Hiperlipidemia Makalah Farkot 1B Kelompok 2 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia Makalah Farkot 1B Kelompok 2 Hiperlipidemia
HIPERLIPIDEMIA
Disusun oleh:
Kelompok 2 - Kelas B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hiperlipidemia”. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Farmakoterapi 1, yaitu Dra. Azizahwati., M.Si.Apt. serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakoterapi 1 serta untuk memberikan informasi dan penjelasan mengenai penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan hiperlipidemia. Harapan kami dengan adanya makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Hiperlipidemia bagi para
pembaca. Kami berharap makalah ini dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari dan
menjadi rujukan untuk dipelajari di kemudian hari.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penulisan 6
BAB II ISI 8
2.1 Lipoprotein dan Macam-Macam Lipoprotein 8
2.2 Apolipoprotein dan Macam-Macam Apolipoprotein 10
2.3 Metabolisme dan Transportasi dari Lipoprotein dan Kolesterol 11
2.4 Definisi Hiperlipidemia 15
2.5 Klasifikasi Hiperlipidemia 16
2.6 Faktor yang Dapat Menyebabkan Peningkatan Kadar Lipid 22
2.7 Penyakit yang Berhubungan dengan Hiperlipidemia 23
2.8 Pemeriksaan Laboratorium untuk Mengetahui Penyakit yang Terkait Peningkatan
Kadar Lipid 33
2.9 Algoritma Terapi Hiperlipidemia 36
2. 10 Golongan Obat untuk Pengobatan Hiperlipidemia 38
2.10.1 HMG CoA reductase inhibitors (Statin) 38
2.10.2Fibrat 40
2.10.3 Niacin 42
2.10.4 Bile acid–binding resins 43
2.10.5 Cholesterol absorption inhibitor 44
2.10.6 Omega-3 fatty acids 46
2.10.7 Terapi Kombinasi 46
2.10 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Pasien dalam Penatalaksanaan Hiperlipidemia 47
BAB III PENUTUP 49
3.1 Kesimpulan 49
3.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 51
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
6) Mengetahui informasi terkait penyakit dan obat yang harus diinformasikan kepada
pasien atau care giver.
7
BAB II
ISI
8
Secara umum, lipoprotein terbagi menjadi 5 jenis, yaitu kilomikron, VLDL, LDL,
HDL, dan asam lemak bebas yang berikatan dengan albumin. Perbedaannya dapat
terlihat dari jenis lipid terbanyak dikandung masing-masing lipoprotein.
• Kilomikron dan VLDL → komponen lipid terbanyak adalah triasilgliserol
• LDL dan HDL → komponen lipid terbanyak adalah kolesterol
Sedangkan, asam lemak adalah komponen yang dihasilkan saat terjadi lipolysis
triasilgliserol (terutama di jaringan adiposa). Lipolisis akan menghasilkan banyak
asam lemak bebas beredar di sirkulasi darah, terutama pada penderita diabetes
(ketiadaan insulin akan menyebabkan glucagon bekerja tidak hanya memecah
glikogen, tapi juga memecah triasilgliserol di jaringan adiposa menjadi asam lemak
bebas).
Table 1. Berbagai Jenis Lipoprotein dan Komposisinya.
9
2.2 Apolipoprotein dan Macam-Macam Apolipoprotein
Apolipoprotein memiliki komposisi protein lebih banyak dibandingkan protein pada
lipoprotein. Apolipoprotein adalah protein penyusun lipoprotein yang membentuk hampir
70% dari sebagian HDL dan hanya 1% kilomikron, sifatnya integral dan sebagian tidak dapat
dikeluarkan dan sebagian dapat berpindah ke lipoprotein lain. Apolipoprotein C-II
mengaktifkan lipoprotein lipase LPL di endotel seluler dan hati untuk membentuk sisa
kilomikron. Membentuk struktur lipoproterin (apo B). Kofaktor enzim (C-II kofaktor
lipoprotein lipase, AI sebagai kofaktor lesitin). Inhibitor enzim (A-II dan apo C-III inhibitor
lipoprotein lipase, CI inhibitor kolesteriil ester yang mentransfer protein). Sebagai ligan (apo
B-100 dan apo E berinteraksi dengan resptor LDL, apo E berinteraksi dengan protein terkait
reseptor 1 LDL (RLP-1), apo AI berinteraksi dengan HDL.
Table 2. Berbagai Jenis Apolipoprotein
10
• Apolipoprotein B-48 → merupakan 48% dari Apo-B 100, berfungsi untuk sekresi
kilomikron dari usus halus
• Apolipoprotein C-I → merupakan kofaktor enzim LCAT (lecithin-cholesterol
acyltransferase), dan menghambat uptake kilomikron dan VLDL remnan oleh hati.
• Apolipoprotein C-II → aktivasi kerja LPL (lipoprotein lipase)
• Apolipoprotein C-III → menghambat kerja LPL (lipoprotein lipase), bekerja
bergantian dengan Apo C-II.
11
2) Setelah dari pembuluh limpa, akan terbentuk remnan kilomikron
(kilomikron yang belum sempurna), yang terdiri atas triasilgliserol dan
kolesterol dengan bantuan Apo-B48 dan Apo-A.
3) Dalam sirkulasi darah, kilomikron remnan akan mendapat tambahan Apo-
E dan Apo-C dari HDL sehingga membentuk kilomikron yang sempurna
4) Ketika mendekati jaringan ekstrahepatik, adanya Apo-C-II akan
mengaktivasi enzim LPL → memecah lemak menjadi asam lemak bebas
dan gliserol
5) Asam lemak (trigliserida) akan diambil menuju jaringan ekstrahepatik
(semua jaringan selain hati dan usus), khususnya jaringan adiposa.
6) Sisa kolomikron (triasilgliserol, kolesterol, Apo-E, Apo-B48) dibawa
menuju hati, dimana triasilgliserol dan kolesterol akan masuk kembali
kedalam hepar dengan berikatan pada LRP (LDL-receptor-related
protein), sedangkan Apo-B dan Apo-E akan berikatan pada reseptornya.
7) Di dalam hati, triasilgliserol diuraikan menjadi gliserol dan asam lemak.
Asam lemak akan disintesis kembali menjadi triasilgliserol kembali.
12
Gambar 3. Metabolisme VLDL dan LDL
13
2.3.3. Metabolisme HDL
14
4) HDL3 akan menerima kolesterol dari jaringan melalui reseptor SR-B1 (class B
scavenger receptor B1) dan kolesterol
kemudian diesterifikasi oleh LCAT, yang memperbesar ukuran partikel untuk
membentuk HDL2 yang kurang padat.
5) HDL3 kemudian terbentuk kembali, setelah penyaluran selektif ester kolesteril
ke hati melalui SR-B1 atau melalui
hidrolisis triasilgliserol dan fosfolipid HDL2 oleh lipase hati dan lipase endotel.
6) Apo A-I bebas dihasilkan oleh proses ini dan membentuk pre HDL-β setelah
berikatan dengan fosfolipid dan kolesterol dalam jumlah yang minimal. Jika
terdapat kelebihan apo A-1, apo A-1 akan dihancurkan di ginjal.
7) PreHDL-β mampu memicu pengeluaran kolesterol dari jaringan untuk
membentuk HDL diskoid yang selanjutnya akan mengambil lebih banyak lagi
kolesterol untuk membentuk HDL3 dengan dibantu oleh ABCA1 dan ABCG1.
ABCA1 berfungsi untuk efluks kolesterol dari jaringan ke partikel yang kurang
memiliki lipid, seperti prae β-HDL. ABCG1 memediasi perpindahan kolesterol
dari dalam sel ke HDL.
Non-HDL-C
<130 Diinginkan
130-159 Di atas diinginkan
15
160-189 Batas tinggi
190-219 Tinggi
≥220 Sangat tinggi
HDL-C
<40 Rendah (Pertimbangkan <50 mg/dL sebagai rendah untuk
perempuan)
>60 Tinggi (diinginkan)
LDL-C
<70 Optimal untuk risiko yang sangat tinggi
<100 Diinginkan
100-129 Di atas diinginkan
130-159 Batas tinggi
160-189 Tinggi
≥190 Sangat tinggi
Trigliserida
<150 Normal
150-199 Batas tinggi
200-499 Tinggi
≥500 Sangat tinggi
16
Table 4. Tipe-Tipe Hiperlipidemia Primer (Lippincott, 2015)
Tipe Penjelasan
17
• Relatif umum
• Pengobatan: Diet. Terapi obat mirip dengan tipe
IIA.
18
secara drastis
• Penyebabnya yaitu adanya peningkatan produksi
atau penurunan klirens VLDL dan kilomikron.
Biasanya, ini merupakan kelainan genetic.
• Paling sering terjadi pada orang dewasa yang
mengalami obesitas diabetes
• Pengobatan: Diet. Jika dibutuhkan, terapi obat
termasuk niasin, dan / atau fenofibrate, atau statin.
b. Hiperlipidemia Sekunder
Hiperlipidemia sekunder adalah hiperlipidemia yang terjadi akibat suatu
penyakit lain, pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi, maupun pola hidup yang
tidak sehat. Pada umumnya, pengobatan penyakit utamanya akan memperbaiki
dislipidemia yang ada.
Contoh hiperlipidemia sekunder, yaitu hiperlipidemia yang terjadi akibat
pasien menderita diabetes melitus. Kerja utama insulin dalam jaringan adiposa
adalah menghambat aktivitas lipase-sensitive hormon. Sehingga, kekurangan
insulin akan mengaktivasi lipase-sensitive hormon dan memecah trigliserida dari
jaringan adiposa sehingga meningkatkan pelepasan asam lemak menuju peredaran
darah dan dibawa ke hati. Di hati, asam lemak akan dioksidasi menjadi asetil-KoA
dan akan dibentuk TG dan kolesterol. Tingginya kolesterol juga dapat disebabkan
oleh adanya makanan yang mengandung tinggi kolesterol.
Contoh lain yaitu, pada pasien yang mengalami hiperlipidemia karena
menggunakan KB (estrogen, progesteron). Hormon-hormon lain (epinefrin dan
norepinefrin/ hormon adrenal, glukagon, adrenokortikotropik/ ACTH, MSH,
vasopresin, TSH, GH) juga dapat mengaktivasi lipase-sensitive hormon.
Sedangkan, estrogen memiliki aktivitas memodulasi hormon adrenalin (epinefrin,
norepinefrin). Sehingga, penggunaan pil KB juga dapat menyebabkan
peningkatan TG dan kolesterol.
19
Table 5. Penyebab Sekunder Dislipidemia (Goodman, 2018)
Diabetes Melitus +
Sindrom Nefrotik + +
Kehamilan + +
Hipotiroidisme + +
Sindrom Metabolik +
Infeksi HIV + +
Gangguan Autoimun + +
Terapi Obat
Estrogen oral +
20
Beberapa progestin +
Glukokortikoid + +
Obat imunosupresif + +
Diuretik tiazid + +
Steroid anabolic +
Tiazolidindion +
Rosiglitazon +
Amiodaron +
Danazol +
Isotretinoin +
Tamoxifen +
Raloxifen +
21
Interferon +
Protease inhibitor +
L-asparaginase +
Siklofosfamid +
22
Pasien DM tipe 1 pada umumnya tidak akan mengalami hiperlipidemia jika
dalam kontrol glikemik yang baik. Pasien DM tipe 2 akan mempunyai kadar
abnormalitas lipid dengan ditandai peningkatan plasma trigliserida,
peningkatan LDL dan penurunan HDL. Penyakit tiroid seperti hipotiroidisme
berhubungan dengan penigkatan plasma kolesterol LDL terutama karena
penurunan fungsi resptor LDL hepar.
• Obat – obatan
Terapi yang digunakan saat ini untuk pasien dislipidemia adalah golongan
resin pengikat asam empedu, asam nikotinik, penghambat enzim HMG CoA
reduktase atau statin, asam fibrat, penghambat absorpsi kolesterol di usus dan
obat kombinasi. Obat golongan resin pengikat asam empedu dapat
menurunkan kadar LDL tetapi kadar HDL tetap atau naik sedikit, sedangkan
untuk pasien hipertrigliseridemia dapat terjadi peningkatan trigliserida, dan
penurun HDL.
• Gaya hidup
Aktivitas fisik seseorang dapat mempengaruhi parameter lipid terutama
penurunan kadar TG dan peningkatan kadar kolesterol HDL. Olahraga aerobik
dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20% dan meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL sampai 10%. Sedangkan, untuk kadar kolesterol LDL dan
kolesterol total tidak berpengaruh hanya dengan aktivitas fisik saja, oleh
karena itu perlu disertai dengan diet dan penurunan berat badan.18,19
Merokok juga merupakan salah satu faktor risiko dislipidemia, dengan
menghentikan kebiasaan merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol
HDL sebesar 5 – 10%.
23
Berikut merupakan proses terjadinya
aterosklerosis:
1. Aterosklerosis dimulai dengan migrasi
dan retensi LDL dan partikel lipoprotein
sisa ke dalam dinding pembuluh darah
2. Monosit berdiferensiasi menjadi
makrofag dan mengekspresikan reseptor
scavenger, memungkinkan peningkatan
penyerapan lipoprotein teroksidasi ini.
3. Makrofag terus menumpuk lipoprotein
dan akhirnya berkembang menjadi sel
busa yang sarat lipid.
4. Akumulasi sel busa mengarah pada
pembentukan inti yang kaya lipid, yang
menandai transisi ke plak aterosklerotik
yang lebih rumit.
5. Proses penuaan dapat menyebabkan
lipoprotein yang lebih rentan terhadap
oksidasi dan memiliki waktu menetap
yang lebih lama di kompartemen
pembuluh darah.
Mekanisme kontribusi hiperlipidemia untuk Gambar 5. Proses Terjadinya
Aterosklerosis
aterogenesis meliputi:
• Hiperlipidemia kronis, terutama hiperkolesterolemia, dapat secara
langsung merusak fungsi sel endotel dengan meningkatkan produksi
spesies oksigen reaktif lokal; Selain menyebabkan kerusakan membran
dan mitokondria, radikal bebas oksigen mempercepat peluruhan oksida
nitrat, meredam aktivitas vasodilatornya.
• Dengan hiperlipidemia kronis, lipoprotein menumpuk di dalam intima, di
mana lipoprotein dapat berkumpul atau teroksidasi oleh radikal bebas
yang diproduksi oleh sel inflamasi. LDL yang dimodifikasi tersebut
24
kemudian diakumulasikan oleh makrofag melalui berbagai reseptor
pemulung (berbeda dari reseptor LDL). Karena lipoprotein yang
dimodifikasi tidak dapat sepenuhnya terdegradasi, konsumsi kronis
menyebabkan pembentukan makrofag berisi lipid yang disebut sel busa;
sel otot polos juga dapat berubah menjadi sel busa sarat lipid dengan
menelan lipid yang dimodifikasi melalui protein terkait reseptor LDL.
• Tidak hanya lipoprotein yang dimodifikasi menjadi racun bagi sel endotel,
sel otot polos, dan makrofag, tetapi pengikatan dan penyerapannya juga
merangsang pelepasan faktor pertumbuhan, sitokin, dan kemokin yang
menciptakan lingkaran setan perekrutan dan aktivasi monosit.
Aterosklerosis dapat menyerang beberapa pembuluh arteri pada tubuh dan
dapat menyebabkan beberapa penyakit lain berdasarkan pembuluh arteri yang
terkena:
- Penyakit arteri karotis: dihasilkan dari ateroklerosis pada arteri yang
memasok darah ke otak dan ini merupakan penyebab utama dari stroke.
- Penyakit arteri coroner (CAD): disebut juga penyakit jantung coroner –
dihasilkan dari aterosklerosis pada arteri yang memberi oksigen ke jantung
dan dapat menyebabkan serangan jantung.
- Penyakit ginjal kronis (CKD): dapat dihasilkan dari aterosklerosis pada
pembuluh arteri ginjal dan dapat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal.
- Penyakit arteri perifer (PAD): biasanya mengarah pada aterosklerosis pada
pembuluh arteri di kaki dan merupajan penyebab utama amputasi dan
ulcer.
25
Gambar 6. Letak Pembuluh terkena Aterosklerosis dan Penyakit yang disebabkannya
b. Hipertensi
Aterosklerosis pada hipertensi disertai dengan proliferasi sel otot polos,
infiltrasi lipid ke dalam endotel vaskuler, dan peningkatan akumulasi kalsium
vaskuler.
Aterosklerosis yang sudah menahun dapat menyebabkan aliran darah ke
jantung akan terganggu, sehingga ventrikel kiri harus memompa lebih kuat
untuk menghasilkan cukup gaya untuk mendorong darah melewati sistem
vaskuler aterosklerotik yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik sehingga terjadi hipertensi.
c. Diabetes Melitus
Hubungan penyakit hiperlipidemia terhadap diabetes melitus yaitu dengan
adanya peningkatan kadar trigliserida menyebabkan peningkatan kadar asam
lemak bebas yang dapat menghasilkan resistensi insulin dan disfungsi sel β.
Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas mengganggu atau memodulasi
serangkaian peristiwa yang menghubungkan reseptor insulin dengan
transporter glukosa dan mengganggu fungsi normal sel β.
26
Selain itu, asam lemak bebas merupakan modulator inflamasi yang
penting. Oleh karena itu hipertrigliseridemia dapat menyebabkan inflamasi
subklinis yang kemudian menyebabkan resistensi insulin dan disfungsi sel β.
Baru-baru ini ditunjukkan bahwa HDL juga secara langsung dapat
mempengaruhi metabolisme glukosa . Dalam sebuah studi yang mengevaluasi
penghambat protein transfer kolesterester torcetrapib diamati bahwa
konsentrasi HDL-C yang lebih tinggi dikaitkan dengan lebih sedikit
hiperglikemia. Juga dibuktikan bahwa infus HDL rekombinan dapat
meningkatkan metabolisme glukosa pada pasien dengan diabetes tipe 2. Sejak
itu sejumlah penelitian telah mencoba untuk menjelaskan patofisiologi yang
mendasari dan beberapa mekanisme. HDL menginduksi efluks kolesterol dan
perubahan lingkungan lipid intraseluler dipercaya dapat mengurangi
peradangan mikro. Selain itu, sifat anti-inflamasi langsung dari HDL juga
berperan.
d. Fatty Liver
Adanya kondisi dislipidemia berupa hipertrigliseridemia, kolesterol
HDL rendah, dan kolesterol LDL tinggi. Terdapat dua hipotesis hubungan
hiperlipidemia dengan lemak hati yang disebut hipotesis ‘two hits’. Hit
pertama yaitu factor dari asupan makanan (peningkatan pengendpan asam
lemak di hati menyebabkan steatosis hati), obesitas (lipolisis lemak visceral
menyebabkan peningkatan pengiriman asam lemak ke hati), dan resistensi
insulin. Hit keduanya yaitu asam lemak jenuh yang mengaktifkan jalur Jun N
terminal kinase (JNK) yang akan menyebabkan lipotoksisitas dan juga asam
lemak berlebih dari lipolisis menyebabkan peningkatan oksidasi asam
sehingga terjadi disfungsi mitokondria yang mengakibatkan peningkatan
inflamasi dan metabolit toksik yang turunan-lipid. Hal ini menghasilkan sel
stelata hati menjadi miofibroblas (fibrosis hati) dan aktivasi sel Kupffer
melepaskan sitokin merusak hepatosit
27
Gambar 7. Patogenesis NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease)
28
Gambar 8. Spektrum NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease)
e. Kulit
Pada umumnya karena karena inflamasi kronis dan terkait mekanisme
yang melibatkan sekresi sitokin proinflamasi. Ada banyak spekulasi
mekanisme kaitan inflamasi dan dislipidemia, seperti modulasi aktivitas
enzimatik lipoprotein lipase (LPL) oleh antibodi anti-LPL dan berkurangnya
aktivitas LPL karena beragam sitokin proinflamasi seperti TNF-alfa,
Interleukin IL-1, IL-6, Interferon-gamma, dan monosit kemoatraktan protein-
1. Selanjutnya, kompleks aterogenik autoantibodi menjadi LDL teroksidasi
dan antikardiolipin teroksidasi dihasilkan sebagai respons terhadap efek
inflamasi oksidatif yang meningkatkan akumulasi LDL di dinding endotel.
29
Table 6. Kelainan Dermatologis terkait Dislipidemia
30
Gambar 9. Kelainan Kulit akibat Hiperlipidemia
f. Xanthoma
Xanthoma merupakan manifestasi kulit dari abnormalitas lipid. Terjadi
karena akumulasi makrofag mengandung lipid lipid-laden macrophages.
Mereka mungkin terkait dengan gangguan keluarga atau didapat yang
mengakibatkan hiperlipidemia, dengan neoplasma ganas lyphoproliferative,
atau tanpa gangguan yang mendasari. Deposit Xanthomas di ligamen dan
tendon, meskipun mereka juga dapat dideteksi di periosteum dan fasia.
Xantoma bidang adalah lesi makula atau sedikit meninggi yang dapat
terjadi di tempat mana pun, dan dapat mengenai area tubuh yang luas.
Xantoma bidang umum dapat menutupi sebagian besar wilayah tubuh,
termasuk wajah dan leher. Presentasi paling umum dari xanthoma planar
terjadi pada kelopak mata atau kulit periorbital sebagai plak kekuningan,
disebut sebagai xanthelasma. Berikut merupakan klasifikasi dari xanthoma:
• Tendinous
o Di tendon tangan dan tendo Achilles
• Tuberous
o Nodul kuning
o Hipertrigliseridemia
o Hiperkolesterolemia (tipe 2)
• Eruptive
o Papula kuning-jinnga,
o Terjadi pada hipertrigliseridemia dan diabetes yang tidak terkontrol
• Planar
o Lesi makula atau sedikit meninggi yang dapat terjadi di tempat
manapun, dan dapat mengenai area tubuh yang luas.
o Terjadi pada kelopak mata atau kulit periorbital sebagai plak
kekuningan, disebut sebagai xanthelasma.
31
o Perkembangan xanthoma pada lipatan telapak tangan biasa
disebut dengan xanthoma striatum palmare. Ini dikenal sebagai
tanda yang langka tapi penting dari hiperlipoproteinemia tipe III.
g. Mata
32
Berbeda dengan LK (Lipid keratopathy), deposisi lipid di arcus kornea
terjadi tanpa adanya peradangan atau kerusakan sel dan terutama ekstraseluler.
1) Cornal Arcus
Pada kornea mata seperti ada lingkaran putih. Hal ini dapat
disebabkan oleh kondisi hiperkolesterolemia dan hiperlipidemia familial.
2) Lipemia Retinalis
Pembuluh retina menjadi berwarna krem karena hamburan cahaya
oleh kilomikron yang sarat trigliserida. Kondisi ini tidak menyebabkan
gangguan penglihatan dan langka terjadi, dapat disebabkan oleh kondisi
hipertrigliseridemia.
33
kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, apolipoprotein, dan C-reactive protein
yang mengacu pada tabel berikut:
Table 7. Klasifikasi total LDL, HDL, dan Trigiliserida
Rumus Friedewald tidak dapat diaplikasikan pada kadar trigliserida >400 mg/dL,
dislipidemia Fredrickson tipe III, dan adanya fenotip Apo E2/2.
34
High-sensitivity reactive protein (hs-CRP) merupakan protein yang menunjukkan
tingkat inflamasi dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat memprediksi risiko relatif
penyakit kardiovaskuler. Adapun interpretasi hasil adalah sebagai berikut:
Table 8. Interpretasi Rumus Friedewald
35
2.9 Algoritma Terapi Hiperlipidemia
36
Gambar 15. Algoritma Terapi Berdasarkan Alur ATP III
37
Gambar 16. Algoritma Terapi Berdasarkan Alur ACC/AHA
38
Gambar 17. Mekanisme Statin
DRP:
39
• Pasien yang mengkonsumsi 80 mg statin dibanding 20 mg statin
menunjukkan myopati lebih banyak dan pada kelompok 80 mg
banyak yang mengalami rhabdomyolysis
• Karena banyak pasien yang menerima perawatan statin adalah
lansia dan / atau memiliki kondisi metabolisme komorbid, seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi atau diabetes melitus
• peningkatan risiko myopati (berdasarkan delapan kasus)
ditemukan ketika 80 mg simvastatin setiap hari digunakan dalam
kombinasi dengan amiodarone
• Verapamil dan diltiazem dapat menaikan konsentrasi plasma
simvastatin 4 kali
• Pada pasien dislipidemia peresepan bersama dengan fibrat dapat
menyebabkan miopati dan kecanduan
• Gemfibrozil terbukti meningkatkan konsentrasi plasma
simvastatin aktif
• penggunaan dengan fibrat dapat merusak fungsi hati, yang dapat
menyebabkan kadar plasma statin yang lebih tinggi, pasien
dengan gangguan fungsi hati tidak boleh menerima kombinasi
ini. Selain itu, gangguan ginjal ringan
• Obat statin-interaksi obat dengan warfarin menjadi perhatian
karena potensi efek antikoagulan yang berlebihan
• Antibiotik makrolida adalah inhibitor CYP3A4, dan eritromisin
dan klaritromisin telah dilaporkan meningkatkan AUC
simvastatin dan lovastatin
• Ritonavir tidak hanya penghambat kuat CYP3A4, dan
penghambat CYP2D6 di terapi tetapi tidak meningkatkan dosis
2.10.2 Fibrat
40
mengatur transkripsi gen dalam metabolisme lipid. Peroxisome
proliferator-activated receptor (PPARs) merupakan reseptor nuklear yang
meregulasi metabolisme lipid. PPARs digunakan sebagai faktor
transkripsi pada pengaktifan ligan (asam lemak atau eicosanoid) atau obat
antihiperlipidemik). Kemudian mengikat peroxisome proliferator yang
dapat mengurangi konsentrasi trigliserida dengan pengikatan ekspresi,
lipoprotein lipase dan pengurangan konsentrasi apolipoprotein CII. Fibrat
menurunkan regulasi gen apoC-III sehingga terjadi peningkatan
katabolisme trigliserida oleh lipoprotein lipase sehingga pembentukan
VLDL berkurang dan terjadi pembersihan kilomikron. Fibrat
meningkatkan regulasi gen apoA-I dan apoA-II sehingga meningkatnya
HDL
Dosis Obat:
- Fenofibrate (generic, Tricor, Antara, Lofibra) Oral: tablet 48, 50, 54,
107, 145, 60 mg; kapsul: 45, 50, 67, 100, 130, 134, 135 150, 200 mg
- Gemfibrozil (generic, Lopid) Oral: tablet 600 mg
DRP:
41
• Fibrat dapat menyebabkan sindrom menyerupai miositis, terutama
apabila fungsi ginjal pasien terganggu.
• Fibrat harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit
saluran empedu karena dapat terjadi peningkatan ringan risiko batu
empedu kolesterol, yang mencerminkan meningkatnya kandungan
kolesterol empedu.
• Risiko miopati meningkat jika fibrat diberikan bersama inhibitor
reduktase
• Tidak untuk pasien dengan penyakit pada kantong empedu, disfungsi
ginjal, atau disfungsi hati
• Gemfibrosil dan statin tidak boleh digunakan secara bersamaan.
• Kombinasi fibrat dengan statin meningkatkan risiko efek pada otot
(terutama rabdomiolisis), digunakan dengan hati-hati dan dilakukan
pemantauan fungsi ginjal dan kreatinin kinase.
2.10.3 Niacin
Dosis Obat:
Oral: tablet 100, 250, 500, 1000 mg; extended-release (Niaspan): 500, 750,
1000 mg
DRP:
42
• Vasodilatasi kulit yang tidak berbahaya dan sensasi kehangatan
setelah setiap dosis ketika niasin dimulai atau dosisnya meningkat.
Efek samping lain yang dapat timbul diantaranya: pruritus, ruam,
kulit kering atau selaput lendir, dan acanthosis nigricans
• Mual dan ketidaknyamanan di perut
• Niasin harus dihindari pada pasien dengan penyakit peptik yang
signifikan
• Peningkatan aminotransferase 2 kali normal → toksisitas hati
• Niasin dapat diberikan kepada penderita diabetes yang menerima
insulin dan beberapa agen oral tetapi dapat meningkatkan resistensi
insulin
• Hiperurisemia terjadi pada beberapa pasien dan dapat
menyebabkan gout
• Allopurinol dapat diberikan bersama niasin jika diperlukan.
• Makrositosis sel darah merah dapat terjadi dan bukan merupakan
indikasi untuk menghentikan pengobatan
43
Gambar 19. Mekanisme bile acid-binding resin
Dosis Obat:
DRP:
44
sekitar 17%. Karena efek penurun LDL yang sederhana, ezetimibe sering
digunakan sebagai tambahan untuk terapi statin atau pada pasien yang
tidak toleran statin. Ezetimibe terutama dimetabolisme di usus kecil dan
hati melalui konjugasi glukuronida, dengan ekskresi bilier dan ginjal
berikutnya. Pasien dengan insufisiensi hati sedang sampai berat tidak
boleh diobati dengan ezetimibe. Efek samping jarang terjadi dengan
penggunaan ezetimibe.
DRP:
45
• Tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui karena keamanan
belum diketahui secara pasti
• Dilarang untuk penyakit hati/ disfungsi hati kronis
Diet kaya asam lemak omega-3 yang diperoleh dari minyak ikan dapat
menurunkan resiko kardiovaskuler. Asam lemak omega 3 menurunkan
kadar lipid dengan cara menekan produksi trigliserida VLDL di hati dan
meningkatkan konversi VLDL menjadi LDL. 2-4 gr asupan per hari
EPA+DHA, dapat menurunkan Triglyceride (lower 20% to 40%). American
Heart Association AHA merekomendasikan ~1 g of EPA and DHA
(dikombinasikan) setiap hari
46
2.10 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Pasien dalam Penatalaksanaan
Hiperlipidemia
Setelah tahap pemilihan terapi, perlu dilakukan edukasi yang ditujukan pada
pasien dan keluarganya untuk meminta partisipasi dalam pengelolaan masalah
meliputi masalah-masalah yang didapatkan pada pasien dan kemungkinan
penyebabnya, langkah pengelolaan yang akan diambil termasuk yang berkaitan
dengan langkah diagnosis dan terapi, kemungkinan efek samping obat dan
pengelolaan terhadap efek samping tersebut, serta terapi non farmakologis yang dapat
mendukung keberhasilan terapi.
47
Table 10. Penurunan Kadar Kolestrol Terhadap Respon Terapi
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lipoprotein merupakan kompleks yang terdiri atas lipid yang berikatan dengan
protein. Secara umum, lipoprotein terbagi menjadi 5 jenis, yaitu kilomikron, VLDL,
LDL, HDL, dan asam lemak bebas yang berikatan dengan albumin, sedangkan
apolipoprotein memiliki komposisi protein lebih banyak dibandingkan protein pada
lipoprotein. Apolipoprotein adalah protein penyusun lipoprotein yang membentuk
hampir 70% dari sebagian HDL dan hanya 1% kilomikron. Terdapat tiga jalur
metabolisme lipoprotein, yaitu jalur Jalur eksogen, merupakan transpor kolesterol dan
asam lemak dari usus ke hati. Jalur endogen, merupakan transpor VLDL. Jalur reverse
cholesterol transport, suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke
hepar.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk hiperlipidemia, yaitu
fasting lipoprotein test (pengujian lipoprotein puasa) yang mengukur profil
lipoprotein (total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida. Selain itu, terdapat beberapa
pemeriksaan lain seperti High-sensitivity reactive protein (hs-CRP) merupakan
protein yang menunjukkan tingkat inflamasi dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat
memprediksi risiko relatif penyakit kardiovaskuler terdapat beberapa pemeriksaan
lain terkait gangguan kardiovaskuler yang dapat terjadi akibat meningkatnya kadar
lipid seperti pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi.
Penatalaksanaan hiperlipidemia dapat dilakukan dengan diagnosis dan
identifikasi masalah pasien, melakukan penghitungan risiko kardiovaskular,
klasifikasi kelompok risiko dan target terapi, pemilihan terapi, pemberian edukasi,
serta pemantauan dan evaluasi.
3.2 Saran
49
memberi solusi terhadap permasalahan yang mungkin imbul dalam pemberian terapi
obat pada pasien hiperlipidemia. Oleh karena itu, diperlulakan studi literatur yang
valid dan terpercaya secara lebih mendalam mengenai hiperlipidemia sehingga terapi
pengobatan hiperlipidemia yang dilakukan mampu berjalan lancar dan mencapai
tujuan terapi yang diinginkan.
50
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, dkk. (2016). Pharmacotherapy Principles & Practice (4th ed.). New York:
McGraw-Hill Education
DiPiro, Joseph T., Gary C. Yee, L. Michael Posey, Stuart T. Haines, Thomas D. Nolin,
and Vicki Ellingrod. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.
Eleventh E. New York: McGraw-Hill.
Erawati, Erawati. "Hubungan Tekanan Darah Dengan Kadar Kolesterol Ldl (low Density
Lipoprotein) Pada Penderita Penyakit Jantung Koronerdi Rsup.dr.m.djamil Padang."
Jurnal Kesehatan Perintis, vol. 5, no. 2, 31 Dec. 2018, pp. 153-158,
doi:10.33653/jkp.v5i2.146.
51
Parhofer K. G. (2015). Interaction between Glucose and Lipid Metabolism: More than
Diabetic Dyslipidemia. Diabetes & metabolism journal, 39(5), 353–362.
https://doi.org/10.4093/dmj.2015.39.5.353
Rikhi, Rishi & Singh, Tavankit & Esfeh, Jamak. (2020). Work Up of Fatty Liver by
Primary Care Physicians, Review. Annals of Medicine and Surgery. 50.
10.1016/j.amsu.2020.01.001.
Rodwell, V. W., Bender, D. A., Botham, K. M., Kennelly, P. J., & Weil, P. A. (2015).
Harper's Illustrated Biochemistry. New York : Mcgraw-Hill Education
Rymarz, E., Matysik-Woźniak, A., Baltaziak, L., Prystupa, A., Sak, J., & Grzybowski, A.
(2012). Lipemia retinalis - an unusual cause of visual acuity deterioration. Medical
science monitor : international medical journal of experimental and clinical research,
18(8), CS72–CS75. https://doi.org/10.12659/msm.883257
52