah proses pengubahan dari asam
amino, pyruvat dan laktat menjadi glukosa atau glikogen
untuk digunakan cadangan energi sel. Tubuh melakukan
proses ini pada saat puasa

2.3 Patofisiologi

2.3.1 Diabetes mellitus tipe I


Terjadi ketidak sanggupan dalam menghasilkan insulin yang
diakibatkan sel beta pada pancreas telah dihancurkan oleh autoimun.
Keadaan hyperglikemi puasa terjadi arena produksi gluosa yang tidak
terkontrol oleh hati. Selain daripada itu, glukosa yang bersasl dari makanan
tidak disimpan dalam hati sehingga tetap berada dalam darah dan
menimbulkan keadaan hyperglikemi Postprandial. Keadaan gluosa yang
tinggi membuat ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang
tersaring keluar sehingga berakibat pada munculnya glukosa didalam urin
(Glukosuria). Kadar glukosa tinggi di dalam urin juga akan disertai dengan
adanya cairan dan elektrolit yang berlebihan sehingga menyebabkan
diuresis osmotic.

Dampak dari hilangnya cairan yang berlebih, menyebabkan penderita


mengalami peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus
(Polidipsi). Keadaan defisiensi insulin menyebabkan gangguan pada
metabolism lemak yang menyebabkan penrunan berat badan. Rasa lapar
yang di alami penderita akibat dari menurunnya asupan kalori.

Pemecahan lemak berakibat pada meningkatnya produksi badan keton yang


merupakan hasil produk pemecahan lemak. Keadaan ketoasidosis diabetic,
menimbulkan gejalan nyeri abdominal, mual, muntah hiperventilasi, bau
napas aseton. Keadaan ini bila tidak segera di tangani akan menyebabkan
penurunan kesadaran (koma) bahkan kematian.
2.3.2 Diabetes mellitus tipe II
Terjadi dua masalh pada insulin, yaitu resistensi insulin dan sekresi
insulin. Normlanya insuli akan terikat dengan reseptor pada permukaan sel.
pada DM tipe II resistensi disertai penurunan reaksi intrasel. Sehingg
insulin menjadi tidak efektif dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh
jaringan. Pada penderita DM, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
disertai kelelahan, iritabilitas, polyuria, polydipsia, penyembuhan luka yang
lama, terjadi infeksi vagina atau peradangan yang kabur (bila kadar glukosa
sangat tinggi).

Diabetes mellitus menyebabkan gangguan atau komlikasi melalui


kerusakan pada pembulu darah yan disebut ngiopati diabetic. Penyakit ini
berlangsung kronik dan terbagi atas dua, yaitu Makro angiopati diawali
dengan proses terbentuknya ulkus yang berhubungan dengan hiperglikemi
yang memberikan efek pada saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai
vaskuler.

Terjadinya tekanan mekanik mengakibatkan terbentuknya keratin keras


pada kaki yang mendapat beban terbesar. Neuropati sensori perifer
mengakibatkan terjadinya trauma berulang sehingga terjadi kerusakan
dibawah area ulkus, akibatnya terbentuk kavitas yang cukup besar hingg
ahirnya rupture hingg permukaan kulit menyebabkan terjadinya ulkus.

Terbentuknya iskemia dan penyembuhan luka yang abnormal menghalangi


resolusi. Mikroorganisme yang masuk membentuk kolonisasi pada daeran
ini, sirkulasi yang tidak adekuat mengkibatkan Closed Spase Infection.
Akibat system imun yang abnormal menyebabkan bakteri yang sulit
dibersihkan dan menginfeksi jaringan sekitar.

2.3.3 Diabetes mellitus gestasional


Diabetes mellitus gestasionala atau GDM merupakan keadaan
diabetes mellitus dimana terjadi intoleransi kadar glukosa darah yang
terjadi dimasa keahmilan dan umumnya terjadi hanya sementara. diabetes
mellitus gestasional umumnya terjadi pada atau setelah trimester ke dua.
Diabetes mellitus gestasional dapat pulih beberapa saat setelah proses
melahirkan, namun keadaan tersebut dapat berdamapak buruh pada janin
yang dikandung. Dampak buruk yang dapat terjadi berupa malformasi
kongetal, bayi lahir dengan berat badan yang berada di atas normal dan
resiko terhadap mortalitas kongetal. Wanita yang pernah mengalami
diabetes mellitus gestasional beresiko akan mengelaminya kembali pada
kehamilan berikutnya. Control metabolism yang ketat dapat mengurangi
resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional
Pathway

Tipe I (genetic, autoimun, infeksi) Tipe II (gaya hidup, usia

Defisiensi insulin (tipe I) atau resistensi glukosa (tipe II) Glukosa tdk dpt mask sel ↓

Ketidakstabilan glukosa darah Hiperglikemi Anabolisme protein

Glukoaa tidak dapat Darah melebihi batas Vaskositas darah ↑ Albumin ↓ Imun ↓

Diubah menjadi ATP reabsorbsi ginjal Penumpukan cairan Risk Infeksi

Sel kelemahan Glukosuria Angiopati interstisial

kelaparan katabolisme Diuresis Edema Hypervolemia

Merangsang Devicit nutrisi osmotic

HT Produksi urine↑ Mikroangiopati Makroangiopati

Polifagia Glikonesis Poliuria Jantung otak


Glukoneo Liposisis Dehidrasi Hipovolemi Penurunan struk

Genesis Keton Polidipsi Curah jantung Gangguan mobilitas fisik

Katabolime Ketoasidosis Katabolisme

protein diabetikum glikogen Neuropati Nefropati Retinopati

urea↑ Kesadaran ↓ produksi eritropin↓ menyumbat korpus

kerja ginjal↑ Anemia siniliris

Neuropati Neoropati Neuropati Sensorik Perfusi perife Penumpukan aquou

otonom Motorik Kehilangan sensasi Tidak efektif humor

Kehilangan Deformitas Luka hiperglikemi Peningkatan TIo

Kemampuan untuk Ulkus diabetikum Glaukoma detak jantung mengendalikan


Sirkulasi darah,, Gangguan Integritas Kulit Gangguan Persepsi Sensorik

pencernaan, respon Kaki dan tangan lemas, keram dan atrofi otot
2.4 Maninfestasi Klinik
Dalam menegakan diagnosa penyakit diabetes mellitus, dieprlukan tindakan mengkaji aspek
tanda dan gejala diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus menurut (Smeltzer, S.C
dan B 2015) yaitu:

2.4.1 Poliuria
Keadaan dimana frekuansi pengeluaran urin yang melebihi batas normal pada umumnya yang
terjadi pada penderita diabetes mellitus. Pada kejadian diabetes mellitus, kurangnya kadar
insulin yang berfungsi sebagai pengikat glukosa melalui membrane sel mengakibatkan
meningkatnya glukosa dalam darah, menyebabkan serum pada plasma meningkat yang
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam aliran intravaskuler. Sirkulasi darah ke ginjal
mengalmi peningkatan sebagai bagian dari akibat hiperosmolaritas dan diuresis osmotic.

Terbatasnya jaringan otot dan adipose dalam mendapatkan suplai glukosa menyebabkan
glukosa tetap berada di dalam aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia.
Salah satu dampak dari hiperglikemik adalah meningkatnya kada glukosa yang melebihi
ambang batas ginjal dalam melakukan reabsorbsi sehingga menyebabkan glikosuria atau
terdapat glukosa dalam urin. Keadaan tersebut akan menginduksi terjadinya diuresis osmotic
yang berdapak pada kejadian poliuria sehingga pada penderita diabetes mellitus mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit.

Pada penderita dengan obesiats, peningkatan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi yang
dapat menyebabkan terjadinya saturasi protein transport. Hal tersebut menyebabkan ginjal
mengalami peningkatan kapasitas dalam melakukan reabsorbsi glukosa dan mengakibatkan
glukosa lolos dan masuk kedalam urin. Glukosa dalam urin menyebabkan tertariknya air
kedalam urin melalui mekanisme osmosis. Hal tersebutlah yang menyebabkan hiperglikemik
pada penderita diabetes mellitus memproduksi urin yang mengandung glukosa dan dalam
jumlah besar.[ CITATION Med11 \l 1033 ]

2.4.2 Polidpsia
Merupakan tanda dan gejala yang umum ditemukan pada penderita dibetes mellitus. Keadaan
ini merupakan respon tubuh dalam menghindari kurangnya cairan dalam tubuh (dehidrasi)
akibat polyuria. Meningkatnya difusi cairan intrasel ke dalam aliran darah mengaibatkan
penurunan intrasel yang berefek pada dehidrasi sel. Dampak dari dehidrasi sel, keadaan mulut
menjadi kering dan menyebabkan rasa haus yang meningkat, kondisi ini umum terjadi pada
penderita diabetes mellitus.

2.3.3 Polyphagia

Merupakan tanda dan gejala yang dialami oleh penderita diabetes mellitus. Keadaan ini
disebabkan oleh tidak adekuat kadar glukosa dalam tubuh walaupun kadar glukosa dalam
darah cukup tinggi. Glukosa darah tidak dapat memasuki sel akibat menurnnya kadar insulin
yang membawa glukosa masuk kedalam sel sehingga produksi energy dalam tubuh menurun
yang menyebabkan penderita mengalami rasa lapar yang tinggi, keadaan tersebut sangat
umum ditemukan pada penderita diabetes mellitus.

2.3.4 Penurunan berat badan dan malaise


Kedaan glukosa yang tidak dapat didistribusikan kedalam sel menyebabkan sel kekurangan
glukosa dan tidak mampu melakukan proses metabolisme. Karena tubuh membutuhkan
energy sehingga tubuh melakukan alternative dengan memecah lemak menjadi energy bahkan
jika lemak masih belum cukup untuk menutupi kebutuhan energi maka protein atau sel otot
yang dipecah. Akibatnya, secara berangsur sel akan mengalami penciutan, sehingga jaringan
terutama otot mengalami atrofi dan penurunan berat badan terjadi secara otomatis.

2.3.5 Glukoma

Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik


sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk konstriksi
jarak pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik buta, penurunan
sesnitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan perubahan penglihatan warna. Pada
glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal intermittent
(seperti pandangan kabur dengan halos sekitar cahaya dan biasanya sakit kepala).
Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan , edematous, nyeri
pada ocular, mual, muntah, dan nyeri abdominal dan diaphoresis (Nurarif, 2015)
a. Penatalaksanaan

1.Terapi Medikamentosa

Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan


mengguakan obat sistemik
1) (obat yang mempengaruhi tubuha.Obat Sistemik)
a. Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang
akanmengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%,
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikanefek samping hilangnya kalium tubuh
parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.

b. Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat


minumadalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah
tidak efektif lagi.

2) Obat Tetes Mata Lokal

a. Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,


levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, bergunauntuk
menurunkan TIO.

b. Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.


Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.c.Terapi Bedah

3) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakangdan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini
hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutupsebanyak 50%.2)Trabekulotomi
(Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal
dengan iridektom
2.3.6 Manifestasi Klinis Dm Gangren

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik


Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah
namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk
tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai
kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada
pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg (MAJORITY,2015).

Penatalaksanaan

a. Diet : Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
1) Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral)

2) Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai.

Penghitungan BMI = BB(kg) / TB(m)2

BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2

BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2

3) Memenuhi kebutuhan energy

4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar
glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

b. Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:

- 5 – 10’ pemanasan

- 20 – 30’ latihan aerobic (75 – 80% denyut jantung maksimal)

- 15 – 20’ pendinginan

Namun sebaiknya dalam berolahraga juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL

- Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya makan camilan dahulu

- Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan dengan kondisinya

- Latihan dilakukan 2 jam setelah makan

- Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk melakukan Latihan fisik
yang terlalu berat

c. Pengobatan untuk gangren

1) Kering

- Istirahat di tempat tidur


- Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik

- Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan indikasi yang
sangat jelas

- Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat antiplatelet agregasi


(aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)

2) Basah

- Istirahat di tempat tidur

- Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik

- Debridement

- Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin

- Beri “topical antibiotic”

- Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas

- Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain

- Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat antiplatelet agregasi


(aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)

3) Pembedahan

- Amputasi segera

- Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang dapat diambil adalah
amputasi atau skin/arterial graft

d. Obat

1). Obat Hipoglikemik Oral (OHD)

2). Insulin, dengan indikasi:

- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat


- DM dengan berat badan menurun secara cepat

- DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dll)

- DM gestasional

- DM tipe I

- Kegagalan pemakaian OHD

2.4 Komplikasi
Kondisi kadar gluosa yang tinggi yang berangsur lama mengakibatkan kerusakan berbagai
system terutama system syaraf dan pembulu darah. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol
menjadi masalah yang mengancam kehidupan bagi penderita diabetes mellitus. kondisi
ketoasidosis menjadi masalah serius pada diabetes mellitus tipe I dan sering terjadi pada lansia
dan remaja. Beberapa penyakit yang menjadi lanjutan pada diabetes mellitus secara umum
menurut kemenkes (2014) yaitu :

1. Potensi terjadinya gangguan pada organ jantung dan pembulu darah


2. Potensi terjadinya kerusakan system syaraf (neuropati) pada kaki yang menyebabkan
terjadinya ulkus kaki, infeksi mikroorganisme, hingga kejadian amputasi.
3. Kerusakan pada pembuluh darah kapiler pada retina akibat retinopati diabetikum
4. Gangguan pada organ ginjal.
5. Resiko kematian jauh lebih tinggi pada penderita diabetes mellitus dari pada individu yang
bukan penderita diabetes mellitus.

2.5 Diagnosis diabetes mellitus


Diagnosis dini diabetes mellitus sangat menentukan perkembangan penyakit pada penderita.
Ancaman kesehatan yang memburuk bagi mereka penderita diabetes mellitus namun tidak
terdeteksi atau terdiagnosis. Diagnosis ditegakan berdasarakan pemeriksaan kadar glukosa darah
yang dilakukan dengan berbagai cara pemeriksaan laboratorium. Cara dengan menggunakan
enzimatik adalah cara yang dianjurkan, yaitu bahan dasar plasma vena. Tedapat berbedaan antara
uji diagnostik dan penyaringan, dimana pada uji diagnostik diabetes dilakukan pada mereka yang
menunjukan indikasi diabetes mellitus dengn tanda maupun gejala diabetes mellitus, sedangkan
dengan cara penyaringan dilakukan pada mereka yang tidak trlihat indikasi diabetes namun
mempunya resiko atau riwayat keluarga dengan diabetes mellitus.
Dalam menegakan diagnosis diabetes mellitus, dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa
darah yang diambil melalui sampel darah dari pembulu darah kapiler atau vena. Berdasarkan
pendapat Setiati, dkk (2006) dalam Lelapary (2019) klasifikasi dalam menegakan diagnosis
diabetes mellitus berdasarkan pemeriksaan darah yaitu :

1. Gejala klasik diabetes mellitus disetai kadar Glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl.
Glukosa darah sewaktu adalah hasil pemeriksaan glukosa sesaat tanpa memperhatikan
waktu terahir.
2. Gejala klasik diabetes mellitus disertai Glukosa plasma puasa > 126 mg/dl. Yang
dimaksud dengan puasa adalah penderita tidak mendapat asupan kalori tambahan
selama 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl. TTGO yang dilakukan dengan standar
WHO, menggunakan bahan glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan kedalam air.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Dalam menentukan status glukosa dalam darah sesorang, dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan diantaranya pemeriksaan glukosa dalam darah dan pemeriksaan hemoglobin A1c
(hbA1c) yang dilakukan dengan menggunakan sampel darah yang diambil melalui pembuluh
darah kapiler atau vena. Berdasarkan Depkes RI, macam-macam pemeriksaan glukosa dalam
darah yang dapat dilakukan yaitu :

2.6.1 Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS)


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan makan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh seseorang. Pada
pemeriksaan ini seseorang yang melakukan pemeriksaan glukosa darah tidak ada
pantangan atau arahan sebelumnya oleh petugas, sehingga pemeriksaan dilakukan
dengan kondisi apa adanya tanpa mempertimbangkan jarak waktu makan dengan saat
dilakukannya pemeriksaan. Kadar glukosa darah pada pemeriksaan ini yaitu < 200
mg/dl.

2.6.2 Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP)


Pemeriksaan yang dilakukan setelah seseorang melakukan puasa 8-10 jam. Pada
pemeriksaan ini, seseorang yang akan melakukan pemeriksaan akan diberikan instruksi
untuk melakukan puasa terlebih dahulu, hanya diperbolehkan meminum air mineral
saja tanpa mengkonsumsi makana maupun minuman lainnya. Kadar glukosa darah
pada pemeriksaan ini yaitu 70-99 mg/dl

2.6.3 Pemeriksaan glukosa darah 2 jam atau post prandial.


Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan 2 jam setelah seseorang menyelesaikan
makan. Pada pemeriksaan ini petugas menganjurkan untuk terlebih dahulu
mengkonsumsi makanan berat. Pemeriksaan dilakukan dua jam setelah seseorang
mengkonsumsi makanan. Kadar glukosa darah pada pemeriksaan ini yaitu 70-139
mg/dl

2.6.4 Pemeriksaan hemoglobin A1c (hbA1c)


Hemoglobin A1c (HbA1c) merupakan komponen kecil dari hemoglobin yang terikat
dengan glukosa darah. HbA1c umum disebut sebagai glikosilasi atau glikohemoglobin.
HbA1c berperan sebagai pemantau glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus.
HbA1c merupakan indikator jangka panjang dalam mengontrol glukosa darah, dapat
digunakan dalam memonitor efek diet, olahraga, dan terapi obat terhadap glukosa darah
penderita Diabetes Mellitus.

HbA1c tidak dapat digunakan dalam memantau kadar glukosa darah darah harian atau
tes rutin glukosa darah. Pemeriksaan Hemoglobin A1c ini akan menggambarkan rata-
rata glukosa darah selama 2 sampai 3 bulan terakhir dan digunakan bersama dengan
pemeriksaan glukosa darah biasa untuk membuat penyesuaian dalam pengendalian
Diabetes Mellitus. Jumlah rata-rata gula dalam darah dapat diketahui dengan mengukur
tingkat HbA1c. Jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi selama beberapa minggu
terakhir, maka pemeriksaan HbA1c akan menunjukkan nilai yang tinggi. Nilai normal
pemeriksaan HbA1c yaitu antara 4% sampai 5,6%. Kadar HbA1c antara 5,7% sampai
6,4% mengindikasikan peningkatan risiko diabetes, dan kadar 6,5% atau lebih tinggi
mengindikasikan Diabetes Mellitus.

2.7 Penatalaksanaan Medis


Dalam metode penanganan diabetes mellitus, perlu memperhatikan beberapa aspek.
Berdasarkan (Smeltzer, S.C dan B 2015) menjelaskan Penatalaksanaan diabetes mellitus
berdasarakan pada :
2.7.1 Diet
Penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk menjaga serta mengatur jumlah asupan kalori
dan karbohidrat pada setiap makanan yang di konsumsi sehari-hari. Kebutuhan kalori yang
yang dianjurkan tergantung pada kebutuhan untuk mempertahankan, mengurangi atau
menambah berat badan. Jika penderita mengalami berat badan yang berlebihan (Obesitas),
maka pederita harus diberikan diet untuk mengurangi pemasukan kalori hingg berat badan
mancapai batas ideal. Pada penderita diabtes mellitus umumnya telah kehilangan berat
badan selama fase dekompensasi, sehingg mereka harus mendapat kalori yang cukup untuk
pemulihan berat badan.

2.7.2 Pengaturan kadar gula dalam darah


Mencegah terjadinya hiprglikemia postprandial dan glukosa, penderita diabtes mellitus
dalam mengkonsumsi kahrbohidrat tidak boleh berlebihan. Umumnya Karbohidrat
merupakan 50% dari jumlah total kalori perhari yang di bolehkan. Sedemikian rupa
karbohidrat dibagi berdasar pada kebutuhan tubuh.

2.7.3 Pengaturan aktivitas fisik


Aktivitas fisik berpengaruh terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus,
aktivitas fisik memudahkan ditribusi glukosa kedalam sel. Pada individu yang normal,
pelepasan insulin menurun selama aktifitas fisik dan demikian tidak terjadi hipoglikemia.
Namun pada penderita diabetes mellitus yang mendapat suplai insulin tidak dapat
melakukan kontolini. Penggunaan glukosa yang meingkat pada saat aktivitas fisik dapat
menyebabkan hipoglikemia. Bagi penderita dengan ketergantungan insulin saat melakukan
aktivitas fisik pastikan dosis sedang pada puncaknya.

2.7.4 Terapi farmakologi


Terapi Merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh penderita diabetes mellitus
khususnya pada penderita diabetes mellitus tipe I. pada diabetes mellitus tipe I telah terjadi
kerusakan pada sel beta organ pancreas yang menyebabkan pancreas tidak lagi dapat
memproduksi insulin secara optimal. Terapi insulin eksogen sebaga solusi pengganti
insulin yang sudah tidak lagi diprodiksi secara optimal oleh tubuh yang berfungsi sebagai
metabolism tubuh. Terapi insulin tidak diperlukan bagi penderita diabetes mellitus tipe II,
namun 30% penderita diabetes tipe II tetap menggunakan insulin disamping terapi
hipoglikemik oral.
Pada diabetes mellitus tipe II penata laksanaan lebih ditekan kan pada peningkatan kualitas
hidup yang meliputi terapi jangka pendek dengan menghilangkan keluhan serta
mengurangi resiko komplikasi. Terapi jangka panjang meliputi mencegah dan menghambat
prgresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati serta menurunkan morbiditas dan
mortilitas penderita diabetesmellitus.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan

3.1.1 Identitas klien, meliputi :


Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, No rekam medis.

3.1.2 keluhan utama

3.1.2.1 Kondisi hiperglikemi:


Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu, kepala.

3.1.2.2 Kondisi hipoglikemi


Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.

3.1.3 Riwayat kesehatan

3.1.3.1 Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat,
haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

3.1.3.2 Riwayat kesehatan dahulu


DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,
gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid,
beta bloker, kontrasepsi yang mengandung kontrasepsi.

3.1.3.3 Riwayat kesehatan keluarga


Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
3.1.4 Pengkajian pola kesehatan

3.1.4.1 Aktivitas dan Istirahat


Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,letargi,
disorientasi, koma

3.1.4.2 Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.

3.1.4.3 Integritas ego


Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

3.1.4.4 Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.

3.1.4.5 Makanan dan cairan


Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.

Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton

3.1.4.6 Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon
menurun, kejang.

3.1.4.7 Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia,
krekel, DVJ (GJK)

3.1.4.8 Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.

Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

3.1.4.9 Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

3.1.4.10 Gastro intestinal


Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis pada
palpitasi, bising usus lemah/menurun.

3.1.4.11 Muskulo skeletal


Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon menurun
kesemuatan/rasa berat pada tungkai.

3.1.4.12 Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid,
demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus

3.1.5 Pemeriksaan fisik

3.1.5.1 Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat oprasi

3.1.5.2 Mata
pengelihatan adanya kekabburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II)
gangguan dalam memotar bola mata (nervus Iv) dan gangguan dalam menggerakan bola
mata kelateral (nervus VI).
3.1.5.3 Hidung
adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfakorius (nervus I)

3.1.5.4 Mulut
adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, addanya kesulitan
dalam menelan.

3.1.5.5 Dada
Inspeksi : bentuk dada pectus carinum simetris kanan kiri, tidak ada dypsnea, tidak ada
retraksi otot dada, transversal banding antero 2:2 pernapasan dada.

Palpasi : ekspansi dada simetris

Perkusi : interkosta kanan 1-5 resonan, interkosta 6 redup. Sebelah kiri Interkosta 1-4
resonan, interkosta 5 dan 6 redup

Auskultasi : suara napas vesiculer, auskultasi jantung S1 dan S2 tunggal reguler, tidak
ada mur-mur dan tidak ada bruit.

3.1.5.6 Abdomen
Inspeksi : tidak ada joundis,warna kulit sama dengan warna sekitar, perut tidak
membesar, vena-vena tidak membesar

Auskultasi : peristalitik usus terdengar 5-15x/menit

Perkusi : pada kuadran atas terdengar timpani. Pada kuadran kiri atas terdengan redup,
kuadran kiri bawah dan anan bawah juga terdengar timpani

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

3.1.5.7 Ekstermitas
pada pasien stroke hemoragik biasanya dditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase,
mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilakukan pengukuran kekuatan otot, normal :
5.

Pengukuran kekuatan otot menurut Mutaqqin (2008) :

Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali


Nilai 1 : Bila terlihat ontraksi dan tetapi tidak ada gerakan sendi

Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi

Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanna pemeriksaan

Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatan berkurang

Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

3.2 Perumusan dan Prioritas Diangnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidak mampuan
menggunakan glukose (tipe 1)
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan volume cairan secara aktif,
Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan
3.3 Perencanaan Dan Intervensi Keperawatan Dan Rasional
Diagnosa keperawatan TUJUAN INTERVENSI
Defisit Volume Cairan Setelah dilakukan tindakan  Fluid management
berhubungan dengan keperawatan selama
 Pertahankan catatan intake
Kehilangan volume cairan 3x24jam diharapkan klien
secara aktif, Kegagalan dengan diagnosa kelebihan dan output yang akurat
mekanisme pengaturan volume
 Pasang urin kateter jika
cairan dapat teratasi dengan
kriteria hasil : diperlukan
 Fluid balance
 Monitor hasil lab yang
 Terbebas dari edema,
sesuai dengan retensi cairan
efusi, anaskara
(BUN, Hmt, osmolalitas
 Memelihara tekanan urin)
 Monitor indikasi retensi /
vena sentral, tekanan
kelebihan cairan (cracles,
kapiler paru, output
CVP , edema, distensi vena leher,
jantung dan vital
asites)
sign dalam batas  Kaji lokasi dan luas edema
normal  Monitor status nutrisi
 Terbebas dari  Berikan diuretik sesuai
kelelahan, interuksi
kecemasan atau  Batasi masukan cairan pada
kebingungan keadaan hiponatrermi dilusi
 Menjelaskan dengan serum Na < 130
indikator kelebihan mEq/l
cairan  Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Nyeri akut  Pain Level  Pain management
 Mampu mengontrol  Lakukan pengkajian nyeri
nyeri (tahu penyebab secara komprehensif
nyeri, mampu termasuk lokasi,
menggunakan tehnik karakteristik, durasi,
nonfarmakologi frekuensi, kualitas dan
untuk mengurangi faktor presipitasi
nyeri, mencari  Observasi reaksi nonverbal
bantuan) dari ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa  Kaji kultur yang
nyeri berkurang mempengaruhi respon
dengan nyeri
menggunakan  Kontrol lingkungan yang
manajemen nyeri dapat mempengaruhi nyeri
 Mampu mengenali seperti suhu ruangan,
nyeri (skala, pencahayaan dan
intensitas, frekuensi kebisingan
dan tanda nyeri)  Ajarkan tentang teknik non
3.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia
(komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya
tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan
klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
dan keselamatan klien.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

3.6 Dokumentasi Keperawatan


Pendokumentasian yang digunakan dalam kasus ini adalah model dokumentasi POR
(Promblem Oriented Record ) menggunakan SOAPIE (subyek, obyek, analisa, planning,
implementasi, evaluasi ). Dalam setiap diagnosa keperawatan penulis melakukan tindakan
keperawatan kemudian penulis mendokumentasikan yaitu dalam memberikan tanda tangan waktu
dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret diberi paraf oleh penulis.
ASUHAN KEPERAWTAN KASUS KELOLAAN

Tn S usia 48 tahun datang ke Rumah Sakit Bhyangkar Jayapura dengan diantar istrinya ny m
dengan keluhan luka di tungkai sebelah kanan sejak 2 bulan yang lalu akibat tertusuk kayu saat
berjalan. Luka yang dialami pasien tidak kunjung sembuh namun semakin melebar dengan tekstur
bengkak berair dan terdapat luka berwarna coklat kehitaman pada sekeliling luka yang mengering,
terasa nyeri saat berjalan, keluarga mengatakan pasien sering mengeluh kakinya kesemutan, selain
itu pasien juga mengeluh mudah lelah dan terasa lesu, sering merasakan ngantuk dipagi hari
mnjelang siang, pasien juga mengatakan sering bak dimalam hari dan sering merasakan lapar
sepnjang hari. Keluarga pasien mengatakan pasien bertambah kurus dan mengalami penurunan
jarak pandang, kesehariannya tampak tidak bergairah. Pasien mengatakan sebelm ke rs pasien
memeriksakan diri ke pkm saat di priksa petugas mengatakan gula darah pasien tinggi mencapai
540 mgdl dan dokter mengatakan pasien menderita penyakit gula. Sebelumnya pasien mendapat
terapi metformine yangdiminum 2x sehari, merasa keadaannya tidak kunjung membaik pasien
berobat ke rumah sakit. Saat dilakukan pengakajian pasien tampak lemas, terdapat luka pada
tungkai kanan pasien yang membengkak dan terdapat jaringan nekrotik pada tepi luka pasien,
pemeriksaan vital sign : td 165/90 mmhg, rr 23x/m, n 87x/m, s 37.5oc

3.7 Pengkajian keperawatan

3.7.1 Identitas pasien


 Nama : Tn. S
 Umun : 48 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Koya timur
 Agama : Islam
 Suku : Sulawesi
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Tanggal MRS : senin 16 Februari 2021
 Diagnosa Medis : Diabetes mellitus tipe II
 Tanggal pengajian : 17 Februari 2021
3.7.2 Tindakan yang telah dilakukan
Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9% 20 tpm, terapi metformin 250 mg, cek glukosa darah 2x
sehari
3.7.3 Riwayat kesehatan

3.7.3.1 Keluhan utama


Luka yang dialami pasien tidak kunjung sembuh namun semakin melebar dengan
tekstur bengkak berair dan terdapat luka berwarna coklat kehitaman pada sekeliling
luka yang mengering, terasa nyeri saat berjalan, pasien juga mengeluhkan lesu dan
lemas, sering merasakan lapar, dan sering BAK dimalam hari, BB menurun.

3.7.3.2 Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan luka di tungkai sebelah kanan sejak 2 bulan yang lalu akibat tertusuk kayu
saat berjalan. Luka yang dialami pasien tidak kunjung sembuh namun semakin
melebar dengan tekstur bengkak berair dan terdapat luka berwarna coklat kehitaman
pada sekeliling luka yang mengering, terasa nyeri saat berjalan, keluarga
mengatakan pasien sering mengeluh kakinya kesemutan, selain itu pasien juga
mengeluh mudah lelah dan terasa lesu, sering merasakan ngantuk dipagi hari
mnjelang siang, pasien juga mengatakan sering bak dimalam hari dan sering
merasakan lapar sepnjang hari. Keluarga pasien mengatakan pasien bertambah kurus
dan mengalami penurunan jarak pandang, kesehariannya tampak tidak bergairah.

3.7.3.3 kesehatan terdahulu


Pasien sebelumnya pernah memeriksakan gula darah dengan hasil yang tinggi,
namun pasien merasa dirinya baik baik saja sehingga pasien mengabaikan anjuran
petugas untuk menjaga pola makannya, pasien juga mempunya riwayat hipertensi.

3.7.3.4 Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mempunya riwayat yang sama dengan ayah pasien yaitu diabetes mellitus
yang telah meninggal 8 tahun yang lalu
3.7.4 Pengkajian pola gordon

3.7.4.1 Pola persepsi


Pasien tidak mengira bahwa lukanya merupakan dampak dari penyakit diabetes
mellitus, awalya pasien mengira hanya luka biasa sehingga pasien melakukan
aktivitas seperti biasa tanpa memperhatikan kebersihan luka dan tidak ada inisiatif
untuk memeriksakannnya.

3.7.4.2 Pola nutrisi metabolik


Sebelum sakit : pasien mengkonsumsi makanan 2-3 kali sehari dengan bervarian
jenis makanan, pasien mempunya kebiasaan mengkonsumsi minuman manis seperti
kopi sebanyak 2 kali sehari kan pasien bertambah namun pasien mengalami
penurunan berat badan yang semula 78 kg namun sekarang bb pasien hanya tinggal
63 kg, pasien tampak lemas dan lesu

3.7.4.3 Pola eliminasi minasi


Sebelum sakit: pasien melakukan bak 3-6 kali sehari

Saat sakit : pasien melakukan bak 9-12 x sehali dan lebih sering dimalam hari

3.7.4.4 Pola aktivitas


Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas seperti biasa, pasien berprovesi sebagai
petani yang terbiasa melakukan aktivitasnya di kebundah tidak lagi beraktivitas lagi
dikebun, keseharian pasien hanya dirumah dan sesekali melakukan aktivitas kecil
seperti berjalan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/ minum Ѵ
Mandi Ѵ
Toilet training Ѵ
Mobilitas di tempat tidur Ѵ
Berpindah Ѵ
Berpakaian Ѵ
Ambulasi ROM Ѵ
0: mandiri, 1: alat bantu, 2 : diabtu orang, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung total
3.7.4.5 Pola oksigenasi
Pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas dan batuk, tidak ada riwayat
penyakit saluran nafas, tidak menggunakan alat bantu nafas dan tidak ada
penggunaan otot bantu nafas. Pernapasan pasien 23x/m, suara nafas normal, tidak
terdapat sianosis, sputum. Pasien mempunyai kebiasaan merokok.

3.7.4.6 Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit : pasien melakukan istirahat tidur dia siang hari 1 jam dan dimalam
hari pasien tidur 6-7 jam

Saat sakit : pasien merasa ngantuk pada pagi hari menjelang siang dan pada malam
hari pasien sering terbangun untuk bak, sehinggal optimal tidur pasien kurang lebih
4-5 jam

3.7.4.7 Koognitif persepsi


Sebelum sakit : pasien sebelumnya sudah mengetahui bahwa pasien mempunya
riwayat diabetes mellius namun pasien mengabaikan dan tidak mengatur pola
makannya

Saat sakit : keluarga pasien mengatakan pasien setelah di beritahu menderita


penyakit kncing manis kerap mengatakan sudah tidak bisa apa-apa lagi, pasien
merasa cemas dengan keadaan saat ini, pasien memikirkan dirinya sudah tidak bisa
bekerja maksimal karena keadaan pasien saat ini

3.7.4.8 Peran hubungan


Sebelum sakit : hubungan pasien dengan kluarga dan tetangga baik, pasien
mempunyai jiwa social yang tinggi

Saat sakit : interaksi pasien dengan keluarga dan tetanggal dalam keadaan baik

3.7.4.9 Seksualitas
Sebelum sakit : pasien melakukan hubungan seksual 3 hari sekali tanpa mengalami
hambatan
Saat sakit : pasien mengalami kesulitas dalam melakukan hubungan seksua karan
lemas dan terdapat nyeri pada tingkai kaki, pasien selama sakit tidak pernah
melakukan hubungan seksual.

3.7.4.10 Koping toleransi


Pasien mengalami kecemasan dan sesekali mengeluarkan kalimat keputus asaan
dengan keadaan saat ini, pasien merasa sudah tidak bisa menafkahi keluarganya
lagi

3.7.4.11 Nilai kepercayaan


Pasien melakukan ibadah di atas bad karena tidak mampu melakukan ibada dengan
normal pada umunya.

3.7.5 Pemeriksaan fisik

3.7.5.1 Vital sign


Td 165/90 mmhg, rr 23x/m, n 87x/m, s 37.5oc, BB 63 kg
3.7.5.2 Pemeriksaan kulit
Kulit tampak kering, tidak elastis, terdapat luka pada permukaan tungkai kaki
sebelah kanan dengan tekstur bengkak, berair dan kemerahan, terdapat jaringan
nekrotik pada sekeliling luka.

3.7.5.3 Pemeriksaan kepala dan leher


Kepala : Rambut: berwana hitam dan sedikit beruban, keadaan bersih dan tidak
berketombe, tidak ada benjolan. Mata : mata kiri dan kana simetris, konjungktiva
tampak anemis, kelopak tampak sayup, terdapat glaucoma pada kedua mata. Mulut :
mukosa bibir kering, tidak terdapat infeksi pada klenjar tonsil. Telinga : fungsi
pndengaran normal, tidak menggunakan alat bantu dngar

Leher : tidak terdapat nyeri tekan pada klenjar tiroid

3.7.5.4 Pemeriksaan thorak


I : tidak terdapat kelainan bentuk dada, pengembangan dada simetris saat inspirasi
dan ekspirasi

P : tidak terdapat nyeri tekan


P : sonor

A : suara paru normal (trakeal, bronkovesikuler, vesikuler)

3.7.5.5 Pemeriksaa kardiovaskuler


I : ics tidak tampak

P : tidak terdapat nyeri tekan atu pembesaran jantung

A : suara jantung normal

3.7.5.6 Pemeriksaan abdomen


I : simetris dan tidak terdapat lesi

P : tidak terdapat nyeri tekan

P : perkusi timpani

A : peristaltic usus 20 x/m

3.7.5.7 Pemeriksaan inguinal, genitalis, anus


Pasien sering buang air kecil dan lebih sering dimalam hari

3.7.5.8 Pemeriksaan muskulokeletal


Pasien mengalami lemas lesu sehingga aktivitasnya terbatas, sring mngalami
kesemutan

Pemeriksaan ekstrimitas

Terdapat luka pada tungkai kanan terasa nyeri saat berjalan dan beraktivitas

3.7.5.9 Pemeriksaan neurologi


Pasien sadar penuh dengan nilai kesadaran GCS 15 (composmentis)
3.8 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil
Hb 10 g/dl
Hct 33 %
Gdp 255 mgdl
Gdp 2 jp 375 mgdl
Gds 570 mgdl
Hba1c 7.2 %
Choleterol total 340 mgdl
Trigliserida 240 mgdl
Ureum 114 mgdl
Kreatin 10 mgdl
3.9 Analisa data

No Data Etiologi Problem


1 DS : retensi insulin
o Pasien mengatakan sebelm
Defisinesi insulin
ke rs pasien memeriksakan
diri ke pkm saat di priksa Glukosa tidak dapat
terdistribusi ke jaringan
petugas mengatakan gula Ketidakstabilan
darah pasien tinggi Peningkatan glukosa darah glukosa darah
pada aliran darah
mencapai 540 mgdl
Do : Hiperglikemik
o GDP : 255 mgdl
o GDP 2 JP : 375 mg/dl
o GDS : 570 mg/dl
o HBA1C :7.2 %
o GCS 15 (composmentis)

2 DS : Peningkatan glukosa darah


o Luka yang dialami pasien pada aliran darah
tidak kunjung sembuh Hiperglikemik
namun semakin melebar
Sirkulasi darah memburuk
dengan tekstur bengkak
berair dan terdapat luka Fungsi saraf mengganggu
(neuropati) Gangguan integritas
berwarna coklat kehitaman kulit
pada sekeliling luka yang Mengahmbat proses
perbaikan jaringan
mongering
DO :
o terdapat luka pada tungkai Penyembuhan luka
menjadi lama
kanan pasien yang
membengkak dan terdapat
jaringan nekrotik pada tepi
luka pasien
o kulit teraba kering dan
tidak elastis
o GCS 15 (composmentis)
3 DS Peningkatan glukosa darah
o keluarga mengatakan pada aliran darah
pasien sering mengeluh Hiperglikemik
kakinya kesemutan
Sirkulasi ke jaringan
o Luka yang dialami pasien perifes tidak efektif
tidak kunjung sembuh Perfusi perifer tidak
efektif
DO : Neuropati
o HB 10 g/dl
o Hiperglikemik
o TD : 165/90 mmHg
o Trigliserida : 240 mgdl
o Cholesteron total : 340
mgdl
o GCS 15 (composmentis)
4 DS Glukosa tidak dapat diubah
o sering merasakan lapar mnjadi ATP
sepnjang hari Sel kekurangan nutrisi
o Keluarga pasien (respon HT terhadap
Polifagis)
mengatakan pasien
bertambah kurus Sel mengambil makanan Deficit nutrisi
pada cadangan lipid
o
DO Dalam waktu lama
o pasien tampak lemas menyebabkan penurunana
BB
o TB 170 cm
Deficit nutris
o BB 50 kg
o IMT : 17.30 (Berat bada
kurang)
o GCS 15 (composmentis)
5 DS Hiperglikemik Gangguan mobilits
o Luka yang dialami pasien fisik
Respon neuropati, sirkulasi
tidak kunjung sembuh
dan penyembuhan luka
namun semakin melebar yang tidak efektif serta
dengan tekstur bengkak nutrisi tidak adekuat
berair dan terdapat luka
Menghambat aktivitas fisik
berwarna coklat kehitaman
aktivitas mobilitas fisik
pada sekeliling luka yang
terganggu
mengering
o terasa nyeri saat berjalan
o pasien sering mengeluh
kakinya kesemutan
DO
o pasien tampak lemas,
terdapat luka pada tungkai
kanan pasien yang
membengkak dan terdapat
jaringan nekrotik pada tepi
luka pasien
o GCS 15 (composmentis)
6 DS Defisiensi insulin
o pasien juga mengatakan
Hiperglikemia
sering bak dimalam hari
DO Serum plasma meningkat
o Nokturia
Cairan intrasel berdifusi ke
o GCS 15 (composmentis) intravascular Gangguan pola tidur

Aliran darah ginjal


meningkat

Respon diuresis oemotik

Polyuria

Terjadi pada malam hari


Terbangun untuk BAK

Mengganggu waktu tidur


7 DS Hiperglikemik
o keluarga pasien
kelemahan fisik
mengatakan pasien setelah
di beritahu menderita asupan energi yang tidak
adekuat menyebabkan
penyakit kncing manis
pasien tidak dapat
kerap mengatakan sudah beraktivitas seperti dahulu Harga diri rendah
situasional
tidak bisa apa-apa lagi
keadaan psikologis
o pasien merasa cemas terganggua akibat
perubahan peran social
dengan keadaan saat ini,
pasien memikirkan dirinya merasa diri rendah
sudah tidak bisa bekerja
maksimal karena keadaan
pasien saat ini
DO
GCS 15 (composmentis)
8 DS Glukosa tidak terdistribusi
o pasien juga mengeluh ke jaringan
mudah lelah dan terasa Sel mengalami kekurangan
lesu nutris Risiko intoleransi
aktivitas
DO Energi tidak adekuat
o pasien tampak lemas
o penurunan BB, 78-63 kg Kelemahan otot

o hiperglikemik
o kadar koleterol tinggi
o GCS 15 (composmentis)
9 DS hiperglikemik
o pasien mengatakan
Vakositas darah meningkat
mengalami penurunan
jarak pandang Angiopati
DO Mikro angiopati
o pasien tampak kesulitan
melihat objek dan objek Retinopati
Gangguan persepsi
jauhb Penyumbatan sensorik
o GCS 15 (composmentis)
korpus siliris

penumpukan aquous himor

peningkatan TIO
glaukoma

3.10 Diagnosa keperawatan


Penegakn diagnosa keperawatan mejuruk pada buku keluaran (PPNI 2016) yaitu :

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati dibuktikan dengan luka tak
kunjung sembuh
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka gangrene, suplai energi tidak adekuat
dibuktikan dengan nyeri saat berjalan, kelemahan otot
3. Perfusi perifer tidak efektuf berhubungan dengan hiperglikemik, neuropati dibuktikan
dengan HB menurun, kebas
4. ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan defisiensi insulin dibuktikan dengan
hiperglikemik
5. Deficit nutris berhubungan dengan retensi glukosa ke jaringan dibuktikan dengan polifagia
penurunan BB, lemas, lesu
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan polyuria dibuktikan dengan BAK pada malam
hari
7. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan fungsi penas dibuktikan
dengan perubahan koping individu
8. Resiko intoleransi aktifitas berhubungan dengan proses penyakit
9. Risiko jatuh berhubungan dengan retinoangiopati dibuktikan dengan penurunan jarak
pandang
3.11 Rencana keperawatan
Rujukan buku (PPNI 2016)

No Diagnose Keperawatan Luara Keperawatan Intervensi Keperawat


1 Ketidakstabilan glukosa darah Kesetabilan glukosa darah Managemen hiperglikemik
Kategori : fisiologi Harapan : meningkat dengan Observasi
Sub : nutrisi dan cairan kriteria hasil 1. Identivikasi penyebab hipergl
1. Kadar glukosa darah (1-5)
2. Monitor kadar glukosa darah
2. Mengantuk (2-5)
3. Monitor intake dan out put ca
3. Lelah/lesu (2-5)
Trapeutik
4. Keluhan lapar (2-5) 1. Konsultasi dengan med
hiperglikemik memburuk
Edukasi
1. Anjurkan agar menghindari o
glukosa > 250 mgdl
2. Anjurkan control glukosa dar
3. Anjurkan kepatuhan diet dan
4. Anjurkan pengelolaan diabete
Edukasi proses penyakit
Observasi
1. Identivikasi kesiapan d
menerima informasi
Trapeutik
1. Jadwalakan pendkes sesuai ke
Edukasi
1. Jelaskan proses penyakit DM
2 Gangguan itegritas kulit Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka
Kategori : lingkungan Harapan : meningkat Observasi
Sub : keamanan dan proteksi Kriteria hasil 1. Monitor karakteristik dan ta
1. Kerusakan jaringan (2-5)
luka
2. Kerusakan lapisan kulit (2-
Trapeutik
5) 1. Membersihkan dengan cairan
3. Nekrosisi (2-5) 2. Membersihkan jaringan nekro
Penyembuhan luka 3. Memberikan salep sesuai reko
Harapan : meningkat
4. Pertahankan teknik steril
Kriteria hasil
1. Jaringan granulasi (2-5) 5. Memasang balutan
2. Peradangan luka (25)
Edukasi
3. Penyatuan tepi luka (2-5)
1. Jelaskan tanda dan gejala infe
2. Ajarkan prosedur perawatan l
Kolaborasi
1. Kolaborasi debridemen

3 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer Promosi latihan fisik


Kategori : fisiologis Harapan : meningkat Observasi
Sub : respirasi Kriteria hasil 1. Identifikasi kesiapan pa
1. Penyembuhan luka (2-5)
informasi
2. Kelmahan otot (2-5)
Trapeutik
3. Nyeri ekstrimitas (2-5) 1. Fasilitasi dalam mengemb
latihan sesuai kebutuhan pasie
2. Fasilitasi menetapkan tuju
pendek dan panjang
3. Fasilitasi dalam mempertah
program latihan
Edukasi
1. Anjurkan bertanya jika terdap
kuang jelas
Perawatan sirkulasi
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi factor resiko gang
Terapiutik
1. Hindari pemasangan infus,
pengambilan darah, penek
keterbatasan perfusi
2. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan olahraga rutin
2. Anjurkan berhenti merokok
4 Deficit nutrisi Status nutrisi Managemen nutrisi
Harapa : membaik Observasi
Kriteria hasil 1. Identifikasi status nutris
1. Frekuansi makan (2-5)
2. Monitor hasil lab
2. Berat badan (2-5)
Terapiutik
1. Fasilitasi menentukakan pedo
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramk
Edukasi diet
observasi
1. Identivikasi kemampuan men
2. Idenntifikasi tingkat kemamp
3. Identifikasi persepsi pasien
diprogramkan
Terapiutik
1. Jadwalakn waktu yang tepat u
pendkes
Edukasi
1. Jelaskan tuuan kepatuhan diet
2. Informasikan makanan yang d
5 Gangguan mobilotas fisik Mobilitas fisik Dukungan mobilitas
Harapan : meningkat Observasi
Kriteria hasil 1. Identivikasi adanya nyeri
1. Gerakan terbatas (2-5)
Trapeutik
2. Kelemhan fisik (2-5) 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
3. Peregrakan ekstrimitas (2-5) 2. Libatkan keluarga untuk mem
4. Nyeri (3-5) Edukasi
1. Jelaskan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan mobilisasi sedrhana
Dukunga perawatan diri
Observasi
1. Monitor tingkat kemandirian
Terapitik
1. Damping dalam melakukan p
2. Fasilitasi untuk mene
ketergantungan
3. Fasilitasi kemandirian
Edukasi
1. Anjurkan perawatan diri seca
6 Gangguan pola tidur Pola tidur Dukungan tidur
harapan : membaik Obsrvasi
kriteria hasil 1. Identifikasi pola tidur
1. Keluhan pola tidur berubah
(2-5) 2. Identifikasi factor penyebab p
2. Keluhan tidak puas tidur (2- Terapiutik
1. Modifikasi lingkungan
5)
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya kecukup
2. Hindari makan dan minum se
Edukasi aktivitas istirahat
Observasi
1. Identifikasi kesiapan menerim
Terapiutik
1. Jadwalkan pemberian pendke
Edukasi
1. Anjurkan menyusun jadw
istirahat
7 Harga diri rendah situasional Harga diri Promosi harga diri
Harapan : meningkat Observasi
Kriteria hasil 1. Identifikasi budayar, ras, agam
1. Penilain diri positif (2-5)
2. Monitor verbalisasi yang
2. Perasaan tidak mampu
sendiri
melakukan apapun (2-5)
Terapiutik
1. Motibasi terlibat dalam verba
2. Diskusi kepercayaan terhadap
3. Diskusi perspektif negative di
4. Diskusikan alasan mngkritik d
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tent
2. Latih peningkatan tanggung
sendiri
3. Ciptakan suasana yang mnduk
8 Resiko intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Managemen enrgi
Harapan : meningkat Observasi
Kriteria hasil 1. Identifikasi fungsi tubuh ya
1. Kemudahan melakukan
kelelahan
aktivitas (2-5)
2. Monitor kelemahan fisik
2. Keluhan lelah (3-5)
Terapiutik
Tingkat keletihan 1. Berikan aktivitas distraksi
Harapan : menurun
2. Fasilitasi duduk di sisi temp
Kriteria hasil
1. Kemampuan melakukan dapat berpindah
aktivitas rutin (2-5) Edukasi
1. Anjurkan melakukan aktivitas
2. Vibrilasi lelah lesu (2-5)
2. Anjurkan menghubungi pera
lelah tidak berkurang
9 Risiko jatuh Fungsi sensorik Managemen keselamatan lingkung
harapan : membaik Observasi
kriteria hasil 1. Identivikasi kebutuhan kesela
1. Ketajaman penglihatan(2-5)
Terapiutik
1. Hilangkan bahaya keselamata
2. Sediakan alat bantu keamanan
Edukasi ajarkan
1. Ajarkan individu dan kel
resiko tinggi bahaya lingkung
3.12 Catatan Perkembangan

3.12.2.1 Hari pertama


No Diagnosa Hari Implementasi keperawatan Evaluasi
keperawatan tanggal
1 Ketidakstabilan Rabu Managemen
glukosa darah 18 feb hiperglikemik
Kategori : 2021 Observasi
fisiologi pukul 1. Mengidentifikasi S : pasien
Sub : nutrisi 09.00 mengatakan tidak
kemungkinan
dan cairan mengontrol pola
penyebab makannnya
O : gdp : 255 mgdl,
hiperglikemia
Gdp 2 jp : 375 mg/dl,
dengan cara Gds : 570 mg/dl,
Hba1c :7.2 %, pasien
menanyakan pola
tampak tidak bisa
makan pasien) mengontrol
makannnya
S : pasien
2. Memonitor tanda
mengatakan sering
dan gejala merasa lapar, sering
bak, sering merasa
hiperglikemia
haus
dengan cara O : pasien tampak
lelah dan lesu
menanyakan apakah
sering hau, sering
BAK, sering
S : pasien
merasakan lapar. mengatakan sudah
mempunya air
Trapeutik
minum sendiri
1. Memberikan asupan
O : pasien
cairan pada pasien mempunyai air
sendiri
dengan cara
memberikan pasien
S : pasien
minum
mengatakan iya
O : pasien koperatif
Edukasi S pasien
1. Menganjurkan mengatakan priksa di
PKM
pasien untuk patuh
O : pasien
terhadap pengobatan memeriksakan di
PKM
dan terapi dietnya S : pasien
mengatakan
2. Anjurkan untuk
sebelumnya
rutin mengontrol meminum obat yang
sama
glukosa dirumah
O :pasien meminum
secara mandiri obat

Kolaborasi
S : pasien
1. Melakukan
mengatakan iya
kolaborasi silahkan
O : pasien tampak
pemberian
sedang tidak dalam
metformin 250 mg keadaan tidur

S : pasien menerima
Edukasi proses penyakit
perawat dengan
Observasi
menjawab salam
1. Memastikan pasien
O : pasien tampak
dapat menerima ramah
informasi dengan
baik dengan melihat
keadaan pasien dan
S : pasien
keluarga tidak mengatakan sama
dengan gejala yang
sedang dalam
di alami pasien,
keadaan tidur dan pasien akan
mengubah pola
meminta ijin
dietnya
Trapeutik O : pasien tampak
1. Melakukan kontrak menyimak
penjelasan dengan
waktu dengan
baik da telah
pasien untuk memahami program
diet untuk dirinya
memberikan
A : masalah belum
informasi terkait teratasi
P : edukasi penyakit
penyakit dengan
dihentikan,
cara menyampaikan intervensi
managemen
salam
hiperglikemik
memperkenalkan dilanjutkan
diri, menyampaikan
tujuan dan berapa
lama waktu yang
akan digunakan,
kemudian
mengkonfirmasi
kesediaan pasien.
Edukasi
5. Memberikan
informasi tentang
penyakita dengan
menjelaskan
pengertia,
klasifikasi, tanda
dan gejala,
penyebab,
komplikasi, terapi
pengoatan, program
diet diabetes
mellitus
2 Gangguan Perawatan luka
itegritas kulit Observasi
Kategori : 1. menilai karakteristik S : pasien
lingkungan mengatakan silahkan
dan tingkat infeksi
Sub : O : terdapat puus dan
keamanan dan luka pasien dengan jaringan nekrosisi
proteksi pada permukaan luka
meminta ijin untuk
dan tekstur basah
membuka balutan dan berair
luka pasien
S : pasien
mengatakan selama
ini pasien hanya
Trapeutik mencuci luka dengan
1. menggunakan air biasa dan
mengoleskan betadin
teknik bersih untuk
saja
membuka balutan O : pasien koperatif
sampai dengan ahir
luka, setelah balutan
perawatan luka
terbukan kemudian
membilas luka
dengan cairan RL,
mebilas pus dengan
menggunakan H2O2
setelah itu membilas
kembali, mengganti
S : pasien
hand cun steril, mengatakain iya
O : pasien tampak
menggunakan kasa
mengerti dengan
untuk arahan perawat
A : masalah
membersihakn
gangguan integritas
kotoran dan pus kulit belum teratasi
P : lanjutkan
pada permukaan
intervensi perawatan
luka, membersihkan luka
jaringan nekrotik
dengan gunting
jaringan dan pinset,
membilas luka
dengan RL,
keringkan kembali
permukaan luka,
membasahi kasa
steril dengan madu
kemudian
tempelkan pada
permukaan luka,
setelah itu tutup
luka kembali dengan
verban.

Edukasi
1. menganjurkan
pasien untuk
menjaga luka agar
tidak terkena air
atau basah
3 Perfusi perifer Promosi latihan fisik
tidak efektif Observasi
Kategori : 1. memastikan S : pasien menjawab
fisiologis salam, dan
kesiapan pasien
Sub : respirasi mengatakan bersedia
dengan O : pasien tampak
koperatif
menyampaikan
salam dan S : pasien
mengatakan masih
menyampaikan
merasakan lemas
tujuan perawat, O ; pasien tampak
lemas namun pasien
kemudian
masih mempu
mengkonfirmasi melakukan aktifitas
kecil di temapt tidur,
kesediaan pasien
pasien masih mampu
Trapeutik melakukan
1. menanyakan pergerakan sendi-
sendi tangan dan
keadaan pasien saat
juka kaki
ini dengan S : pasien
mengatakan iya
O ; pasien tampak
koperatif

2. memberikan edukasi
pasien untukk
melakukan
S : pasien
peregangan otot mengatakan tidak
ada
sederhana yang
O : pasien tampak
dapat dilakukan di sudah memahami
penjelasan yang
tempat tidur dimulai
diberikan oleh
dari peregangan perawat
tangan, bahu, leher
hingga peregangan
otot kaki. Untuk
S : pasien bersedia
peregangan jari O : pengisian
sirkulasi perifer CRT
tangan pasien bisa pasien 2 detik pada
ekstrimitas sebelah
melakukan meremas
kanan
botol mineral
S : pasien bersedia
kosong untuk
O : tekanan pada
meregangkan otot – pada kaki sebelah
kanan rendah denga
otot jari tangan dan
interpretasi ABI 0.9
telapk tangan, dan
mengajarkan psien
S : pasien
senam kaki diebetes mengatakan Iya
O : pasien koperatif
3. Mengajak pasien
untuk melakukan
sesering mungkin
S : pasien
dan sesuai dengan mengatakan Iya
O : pasien koperatif
kemampuan pasien
A: masalah belum
Edukasi teratasi
1. Memnanyakan P : intervensi
dilanjutkan
kepada pasien
 perawatan
apakah ada hal yang
sirkulasi
belum diphami atau
belum jelas

Perawatan sirkulasi
Observasi
1. Memeriksa
kecepatan pengisina
perifer pasien
dengan mengukur
CRT pasien pada
jari tangan dan kali
pasien

2. Mengukur tekanan
nadi brakial dan
angkel pasien
dengan pemeriksaan
ABI dengan
mengukur tekanan
arteri brakial pada
lengan kiri dan
kanan, mengukur
tekanan arteri
dorsalis pedis dan
tibialis poterior
Terapiutik
1. Memberi tahu
pasien dan keluarga
untuk memberi tahu
petugas untuk tidak
melakukan
pemasangan infus,
dan pengambilan
darah pada are
gangguan perfusi
Edukasi
1. menganjurkan
pasien untuk
melakukan olahraga
rutin dan
menghilangkan
kebiasaan merokok

4 Deficit nutrisi Managemen nutrisi


Observasi
1. menimbang berat S : pasien
mengatakan
badan pasien
sebelumnya pasien
gemuk BB pasien
mncapai 78 kg,
namun sekrang
Terapiutik pasien kurus
1. membantu pasien O : BB pasien 63 kg
S : pasien
menentuka diet yang
mengatakan akan
dapat dilakukannya mngkonsumsi ubi
keladi dan tidak
dengan
meminum minuman
manganjurkan bersoda dan mnuman
yang mngandung
pasien untuk
gulu tinggi
memakan makanan O : pasien
memutuskan untuk
yang rendah kalori
mengkonsumsi ubu
serta mengatur jam dan mengurangi
minuman tinggi gula
makan pasien agar
S: pasien
menghindari mengatakan iya
O : pasien
memakan porsi
memahami apa yang
dalam jumlah lebih dismpaikan
A : masalah nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan
Edukasi
intervensi
1. memberi tahu hal
managemen nutrisi
yang perlu di
hindari oleh pasien
untuk menjaga
kesetabilan gula
darah pasien seperti
mengurangi jumlah
asupan gula, hindari
aktifitas berlebih,
hindari stress dan
menggunakan alas
kaki

5 Dukungan mobilitas
Observasi
1. mananyakan kepada S : pasien
mengatakan nyeri
pasien dimana nyeri
timbul ketika
berasal permukaan kulit
pada kaki tertekan
atau saat berjalan
O ; pasien menjawab
pertnayaan perawat
sambil menunjukan
Trapeutik area yang dirasa
1. menyampaikan nyeri oleh pasien
S : keluarga
keluarga untuk
mengatakan ia selalu
bersma –sama mndampingi pasien
dan akan mamanggi
membantu pasien,
petugas jika
ketikan memerluka bantuan
petugas
membuntuhkan
O : pasien tampak
bantuan perawat koperatif
S ; keluarga selalu
meminta keluarga
membantu pasien
untu menghubungi memenuhi
kebutuhan pasien
perawat di nurs
O : keluarga tampak
station perhatian kepada
pasien
Edukasi
1. mengajarkan pasien
S ; pasien
dan keluarga teknik mengatakan dalam
melakukan
ambulasi sederhana
perawatan diri pasien
yang dapat dibantu oelh
keluarga dengan
dilakukan oleh
menuntun ke kamar
pasien dan keluarga mandi
O : tampak pasien
seperti membantu
saat berjalan
pasien duduk, menggngtungkan
kaki yang terdapat
berbalik badan
luka
Dukunga perawatan diri
Observasi S : pasien dan
1. menanyakan keluarga mengatakan
iya
kepada keluarga dan
O : pasien dan
pasien apakah keluarga koperatif
S ; pasien
pasien mampu
mengatakan setia
melakukan pagi dan sore pasien
mandi dan
perawatan diri yang
membersihakn diri
meliputi MCK O ; keadaan hygine
pasien baik
A : masalah
gangguan mobiltas
fisik belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi dukungan
Terapitik
mobilisasi
1. Menganjurkan
keluarga untuk
mendampingi pasien
ketika melakukan
BAB atau BAK dan
membantu
menyiapkan
perlengkapan MCK
Edukasi
1. Anjurkan psien dan
keluarga untuk
melakukan
kebersihan diri
secara rutin dan
konsisten
6 Dukungan tidur
Obsrvasi S : pasien
1. Menanyakan kapada mengatakan sering
sekali terbangun
pasien seberapa
karena merasa BAK
sering pasien bisa sampai 5 X
terbangun
terbangun dialam
O : pasien tampak
hari, apa penyebab kperatif
hingga pasien
S : pasien
terbangun mengatakan iya
O : pasien koperatif
A : masalah
Terapiutik
gangguan pola tidur
1. Menganjurkan
belum teratasi
pasien untuk tidak P : lanjutkan
intervensi dukungan
meminum terlalu
tidur
bnyk pada saat
malam hari dan
menganjurkan
pasien untuk
memanfaatkan
waktu siang untuk
beristirahat tidur
agar jam teidur
pasien tetap efektif

7 Harga diri Promosi harga diri


rendah Observasi
situasional 1. Menanyakan kepada S : keluarga pasien
mengatakan pasien
keluarga pasien dia
sering mengtakan
saat seperti apa dirinya suda tidak
lagi bisa apa-apa,
pasien
sudah tidak bisa
mengungkapkan bekerja seperti
dahulu lagi.
prasaan yang
O : pada saat perawat
merendahkan menyanyakan
keadaan pasien
dirinya
sedang baik-baii saja
dan tidak pernah
mengungkapkan
seperti apa yang
disampaikan oleh
keluarga

S : pasien
mengatakan iya
O : pasien koperatif

Terapiutik S : keluarga pasien


1. Meberikan motivasi mengatakan iya
O : pasien koperatif
pasien
A : masalah belum
Edukasi tertasi
1. Memberitahu P : lanjutkan
intervensi promosi
keluarga untuk
harga diri
senantiasa
mendukung pasien
8 Managemen enrgi
Observasi
1. Menanyakan S : pasien masih
merasakan lemas
keadaan pasien saat
O : pasien tampak
ini lemas dan hanya
berbaring
S : keluarga psien
mengatakan pasien
masih dapat
2. Mengkajia
melakukan aktivitas
kemampuan pasien namun keadaannya
loyo lemas
melakukan aktivitas
O : pasien tampak
Edukasi lemas
3. Menyampaikan
kepada keluarga dan
S: pasien
pasien untuk tidak mengatakan iya
O : pasien koperatif
melakukan aktivitas
A : Masalah belum
yang berlebihan, teratasi
P : lanjutkan
hubungi perawata
intervensi
juka dirasa tidak managemen energi
mampu untuk
melakukannya
sendiri
9 Managemen keselamatan
lingkungan
Observasi S : pasien
1. Mengkaji sejauh apa mengatakan sulit
mengenali orang
pasien masih dapat
yang jaraknya jauh,
meilihat objek, dan pasien mengatakan
saat berkendara
menanyakan kepada
pasien hamper
pasien apakah mengalami
kecelakaan
pasien pernah
O : pasien tampak
mengalami jatuh koperatif
S : keluarga dan
akibat jarak pndang
pasien mengatakan
yang menurun iya
O : pasien koperatif
dan akan melakukan
apa yang
Terapiutik disampaikan oleh
3. Menganjurkan perawat
pasien untuk
memeriksakan mata
pasien ke dokter
mata agar dapat
difasilitasi
penggunaan
kacamata sesuai
keadaan pasien

3.12.2.2 Hari kedua


N Diagnosa Hari Implementasi Evaluasi
o keperawatan tangg keperawatan
al
1 Ketidakstabil Rabu Managemen
an glukosa 18 feb hiperglikemik
darah 2021 Observasi S : pasien
Kategori : pukul 3. Mengidentifikasi mengatakan hari
fisiologi 09.00 ini ia memaka
pola makan
Sub : nutrisi makanan yang
dan cairan pasien dengan disediakan oleh RS
tanpa memakan
menanyakan
cemilan hanya
makanan apa saja meminum air
mineral
yang dikonsumsi
O : pasien
oleh pasien menjawab dengan
kperatif
S : pasien masih
4. Memonitor tanda
merasakan lemas
dan gejala pasien
berkurang,namun
hiperglikemia
masih merasakan
dengan cara sering BAK, sering
lapar
menanyakan
O : pasien tampak
apakah sering lebih bugar
hau, sering BAK,
S : pasien bersedia
sering merasakan O : pemeriksaan
lapar. GDS : 440 mgdl
5. Mengambil
sampel darah S : pasien
mengatakan pasien
pasien untuk
belum meminum
dilakukan obat
O:-
pemeriksaan
S : pasien
darah pada menjawab iya
O:-
pembulu darah
vena
S : pasien
Trapeutik
mengatakan iya
2. Menanyakan
O : pasien
pasien apakah meminum obat
A : masalah
pasien sudah
teratasi sebagian,
minum obat glukosa darah
pasien mengalami
Edukasi
penurunan namun
3. Menganjurkan
mash jauh dari
pasien untuk batas normal
P : intervensi
patuh terhadap
managemen
pengobatan dan hiperglikemik
mash terus
terapi dietnya
dilanjutkan
Kolaborasi
2. Melakukan
kolaborasi
pemberian
metformin 250
mg
2 Gangguan Perawatan luka
itegritas kulit Observasi
Kategori : 2. Menanyakan S : pasien
lingkungan mengatakan
keadaan luka
Sub : nyerinya sudah
keamanan pasien apakah berkurang, lebih
dan proteksi Nyman
ada nyeri, atau
O : luka pasien
apa yang tampak masih
berair, perban
dirasakan oleh
tampak basah dan
pasien warna kecoklatan

S : pasien bersedia
O : pasien
Trapeutik
koperatif sampai
2. Membersihkan
dengan ahir
luka pasien, perawatan luka
menggunakan
teknik bersih
untuk membuka
balutan luka,
setelah balutan
terbukan
kemudian
membilas luka
dengan cairan
RL, mebilas pus
dengan
S : pasien
menggunakan mengatakain iya
O : pasien tampak
H2O2 setelah itu
mengerti dengan
membilas arahan perawat
A : masalah
kembali,
gangguan
mengganti hand integritas kulit
belum teratasi
cun steril,
P : lanjutkan
menggunakan intervensi
perawatan luka
kasa untuk
membersihakn
kotoran dan pus
pada permukaan
luka, membilas
luka dengan RL,
keringkan
kembali
permukaan luka,
membasahi kasa
steril dengan
madu kemudian
tempelkan pada
permukaan luka,
setelah itu tutup
luka kembali
dengan verban.

Edukasi
2. menganjurkan
pasien untuk
menjaga luka
agar tidak terkena
air atau basah
3 Perfusi Promosi latihan fisik
perifer tidak Trapeutik
efektif 4. menanyakan S : pasien
Kategori : mengatakan lemas
keadaan pasien
fisiologis sudah tidak seperti
Sub : saat ini kemarin
respirasi O ; pasien tampak
lebih bugar
5. menganjurkan
S : pasien
pasien untuk rutin mengatakan iya
O ; pasien tampak
melakukan
koperatif
latihan fisik yang
sudah di ajarkan
S : pasien
kemarin mengatakan tidak
ada
Edukasi
O : pasien tampak
2. Menanyakan
sudah memahami
kepada pasien penjelasan yang
diberikan oleh
apakah ada hal
perawat
yang belum
diphami atau
belum jelas S : pasien bersedia
O : CRT pasien 2
Perawatan sirkulasi detik pada
Observasi ekstrimitas sebelah
3. Memeriksa kanan
kecepatan
pengisina perifer S : pasien
mengatakan Iya
pasien dengan
O : pasien
mengukur CRT koperatif
A: masalah belum
pasien pada jari
teratasi
tangan dan kali P : intervensi
dilanjutkan
pasien
 perawatan
Edukasi
sirkulasi
2. menganjurkan
pasien untuk
melakukan
olahraga rutin
dan
menghilangkan
kebiasaan
merokok, dan
mengurangi
makana tinggi
cholesterol

4 Deficit nutrisi Managemen nutrisi


Terapiutik
2. menanyakan S : pasien
mengatakan masih
bagaimana diet
konsisten dengan
pasien makanan rebusan
dan rendah gula
O :pasien masih
konsisten
A : masalah nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi
managemen nutrisi

5 Gangguan Dukungan mobilitas


mobilitas Trapeutik
fisik 2. menyampaikan S : keluarga
mengatakan iya
keluarga untuk
O : pasien tampak
bersma –sama koperatif
membantu
pasien, ketikan
membuntuhkan
bantuan perawat S ; pasien
mengatakan iya
meminta keluarga
O : tampak pasien
untu saat berjalan
menggngtungkan
menghubungi
kaki yang terdapat
perawat di nurs luka
A : masalah
station
gangguan mobiltas
Edukasi fisik belum teratasi
2. mengajarkan P : lanjutkan
intervensi
pasien dan
dukungan
keluarga teknik mobilisasi
ambulasi
sederhana yang
dapat dilakukan
oleh pasien dan
keluarga seperti
membantu pasien
duduk, berbalik
badan
6 Dukungan tidur
Obsrvasi S : pasien
2. menanyakan ke mengatakan masih
sering sekali
pasien
terbangun untuk
bagaimanan BAK
O : pasien tampak
intersitas BAK
kperatif
dimalam kemarin
3. menanyakan
S : pasien
pasien apakh mengatakan siang
pasien disiang pasien tidur 2 jam
sehingga pagi esok
hari masih
hari pasien tidak
merasakan terlalu merasakan
ngantuk yang berat
ngantuk karena
O : pasien tampak
malam sering tidak ngantu
S : pasien
bangun
mengatakan iya
Terapiutik O : pasien
2. Menganjurkan koperatif
A : masalah
pasien untuk
gangguan pola
tidak meminum tidur teratasi
sebagian
terlalu bnyk pada
P : intervensi
saat malam hari dukungan masih
harus dilanjutkan
dan
menganjurkan
pasien untuk
memanfaatkan
waktu siang
untuk beristirahat
tidur agar jam
teidur pasien
tetap efektif

7 Harga diri Promosi harga diri


rendah Observasi
situasional 2. Menanyakan S : keluarga
mengatakan pasien
kepada keluarga
sudah tidak
apakah pasien mengungakpakann
ya lagi
masih sering
O : keadaan pasien
mengungkapkan tampak lebih
tenang
prasaan yang
merendahkan
S : pasien
dirinya
mengatakan iya
Terapiutik terimakasih
2. Meberikan O : pasien
motivasi pasien koperatif
S : keluarga pasien
Edukasi
mengatakan iya
2. Memberitahu
O : pasien
keluarga untuk koperatif
A : masalah
senantiasa
teratasi
mendukung P : intervensi
dihentikan
pasien
8 Risiko Managemen enrgi
intoleransi Observasi
aktivitas 3. Menanyakan S : pasien
mengatakan sudah
keadaan pasien
tidak terlalu lemas
saat ini O : pasien tampak
lebih baik
S : keluarga psien
4. Mengkajia
mengatakan pasien
kemampuan masih dapat
melakukan
pasien melakukan
aktivitas namun
aktivitas keadaannya loyo
lemas
Edukasi
S : pasien
4. Menyampaikan
mengatakan iya
kepada keluarga O : koperatif
dan pasien untuk
A : masalah
tidak melakukan teratasi
P : hentikan
aktivitas yang
intervensi
berlebihan,
hubungi perawata
juka dirasa tidak
mampu untuk
melakukannya
sendiri
9 Managemen
keselamatan
lingkungan S : pasien
Observasi mengatakan masih
2. Menanyakan pandangan kabur,
tapi untuk lihat
keadaan pasien
yang dekat bisa
O : pasien tampak
sudah bisa
mengendalikan
Terapiutik keadaannya yang
4. Menganjurkan mengalami
penurunan jarak
pasien untuk
pandang
memeriksakan S : keluarga dan
pasien mengatakan
mata pasien ke
ia akan
dokter mata agar memeriksakan
matanya setelah
dapat difasilitasi
bisa pulang dari
penggunaan RS
O : pasien
kacamata sesuai
koperatif
keadaan pasien A: masalah teratasi
P : hentikan
intervensi

3.12.2.3 Hari ketiga


N Diagnosa Hari Implementasi Evaluasi
o keperawatan tangga keperawatan
l
1 Ketidakstabila Rabu Managemen
n glukosa 18 feb hiperglikemik
darah 2021 Observasi S : pasien
Kategori : pukul 6. Menanyakan mengatakan
fisiologi 09.00 memakan makanan
pola makan
Sub : nutrisi yang diberikan RS
dan cairan pasien O : pasien
menjawab dengan
kperatif
7. Memonitor
S : pasien sudah
tanda dan gejala tidak lemas namun
masih sering BAK,
hiperglikemia
makan pasien
dengan cara teratur
O : pasien tampak
menanyakan
lebih bugar
apakah sering
hau, sering
S : pasien bersedia
BAK, sering O : pemeriksaan
GDS : 330 mgdl
merasakan lapar.
8. Mengambil
sampel darah
S : pasien
pasien untuk mengatakan pasien
sudah meminum
dilakukan
obat yang diberikan
pemeriksaan oleh perawat
O:-
darah pada
pembulu darah S : pasien
menjawab iya
vena
O:-
Trapeutik A : masalah teratasi
3. Menanyakan sebagian, glukosa
darah pasien
pasien apakah
mengalami
pasien sudah penurunan namun
mash jauh dari
minum obat
batas normal
P : intervensi
managemen
Edukasi hiperglikemik mash
4. Menganjurkan terus dilanjutkan
pasien untuk
patuh terhadap
pengobatan dan
terapi dietnya
2 Gangguan Perawatan luka
itegritas kulit Observasi
Kategori : 3. Menanyakan S : pasien
lingkungan mengatakan
keadaan luka
Sub : nyerinya sudah
keamanan dan pasien apakah berkurang, lebih
proteksi Nyman
ada nyeri, atau
O : luka pasien
apa yang tampak masih
berair, perban
dirasakan oleh
tampak basah dan
pasien warna kecoklatan

S : pasien bersedia
O : pasien koperatif
Trapeutik
sampai dengan ahir
3. Membersihkan
perawatan luka
luka pasien,
menggunakan
teknik bersih
untuk membuka
balutan luka,
setelah balutan
terbukan
kemudian
membilas luka
dengan cairan
RL, mebilas pus
dengan
menggunakan S : pasien
mengatakain iya
H2O2 setelah itu
O : pasien tampak
membilas mengerti dengan
arahan perawat
kembali,
A : masalah
mengganti hand gangguan integritas
kulit belum teratasi
cun steril,
P : lanjutkan
menggunakan intervensi
perawatan luka
kasa untuk
membersihakn
kotoran dan pus
pada permukaan
luka, membilas
luka dengan RL,
keringkan
kembali
permukaan luka,
membasahi kasa
steril dengan
madu kemudian
tempelkan pada
permukaan luka,
setelah itu tutup
luka kembali
dengan verban.
Edukasi
3. menganjurkan
pasien untuk
menjaga luka
agar tidak
terkena air atau
basah
3 Perfusi perifer Promosi latihan fisik
tidak efektif Trapeutik
Kategori : 6. menanyakan S : pasien
fisiologis mengatakan sudah
keadaan pasien
Sub : respirasi tidak lemas
saat ini O ; pasien tampak
lebih bugar
7. menganjurkan
S : pasien
pasien untuk mengatakan iya
O ; pasien tampak
rutin melakukan
koperatif
latihan fisik
yang sudah di
ajarkan kemarin S : pasien bersedia
O : CRT pasien 2
Perawatan sirkulasi
detik pada
Observasi
ekstrimitas sebelah
4. Memeriksa
kanan
kecepatan
pengisina perifer
S : pasien
pasien dengan mengatakan Iya
O : pasien koperatif
mengukur CRT
A: masalah belum
pasien pada jari teratasi
P : intervensi
tangan dan kali
dilanjutkan
pasien  perawatan
Edukasi sirkulasi
3. menganjurkan
pasien untuk
melakukan
olahraga rutin
dan
menghilangkan
kebiasaan
merokok, dan
mengurangi
makana tinggi
cholesterol

4 Deficit nutrisi Managemen nutrisi


Terapiutik
3. menanyakan S : pasien
mengatakan masih
bagaimana diet
konsisten dengan
pasien makanan rebusan
dan rendah gula
O :pasien masih
konsisten
A : masalah nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi
managemen nutrisi

5 Gangguan Dukungan mobilitas


mobilitas fisik Trapeutik
3. menyampaikan S : keluarga
mengatakan iya
keluarga untuk
O : pasien tampak
bersma –sama koperatif
membantu
A : masalah
pasien, ketikan gangguan mobiltas
fisik belum teratasi
membuntuhkan
P : lanjutkan
bantuan perawat intervensi
dukungan
meminta
mobilisasi
keluarga untu
menghubungi
perawat di nurs
station
6 Dukungan tidur
Obsrvasi S : pasien
4. menanyakan ke mengatakan masih
sering sekali
pasien
terbangun untuk
bagaimanan BAK
O : pasien tampak
intersitas BAK
kperatif
dimalam
S : pasien
kemarin
mengatakan siang
5. menanyakan pasien tidur 2 jam
sehingga pagi esok
pasien apakh
hari pasien tidak
pasien disiang terlalu merasakan
ngantuk yang berat
hari masih
O : pasien tampak
merasakan tidak ngantu
S : pasien
ngantuk karena
mengatakan iya
malam sering O : pasien koperatif
A : masalah
bangun
gangguan pola
Terapiutik tidur teratasi
3. Menganjurkan sebagian
P : intervensi
pasien untuk
dukungan masih
tidak meminum harus dilanjutkan
terlalu bnyk
pada saat malam
hari dan
menganjurkan
pasien untuk
memanfaatkan
waktu siang
untuk
beristirahat tidur
agar jam teidur
pasien tetap
efektif
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Proses Keperawatan

4.1.1 Pengkajian Keperawatan


Pola persepsi Pasien tidak mengira bahwa lukanya merupakan dampak
dari penyakit diabetes mellitus, awalya pasien mengira hanya luka biasa
sehingga pasien melakukan aktivitas seperti biasa tanpa memperhatikan
kebersihan luka dan tidak ada inisiatif untuk memeriksakannnya.

Pola nutrisi metabolik Sebelum sakit : pasien mengkonsumsi makanan


2-3 kali sehari dengan bervarian jenis makanan, pasien mempunya
kebiasaan mengkonsumsi minuman manis seperti kopi sebanyak 2 kali
sehari Saat sakit : nafsu makan pasien bertambah namun pasien
mengalami penurunan berat badan yang semula 78 kg namun sekarang bb
pasien hanya tinggal 63 kg, pasien tampak lemas dan lesu.
Pola eliminasi minasi Sebelum sakit: pasien melakukan bak 3-6 kali
sehari Saat sakit : pasien melakukan bak 9-12 x sehali dan lebih sering
dimalam hari

Pola aktivitas Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas seperti biasa,


pasien berprovesi sebagai petani yang terbiasa melakukan aktivitasnya di
kebun Saat sakit : pasien sudah tidak lagi beraktivitas lagi dikebun,
keseharian pasien hanya dirumah dan sesekali melakukan aktivitas kecil
seperti berjalan

Pola oksigenasi Pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas dan
batuk, tidak ada riwayat penyakit saluran nafas, tidak menggunakan alat
bantu nafas dan tidak ada penggunaan otot bantu nafas. Pernapasan pasien
23x/m, suara nafas normal, tidak terdapat sianosis, sputum. Pasien
mempunyai kebiasaan merokok.
Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit : pasien melakukan istirahat tidur
dia siang hari 1 jam dan dimalam hari pasien tidur 6-7 jam Saat sakit :
pasien merasa ngantuk pada pagi hari menjelang siang dan pada malam
hari pasien sering terbangun untuk bak, sehinggal optimal tidur pasien
kurang lebih 4-5 jam

Koognitif persepsi Sebelum sakit : pasien sebelumnya sudah


mengetahui bahwa pasien mempunya riwayat diabetes mellius namun
pasien mengabaikan dan tidak mengatur pola makannya Saat sakit :
keluarga pasien mengatakan pasien setelah di beritahu menderita penyakit
kncing manis kerap mengatakan sudah tidak bisa apa-apa lagi, pasien
merasa cemas dengan keadaan saat ini, pasien memikirkan dirinya sudah
tidak bisa bekerja maksimal karena keadaan pasien saat ini

Peran hubungan Sebelum sakit : hubungan pasien dengan kluarga dan


tetangga baik, pasien mempunyai jiwa social yang tinggi Saat sakit :
interaksi pasien dengan keluarga dan tetanggal dalam keadaan baik

Seksualitas Sebelum sakit : pasien melakukan hubungan seksual 3 hari


sekali tanpa mengalami hambatan Saat sakit : pasien mengalami kesulitas
dalam melakukan hubungan seksua karan lemas dan terdapat nyeri pada
tingkai kaki, pasien selama sakit tidak pernah melakukan hubungan
seksual.

Koping toleransi Pasien mengalami kecemasan dan sesekali


mengeluarkan kalimat keputus asaan dengan keadaan saat ini, pasien
merasa sudah tidak bisa menafkahi keluarganya lagi

Nilai kepercayaan Pasien melakukan ibadah di atas bad karena tidak


mampu melakukan ibada dengan normal pada umunya.

4.1.2 Pemeriksaan fisik


Vital sign pada Td 165/90 mmhg, rr 23x/m, n 87x/m, s 37.5oc, BB 63 kg.
Pemeriksaan kulit Kulit tampak kering, tidak elastis, terdapat luka pada
permukaan tungkai kaki sebelah kanan dengan tekstur bengkak, berair dan
kemerahan, terdapat jaringan nekrotik pada sekeliling luka.

Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Rambut: berwana hitam dan


sedikit beruban, keadaan bersih dan tidak berketombe, tidak ada benjolan.
Mata : mata kiri dan kana simetris, konjungktiva tampak anemis, kelopak
tampak sayup, terdapat glaucoma pada kedua mata. Mulut : mukosa bibir
kering, tidak terdapat infeksi pada klenjar tonsil. Telinga : fungsi
pndengaran normal, tidak menggunakan alat bantu dngar Leher : tidak
terdapat nyeri tekan pada klenjar tiroid

4.1.2.1 Pemeriksaan thorak


I : tidak terdapat kelainan bentuk dada, pengembangan dada simetris
saat inspirasi dan ekspirasi
P : tidak terdapat nyeri tekan
P : sonor
A : suara paru normal (trakeal, bronkovesikuler, vesikuler)

4.1.2.2 Pemeriksaa kardiovaskuler


I : ics tidak tampak

P : tidak terdapat nyeri tekan atu pembesaran jantung

A : suara jantung normal

4.1.2.3 Pemeriksaan abdomen


I : simetris dan tidak terdapat lesi

P : tidak terdapat nyeri tekan

P : perkusi timpani

A : peristaltic usus 20 x/m


4.1.2.4 Pemeriksaan inguinal, genitalis, anus: Pasien sering buang air
kecil dan lebih sering dimalam hari

4.1.2.5 Pemeriksaan muskulokeletal: Pasien mengalami lemas lesu


sehingga aktivitasnya terbatas, sring mngalami kesemutan.

4.1.2.6 Pemeriksaan ekstrimitas :Terdapat luka pada tungkai kanan terasa


nyeri saat berjalan dan beraktivitas

4.1.2.7 Pemeriksaan neurologi: Pasien sadar penuh dengan nilai kesadaran


gcs 12 (composmentis)
4.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidaksetabilan glukosa darah b.d defisiensi insulin d.d
hiperglikemik
2) Gangguan intregritas kulit b.d neuropati d.d luka tak kunjung
sembuh
3) Perfusi perifer tidak adekuat b.d hiperglikemikk, neuropati d.d Hb
menurun bebas
4) Deficit nutrisi b.d retensi gluosa ke jaringan d.d polifagia
penurunan BB, lemas dan lesu
5) Gangguan mobilitas fisik b.d luka gangrene, suplai energi tidak
adekuat d.d nyeri saat berjalan, kelemahan otot
6) Gangguan pola tidur b.d polyuria d.d BAK pada malam hari
7) Gangguan presepsi sensorit b.d retinopati dd penurunan jarak
pandang
8) Harga diri rendah situasional b.d perubahan fungsi panas d.d
perubahan koping individu
9) Resiko intoleransi aktivitas b.d proses penyakit

4.3 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Prosedur dan persiapan Interpretasi
Gula darah puasa Puas mulai tengah malam Kriteria diagnostik untuk
(GDP) : 70 – 110 diabetes millitue > 140mg/dL
mg/dL plasmavena palni sedikit dal m 2x
pemeriksaan atau > 140 mg/dL
disertai gejala klasik
hiperglikemia atau CGT : 115 :
140 mg/dL
Gula darah 2 jam Gula darah diukur 2jam Digunakan untuk skrining atau
postprandial < 140 setelah makan berat atau 2 evaluasi pengobatan, bukan
mg/dL jam setelah mendapat 100 diagnostik
gr gula
Gula darah sewaktu : Digunakan untuk skrining bukan
140 mg/dL diagnostik
Tes intoleransi glukosa Puasa mulai tengah malam, Kriteria diagnotik unuk diabetes
oral (TTGO).GD < GDP diambil diberi 75 mg millitus , GDP : 140 mg/dL. Tapi
115mg/dL glukosa, sampel darah (dan gula darah 2 jam dan
urine) ditampung pada ½ 1, pemeriksaan lainya > 200 mg/dL
dan 2 jam kadang- dalam 2x pemeriksaan untuk 165
kadang pada2, 4, dan 5 jam GDP < 140 mg/dL 2 jam natara
berikut. 140-200 mg/dL dan pemeriksaan
untuk IGT : GDP < 140 mg/dL .
TTGO
dilakukan hanya pada pasien
yang bebas diit dan beraktivitaas
fisik 3 hari sebelum tes, tidak
dianjurkan pad (1) hiperglekimia
yang sedang puasa (2) orang
yang mendapat thiazide, dilantin
propanolol, lasix, tiroid,
estrogen,
pil KB, steroid (3) pasien yang
dirawat
Tes toleransi glukosa Sama untuk TTGO Dilakukan jika TTGO
intravena (TTGI) merupakan kontra indikasi
kelainan gaastrointestinal yang
mempengaruhi glukosa

Menurut Barbara (1995 : 9 ) dalam Fatimah (2025) pemeriksaan diagnostik untuk


penyakit diabetes millitus adalah :
Hasil Pemeriksaan Diagnostik Tn. S umur 48 tahun.

PEMERIKSAAN HASIL
HB 13 g/dl
HCT 33 %
SGOT 12 LVL
SGPT 14 LVL
GDP 255 mgdl
GDP 2 JP 375 mgdl
GDS 570 mgdl
HBA1C 7.2 %
CHOLETEROL TOTAL 340 mgdl
TRIGLISERIDA 140 mgdl
UREUM 114 mgdl
KREATIN 10 Gdl

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatimah tahun 2015 (Volume 4 (5)
dengan judul Diabetes Militus 2 menjelaskan bahwa keluhan dan gejala yang khas
ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah
puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2
jam setelah beban glukosa. Sekurang- kurangnya diperlukan kadar glukosa
darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan
pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat .

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji


diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring. Pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa
darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
standar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolic dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah ( hiperglikemia) yang
terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
 Latihan jasmani merupakan salah-satu dari empat pilar utama
penatalaksanaan diabetes mellitus.
 Senam diabetes bermanfaat untuk mengontrol Dakar gula darah,
mencegah terjadinya komplikasi lanjut ke jantung, menurunkan berat
badan, menurunkankebutuhan akan pemakaian terhadap obat oral atau
insulin dan mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi yang
mempunyai riwayat keluarga dengan DM.
 Individu yang dapat melakukan senam diabetes adalah individu
dengan kadar glukosa darah kurang dari 250 mg/dl, tidak ada gejala
retinopati, neuropati, atau nefropati, tidak ada masalah kardiovaskuler
seperti angina, emboli atau aneurisma.

5.2 Saran
 Sebelum melakukan senam diabetes, dianjurkan untuk mengukur
kadar darah, tekanan darah, minuman dan makanan kecil karena bisa
saja terjadi hipoglikemia pada saat melakukan senam.
 Perawat harus berperan aktif dalam promosi kesehatan tentang DM
dan memotivasi serta mengajak pasien DM untuk melakukan senam
diabetes sesuai kondisi pasien.
 Perawat diharapkan dapat memberikan arahan dan anjuran kepada
penderita diabetes mellitus tipe 2 untuk dapat melakukan pemeriksaan
gula darah secara rutin dengan melakukan secara mandiri ataupun
dengan memeriksakan gula darah di pelayanan kesehatan seperti
puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP BPJS
yang melayani kesehatan pada promotif dan preventif mengenai gula
darah dimana pelayanan bersifat gratis sehingga penderita diabetes
tipe2 dapat memonitoring gula darahnya secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Federation, I. D. 2019. “IDF DIABETES ATLAS Ninth Edition 2019.”


www.diabetesatlas.org.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. “LAPORAN NASIONAL RISKESDAS.”

Mansjoer , A. S., Wardani, W. I., & Setiowulan, W. 2012. Kapita Selekta


Kedokteran. Jakarta: EGC.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan, Diagnostik Dan Indikator


Diagnostik , Standar Luaran Keperawatan, Definisi Dan Kriteria Hasil,
Standar Intervensi Keperawatan, Definisi Dan Tidakan Keperawatan Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

Smeltzer, S.C dan B, G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Tarwoto, Wartono, Taufiq I. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan


Sistem Endokrin. Jakarta: CV. Trans Info media.

Anda mungkin juga menyukai