Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TRADISI NGABEKTEN KERATON YOGYAKARTA


“Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir ujian semester mata kuliah “SENI, BUDAYA

DAN KEPARIWISATAAN”

Disusun Oleh:
PERONIKA BR KABAN 120709066

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI (S-1)


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izinnya lah
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak dosen yang telah memberi arahan dan sarannya, sehingga saya dapat
menyelesaikan dan memberikan makalah ini dengan tepat waktu. Walaupun makalah ini
kurang sempurna, saya berharap masih ada manfaatnya bagi pembaca. Terimakasih saya
ucapkan kepada semuanya.

Medan, 1 juli 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENGERTIAN NGABEKTEN............................................................................. 1
BAB II SYARAT DAN TAHAPAN UPACARA NGABEKTEN.................................... 3
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 9
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................10
BAB V DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB 1
PENGERTIAN NGABEKTEN

Tradisi ngabekten atau sungkeman sampai sekarang masih dilaksanakan di rumah-rumah


keluarga Jawa pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat anak-anak melaksanakan
upacara peralihan (tetesan, tarapan, supitan, perkawinan dan sebagainya) dan pada saat hari
Lebaran.Demikian pula di Kraton Yogyakarta.

Pada saat Lebaran, Kraton Yogyakarta melaksanakan tradisi ngabekten atau sungkeman
selama dua hari. Lebaran hari pertama ngabekti atau sungkeman untuk kakung yaitu para
abdi dalem dari pangkat bekel enom sampai dengan pangkat pangeran sentana, para
pangeran dan para kerabat dekat Sultan dari cucu sampai dengan canggah yang laki-laki serta
para suami cucu sampai dengan canggah perempuan Sultan dan para duda cucu sampai
dengan canggah perempuan Sultan yang belum kawin lagi. Pelaksanaan ngabekti atau
sungkeman tersebut dilaksanakan setelah selesai melaksanakan sembahyang Idul Fitri, di
Bangsal dan Tratag Bangsal Kencana tetapi saatnya berbeda-beda. Sedang Lebaran hari
kedua untuk putri yaitu permaisuri, para saudara perempuan dan anak perempuan Sultan yang
belum kawin, para janda Sultan terdahulu yang belum kawin lagi, para istri pangeran, para
janda pangeran yang belum kawin lagi, para abdi dalemkeparak dari pangkat bekel enom
sampai pangkat bupati anom, para istri abdi dalem bupati, para janda abdi dalem bupati yang
belum kawin lagi, para kerabat dekat Sultan dari cucu sampai dengan canggah yang
perempuan serta para istri cucu sampai dengan canggah laki-laki sultan dan para janda cucu
sampai dengan canggah laki-laki sultan yang belum kawin lagi. Pelaksanaan ngabekti atau
sungkeman di Tratag Bangsa Prabayeksa, pada pukul 09.00, tetapi saatnya berbeda-beda
antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Dalam saat ngabekten atau sungkeman di kraton, mereka yang ngabekti, baik laki-laki
maupun perempuan mengenakan pakaian Jawa menurut peraturan yang telah ditentukan
dalam buku “Pranatan Pasowanan / Parakan Ngabekten” yang dikeluarkan oleh Kawedanan
Hageng Sriwandana Karaton Ngayogyakarta, sebulan sebelum hari H. Pembagian buku
tersebut lewat lurahnya mereka masing-masing.

Tradisi ngabekten atau sungkeman ini merupakan wujud bakti yang paling kuat melekat pada
masyarakat kita, khususnya etnis Jawa sehingga tidak luntur selama masih ada yang tua dan
dihormati.Ngabekti atau sungkem di Kraton Yogyakarta mengalami perubahan-perubahan
dalam hal waktu pelaksanaan, pakaian dan teknis pelaksanaan.

BAB II
SYARAT DAN TAHAPAN DALAM TRADISI NGABEKTEN
Dalam masyarakat jawa, Ngabekten dilakukan pada saat dilaksanakan upacara lingkaran hidup,
misalnya tetesan,supitan,terapan,upacara perkawinan dan saat hari raya lebaran. Maksud dari
penyelenggaraan tradisi ngabekten adalah sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada
sri sultan sebagai junjungan mereka, yang telah memberi rezeky dan pengayoman selama mereka
mengabdi di kraton selain itu, tradisi ngebekten kraton yogyakarta juga dimaksudkan untuk
meminta maaf kepada junjungan atas segala kesalahannya, baik yang disengaja, maupun tidak
disengaja. Tradisi ngebekten juga diselenggarakan dengan maksud untuk memohon doa restu orang
tua supaya tidak mendapat halangan dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Tradisi ngabekten dikraton ada perbedaan antara zaman dahulu dengan sekarang. Pada zaman
dahulu, tradisi ngabekten pernah diadakan selama satu minggu berturut-turut, kemudian menjadi
tiga hari berturut-turut dan terakhir,sampai saat ini hanya diadakan selama dua hari berturut-turut,
yaitu pada bulan syawal tepatnya tanggal 1 dan 2 syawal. Tanggal 1 untuk kaum laki-laki,dan tanggal
2 untuk kaum wanita dan Abdidalem reh Kawedanan Kapangulon dan abdidalem reh Kawedanan
Hageng Sriwandawa bagian puralaya.
Dalam pelaksanaan tradisi ngabekten, waktunya dibagi menjadi beberapa kelompok. Pada tanggal 1
syawal untuk kelompok laki-laki, kelompok pertama dimulai pada pagi hari jam 09.00 setelah selesai
sholat Idul Fitri Kelompok pertama terdiri dari:
 para pangeran
 sebagai putra sultan yang telah dewasa tetapi belum diangkat menjadi pangeran
 para menantu atau suami putri sultan yang berpangkat kanjeng pangeran harya dan belum
lagi
 para abdidalem bupati sampai dengan abdidalem yang berpangkat kanjeng pangeran harya.
Kelompok kedua dimulai jam 13.00 kelompok kedua ini terdiri dari:
 para abdidalem yang berpangkat bekel enom sampai dengan abdidalem yang berpangkat
kelompok ketiga dimulai dari jam 15.00 kelompok ketiga terdiri dari:
 para putra sultan yang belum dewasa
 para cucu sampai canggah laki-laki sultan
 para suami cucu sampai canggah perempuan sultan
 para duda dari cucu sampai dengan duda dari canggah sultan yang belum kawin lagi

tradisi ngabekten pada tanggal 2 syawal untuk kaum wanita, namun ada sekelompok yang terdiri
dari kaum laki-laki. Pelaksanaan tradisi ngabekten pada tanggal 2 syawal jugak dibagi menjadi 3
kelompok,yaitu:
kelompok pertama dimulai dari jam 09.00 kelompok pertama ini terdiri dari:
 prameswari
 para putri sultan yang belum kawin
 para janda sultan yang belom kawin lagi
 para istri pangeran
 para janda pangeran yang belom kawin lagi
 para cucu perempuan sultan
 para istri cucu laki-laki sultan
 para janda dari cucu laki-laki sultan yang belom kawin lagi
 para istri abdidalem bupati sampai dengan para istri kanjeng pangeran harya
 para janda dari abdidalem bupati sampai dengan para istri kanjeng harya dan para janda dari
pangeran harya yang belom kawin lagi
 Abdidalem putri yang berpangkat bupati dari daerah
Kelompok dua dimulai jam 13.00 yang terdiri dari:
 Para abdidalem keparak yang berpangkat bekel enom sampai dengan yang berpangkat riya
bupati enom
 Para cicit sampai dengan para canggah perempuan sultan
 Para istri cicit sampai dengam para istri canggah laki-laki sultan
 Para janda dari cicit sampai dengan para janda dari canggah laki-laki sultan yang
belum/tidak kawin lagi
Kelompok ketiga terdiri dari:
 Para abdidalem Kawedanan Kapangulon
 Para abdidalem reh Kawedanan Hangeng Sriwandawa bagian puralaya, misalnya: abdidalem
kaji rolasan,abdidalem suronoto, dan abdidalem juru kunci makan kerabat kraton.
Mereka mulai ngabekti pada jam 20.00 WIB. Waktu tersebut harus tepat, terlebih kalau sri sultan
telah duduk mereka tidak boleh menyusul, kecuali mereka yang sedang mendapat tugas mengawal
gunungan.

Tempat Pelaksanaan Tradisi Ngabekten:


Pada tanggal 1 syawal, tradisi ngabekten diadakan dibangsal dan tratag bangsal kencana, kecuali
kelompok ketiga, pelaksanaannya di bagsal dan tratag bangsal proboyeksa kurang lebih satu bulan
sebelum pelaksanaannya, Kawedanan Hageng Sriwandawa kraton yogyakarta mengeluarkan buku
berjudul:”Pranatan Pasowanan/Parakan Ngabekten”yang berisi peraturan ngabekten pada bulan
syawal.
Buku tersebut dibuat setiap tahunnya dan disebarluaskan sebagai buku panduan pelaksanaan
ngabekten. Urutan duduk dalam tradisi ngabekten juga sudah di atur.urutan duduk dimulai dari
kerabat yang paling dekat dengan sultan busana yang digunakan dalm tradisi ngabekten busana
yang dikenakan dalam tradisi ngabekten sudah ada aturannya.baik untuk laki-laki maupun
wanita.ketika masa pemerintahan Sri Hamengkubuwono V111,semua berpakain kebesaran,misalnya
untuk laki-laki menggunakan kain kampuh,bercelana panjang putih,berkuluk biru tidak berbaju dan
tidak memakai sandal,busana untuk abdi dalem bupati hanya kuluknya saja putih,sedangkan
wanitanya menggunakan tidak berbaju dan tidak bersandal.
Setelah zaman jepang,dalam pemerintahan dalam pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono V111,
semua berpakaian kebesaran, misalnya untuk laki-laki mengenakan kain kampuh,bercelana panjang
putih, berkuluk biru,tidak berbaju dan tidak bersandal. Busana untuk abdidalem bupati hanya
kuluknya yang putih, sedangkan wanitanya mengenakan kampuh,tidak berbaju dan tidak bersandal.
Setelah zaman jepang, dalam pemerintahan sri sultan Hamengku Buwono IX, pakaian kebesaran
tidak digunakan lagi. Hanya berpakaian biasa tetapi harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
misalnya menggunakan kebaya warna warni tetapi tidak menggunakan kuthubaru, ada yang
mengenakan peranakan,atela dan lain-lain,sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Larangan Selama Ngabekten


Dalam pelaksanaan tradisi ngabekten Kraton Yogyakarta terdapat larangan-larangan yang harus
dipatuhi antara lain:
1. Pakaian yang digunakan tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang ditulis dalam buku
pranatan
2. Kalau sri sultan telah hadir dalam pelaksanaan ngabekten, yang datang terlambat dilarang
menyusul kecuali abdidalem penghulu diperbolehkan menyusul
3. Mundur dan majunya yang akan ngabekti harus menunggu perintah dari sri sultan. Kalau ada
yang mundur sebelum selesai tidak diperbolehkan kembali lagi.
4. Selama sowan/marak tidak diperbolahkan membaca,berkata keras-keras menunjuk kearah
sesuatu (jawa=nuding) terlebih kalau sultan telah hadir.
5. Pada saat ngbekti tidak boleh menyandang senjata tajam
6. Harus urut satu persatu dan rapi sesuai dengan urutan dan peraturan

Demikian tradisi ngabekten Kraton Yogyakarta yang merupakan tradisi kraton hingga saat ini terus
dilestarikan Sumber : Maharkesti. 2000. Tradisi Ngabekten Kraton Yogyakarta Dalam Putra-Widya
Nomor 1 Mei 2000. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta,Direktorat Jendral
Kebudayaan Daprtemen Pendidikan Nasional
BAB III
PENUTUP

Tradisi ngabekten atau sungkeman sampai sekarang masih dilaksanakan di rumah-rumah


keluarga Jawa pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat anak-anak melaksanakan
upacara peralihan (tetesan, tarapan, supitan, perkawinan dan sebagainya) dan pada saat hari
Lebaran.Demikian pula di Kraton Yogyakarta.

Pada saat Lebaran, Kraton Yogyakarta melaksanakan tradisi ngabekten atau sungkeman
selama dua hari. Lebaran hari pertama ngabekti atau sungkeman untuk kakung yaitu para
abdi dalem dari pangkat bekel enom sampai dengan pangkat pangeran sentana, para
pangeran dan para kerabat dekat Sultan dari cucu sampai dengan canggah yang laki-laki serta
para suami cucu sampai dengan canggah perempuan Sultan dan para duda cucu sampai
dengan canggah perempuan Sultan yang belum kawin lagi. Pelaksanaan ngabekti atau
sungkeman tersebut dilaksanakan setelah selesai melaksanakan sembahyang Idul Fitri, di
Bangsal dan Tratag Bangsal Kencana tetapi saatnya berbeda-beda. Sedang Lebaran hari
kedua untuk putri yaitu permaisuri, para saudara perempuan dan anak perempuan Sultan yang
belum kawin, para janda Sultan terdahulu yang belum kawin lagi, para istri pangeran, para
janda pangeran yang belum kawin lagi, para abdi dalemkeparak dari pangkat bekel enom
sampai pangkat bupati anom, para istri abdi dalem bupati, para janda abdi dalem bupati yang
belum kawin lagi, para kerabat dekat Sultan dari cucu sampai dengan canggah yang
perempuan serta para istri cucu sampai dengan canggah laki-laki sultan dan para janda cucu
sampai dengan canggah laki-laki sultan yang belum kawin lagi. Pelaksanaan ngabekti atau
sungkeman di Tratag Bangsa Prabayeksa, pada pukul 09.00, tetapi saatnya berbeda-beda
antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
BAB 1V
KESIMPULAN
Dalam masyarakat jawa,tradisi ngabekten dilakukan pada saat upacara lingkaran
hidup,misalnya tetesan,supitan,tarapan,upacara perkawinan dan saat hari raya lebaran.maksud
dari upacara tradisi ngabekten adalah sebagai ungkapan rasa hormat dan rasa terima kasih
kepada Sri Sultan sebagai junjungan mereka yang telah memberi rezeki dan pengayoman
selama mereka mengabdi dikeraton.selain itu,tradisi ngabekten yogyakarta juga dimaksudkan
untuk meminta maaf kepada junjungan atas segala kesalahannya,baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja.tradisi ngabekten juga diselenggarakan dengan maksud untuk memohon
doa restu orang tua supaya tidak mendapat halangan dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://krjogja.com/photos/9c560226ec5b33513ece8426b368c327.jpg
/http://krjogja.com/photos/Bekti2.jpg

Anda mungkin juga menyukai