Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH FARMAKOTERAPI -1

HIPERLIPIDEMIA

Disusun oleh:

Kelompok 2 - Kelas B

Azzahra Nisya Z. 1806194265

Fatiya Nur Afida 1806239824

Fionna Christie E. 1806194385

Nabila Syahda N. 1806194473

Qonita Nabihah 1806239660

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hiperlipidemia”. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Farmakoterapi 1, yaitu Dra. Azizahwati., M.Si.Apt. serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakoterapi 1 serta untuk memberikan informasi dan penjelasan mengenai penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan hiperlipidemia. Harapan kami dengan adanya makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Hiperlipidemia bagi para
pembaca. Kami berharap makalah ini dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari dan
menjadi rujukan untuk dipelajari di kemudian hari.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Depok, 11 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penulisan 6
BAB II ISI 8
2.1 Lipoprotein dan Macam-Macam Lipoprotein 8
2.2 Apolipoprotein dan Macam-Macam Apolipoprotein 10
2.3 Metabolisme dan Transportasi dari Lipoprotein dan Kolesterol 11
2.4 Definisi Hiperlipidemia 15
2.5 Klasifikasi Hiperlipidemia 16
2.6 Faktor yang Dapat Menyebabkan Peningkatan Kadar Lipid 22
2.7 Penyakit yang Berhubungan dengan Hiperlipidemia 23
2.8 Pemeriksaan Laboratorium untuk Mengetahui Penyakit yang Terkait Peningkatan
Kadar Lipid 33
2.9 Algoritma Terapi Hiperlipidemia 36
2. 10 Golongan Obat untuk Pengobatan Hiperlipidemia 38
2.10.1 HMG CoA reductase inhibitors (Statin) 38
2.10.2Fibrat 40
2.10.3 Niacin 42
2.10.4 Bile acid–binding resins 43
2.10.5 Cholesterol absorption inhibitor 44
2.10.6 Omega-3 fatty acids 46
2.10.7 Terapi Kombinasi 46
2.10 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Pasien dalam Penatalaksanaan Hiperlipidemia 47
BAB III PENUTUP 49
3.1 Kesimpulan 49
3.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 51

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Lipoprotein......................................................................................... 8


Gambar 2. Metabolisme Kilomikron ................................................................................ 11
Gambar 3. Metabolisme VLDL dan LDL ......................................................................... 13
Gambar 4. Metabolisme HDL ......................................................................................... 14
Gambar 5. Proses Terjadinya Aterosklerosis ..................................................................... 24
Gambar 6. Letak Pembuluh terkena Aterosklerosis dan Penyakit yang disebabkannya ........... 26
Gambar 7. Patogenesis NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease) ................................... 28
Gambar 8. Spektrum NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease) ...................................... 29
Gambar 9. Kelainan Kulit akibat Hiperlipidemia ............................................................... 31
Gambar 10. Xanthoma pada Tendon Kaki dan Tangan ....................................................... 32
Gambar 11. Xanthoma pada Kelopak Mata....................................................................... 32
Gambar 12. Cornal Arcus ............................................................................................... 33
Gambar 13. Lipemua Retinalis ........................................................................................ 33
Gambar 14. Algoritma Diagnosis Hiperlipidemia Berdasarkan Masalah terkait Kardiovaskular
................................................................................................................................... 36
Gambar 15. Algoritma Terapi Berdasarkan Alur ATP III ................................................... 37
Gambar 16. Algoritma Terapi Berdasarkan Alur ACC/AHA............................................... 38
Gambar 17. Mekanisme Statin ........................................................................................ 39
Gambar 18. Mekanisme Fibrat ........................................................................................ 41
Gambar 19. Mekanisme bile acid-binding resin ................................................................. 44
Gambar 20. Mekanisme Cholesterol Absorption Inhibitor .................................................. 45

4
DAFTAR TABEL

Table 1. Berbagai Jenis Lipoprotein dan Komposisinya........................................................ 9


Table 2. Berbagai Jenis Apolipoprotein ............................................................................ 10
Table 3. Klasifikasi Level Plasma Lipid (Goodman,2018) .................................................. 15
Table 4. Tipe-Tipe Hiperlipidemia Primer (Lippincott, 2015) ............................................. 17
Table 5. Penyebab Sekunder Dislipidemia (Goodman, 2018) .............................................. 20
Table 6. Kelainan Dermatologis terkait Dislipidemia ......................................................... 30
Table 7. Klasifikasi total LDL, HDL, dan Trigiliserida ...................................................... 34
Table 8. Interpretasi Rumus Friedewald ........................................................................... 35
Table 9. Dosis Obat Statin .............................................................................................. 39
Table 10. Penurunan Kadar Kolestrol Terhadap Respon Terapi ........................................... 48

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperlipidemia adalah istilah medis yang menggambarkan suatu kondisi abnormal
dimana profil kadar lipid dalam darah lebih tinggi dari seharusnya. Lebih detailnya
yaitu mengacu pada terjadinya peningkatan kolesterol, peningkatan trigliserida, atau
keduanya. Masalah ini dapat disebabkan karena faktor genetik namun lebih banyak
terjadi karena faktor gaya hidup dan pola makan. Diagnosis dan pengendalian
hiperlipidemia sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Terapi hiperlipidemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat-
obat tertentu, perubahan gaya hidup yang lebih aktif, serta menjaga pola makan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu lipoprotein dan apolipoprotein?
2) Bagaimana metabolisme dan transportasi dari lipoprotein?
3) Apa saja penyakit yang berhubungan dengan hiperlipidemia?
4) Pemeriksaan laboratorium apa saja yang dilakukan untuk mengetahui penyakit
terkait dengan peningkatan kadar lipid?
5) Apa saja golongan obat yang dapat dipakai untuk pengobatan hiperlipidemia?
6) Apa saja informasi yang harus diketahui dalam penatalaksanaan hiperllipidemia?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Mengetahui definisi serta perbedaan lipoprotein dan apolipoprotein serta
metabolisme dan transportasinya.
2) Mengetahui jenis-jenis dan manifestasi klinis hiperlipidemia serta penyakit terkait
3) Mengetahui pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk dapat menjadi
parameter diagnosis penyakit terkait dengan peningkatan kadar lipid.
4) Dapat menentukan dan mengetahui terapi untuk pengobatan hiperlipidemia.
5) Mengetahui bagaimana penatalaksanaan hiperlipidemia.

6
6) Mengetahui informasi terkait penyakit dan obat yang harus diinformasikan kepada
pasien atau care giver.

7
BAB II
ISI

2.1 Lipoprotein dan Macam-Macam Lipoprotein


Lipoprotein merupakan kompleks yang terdiri atas lipid yang berikatan dengan
protein. Lipid merupakan struktur yang tidak dapat larut dalam air, sehigga bersifat
hidrofobik. Inti lipid bersifat non polar, mengandung triasil gliserol dan kolesterol
ester (cirinya, kolesterol ini mengikat asam lemak sehingga bersifat non polar) yang
dikelilingi oleh satu lapisan kolesterol bebas dan fosfolipid amfifaitk. Inti lipid ini
berfungsi sebagai transport lemak (triasil gliserol dan ester kolesteril). Inti lipid
bersifat tidak larut air, tapi dapat bercampur dengan air karena dapat menurunkan
tegangan permukaan. Sedangkan, lapisan membran bersifat polar, tersusun atas
fosfolipid (fosfatidilkolin/ lesitin) yang bagian kepala (mengarah luar) merupakan
fosfat dan bagian ekor (mengarah dalam) merupakan asam lemak. Di sela-sela
fosfolipid terdapat kolesterol bebas (mudah larut, sehingga berada di bagian luar). Di
bagian luar (bagian berwarna pink) terdapat protein. Terdapat 2 jenis protein pada
lipoprotein, yaitu protein perifer (di permukaan, mudah lepas) dan protein integral
(protein tidak bisa terlepas dari bagian lipid, berikatan kuat).

Gambar 1. Struktur Lipoprotein.

8
Secara umum, lipoprotein terbagi menjadi 5 jenis, yaitu kilomikron, VLDL, LDL,
HDL, dan asam lemak bebas yang berikatan dengan albumin. Perbedaannya dapat
terlihat dari jenis lipid terbanyak dikandung masing-masing lipoprotein.
• Kilomikron dan VLDL → komponen lipid terbanyak adalah triasilgliserol
• LDL dan HDL → komponen lipid terbanyak adalah kolesterol
Sedangkan, asam lemak adalah komponen yang dihasilkan saat terjadi lipolysis
triasilgliserol (terutama di jaringan adiposa). Lipolisis akan menghasilkan banyak
asam lemak bebas beredar di sirkulasi darah, terutama pada penderita diabetes
(ketiadaan insulin akan menyebabkan glucagon bekerja tidak hanya memecah
glikogen, tapi juga memecah triasilgliserol di jaringan adiposa menjadi asam lemak
bebas).
Table 1. Berbagai Jenis Lipoprotein dan Komposisinya.

9
2.2 Apolipoprotein dan Macam-Macam Apolipoprotein
Apolipoprotein memiliki komposisi protein lebih banyak dibandingkan protein pada
lipoprotein. Apolipoprotein adalah protein penyusun lipoprotein yang membentuk hampir
70% dari sebagian HDL dan hanya 1% kilomikron, sifatnya integral dan sebagian tidak dapat
dikeluarkan dan sebagian dapat berpindah ke lipoprotein lain. Apolipoprotein C-II
mengaktifkan lipoprotein lipase LPL di endotel seluler dan hati untuk membentuk sisa
kilomikron. Membentuk struktur lipoproterin (apo B). Kofaktor enzim (C-II kofaktor
lipoprotein lipase, AI sebagai kofaktor lesitin). Inhibitor enzim (A-II dan apo C-III inhibitor
lipoprotein lipase, CI inhibitor kolesteriil ester yang mentransfer protein). Sebagai ligan (apo
B-100 dan apo E berinteraksi dengan resptor LDL, apo E berinteraksi dengan protein terkait
reseptor 1 LDL (RLP-1), apo AI berinteraksi dengan HDL.
Table 2. Berbagai Jenis Apolipoprotein

Fungsi berbagai Apolipoprotein:

• Apolipoprotein A-I → merupakan kofaktor enzim LCAT (lecithin-cholesterol


acyltransferase) yang terdapat pada HDL: enzim yang mentransfer asil (gugus asam
lemak) dari lesitin menuju kolesterol.
• Apolipoprotein A-II → struktur protein untuk HDL dan ligan untuk reseptor HDL
• Apoliporotein A-IV → memfasilitasi transport apolipoprotein lain dari HDL menuju
kilomikron saat perjalanan metabolism kilomikron dan VLDL.
• Apolipoprotein B-100 → sekresi VLDL dari liver, ligan reseptor LDL

10
• Apolipoprotein B-48 → merupakan 48% dari Apo-B 100, berfungsi untuk sekresi
kilomikron dari usus halus
• Apolipoprotein C-I → merupakan kofaktor enzim LCAT (lecithin-cholesterol
acyltransferase), dan menghambat uptake kilomikron dan VLDL remnan oleh hati.
• Apolipoprotein C-II → aktivasi kerja LPL (lipoprotein lipase)
• Apolipoprotein C-III → menghambat kerja LPL (lipoprotein lipase), bekerja
bergantian dengan Apo C-II.

2.3 Metabolisme dan Transportasi dari Lipoprotein dan Kolesterol


2.3.1. Metabolisme Kilomikron

Gambar 2. Metabolisme Kilomikron

Proses metabolism kilomikron:


1) Triasilgliserol dan kolesterol dari makanan (pada usus) diangkut dalam
bentuk lipoprotein yang disebut kilomikron yang keluar melalui pembuluh
limpa, karena asam lemak (triasilgliserol dan kolesterol) memiliki rantai
panjang, sehingga perlu dibuat dalam bentuk lipoprotein.

11
2) Setelah dari pembuluh limpa, akan terbentuk remnan kilomikron
(kilomikron yang belum sempurna), yang terdiri atas triasilgliserol dan
kolesterol dengan bantuan Apo-B48 dan Apo-A.
3) Dalam sirkulasi darah, kilomikron remnan akan mendapat tambahan Apo-
E dan Apo-C dari HDL sehingga membentuk kilomikron yang sempurna
4) Ketika mendekati jaringan ekstrahepatik, adanya Apo-C-II akan
mengaktivasi enzim LPL → memecah lemak menjadi asam lemak bebas
dan gliserol
5) Asam lemak (trigliserida) akan diambil menuju jaringan ekstrahepatik
(semua jaringan selain hati dan usus), khususnya jaringan adiposa.
6) Sisa kolomikron (triasilgliserol, kolesterol, Apo-E, Apo-B48) dibawa
menuju hati, dimana triasilgliserol dan kolesterol akan masuk kembali
kedalam hepar dengan berikatan pada LRP (LDL-receptor-related
protein), sedangkan Apo-B dan Apo-E akan berikatan pada reseptornya.
7) Di dalam hati, triasilgliserol diuraikan menjadi gliserol dan asam lemak.
Asam lemak akan disintesis kembali menjadi triasilgliserol kembali.

2.3.2. Metabolisme VLDL dan LDL

12
Gambar 3. Metabolisme VLDL dan LDL

Proses metabolism VLDL dan LDL:


1) VLDL nasen (Apo-B100, Apo-E, Apo-C, triasilgliserol, kolesterol) disintesis
dari hati.
2) Nasen VLDL berubah menjadi VLDL setelah menerima Apo-C dan Apo-E
dari HDL.
3) VLDL menuju jaringan ekstrahepatik dan ditangkap oleh LPL → Sebagian
TG dan kolesterol terhidrolisis, dan Apo-C berpindah kembali menuju HDL
→ terbentuk IDL (VLDL Remnan)
4) IDL menuju sel hati dalam 2 bentuk yaitu
• IDL
• LDL: IDL yang mengalami hidrolisis, sehingga kehilangan TG dan
Apo-E dan hanya mengandung kolesterol dan Apo-B.
5) LDL ditangkap oleh reseptor LDL di hati. Kolesterol dibawa oleh LDL
kembali menuju hati (70%) dan disimpan di jaringan ekstrahepatik (30%),
khususnya kulit.

13
2.3.3. Metabolisme HDL

Gambar 4. Metabolisme HDL

Proses metabolism HDL:


1) HDL nasen disintesis dan diekskresikan dari hati dan usus. HDL nasen terdiri
atas lapisan ganda fosfolipid berbentuk cakram (diskoid) yang mengandung apo
A-I dan kolesterol bebas. Apo-A-I merupakan aktivator enzim LCAT (Lecitin-
Cholesterol Asil Transferase).
2) HDL ini akan berikatan dengan LCAT yang dibantu oleh aktivator apo A-I,
akibatnya kolesterol akan teresterifikasi membentuk ester kolesteril dan
lisolesitin
3) Senyawa ester kolesteril nonpolar bergerak ke dalam bagian interior lapisan
ganda yang bersifat hidrofobik (HDL3), sedangkan lisolesitin dipindahkan ke
albumin plasma dan menghasilkan inti nonpolar yang mendorong pemisahan
lapisan ganda sampai terbentuk HDL sferis pseudominal.

14
4) HDL3 akan menerima kolesterol dari jaringan melalui reseptor SR-B1 (class B
scavenger receptor B1) dan kolesterol
kemudian diesterifikasi oleh LCAT, yang memperbesar ukuran partikel untuk
membentuk HDL2 yang kurang padat.
5) HDL3 kemudian terbentuk kembali, setelah penyaluran selektif ester kolesteril
ke hati melalui SR-B1 atau melalui
hidrolisis triasilgliserol dan fosfolipid HDL2 oleh lipase hati dan lipase endotel.
6) Apo A-I bebas dihasilkan oleh proses ini dan membentuk pre HDL-β setelah
berikatan dengan fosfolipid dan kolesterol dalam jumlah yang minimal. Jika
terdapat kelebihan apo A-1, apo A-1 akan dihancurkan di ginjal.
7) PreHDL-β mampu memicu pengeluaran kolesterol dari jaringan untuk
membentuk HDL diskoid yang selanjutnya akan mengambil lebih banyak lagi
kolesterol untuk membentuk HDL3 dengan dibantu oleh ABCA1 dan ABCG1.
ABCA1 berfungsi untuk efluks kolesterol dari jaringan ke partikel yang kurang
memiliki lipid, seperti prae β-HDL. ABCG1 memediasi perpindahan kolesterol
dari dalam sel ke HDL.

2.4 Definisi Hiperlipidemia


Hiperlipidemia atau dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan kondisi dimana terjadi peningkatan kolesterol total, kolesterol low-density
lipoprotein (LDL), atau trigliserida; kolesterol high-density lipoprotein (HDL) yang
rendah; atau kombinasi dari berbagai kelainan ini.
LDL memiliki batasan atas dimana jika di atas nilai batas artinya kondisi tidak
baik), sedangkan HDL tidak memiliki batasan atas karena semakin banyak semakin
baik, namun jika dibawah normal (40 mg/dL) maka terdapat kelainan, nilai
kolesterol normal di Indonesia adalah 200.
Table 3. Klasifikasi Level Plasma Lipid (Goodman,2018)

Non-HDL-C
<130 Diinginkan
130-159 Di atas diinginkan

15
160-189 Batas tinggi
190-219 Tinggi
≥220 Sangat tinggi
HDL-C
<40 Rendah (Pertimbangkan <50 mg/dL sebagai rendah untuk
perempuan)
>60 Tinggi (diinginkan)
LDL-C
<70 Optimal untuk risiko yang sangat tinggi
<100 Diinginkan
100-129 Di atas diinginkan
130-159 Batas tinggi
160-189 Tinggi
≥190 Sangat tinggi
Trigliserida
<150 Normal
150-199 Batas tinggi
200-499 Tinggi
≥500 Sangat tinggi

2.5 Klasifikasi Hiperlipidemia

Hiperlipidemia dibagi menjadi dua jenis yaitu hiperlipidemia primer dan


hiperlipidemia sekunder.
a. Hiperlipidemia Primer
Hiperlipidemia Primer yaitu hiperlipidemia yang disebabkan oleh adanya
kelainan genetic yang diturunkan sejak lahir. Hiperlipidemia sekunder terkait
dengan enzim-enzim (familial) dan reseptor (masih bisa diperbaiki).

16
Table 4. Tipe-Tipe Hiperlipidemia Primer (Lippincott, 2015)

Tipe Penjelasan

I • Terjadi peningkatan kilomikron secara besar-


Familial besaran sehingga menyebabkan peningkatan kadar
Hyperchylomicronemia trigliserida serum secara drastis.
• Defisiensi lipoprotein lipase atau defisiensi
apolipoprotein CII normal (jarang).
• Tidak terkait dengan peningkatan resiko penyakit
jantung coroner.
• Pengobatan: tidak menggunakan terapi obat hanya
perlu diet rendah lemak.

II A • Peningkatan LDL dengan level VLDL normal


Familial karena blok degradasi LDL dan menghasilkan
Hypercholesterolemia peningkatan kolesterol serum tetapi kadar TG
normal.
• Disebabkan oleh cacat dalam sintesis atau
pemrosesan reseptor LDL.
• Meningkat terjadinya iskemia jantung.
• Pengobatab: Diet. Heterozigot: kolestiramin dan
niasin, atau statin.

II B • Mirip seperti tipe IIA (LDL meningkat) tetapi


Familial combined VLDL juga meningkat sehingga menyebabkan
[mixed] hyperlipidemia peningkatan trigliserida serum dan kadar
kolesterol.
• Disebabkan oleh produksi VLDL yang berlebihan
oleh hati

17
• Relatif umum
• Pengobatan: Diet. Terapi obat mirip dengan tipe
IIA.

III • Konsentrasi serum IDL meningkat sehingga


Familial menyebabkan peningkatan kadar trigliserida dan
Dysbetalipoproteinemia kolesterol.
• Penyebabnya yaitu adanya produksi berlebih /
kurang dimanfaatkan IDL karena mutan
apolipoprotein E
• Xanthomas dan penyakit vaskular yang dipercepat
berkembang pada pasien pada usia paruh baya.
• Pengobatan: Diet. Terapi obat termasuk niasin dan
fenofibrat, atau statin.

IV • VLDL meningkat, sedangkan kadar LDL normal /


Familial turun, mengakibatkan kadar kolesterol normal
Hypertriglyceridemia hingga tinggi, trigliserida sangat tinggi
• Penyebabnya yaitu adanya produksi berlebih dan /
atau penurunan metabolisme VLDL dan
trigliserida dalam serum.
• Penyakit yang relatif umum. Pasien dengan
gangguan ini seringkali mengalami obesitas,
diabetes, dan hiperurisemia.
• Pengobatan: Diet. Jika dibutuhkan, terapi termasuk
niasin dan/atau fenofibrate.

V • VLDL serum dan kilomikron meningkat. LDL


Familial Mixed normal / menurun. Ini menghasilkan peningkatan
Hypertriglyceridemia kadar kolesterol dan peningkatan trigliserida

18
secara drastis
• Penyebabnya yaitu adanya peningkatan produksi
atau penurunan klirens VLDL dan kilomikron.
Biasanya, ini merupakan kelainan genetic.
• Paling sering terjadi pada orang dewasa yang
mengalami obesitas diabetes
• Pengobatan: Diet. Jika dibutuhkan, terapi obat
termasuk niasin, dan / atau fenofibrate, atau statin.

b. Hiperlipidemia Sekunder
Hiperlipidemia sekunder adalah hiperlipidemia yang terjadi akibat suatu
penyakit lain, pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi, maupun pola hidup yang
tidak sehat. Pada umumnya, pengobatan penyakit utamanya akan memperbaiki
dislipidemia yang ada.
Contoh hiperlipidemia sekunder, yaitu hiperlipidemia yang terjadi akibat
pasien menderita diabetes melitus. Kerja utama insulin dalam jaringan adiposa
adalah menghambat aktivitas lipase-sensitive hormon. Sehingga, kekurangan
insulin akan mengaktivasi lipase-sensitive hormon dan memecah trigliserida dari
jaringan adiposa sehingga meningkatkan pelepasan asam lemak menuju peredaran
darah dan dibawa ke hati. Di hati, asam lemak akan dioksidasi menjadi asetil-KoA
dan akan dibentuk TG dan kolesterol. Tingginya kolesterol juga dapat disebabkan
oleh adanya makanan yang mengandung tinggi kolesterol.
Contoh lain yaitu, pada pasien yang mengalami hiperlipidemia karena
menggunakan KB (estrogen, progesteron). Hormon-hormon lain (epinefrin dan
norepinefrin/ hormon adrenal, glukagon, adrenokortikotropik/ ACTH, MSH,
vasopresin, TSH, GH) juga dapat mengaktivasi lipase-sensitive hormon.
Sedangkan, estrogen memiliki aktivitas memodulasi hormon adrenalin (epinefrin,
norepinefrin). Sehingga, penggunaan pil KB juga dapat menyebabkan
peningkatan TG dan kolesterol.

19
Table 5. Penyebab Sekunder Dislipidemia (Goodman, 2018)

Penyebab Skunder Kenaikan Kenaikan


LDL-C TG

Penyakit dan Kondisi

Diabetes Melitus +

Sindrom Nefrotik + +

Penggunaan alkohol berlebihan +

Kehamilan + +

Transisi menopause (penurunan estrogen) + +

Penyakit Ginjal Kronis + +

Hipotiroidisme + +

Penyakit Hati Obstruksif +

Sindrom Metabolik +

Infeksi HIV + +

Gangguan Autoimun + +

Sindrom Ovarium Polikistik + +

Terapi Obat

Estrogen oral +

20
Beberapa progestin +

Glukokortikoid + +

Obat imunosupresif + +

Diuretik tiazid + +

Steroid anabolic +

Tiazolidindion +

Rosiglitazon +

𝜷-bloker (khusunya non- 𝜷1 selective) +

Asam fibrat (pada hipertrigliseridemia +


berat)

Bile acid sequestrants +

Amiodaron +

Danazol +

Isotretinoin +

Asam lemak ω-3 rantai panjang (pada +


hipertrigliseridemia berat) dengan
docosahexanoate)

Tamoxifen +

Raloxifen +

21
Interferon +

Obat antipsikotik atipikal (clozapine, +


olanzapine)

Protease inhibitor +

L-asparaginase +

Siklofosfamid +

2.6 Faktor yang Dapat Menyebabkan Peningkatan Kadar Lipid


Beberapa faktor risiko dibawah ini dapat mempengaruhi kadar kolesterol serum yang
dapat menyebabkan keadaan dislipidemia pada manusia, yaitu:
• Genetik
Hiperkolesterolemia familial merupakan salah satu penyakit genetik yang
memiliki gangguan gen tunggal yang mempengaruhi reseptor LDL dan
berkurangnya atau tidak adanya ambilan partikel LDL sehingga LDL akan
terakumulasi di dalam darah. Kelainan ini bersifat autosomal dominan dan
terdapat bentuk homozigot maupun heterozigot.
• Usia
Kadar LDL cenderung meningkat seiring bertambahnya usia karena seseorang
semakin lebih sering terpajan dengan beberapa faktor risiko, seperti aktivitas
fisik yang kurang, merokok, dan makanan berkolesterol tinggi.
• Jenis kelamin
• Terdapat perbedaan prevalensi antara wanita dan laki–laki yang diakibatkan
oleh perbedaan dari hormon masing–masing yang mempengaruhi profil lipid.
Wanita usia subur masih memiliki hormon estrogen yang berperan sebagai
kardioprotektif namun wanita yang sudah mengalami usia menopouse akan
terjadi penurunan estrogen sehingga dapat meningkatkan faktor risiko.
• Penyakit penyerta

22
Pasien DM tipe 1 pada umumnya tidak akan mengalami hiperlipidemia jika
dalam kontrol glikemik yang baik. Pasien DM tipe 2 akan mempunyai kadar
abnormalitas lipid dengan ditandai peningkatan plasma trigliserida,
peningkatan LDL dan penurunan HDL. Penyakit tiroid seperti hipotiroidisme
berhubungan dengan penigkatan plasma kolesterol LDL terutama karena
penurunan fungsi resptor LDL hepar.
• Obat – obatan
Terapi yang digunakan saat ini untuk pasien dislipidemia adalah golongan
resin pengikat asam empedu, asam nikotinik, penghambat enzim HMG CoA
reduktase atau statin, asam fibrat, penghambat absorpsi kolesterol di usus dan
obat kombinasi. Obat golongan resin pengikat asam empedu dapat
menurunkan kadar LDL tetapi kadar HDL tetap atau naik sedikit, sedangkan
untuk pasien hipertrigliseridemia dapat terjadi peningkatan trigliserida, dan
penurun HDL.
• Gaya hidup
Aktivitas fisik seseorang dapat mempengaruhi parameter lipid terutama
penurunan kadar TG dan peningkatan kadar kolesterol HDL. Olahraga aerobik
dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20% dan meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL sampai 10%. Sedangkan, untuk kadar kolesterol LDL dan
kolesterol total tidak berpengaruh hanya dengan aktivitas fisik saja, oleh
karena itu perlu disertai dengan diet dan penurunan berat badan.18,19
Merokok juga merupakan salah satu faktor risiko dislipidemia, dengan
menghentikan kebiasaan merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol
HDL sebesar 5 – 10%.

2.7 Penyakit yang Berhubungan dengan Hiperlipidemia


a. Aterosklerosis

23
Berikut merupakan proses terjadinya
aterosklerosis:
1. Aterosklerosis dimulai dengan migrasi
dan retensi LDL dan partikel lipoprotein
sisa ke dalam dinding pembuluh darah
2. Monosit berdiferensiasi menjadi
makrofag dan mengekspresikan reseptor
scavenger, memungkinkan peningkatan
penyerapan lipoprotein teroksidasi ini.
3. Makrofag terus menumpuk lipoprotein
dan akhirnya berkembang menjadi sel
busa yang sarat lipid.
4. Akumulasi sel busa mengarah pada
pembentukan inti yang kaya lipid, yang
menandai transisi ke plak aterosklerotik
yang lebih rumit.
5. Proses penuaan dapat menyebabkan
lipoprotein yang lebih rentan terhadap
oksidasi dan memiliki waktu menetap
yang lebih lama di kompartemen
pembuluh darah.
Mekanisme kontribusi hiperlipidemia untuk Gambar 5. Proses Terjadinya
Aterosklerosis
aterogenesis meliputi:
• Hiperlipidemia kronis, terutama hiperkolesterolemia, dapat secara
langsung merusak fungsi sel endotel dengan meningkatkan produksi
spesies oksigen reaktif lokal; Selain menyebabkan kerusakan membran
dan mitokondria, radikal bebas oksigen mempercepat peluruhan oksida
nitrat, meredam aktivitas vasodilatornya.
• Dengan hiperlipidemia kronis, lipoprotein menumpuk di dalam intima, di
mana lipoprotein dapat berkumpul atau teroksidasi oleh radikal bebas
yang diproduksi oleh sel inflamasi. LDL yang dimodifikasi tersebut

24
kemudian diakumulasikan oleh makrofag melalui berbagai reseptor
pemulung (berbeda dari reseptor LDL). Karena lipoprotein yang
dimodifikasi tidak dapat sepenuhnya terdegradasi, konsumsi kronis
menyebabkan pembentukan makrofag berisi lipid yang disebut sel busa;
sel otot polos juga dapat berubah menjadi sel busa sarat lipid dengan
menelan lipid yang dimodifikasi melalui protein terkait reseptor LDL.
• Tidak hanya lipoprotein yang dimodifikasi menjadi racun bagi sel endotel,
sel otot polos, dan makrofag, tetapi pengikatan dan penyerapannya juga
merangsang pelepasan faktor pertumbuhan, sitokin, dan kemokin yang
menciptakan lingkaran setan perekrutan dan aktivasi monosit.
Aterosklerosis dapat menyerang beberapa pembuluh arteri pada tubuh dan
dapat menyebabkan beberapa penyakit lain berdasarkan pembuluh arteri yang
terkena:
- Penyakit arteri karotis: dihasilkan dari ateroklerosis pada arteri yang
memasok darah ke otak dan ini merupakan penyebab utama dari stroke.
- Penyakit arteri coroner (CAD): disebut juga penyakit jantung coroner –
dihasilkan dari aterosklerosis pada arteri yang memberi oksigen ke jantung
dan dapat menyebabkan serangan jantung.
- Penyakit ginjal kronis (CKD): dapat dihasilkan dari aterosklerosis pada
pembuluh arteri ginjal dan dapat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal.
- Penyakit arteri perifer (PAD): biasanya mengarah pada aterosklerosis pada
pembuluh arteri di kaki dan merupajan penyebab utama amputasi dan
ulcer.

25
Gambar 6. Letak Pembuluh terkena Aterosklerosis dan Penyakit yang disebabkannya

b. Hipertensi
Aterosklerosis pada hipertensi disertai dengan proliferasi sel otot polos,
infiltrasi lipid ke dalam endotel vaskuler, dan peningkatan akumulasi kalsium
vaskuler.
Aterosklerosis yang sudah menahun dapat menyebabkan aliran darah ke
jantung akan terganggu, sehingga ventrikel kiri harus memompa lebih kuat
untuk menghasilkan cukup gaya untuk mendorong darah melewati sistem
vaskuler aterosklerotik yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik sehingga terjadi hipertensi.

c. Diabetes Melitus
Hubungan penyakit hiperlipidemia terhadap diabetes melitus yaitu dengan
adanya peningkatan kadar trigliserida menyebabkan peningkatan kadar asam
lemak bebas yang dapat menghasilkan resistensi insulin dan disfungsi sel β.
Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas mengganggu atau memodulasi
serangkaian peristiwa yang menghubungkan reseptor insulin dengan
transporter glukosa dan mengganggu fungsi normal sel β.

26
Selain itu, asam lemak bebas merupakan modulator inflamasi yang
penting. Oleh karena itu hipertrigliseridemia dapat menyebabkan inflamasi
subklinis yang kemudian menyebabkan resistensi insulin dan disfungsi sel β.
Baru-baru ini ditunjukkan bahwa HDL juga secara langsung dapat
mempengaruhi metabolisme glukosa . Dalam sebuah studi yang mengevaluasi
penghambat protein transfer kolesterester torcetrapib diamati bahwa
konsentrasi HDL-C yang lebih tinggi dikaitkan dengan lebih sedikit
hiperglikemia. Juga dibuktikan bahwa infus HDL rekombinan dapat
meningkatkan metabolisme glukosa pada pasien dengan diabetes tipe 2. Sejak
itu sejumlah penelitian telah mencoba untuk menjelaskan patofisiologi yang
mendasari dan beberapa mekanisme. HDL menginduksi efluks kolesterol dan
perubahan lingkungan lipid intraseluler dipercaya dapat mengurangi
peradangan mikro. Selain itu, sifat anti-inflamasi langsung dari HDL juga
berperan.

d. Fatty Liver
Adanya kondisi dislipidemia berupa hipertrigliseridemia, kolesterol
HDL rendah, dan kolesterol LDL tinggi. Terdapat dua hipotesis hubungan
hiperlipidemia dengan lemak hati yang disebut hipotesis ‘two hits’. Hit
pertama yaitu factor dari asupan makanan (peningkatan pengendpan asam
lemak di hati menyebabkan steatosis hati), obesitas (lipolisis lemak visceral
menyebabkan peningkatan pengiriman asam lemak ke hati), dan resistensi
insulin. Hit keduanya yaitu asam lemak jenuh yang mengaktifkan jalur Jun N
terminal kinase (JNK) yang akan menyebabkan lipotoksisitas dan juga asam
lemak berlebih dari lipolisis menyebabkan peningkatan oksidasi asam
sehingga terjadi disfungsi mitokondria yang mengakibatkan peningkatan
inflamasi dan metabolit toksik yang turunan-lipid. Hal ini menghasilkan sel
stelata hati menjadi miofibroblas (fibrosis hati) dan aktivasi sel Kupffer
melepaskan sitokin merusak hepatosit

27
Gambar 7. Patogenesis NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease)

Jika penimbunan lipid di hati menjadi kronik, perubahan fibrotik dan


peradangan dapat terjadi dan menyebabkan steatohepatitis nonalkoholis
(nonalcoholic steatohepatitis, NASH), yang dapat berkembang menjadi
penyakit hati, antara lain sirosis, hepatokarsinoma, dan gagal ginjal

28
Gambar 8. Spektrum NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease)

e. Kulit
Pada umumnya karena karena inflamasi kronis dan terkait mekanisme
yang melibatkan sekresi sitokin proinflamasi. Ada banyak spekulasi
mekanisme kaitan inflamasi dan dislipidemia, seperti modulasi aktivitas
enzimatik lipoprotein lipase (LPL) oleh antibodi anti-LPL dan berkurangnya
aktivitas LPL karena beragam sitokin proinflamasi seperti TNF-alfa,
Interleukin IL-1, IL-6, Interferon-gamma, dan monosit kemoatraktan protein-
1. Selanjutnya, kompleks aterogenik autoantibodi menjadi LDL teroksidasi
dan antikardiolipin teroksidasi dihasilkan sebagai respons terhadap efek
inflamasi oksidatif yang meningkatkan akumulasi LDL di dinding endotel.

29
Table 6. Kelainan Dermatologis terkait Dislipidemia

30
Gambar 9. Kelainan Kulit akibat Hiperlipidemia

f. Xanthoma
Xanthoma merupakan manifestasi kulit dari abnormalitas lipid. Terjadi
karena akumulasi makrofag mengandung lipid lipid-laden macrophages.
Mereka mungkin terkait dengan gangguan keluarga atau didapat yang
mengakibatkan hiperlipidemia, dengan neoplasma ganas lyphoproliferative,
atau tanpa gangguan yang mendasari. Deposit Xanthomas di ligamen dan
tendon, meskipun mereka juga dapat dideteksi di periosteum dan fasia.
Xantoma bidang adalah lesi makula atau sedikit meninggi yang dapat
terjadi di tempat mana pun, dan dapat mengenai area tubuh yang luas.
Xantoma bidang umum dapat menutupi sebagian besar wilayah tubuh,
termasuk wajah dan leher. Presentasi paling umum dari xanthoma planar
terjadi pada kelopak mata atau kulit periorbital sebagai plak kekuningan,
disebut sebagai xanthelasma. Berikut merupakan klasifikasi dari xanthoma:
• Tendinous
o Di tendon tangan dan tendo Achilles
• Tuberous
o Nodul kuning
o Hipertrigliseridemia
o Hiperkolesterolemia (tipe 2)
• Eruptive
o Papula kuning-jinnga,
o Terjadi pada hipertrigliseridemia dan diabetes yang tidak terkontrol
• Planar
o Lesi makula atau sedikit meninggi yang dapat terjadi di tempat
manapun, dan dapat mengenai area tubuh yang luas.
o Terjadi pada kelopak mata atau kulit periorbital sebagai plak
kekuningan, disebut sebagai xanthelasma.

31
o Perkembangan xanthoma pada lipatan telapak tangan biasa
disebut dengan xanthoma striatum palmare. Ini dikenal sebagai
tanda yang langka tapi penting dari hiperlipoproteinemia tipe III.

Gambar 10. Xanthoma pada Tendon Kaki dan Tangan

Gambar 11. Xanthoma pada Kelopak Mata

g. Mata

32
Berbeda dengan LK (Lipid keratopathy), deposisi lipid di arcus kornea
terjadi tanpa adanya peradangan atau kerusakan sel dan terutama ekstraseluler.
1) Cornal Arcus
Pada kornea mata seperti ada lingkaran putih. Hal ini dapat
disebabkan oleh kondisi hiperkolesterolemia dan hiperlipidemia familial.

Gambar 12. Cornal Arcus

2) Lipemia Retinalis
Pembuluh retina menjadi berwarna krem karena hamburan cahaya
oleh kilomikron yang sarat trigliserida. Kondisi ini tidak menyebabkan
gangguan penglihatan dan langka terjadi, dapat disebabkan oleh kondisi
hipertrigliseridemia.

Gambar 13. Lipemua Retinalis

2.8 Pemeriksaan Laboratorium untuk Mengetahui Penyakit yang Terkait


Peningkatan Kadar Lipid
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mengetahui penyakit yang
terkait dengan peningkatan kadar lipid adalah terkait dengan total kolesterol,

33
kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, apolipoprotein, dan C-reactive protein
yang mengacu pada tabel berikut:
Table 7. Klasifikasi total LDL, HDL, dan Trigiliserida

Pemeriksaan profil lipoprotein harus mengikuti ketentuan berikut:


• Pemeriksaan laboratorium untuk trigliserida membutuhkan puasa selama 12
jam.
• Perhitungan kolesterol LDL yang menggunakan rumus Friedewald
membutuhkan kadar trigliserida sehingga harus puasa 12 jam.
• Pemeriksaan kolesterol total dan kolesterol HDL dapat dilakukan dalam
keadaan tidak puasa
Adapun rumus Friedewald yang digunakan untuk menghitung kolesterol LDL
adalah sebagai berikut:

Kolesterol LDL (mg/dL) = Kolesterol total – Kolestero HDL – Trigliserida/5

Rumus Friedewald tidak dapat diaplikasikan pada kadar trigliserida >400 mg/dL,
dislipidemia Fredrickson tipe III, dan adanya fenotip Apo E2/2.

34
High-sensitivity reactive protein (hs-CRP) merupakan protein yang menunjukkan
tingkat inflamasi dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat memprediksi risiko relatif
penyakit kardiovaskuler. Adapun interpretasi hasil adalah sebagai berikut:
Table 8. Interpretasi Rumus Friedewald

Selain dengan hs-CRP, terdapat beberapa pemeriksaan lain terkait gangguan


kardiovaskuler yang dapat terjadi akibat meningkatnya kadar lipid seperti:
• Pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
• Enzim troponin, merupakan enzim kardiak yang dilepaskan ketika terjadi
kerusakan otot jantung. Semakin besar kerusakan pada jantung, akan semakin
banyak jumlah troponin dalam darah. Umumnya, troponin akan meningkat
dalam waktu 6 jam setelah seseorang mengalami serangan jantung dan tetap
tinggi selama 1 hingga 2 minggu setelahnya.
• SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) merupakan enzim
katalitik yang terutama ditemukan di jantung, hati, dan jaringan otot.
Sedangkan, SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminasi) adalah enzim
yang dijumpai terutama di hati, jantung, ginjal pancreas, dan otot skelet.
Kedua enzim ini tidak spesifik jantung tetapi kadarnya meningkat pada infark
miokard
• Enzim LDH (dehidrogenase asam laktat), adanya peningkatan enzim ini dapat
mengindikasikan adanya kerusakan jaringan. Salah satu jaringan yang sangat
dipengaruhi enzim LDH adalah jaringan liver. Hiperlipidemia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan liver yang parah sehingga menngakibatkan
enzim ini tersekresi.
• Kreatinin kinase, peningkatan enzim ini menunjukkan penyakit atau
kerusakan yang menyerang otot jantung, otot skeletal, dan otak.

35
2.9 Algoritma Terapi Hiperlipidemia

Gambar 14. Algoritma Diagnosis Hiperlipidemia Berdasarkan Masalah terkait Kardiovaskular

Cakupan identifikasi masalah pasien terkait kardiovaskuler menurut Alur:


• Alur ATP III → mencakup PJK, penyakit arteri karotis, penyakit arteri perifer,
aneurisma abdominalis
• Alur ACC/AHA → sindrom koroner akut, riwayat infark myokard, angina
stabil dan non-stabil, riwayat revaskularisasi koroner, stroke, dan penyakit
perifer.

36
Gambar 15. Algoritma Terapi Berdasarkan Alur ATP III

37
Gambar 16. Algoritma Terapi Berdasarkan Alur ACC/AHA

2. 10 Golongan Obat untuk Pengobatan Hiperlipidemia


2.10.1 HMG CoA reductase inhibitors (Statin)

Mekanisme : Golongan statin merupakan inhibitor kompetitif dari HMG


CoA reduktase yang menghambat sintesis de novo kolesterol, sehingga
mengurangi pasokan kolesterol intraseluler. Berkurangnya kolesterol
intraseluler menyebabkan meningkatnya jumlah reseptor LDL pada
permukaan sel sehingga dapat mengikat dan membawa LDL pada sirkulasi.
Statin mengurangi kadar LDL mengurangi kadar LDL dengan
meningkatkan menghilangkan VLDL dan IDL serta mengurangi produksi
VLDL di hati.Kolesterol plasma akan berkurang dengan menurunnya
sintesis LDL yang diproduksi VLDL.

38
Gambar 17. Mekanisme Statin

Contoh Obat: Atorvastatin, Fluvastatin. Pitavastatin, Simvastatin, Lovastatin.


Dosis Obat:
Table 9. Dosis Obat Statin

DRP:

• Statin meningkatkan konsentrasi enzim hati pada 10% pasien


tanda penyakit hati yang melebihi 3 kali batas normal
• Keluhan sering terjadi jika dikaitkan dengan otot rangka termasuk
myalgia

39
• Pasien yang mengkonsumsi 80 mg statin dibanding 20 mg statin
menunjukkan myopati lebih banyak dan pada kelompok 80 mg
banyak yang mengalami rhabdomyolysis
• Karena banyak pasien yang menerima perawatan statin adalah
lansia dan / atau memiliki kondisi metabolisme komorbid, seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi atau diabetes melitus
• peningkatan risiko myopati (berdasarkan delapan kasus)
ditemukan ketika 80 mg simvastatin setiap hari digunakan dalam
kombinasi dengan amiodarone
• Verapamil dan diltiazem dapat menaikan konsentrasi plasma
simvastatin 4 kali
• Pada pasien dislipidemia peresepan bersama dengan fibrat dapat
menyebabkan miopati dan kecanduan
• Gemfibrozil terbukti meningkatkan konsentrasi plasma
simvastatin aktif
• penggunaan dengan fibrat dapat merusak fungsi hati, yang dapat
menyebabkan kadar plasma statin yang lebih tinggi, pasien
dengan gangguan fungsi hati tidak boleh menerima kombinasi
ini. Selain itu, gangguan ginjal ringan
• Obat statin-interaksi obat dengan warfarin menjadi perhatian
karena potensi efek antikoagulan yang berlebihan
• Antibiotik makrolida adalah inhibitor CYP3A4, dan eritromisin
dan klaritromisin telah dilaporkan meningkatkan AUC
simvastatin dan lovastatin
• Ritonavir tidak hanya penghambat kuat CYP3A4, dan
penghambat CYP2D6 di terapi tetapi tidak meningkatkan dosis

2.10.2 Fibrat

Mekanisme: Turunan asam fibrat merupakan ligan protein peroxisome


proliferator-activated receptor-alpha (PPAR-α), yaitu reseptor yang

40
mengatur transkripsi gen dalam metabolisme lipid. Peroxisome
proliferator-activated receptor (PPARs) merupakan reseptor nuklear yang
meregulasi metabolisme lipid. PPARs digunakan sebagai faktor
transkripsi pada pengaktifan ligan (asam lemak atau eicosanoid) atau obat
antihiperlipidemik). Kemudian mengikat peroxisome proliferator yang
dapat mengurangi konsentrasi trigliserida dengan pengikatan ekspresi,
lipoprotein lipase dan pengurangan konsentrasi apolipoprotein CII. Fibrat
menurunkan regulasi gen apoC-III sehingga terjadi peningkatan
katabolisme trigliserida oleh lipoprotein lipase sehingga pembentukan
VLDL berkurang dan terjadi pembersihan kilomikron. Fibrat
meningkatkan regulasi gen apoA-I dan apoA-II sehingga meningkatnya
HDL

Gambar 18. Mekanisme Fibrat

Contoh Obat: Gemfibrozil, Fenofibrat

Dosis Obat:

- Fenofibrate (generic, Tricor, Antara, Lofibra) Oral: tablet 48, 50, 54,
107, 145, 60 mg; kapsul: 45, 50, 67, 100, 130, 134, 135 150, 200 mg
- Gemfibrozil (generic, Lopid) Oral: tablet 600 mg

DRP:

41
• Fibrat dapat menyebabkan sindrom menyerupai miositis, terutama
apabila fungsi ginjal pasien terganggu.
• Fibrat harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit
saluran empedu karena dapat terjadi peningkatan ringan risiko batu
empedu kolesterol, yang mencerminkan meningkatnya kandungan
kolesterol empedu.
• Risiko miopati meningkat jika fibrat diberikan bersama inhibitor
reduktase
• Tidak untuk pasien dengan penyakit pada kantong empedu, disfungsi
ginjal, atau disfungsi hati
• Gemfibrosil dan statin tidak boleh digunakan secara bersamaan.
• Kombinasi fibrat dengan statin meningkatkan risiko efek pada otot
(terutama rabdomiolisis), digunakan dengan hati-hati dan dilakukan
pemantauan fungsi ginjal dan kreatinin kinase.

2.10.3 Niacin

Mekanisme: Mengurangi sintesis hati VLDL yang mengarah pada


pengurangan sintesis LDL, Niasin dapat meningkatkan HDL dengan
mengurangi katabolisme. Terjadi penurunan kadar fibrinogen dan
peningkatan aktivator plasminogen. Meningkatnya klirens VLDL melalui
jalur LPL juga menurunkan trigliserida. Niasin menginhibisi lipolisis pada
jaringan adiposa secara kuat sehingga mengurangi produksi asam lemak
bebas. Asam lemak bebas yang beredar dapat digunakan sebagai prekursor
untuk sintesis trigliserida. Trigliserida menurunkan produksi VLDL hati
yang mengurangi konsentrasi LDL-C.

Contoh Obat: Niacin

Dosis Obat:

Oral: tablet 100, 250, 500, 1000 mg; extended-release (Niaspan): 500, 750,
1000 mg

DRP:

42
• Vasodilatasi kulit yang tidak berbahaya dan sensasi kehangatan
setelah setiap dosis ketika niasin dimulai atau dosisnya meningkat.
Efek samping lain yang dapat timbul diantaranya: pruritus, ruam,
kulit kering atau selaput lendir, dan acanthosis nigricans
• Mual dan ketidaknyamanan di perut
• Niasin harus dihindari pada pasien dengan penyakit peptik yang
signifikan
• Peningkatan aminotransferase 2 kali normal → toksisitas hati
• Niasin dapat diberikan kepada penderita diabetes yang menerima
insulin dan beberapa agen oral tetapi dapat meningkatkan resistensi
insulin
• Hiperurisemia terjadi pada beberapa pasien dan dapat
menyebabkan gout
• Allopurinol dapat diberikan bersama niasin jika diperlukan.
• Makrositosis sel darah merah dapat terjadi dan bukan merupakan
indikasi untuk menghentikan pengobatan

2.10.4 Bile acid–binding resins

Mekanisme: Resin penukar ainon yang mengikat asam empedu


bermuatan negatif dan garam empedu di usus kecil → meningkat 10 kali
jika resin diberikan Kompleks resin/ asam empedu yang diekskresikan
dalam tinja menurunkan konsentrasi asam empedu. Menyebabkan
hepatosit meningkatkan konversi kolesterol menjadi asam empedu.
Akibatnya, konsentrasi kolesterol intraseluler menurun, yang
mengaktifkan peningkatan serapan hati dari kolesterol yang mengandung
partikel LDL. Menurunkan kolesterol dengan mengikat kolesterol pada
saluran pencernaan, memotong sirkulasi enterohepatik, sehingga
meningkatkan ekskresi kolesterol.

43
Gambar 19. Mekanisme bile acid-binding resin

Contoh Obat: Colesevelam, Colestipol, Cholestyramin

Dosis Obat:

- Cholestyramine (generik, Questran, Questran Light) Oral: 4 g


- Colesevelam (WelChol) Oral: 625 mg tablet; 1.875 g dan 3.
- Colestipol (Colestid) Oral: 5 g dalam bentuk granul; tablet 1 g

DRP:

• Menyebabkan mual, sembelit, dan kembung


• Colesevelam memiliki efek samping GI lebih sedikit daripada
sequestrants asam empedu lainnya
• Mengganggu penyerapan digoxin dan warfarin serta vitamin
ADEK
• obat lain harus diminum setidaknya 1 hingga 2 jam sebelumnya,
atau 4 sampai 6 jam setelahnya

2.10.5 Cholesterol absorption inhibitor

Mekanisme: Ezetimibe adalah anggota pertama dari segolongan obat


yang menghambat penyerapan fitosterol dan kolesterol oleh usus. Efek
klinis utamanya adalah penurunan kadar LDL. Ezetimibe secara selektif
menghambat penyerapan kolesterol diet dan empedu dalam usus kecil,
yang menyebabkan penurunan pengiriman kolesterol usus ke hati
(menghambat reabsorpsi kolesterol yang diekskresikan di empedu). Hal
ini menyebabkan pengurangan simpanan kolesterol hati dan peningkatan
pembersihan kolesterol dari darah. Ezetimibe menurunkan kolesterol LDL

44
sekitar 17%. Karena efek penurun LDL yang sederhana, ezetimibe sering
digunakan sebagai tambahan untuk terapi statin atau pada pasien yang
tidak toleran statin. Ezetimibe terutama dimetabolisme di usus kecil dan
hati melalui konjugasi glukuronida, dengan ekskresi bilier dan ginjal
berikutnya. Pasien dengan insufisiensi hati sedang sampai berat tidak
boleh diobati dengan ezetimibe. Efek samping jarang terjadi dengan
penggunaan ezetimibe.

Gambar 20. Mekanisme Cholesterol Absorption Inhibitor

Contoh Obat: Ezetimab

Dosis Obat: Oral, dosis sekali makan 10mg tablet

DRP:

• Kontraindikasi Gangguan fungsi hati


• Tidak memerlukan penyesuaian dosis pada pasien ginjal atau
geriatri
• Efek samping sakit perut, diare, perut kembung serta kelelahan
• Gangguan pencernaan yang lain seperti berkurangnya nafsu makan
berkurang, gastroesophageal reflux.

45
• Tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui karena keamanan
belum diketahui secara pasti
• Dilarang untuk penyakit hati/ disfungsi hati kronis

2.10.6 Omega-3 fatty acids

Diet kaya asam lemak omega-3 yang diperoleh dari minyak ikan dapat
menurunkan resiko kardiovaskuler. Asam lemak omega 3 menurunkan
kadar lipid dengan cara menekan produksi trigliserida VLDL di hati dan
meningkatkan konversi VLDL menjadi LDL. 2-4 gr asupan per hari
EPA+DHA, dapat menurunkan Triglyceride (lower 20% to 40%). American
Heart Association AHA merekomendasikan ~1 g of EPA and DHA
(dikombinasikan) setiap hari

Contoh Sediaan: Marine derived (Mackerel, Lake trout, Herring, Sardines,


Albacore tuna, and Salmon) Omega-3 Fatty seperti Asam
Docosahexacnoic/DHA dan Asam Eicosapentacnoic/EPA

2.10.7 Terapi Kombinasi

• Biasanya digunakan dua obat antihiperlipidemia untuk mencapai tujuan


terapi
• Statin dengan bile acid- binding agent dapat menurunkan level LDL-
C, pemakaian simvastatin dengan ezetimibe sama baiknya dengan
simvastatin dan niasin yang digunakan untuk pengobatan LDL
colesterol yang tinggi.
• Fibrate dan Bile acid resin kombinasi untuk pasien hiperlipidemia yang
tidak toleran terhadap niasin/ statin.
• Statin dan ezetimibe digunakan untuk pengobatan hiperkolesterolemia
primer
• Untuk terapi kombinasi yang paling disarankan adalah statin dengan
niacin/fibrat.
• Terapi obat kombinasi dapat menyebabkan toksisitas hati dan otot.

46
2.10 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Pasien dalam Penatalaksanaan
Hiperlipidemia

Setelah tahap pemilihan terapi, perlu dilakukan edukasi yang ditujukan pada
pasien dan keluarganya untuk meminta partisipasi dalam pengelolaan masalah
meliputi masalah-masalah yang didapatkan pada pasien dan kemungkinan
penyebabnya, langkah pengelolaan yang akan diambil termasuk yang berkaitan
dengan langkah diagnosis dan terapi, kemungkinan efek samping obat dan
pengelolaan terhadap efek samping tersebut, serta terapi non farmakologis yang dapat
mendukung keberhasilan terapi.

Adapun terapi non farmakologis yang disarankan termasuk didalamnya anjuran


untuk meningkatkan aktivitas fisik dan menghentikan kebiasaan merokok. Pengaruh
dari terapi non farmakologis dijelaskan dalam tabel berikut.

47
Table 10. Penurunan Kadar Kolestrol Terhadap Respon Terapi

48
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lipoprotein merupakan kompleks yang terdiri atas lipid yang berikatan dengan
protein. Secara umum, lipoprotein terbagi menjadi 5 jenis, yaitu kilomikron, VLDL,
LDL, HDL, dan asam lemak bebas yang berikatan dengan albumin, sedangkan
apolipoprotein memiliki komposisi protein lebih banyak dibandingkan protein pada
lipoprotein. Apolipoprotein adalah protein penyusun lipoprotein yang membentuk
hampir 70% dari sebagian HDL dan hanya 1% kilomikron. Terdapat tiga jalur
metabolisme lipoprotein, yaitu jalur Jalur eksogen, merupakan transpor kolesterol dan
asam lemak dari usus ke hati. Jalur endogen, merupakan transpor VLDL. Jalur reverse
cholesterol transport, suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke
hepar.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk hiperlipidemia, yaitu
fasting lipoprotein test (pengujian lipoprotein puasa) yang mengukur profil
lipoprotein (total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida. Selain itu, terdapat beberapa
pemeriksaan lain seperti High-sensitivity reactive protein (hs-CRP) merupakan
protein yang menunjukkan tingkat inflamasi dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat
memprediksi risiko relatif penyakit kardiovaskuler terdapat beberapa pemeriksaan
lain terkait gangguan kardiovaskuler yang dapat terjadi akibat meningkatnya kadar
lipid seperti pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi.
Penatalaksanaan hiperlipidemia dapat dilakukan dengan diagnosis dan
identifikasi masalah pasien, melakukan penghitungan risiko kardiovaskular,
klasifikasi kelompok risiko dan target terapi, pemilihan terapi, pemberian edukasi,
serta pemantauan dan evaluasi.

3.2 Saran

Seorang farmasis tentu harus melakukan pemantauan keadaan pasien,


memberikan obat yang tepat, memberikan informasi mengenai terapi non-
farmakologi maupun terapi farmakologi untuk menunjang keberhasilan terapi, serta

49
memberi solusi terhadap permasalahan yang mungkin imbul dalam pemberian terapi
obat pada pasien hiperlipidemia. Oleh karena itu, diperlulakan studi literatur yang
valid dan terpercaya secara lebih mendalam mengenai hiperlipidemia sehingga terapi
pengobatan hiperlipidemia yang dilakukan mampu berjalan lancar dan mencapai
tujuan terapi yang diinginkan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, P. M. (2015). Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia 2015. PB.


PERKENI.
DiPiro J.T., et al, (2008), Pharmacotherapy: Pathophysiology Approach (7th Ed.), New
York: McGraw-Hill Education
Katzung, B. G. (2012). Basic and clinical pharmacology. Mc Graw Hill.
Rhee, E. J., Kim, H. C., Kim, J. H., Lee, E. Y., Kim, B. J., Kim, E. M., Song, Y., Lim, J.
H., Kim, H. J., Choi, S., Moon, M. K., Na, J. O., Park, K. Y., Oh, M. S., Han, S. Y.,
Noh, J., Yi, K. H., Lee, S. H., Hong, S. C., & Jeong, I. K. (2019). 2018 Guidelines
for the management of dyslipidemia. The Korean journal of internal medicine, 34(4),
723–771. https://doi.org/10.3904/kjim.2019.188
Whalen, K. (2018). Lippincott® Illustrated Reviews: Pharmacology. Wolters kluwer
india Pvt Ltd.
Kjim.org. 2021. [online] Available at: <https://www.kjim.org/upload/kjim-2019-
188.pdf> [Accessed 19 March 2021].
Tim Penyusun. (2019). Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta:
Perkeni

DiPiro, dkk. (2016). Pharmacotherapy Principles & Practice (4th ed.). New York:
McGraw-Hill Education

DiPiro, Joseph T., Gary C. Yee, L. Michael Posey, Stuart T. Haines, Thomas D. Nolin,
and Vicki Ellingrod. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.
Eleventh E. New York: McGraw-Hill.

Erawati, Erawati. "Hubungan Tekanan Darah Dengan Kadar Kolesterol Ldl (low Density
Lipoprotein) Pada Penderita Penyakit Jantung Koronerdi Rsup.dr.m.djamil Padang."
Jurnal Kesehatan Perintis, vol. 5, no. 2, 31 Dec. 2018, pp. 153-158,
doi:10.33653/jkp.v5i2.146.

51
Parhofer K. G. (2015). Interaction between Glucose and Lipid Metabolism: More than
Diabetic Dyslipidemia. Diabetes & metabolism journal, 39(5), 353–362.
https://doi.org/10.4093/dmj.2015.39.5.353

Rikhi, Rishi & Singh, Tavankit & Esfeh, Jamak. (2020). Work Up of Fatty Liver by
Primary Care Physicians, Review. Annals of Medicine and Surgery. 50.
10.1016/j.amsu.2020.01.001.

Rodwell, V. W., Bender, D. A., Botham, K. M., Kennelly, P. J., & Weil, P. A. (2015).
Harper's Illustrated Biochemistry. New York : Mcgraw-Hill Education

Shenoy, C., Shenoy, M. M., & Rao, G. K. (2015). Dyslipidemia in Dermatological


Disorders. North American journal of medical sciences, 7(10), 421–428.
https://doi.org/10.4103/1947-2714.168657

Shenoy, C., Shenoy, M. M., & Rao, G. K. (2015). Dyslipidemia in Dermatological


Disorders. North American journal of medical sciences, 7(10), 421–428.
https://doi.org/10.4103/1947-2714.168657

Hall, M.N., Moshirfar, M., Amin-Javaheri, A. et al. Lipid Keratopathy: A Review of


Pathophysiology, Differential Diagnosis, and Management. Ophthalmol Ther 9,
833–852 (2020). https://doi.org/10.1007/s40123-020-00309-y

Rymarz, E., Matysik-Woźniak, A., Baltaziak, L., Prystupa, A., Sak, J., & Grzybowski, A.
(2012). Lipemia retinalis - an unusual cause of visual acuity deterioration. Medical
science monitor : international medical journal of experimental and clinical research,
18(8), CS72–CS75. https://doi.org/10.12659/msm.883257

52

Anda mungkin juga menyukai