Anda di halaman 1dari 1

Dadang Trisasongko

Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia

B
uku ini terbit pada waktu yang sangat tepat. Selama ini,
melalui media, orang awam hanya memahami KPK dari
sepak-terjangnya menangkap dan menyeret koruptor ke
bui. Sementara sebagian kaum terdidik dan pemegang kekuasaan
justru sedang sibuk memutarbalikkan informasi tentang kerja dan
kinerja KPK hanya untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Saya menduga, buku ini lahir dari sejumlah orang di dalam maupun di luar KPK yang senan-
tiasa gelisah dengan perkembangan gerakan pemberantasan korupsi akhir-akhir ini. Apa
gerangan yang digelisahkan? Kegelisahan muncul karena begitu rendahnya kesadaran banyak
orang tentang pentingnya mencegah korupsi di negeri ini, yaitu dengan memperbaiki orang dan
sistemnya sekaligus. Defisit kesadaran dan kemauan itu bak wabah penyakit yang menyebar
di kalangan mereka yang seharusnya dengan kekuasaannya bisa mengambil peran penting
untuk mencegah korupsi. Selama sepuluh tahun lebih kita memiliki dan mengimplementasi-
kan Strategi Nasional Pemberantasan/Pencegahan Korupsi, tetapi sayang efektivitasnya tak
mampu menandingi tingginya sikap ketidakpedulian, keengganan, penolakan dan basa-basi
politik pencitraan anti-korupsi. Kegelisahan berikutnya adalah justru karena banyak politisi
dan pejabat publik yang belakangan meminta KPK fokus saja pada pencegahan korupsi. Sep-
intas pernyataan mereka itu kelihatan mulia karena peduli pada akar masalah korupsi di neg-
eri ini. Jangan buru-buru mengambil kesimpulan. Saya melihat ada udang di balik batu. Coba
cermati lebih jeli lagi apa yang sesungguhnya mereka inginkan? Mereka bukannya tidak tahu
sepak-terjang KPK dalam pencegahan korupsi selama ini. Yang mereka inginkan sederhana
saja: KPK jangan melakukan penindakan hukum. Apalagi dengan gelar operasi tangkap tangan
(OTT) sangat masif belakangan ini. Kira-kira seperti itulah maksud dan keinginan mereka da-
lam pencegahan korupsi. Kalau ada yang tersadap pembicaraan transaksi suapnya, maka KPK
yang harus memberitahu mereka agar mengurungkan niatnya. Seolah korupsi itu bukan keja-
hatan serius. Mungkin dianggap semacam pelanggaran lalu-lintas. Seolah tidak ada niat yang
sangat jahat di otak para koruptor. Korupsi mungkin saja tidak dianggap sebagai kejahatan
serius yang dilakukan oleh orang yang berkuasa dan berdampak luas kepada masyarakat.
Sembari terus mengapresiasi dedikasi, integritas dan persistensi mereka yang bekerja
tanpa lelah dan takut di jalan sunyi pemberantasan korupsi. Membaca buku ini akan mem-
berikan gambaran yang sangat jelas bahwa pada akhirnya yang paling bertanggung jawab
untuk mencegah korupsi adalah mereka yang duduk di eksekutif. Merekalah yang bisa mem-
buat regulasi dan kebijakan, merekalah yang mengatur keuangan negara, merekalah yang
bertanggung jawab atas segenap aparatur pemerintahan. KPK boleh jungkir-balik mendorong
dan mengarahkan pembangunan sistem pencegahan korupsi, tetapi pada akhirnya keputusan
untuk berubah ke arah yang lebih baik ada di tangan pemerintah. Itulah mengapa tanggung
jawab terbesar atas naik-turunnya skor Corruption Perception Index (CPI) ada di pundak pe-
merintah.

Anda mungkin juga menyukai